4497 10372 1 SM3
4497 10372 1 SM3
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pengembangan perhiasan
dan mendeskripsikan kuwalitas pengembangan perhiasan motif Majapahit untuk
pengrajin di Desa Batan Krajan Kab. Mojokerto Jawa Timur. Penelitian yang
berpendekatan pengembangan seni kriya, ditinjau dari sudut proses dan kualitas
produk perhiasan bermotif Surya Majapahit. Menggunakan metode eksperimen
untuk menghasilkan produk perhiasan dengan gaya klasik dan postmodern. Metode
yang digunakan dalam mengumpulkan data ialah menggunakan metode observasi
untuk memperoleh data utama, serta metode wawancara dan metode analisa
dokumentasi untuk memperoleh data penunjang. Hasil dari penelitian dilapangan
bahwa perhiasan motif Surya Majapahit dengan kolaborasi teori ikonografi, teori
ergonomi, teori design thingking dan PPE, sangat membantu pengrajin untuk dapat
mengembangkan perhiasan. Mulai dari segi proses sampai kwalitas produk perhiasan
yang berbahan perak. Saran yang bisa diajukan dalam penilitian ini agar bisa
dimanfaatkan oleh pengrajin dalam memproses perhiasan yang berkwalitas. Sehingga
untuk pengrajin lebih meningkatkan kwalitas perhiasan dalam segi desain maupun
perhiasan yang bercirikan atau bermotif Majapahit. Dan bagi peneliti dapat mengkaji
dan menganalisa lebih mendalam tentang perhiasan klasik maupupun postmodern
bermotif Surya Majapahit lebih mendalam.
ABSTRACT
Jewelry Development For Craftsmen in the village of Batan Krajan Kab.
Mojokerto, East Java. This study aims to describe the process of developing jewelry and
describe the quality of the development of Majapahit motif jewelry for craftsmen in Batan
Krajan Village, Kab. Mojokerto East Java. Research that is near the development of craft
art, viewed from the point of view of the process and quality of jewelry products with
Surya Majapahit motif. Using experimental methods to produce jewelry products with
classic and postmodern styles. The method used in collecting data is to use the observation
method to obtain the main data, as well as the interview method and the documentation
analysis method to obtain supporting data. The results of the field research show that Surya
Majapahit motif jewelry with collaboration of iconographic theory, ergonomics theory,
thingking design theory and PPE, really helped craftsmen to develop jewelry. Starting in
terms of the process until the quality of jewelry products made from silver. Suggestions that
can be submitted in this research can be used by craftsmen in processing quality jewelry.
So that the craftsmen further enhance the quality of jewelry in terms of design or jewelry
that is characterized by Majapahit motifs. And for researchers, it can study and analyze
more deeply about classical and postmodern jewelry with the motif of Surya Majapahit in
more depth.
produk serta masukan ahli sehingga produk objek dalam karya seni itu (Panofsky dalam
dapat memiliki kelayakan dan kualitas lebih Burhan, 2015 : 3-4). Agar hasil deskripsi pada tahap
baik untuk digunakan. pra ikonografi tajam perlu untuk menggunakan
prinsip korektif interpretasi sejarah gaya. Prinsip
Ikonografi korektif pada tahap deskripsi pra ikonografi ini
Dalam penelitian pengembangan desain sebagai syarat yang tidak dapat dihilangkan
perhiasan motif Majapahit ini dilakukan dengan oleh sebab itu sifatnya konfirmatif. Gaya dapat
menggunakan teori Ikonografi dan ikonnologi mengungkapkan kecenderungan apspek visual
Erwin Panofsky. Ikonografi adalah cabang dari yang dapat dikelompokkan berdasarkan waktu,
sejarah seni dengan meliahat subject matter wilayah, teknik, subject matter, dan sebaginya
(pokok bahasan) atau makna dari karya seni (Zuliati, 2014 : 4).
