Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PENYAKIT HIPERTENSI

(Ditujukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah)

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Sadaukur Br. Barus S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh

Kelompok 4

Rizkia Siti Rozani (E.0105.18.040)

PRODI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR


CIMAHI

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA SISTEM KARDIOVASKULER: HIPERTENSI
 
A. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka
morbiditas dan angka kematian (mortalitas).
Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah Tinggi  jika
tekanan Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan Diastolik lebih  besar
dari 90 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg
untuk Diastolik.

B. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis:
1. Hipertensi primer  atau esensial adalah hipertensi yang tidak/belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari
adanya penyakit lain.
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1. Penyakit Ginjal
a. Stenosis arteri renalis
b. Pielonefritis
c. Glomerulonefritis
d. Tumor-tumor ginjal
e. Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
f. Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
g. Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
a. Hiperaldosteronism
b. Sindroma Cushing
c. Feokromositoma
3. Obat-obatan
a. Pil KB
b. Kortikosteroid
c. Siklosporin
d. Eritropoietin
e. Kokain
Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :
1. Peningkatan kecepatan denyut jantung
2. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
3. Peningkatan TPR yang berlangsung lama

C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula  jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan  pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke  pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi
sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pathway

D. Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya  berhubungan
dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud
adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan
yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah  
7. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan
kesadaran dan  bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini
disebut ensefalopati hipertensif , yang memerlukan penanganan segera.

E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang
beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi
dokter.
a. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh
(lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
b. Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf
yang bekerja pada saat kita beraktivitas).
Contoh obatnya adalah: Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
c. Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya
pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah
diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh
obatnya adalah: Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita
diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia
(kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang
bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala
bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat
harus hati-hati.
d. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi
otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah:
Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari
pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.
e. Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat
Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).
Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping
yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
f. Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat
ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin
timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
g. Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin
II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung.
Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan).
Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan
mual.
2. Penatalaksanaan Non Medis
Penatalaksanaan non medis adalah:
a. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
b. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.  
c. Ciptakan keadaan rileks Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau
hipnosis dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan
tekanan darah.
d. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45
menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
e. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.
F. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi:
1. Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic
attack (TIA).
2. Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut
(IMA).
3. Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
4. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.