(Panofsky, 1955:26). Dalam pendekatan sejarah Tahapan kedua ialah tahapan analisis
dapat digunakan untuk memahami sebuah karya ikonografi yang berusaha mengidentifikasi makna
didalamnya. Ketiga tahapan ini merupakan sekunder. Tahapan ini masih berhubungan
tahapan saling berkaitan dari satu tahap ke dengan tahapan deskripsi pra ikonografi yaitu
tahap yang lainnya yang bersifat prerequisite pada bentuk visual dan ekspresi dengan tema dan
(memiliki syarat dari satu tahap ke tahap lainnya) konsep. Untuk dapat melihat hubungan tersebut
(Panofsky, 1955 : 32). Adapun ketiga tahapan diperlukan pengetahuan serta pengamatan pada
tersebut antara lain deskripsi pra ikonografi, kebiasaan yang berangkat dari pengalaman
analisis ikonografi, dan interpretasi ikonografi praktis sehari-hari. Memerlukan pengetahuan
dalam table (Panofsky, 1955:40). Selain ketiga serta pengetahuan pengamatan yang berangkat
tahapan tersebut, Panofsky menggunakan syarat dari berbagai sumber lain seperti imajinasi karya
lain yang berfungsi sebagai prinsip korektif dari seni lainnya, literature, dan berbagai alegori
setiap tahapan analisis (Burhan, 2015 : 3). Prinsip (Panofsky, dalam Burhan, 2015 : 4). Prinsip
korektif atas interpretaasi lain (dalam table korektif yang digunakan dalam tahapan analisis
Panofsky, 1955 : 41) antara lain: pada tahapan ikonografi ialah pada interpretasi sejarah tipe.
deskripsi pra ikonografi, prinsip korektif yang Sejarah tipe merupakan beragam kondisi sejarah,
digunakan ialah sejarah gaya, pada tahap analisis objek, serta peristiwa yang tervisualkan memalui
ikonografi, prinsip korektif yang digunakan bentuk. Dengan memahami sejarah tipe dapat
ialah sejarah tipe, dan pada tahapan interpretasi menambah maupun mengkoreksi pengetahuan
ikonologi prinsip korektif yang digunakan ialah berdasrkan sumber literature yang terdiri dari
sejarah gejala kebudayaan. beragam kondisi sejarah, tema, maupun konsep
Tahapan pertama yaitu tahapan deskripsi khusus ternyatakan lewat objek dan bentuk
praikonografi dalam penelitian ini merupakan (Panofsky, 1955 : 37).
tahapan yang meneliti aspek visual pada karya Tahapan terakhir adalah pada tahapan
seni. Tahapan ini terdiri atas makna faktual iterpretasi ikonologi. Tahapan ini merupakan
dan ekspresional, pada makna factual yang tahapan esensial yang berangkat dari analisis
dilakukan ialah mengidentifikasi bentuk visual terjoreksi pada tahapan analisis ikonografi.
yang tampak pada objek serta perubahan pada Menurut Panofsky sebagai intuisi sintesis yang
adegan dan momen objek. Identifikasi dilakukan sangat esensial (Panofsky, 1955 : 38).
terhadap unsur-unsur visual yang tampak baik Tinjauan ikonografi dan ikonologi berusaha
objek pokok maupun objek pendukung lainnya untuk menghasilkan atraupun mengungkapkan
(Panofsky,155:28). Sedangkan ekspresional makna interistik dari proses deskripsi pra
dilakukan dengan mengungkapkan empeti ikonografi dan analisis ikonologi. Dalam
dari pengamatan penelitian pada kebiasaan dan mengungkap makna tahapan interpretasi
rasa familiar dari objek dan adegan objeknya. ikonologi diperlukan teori bantu yang digunakan
Mengamati hubungan antara objek dan bentuk- dalam kajian ialah teori symbol. Menurut berger,
bentuk pendukung dengan adegan peristiwanya symbol adalah sesuatu yang memiliki kamampuan
dapat mengungkap kualitas ekspresional karakter untuk mempengaruhi dan memiliki makna
162 Yongky Danang Prasetyo, I Nyoman Lodra, Autar Abdillah, Peng ...
mendalam . pengertian symbol perlu dipelajari ekonomis, estetis, dan sikap (Sachari, 1986:47).
dengan semua jenis kejadian, pengalaman dan Dalam penelitian ini desain yang diciptakan
sebagain besar mempengaruhi emosional. Symbol menyesuikan dengan realitas yang ada. Desain
membantu mempertajam tingkahlaku dan yang dihasilkan adalah desain perhiasan dengan
prestasi kebudayaan (Berger, 2010 : 28). Prinsip mengambil gaya klasik dan postmodern. Kedua
korektif pada tahapan interpretasi ikonologi gaya tersebut dipengaruhi oleh realitas tersebut.
ialah pada grjala kebudayaan yang sesuai dengan Realiatas tersebut seperti realitas fungsional,
konteks dari objek. Kerangka komfirmasi ini realitas tersebut berpengruh terhadap pengguna
diperlukan sebagai koreksi atas interpretasi produk perhiasan tersebut. Pengguna berdasarkan
sejarah kebudayaan dalam membangun symbol- umur maupun kelas sosial terhadap pemakai
simbol pada objek surya Majapahit. Ikon perhiasan tersebut. Realitas aman terhadap
Surya Majapahit Sangat lekat pada keseharian produk dihasilkan berdampak pada kenyamanan
masyarakat Mojokerto, terbukti dengan pengguna perhiasan, dengan melihat penggunaan
munculnya dinding-dinding pagar menggunakan logam perhiasan antara perak atau emas. Realitas
menempelkan motif Surya Majapahit. Akan tetapi terampil, seorang desainer dengan tanggung
pada pengembangannya motif Surya tersebut jawab untuk menghasilkan ranncangan perhiasan
tidak pernah dibuat perhiasan oleh pengrajin dengan menguai teknik. Sehingga dapat dikatakan
di desa Btan Krajan Kab. Mojokerto. Sehingga desainer terampil memiliki sikap cekatan, tangkas,
peneliti mencoba untuk mengembangkan produk gesit, mampu, dan cerdik. Realitas ekonomis
perhiasan motif Surya Majapahit, sebagai usaha dalam penelitian ini desain perhiasan tersebut
untuk memperkenalkan motif tersebut kedalam berpengaruh terhadap proses produksi perhiasan.
produk perhiasan. nilai mahal ataupun murah dapat dilihat melalui
desain tersebut kesederhanaan ataupun rumit.
Estetika Ergonomi Konseptual desain menstranformasi ke realitas
Dalam penelitian teori estetika digunakan menurut Sachari antara lain:
untuk mendesain perhiasan sesuai dengan estetika 1. Realiatas fungsi
dalam perhiasan. Estetika dalam penelitian Dalam peneliatian ini fungsi desain sangat
mengacu pada eksplorasi bentuk motif-motif berkaitan dengan segi pengguna produk
Majapahit, dengan mempertimbangkan nilai perhiasan. dalam hal ini peneliti harus
fungsional desain maupun produk perhiasan menelusuri aspek sosial yang berkembang di
tersebut. Perhiasan termasuk dalam penerapan masyarakat. Mulai dari aspek jenjang sosial
seni kriya logam, dan sebagai seni terapan. tertinggi, menengah, dan rendah.
Peneliti menggunakan pendekatan estetika 2. Realitas Aman
ergonomi dalam mengembangkan desain Penelitian ini realitas aman dalam desain
perhiasan perhiasan bermotif Majapahit. dapat diperhatikan dalam menentukan
Estetika ergonomi tersebut dapat dilihat dari segi standart desain dan konsep desain sehingga
keamanan, kenyamanan produk dan kesehatan membantu untuk merumuskan aktifitas
yang berorientasi pada keamanan, kesejahteraan dalam realitas aman.
dan kebahagiaan (Sachari, 1986: 80). Perhiasan 3. Realitas Terampil
tersebut memiliki nilai fungsi sehingga estetika Dalam desain, terampil artinya menguasai
ergonomi tersebut harus diterapkan, dikarenakan bentuk informasi raba, informasi rasa,
berhubungan langsung dengan manusia sebagai informasi data, dan informasi visual. Dalam
pengguna. Peneliti juga mempertimbangkan penelitian pengembang buku desain ini
desain tersebut sesuai ergonomi karena peniliti harus menguasai material dan
penggunaan material nantinya menggunakan proses, penguasaan teknologi, berdasarkan
logam dan menghasilkan produk perhiasan. penguasaan sistem dapat diartikan penguasaan
Estetika ergonomi dapat dikembangkan terhadap secara teknik.
realita-realita dalam konseptual desain. Realiatas 4. Realiatas Ekonomis
tersebut diantaranya fungsional, aman, terampil, Dalam penelitian ini prasyarat desain,
ARS: Jurnal Seni Rupa dan Desain - Volume 23, Nomor 3 September - Desember 2020 1 6 3
beriringan sesuai perjalanan waktu. Artefak juga Hasil Pengembangan Dan Visualisasi Desain
merupakan tingkah laku manusia yang memfosil Pengembangan Desain Perhiasan Surya
karena mengandung ide atau gagasan. Perhiasan Majapahit
emas dari masa klasik akhir di Jawa dibuat oleh Untuk menjawab tentang konsep desain
ahli pembuat perhiasan yang dikenal sebagai perhiasan motif Majapahit, peneliti menggunakan
pande mas, walaupun pande mas tergolong prosedur langkah penelitian pengembangan
dalam golongan luar kasta (kasta rendah), bukan model Richey dan Klein (2007) planing,
berarti pande mas disishkan dari lingkungan production, evaluation (PPE) dan teori Tim
masyarakat. Perkembangan perhiasan pada masa Brown (2009) Sesuai dengan teori tim Brown
klasik di Jawa juga tidak terlepas dari peran pande dalam tahapan design thinking yaitu eksplorasi,
mas sebagai inovator, namun segala potensi yang identifikasi, ideasi, visualisasi, evaluasi, dan
dimiliki pande mas juga dipengaruhi berbagai hal persuasi. Berikut akan dibahas tahapan tersebut,
yang ada diluar pande mas seperti waktu, ruang, maka di peroleh hasil dalam penelitian ini dapat
kebudayaan, dan ketersediaan bahan (media), diuraikan sebagai berikut:
sehingga dengan tema yang sama memiliki Planning (perencanaan)
bentuk yang berbeda. Dalam penelitian pengembangan desain
perhiasan motif Surya Majapahit ini, peneliti
Perhiasan Postmodern (kontemporer) melakukan survey di museum Trowulan Kab.
Moderenisasi kultural merupakan proses Mojokerto. Dalam hal ini peneliti menemukan
difrensiasi, maka postmodernisasi adalah proses beberapa kerajinan logam berupa kelatbahu
dedifrensiasi.. jika teoritis peradigmatik modern berbahan perunggu. Kemudian peneliti juga
adalah Weber, maka bagi yang postmodern bukan menemukan kowi sebagai alat untuk peleburan
lagi Baudrillard, melainkan Walter Benjamin. Ada logam. Peneliti juga melakukan observasi di
empat komponen utama yang dimiliki paradigma daerah Bejijong sebagai daerah atau sentra
kultural yaitu (1) hubungan antara objek-objek kerajinan cor kuningan. Peneliti juga belum
kultural yang dihasilkan yaitu estetik, teoretis, etis, menemukan pengrajin yang mengembangkan
dan sebagainya; (2) hubungan antara yang bersifat motif Surya Majapahit kedalam bentuk perhiasan.
kultural sebagai salah satu bagian yang utuh dengan Adapun peneliti menemukan berupa Pin Surya
yang bersifat sosial; (3) “ekonomi kultural” yang Majapahit sebagai identitas satu komunitas
pada gilirannya memuat unsur-unsur kondisi bagi kebudayaan di daerah Kab.Mojokerto. bersarkan
produksidan konsumsi, lembaga-lembaga kultur, Dari penggalian arkeologi di situs Trowulan kota
model sirkulasi, dan produk kultural atau barang pra islam terbesar di indonesia (Miksic 1990;
itu serndiri;serta (4) model penandaan: yaitu 46) dan berdasarkan berbagai temuan emas
hubungan antara penanda, yang ditandakan, dan tersebut menunjukkan bahwa teknik perwujudan
acuannya (Sugiharto 2004: 15). Menurut Lodra perhiasan mencapai puncaknya karena berbagai
(2012 : 82) Gaya postmodernisme mengaplikasikan tehnik pembuatan seni perhiasan emas telah di
nilai-nilai pengetahuan tradisional dengan konsep kenal baik (Kartodirjo Dkk 1993; 254).
penciptaan adaptif, adofsi, defusi, dan kolaborasi Dengan kata lain kerajaan Majapahit memang
kraitif. di kenal sebagai kerajaan besar dan berbagai jenis
Koentjaraningrat mengungkapkan terkait tinggalan arkeologisnya yang telah di temukan
dengan perkembangan yang dekutif sebagai menunjukan corak kebudayaan yang bermutu
berikut. “Proses penggeseran dan perkembangan tinggi. namun ternyata tinggalan perhiasan dari
pada masalah kebudayaan dikarenakan adannya masa Majapahit tidak sebanyak yang di harapkan.
internalisasi, sosialisasi, difusi, inovasi, dan Berdasarkan penelitian diatas menunjukkan
ekulturasi, akibat keterbukaan budaya dengan bahwa pada era Majapahit peradabannya sangat
budaya luar sehingga memicu terjadinya tinggi dengan temuan dari emas. Tetapi sangat
perkembangan. Perkembangan mulai dari bentuk disayangkan karena dalam menikmati perhiasan
kebudayaan yang sederhana kekreasi ke bentuk majapahit yang terbuat dari logam emas.
yang lebih komplek” (1990 : 227). Tidak dapat dilihat di daerah Trowulan Kab.
ARS: Jurnal Seni Rupa dan Desain - Volume 23, Nomor 3 September - Desember 2020 1 6 5
Visualisasi
Dengan memperhatikan tahapan
eksplorasi, identifikasi, dan idea, maka peneliti
memvisualisaikan kepada desain perhiasan. Pada
tahapan ini peneliti memvisualisasikan kedalam
bentuk 2 dimensi dan 3 dimensi, dengan
menggunakan manual dan program corel draw
x4 dalam mendesain perhiasan. Pada obyek
visual ini menunjukkan dari idea yang sudah
diuraikan sebelummnya mengambil motif Surya
Majapahit dengan mengkombinasikan beberapa
objek pendukung. Objek desain tersebut tidak
menggurangi makana didalamnya hannya
mengembangkan pada sisi pengembangan
bentuk. Desain tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 1 . Pen emban an de ain in in o tmodern Gambar 14. Pengembangan desain bros postmodern
(Sumber: Yongky Danang Prasetyo) (Sumber: Yongky Danang Prasetyo)
ARS: Jurnal Seni Rupa dan Desain - Volume 23, Nomor 3 September - Desember 2020 1 7 1
Gambar 1 . Pen emban an de ain liontin o tmodern Gambar 16. Pengembangan desain gelang postmodern
(Sumber: Yongky Danang Prasetyo) (Sumber: Yongky Danang Prasetyo)
172 Yongky Danang Prasetyo, I Nyoman Lodra, Autar Abdillah, Peng ...
Gambar . e ain ro r a Ma a a it
(Sumber: Yongky Danang Prasetyo)
ARS: Jurnal Seni Rupa dan Desain - Volume 23, Nomor 3 September - Desember 2020 1 7 9
HASIL PENELITIAN
Produk Perhiasan
1. Perhiasan Klasik
a. Liontin b. Cincin
Depan Belakang
Gambar 1. Per ia an bent k in in
Depan (Sumber: Yongky Danang Prasetyo)
. Gelang
Belakang
Gambar . Per ia an bent k liontin
(Sumber: Yongky Danang Prasetyo)
Pada produk perhiasan gelang bermotif Pada produk perhiasan bros meliki
Surya majapahit memiliki ukuran bentuk ukuran bentuk ber diameter 4,2 cm dan
ber diameter 3,8 cm memili ukuran batu menggunakan batu 0,9 mm. pada produk
0,6 mm. dalam produk gelang tidak perhiasan bros ini menggunakan 2 nilai
merubah bentuk, sehingga satu unsur fungsi digunakan dalm penggunaannya
dengan produk desain perhiasan surya pertama untuk bros dan kedua untuk
majapahit sehingga menjadi satu kesatuan. jilbab berupa ring kolong. Penggunaan
Sedangkan untuk lebar pergelangan ring kolong tersebut desainner berinovasi
tangan memiliki ukuran panjang 6,5 cm sesuai pengguna pada saat ini sebagai
dan dan tinggi 4,6 cm, tebal plat 0,2 mm aksesoris untuk jilbab.
dan lebar 0,7 mm pada bagian tengah dan
bawah 0,5 mm. e. Anting-anting
d. Bros
Desain Gelang
(Sumber: Yongky Danang Prasetyo)
b. Cincin
Pada produk perhiasan cincin desainer
memiliki ide untuk membuat desain
bentuk belah ketupat dengan juraian
mengarah keluar. Bentuk belah ketupat
tersebut memiliki ukururan panjang 3,5
cm dan lebar 2 cm, menggunakan batu
black jade berukuran panjang 1,1 cm
dan lebar 0,6 mm menyesuaikan dengan e ain iontin
(Sumber: Yongky Danang Prasetyo)
bentuk kolong batunya. Sedangkan
untuk ukuran besar ring menggukan d. Bros
ukuran diameter 1,2 cm. Dalam produk perhiasan bros desainer
tetap memnggunakan juraian sebagai
satu kesatuan dalam produk. Memiliki
ukuran tinggi 4,5 cm dan lebar 3,8 cm
dan diperkuat dengan rangka kawat
pada bagian bawah plat. Sedangkan batu
menggunakan black jade dengan ukuran
tinggi 2,2 cm dan lebar 1,2 cm. sedangkan
bros ini menggunakan tusuk peniti dan
e ain Cin in kolong sebagai aksesoris pada jilbab.
(Sumber: Yongky Danang Prasetyo)
. Liontin
Pada bentuk produk liontin desainer
tetap menggunakan juraian keluar sebagai
satu kesatuan dalam tema desain Surya
Majapahit. Jurain tersebut mengunkan
bentuk segitiga sama kaki dengan ukuran
tinggi 3,8 cm dan lebar 3 cm. sedangkan
diperkuat dengan kerangka kawat pada
bagian bawahnya, sebagai tumpuan
plat pda juraian yang mengarah keluar.
Pada liontin ini deinener menggunakan Desain Bros
(Sumber: Yongky Danang Prasetyo)
ARS: Jurnal Seni Rupa dan Desain - Volume 23, Nomor 3 September - Desember 2020 1 8 3