G. Pengkajian
1. Keluhan Utama
Pada kasus hipertensi, ditemukan keluhan utama adanya pusing yang hebat.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala
yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi,
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
3. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Saat dikaji pasien hipertensi biasanya didapat riwayat penyakit jantung koroner,
merokok, penyalahgunaan obat, tingkat stress yang tinggi, dan gaya hidup yang
kurang beraktivitas.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kaji tingkat kesadaran ( GCS ) kehilangan sensasi, susunan saraf dikaji
(Nevrus I-XII )gangguan penlihatan, gangguan ingatan
b. Mengkaji tanda-tanda vital
c. Kesadaran bisa compos mentis sampai mengalami penurunan keadaran
kehilangan sensasi, susunan saraf dikaji (I-XII) gangguan penglihatan,
gangguan ingatan, tonus otot menurun dan kehilangan reflek tonus, BB
biasanya mengalami penurunan, tanda-tanda vital biasanya melebihi batas
normal.
d. Nadi, frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan fungsi jantung atau
kondisi jantung), perubahan EKG, adanya penyakit jantung miocard infark,
rematik atau penyakit jantung vaskuler.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi
bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau
mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer
lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol
total, HDL, LDL.
b. Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP
(dapat mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan
pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH dan
ekordiografi.
c. Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose
(DM) kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat),
kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri
gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan
vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal),
asam urat (factor penyebab hipertensi).
d. Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan
6. Penatalaksanaan Klinis
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang
beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi
dokter.
a. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh
(lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
b. Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf
yang bekerja pada saat kita beraktivitas).
Contoh obatnya adalah: Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
c. Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya
pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah
diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh
obatnya adalah: Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita
diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia
(kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang
bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala
bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat
harus hati-hati.
d. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi
otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah:
Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari
pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.
e. Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat
Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).
Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping
yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
f. Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat
ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin
timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
g. Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin
II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung.
Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan).
Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan
mual.
7. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
1. Tanda mayor Gangguan sirkulasi Penurunan curah
Ds: jantung
a. Perubahan irama jantung
1) Palpasi Pembuluh darah
b. Perubahan preload
1) Lelah
c. Perubahan afterload Sistemik
1) Dispnea
d. Perubahan kontraktilitas
1) Paroxysmal noctural Vasokontriksi
dyspnea (PND)
2) Ortopnea
3) Batuk Afterload meningkat
Do:
a. Perubahan irama jantung
1) Bradikardia/Takikardi Penurunan curah
a jantung
2) Gambaran EKG
aritmia atau gangguan
konduksi
b. Perubahan preload
1) Edema
2) Distensi vena jugularis
3) Central venous
pressure (CVP)
meningkat/menurun
4) Hepatomegali
c. Perubahan afterload
1) Tekanan darah
meningkat/menurun
2) Nadi perifer teraba
lemah
3) Capillary refill time >
3 detik
4) Oliguria
5) Warna kulit pucat
dan/atau sianosis
d. Perubahan kontraktilitas
1) Terdengar suara
jantung S3 dan/atau
S4
2) Ejection fraction (EF)
menurun
Tanda Minor
Ds:
a. Perubahan preload (tidak
tersedia)
b. Perubahan after load (tidak
tersedia)
c. Perubahan kontraktilitas
(tidak tersedia)
d. Perilaku/emosiaonal
1) Cemas
2) Gelisah
Do:
a. Perubahan preload
1) Murmur jantung
2) Berat badan bertambah
3) Pulmonary artery
wedge pressure
(PAWP) menurun
b. Perubahan afterload
1) Pulmonary vascular
resistance (PVR)
meningkat/menurun
2) Systemic vascular
resitance (SVR)
meningkat/menurun
c. Perubahan kontraktilitas
1) Cardiac index (CI)
menurun
2) Left ventricular stroke
work index (LVSWI)
menurun
3) Stroke volume index
(SVI) menurun

2. Tanda mayor Gangguan sirkulasi Nyeri akut


Ds: Mengeluh nyeri
Do:
a. Tampak meringis Pembuluh darah
b. Bersikap protektif
c. Gelisah
d. Frekuensi nadi meningkat Coroner
e. Sulit tidur
Tanda minor
Ds: - Iskemia miokard
Do:
a. Tekanan darah meningkat
b. Pola nafas berubah Nyeri akut
c. Nafsu makan berubah
d. Proses berpikir tengganggu
e. Menarik diri
f. Berfokus pada diri sendiri
g. Diaferosis
3. Tanda mayor Gangguan sirkulasi Intoleransi aktivitas
Ds: Mengeluh lelah
Do: Frekuensi jantung
meningkat >20% dari kondisi Pembuluh darah
istirahat
Tanda minor
Ds: Sistemik
a. Dispnea saat/setelah
aktivitas
b. Merasa tidak nyaman Vasokontriksi
setelah beraktivitas
c. Merasa lemah
Do: Afterload meningkat
a. Tekanan darah berubah
>20% dari kondisi istirahat
b. Gambaran EKG Fatigue
menunjukkan aritmia
saat/setelah aktivitas
c. Gambaran EKG
menunjukkan iskemia Intoleransi aktivitas
d. Sianosis

H. Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokontriksi, hipertrofi/rigiditas verikuler, iskemia miokard
2) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral dan
iskemia
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen

I. Intervensi

No Dx Tujuan Intervensi Rasional


1. a. Tanda vital dalam Observasi Observasi
rentang normal 1. Identifikasi 1. Untuk mengetahui
(tekanan darah, nadi, tanda/gejala primer secara dini
respirasi) penurunan curah mengenai tanda
b. Dapat mentoleransi jantung dan gejala
aktivitas, tidak ada 2. Identifikasi 2. Untuk mengetahui
kelelahan tanda/gejala sekunder secara dini
c. Tidak ada edema penurunan curah mengenai tanda
paru, perifer dan jantung dan gejala
tidak ada asites 3. Monitor tekanan darah 3. Untuk mengetahui
d. Tidak ada penurunan keadaan umum
kesadaran pasien
4. Monitor intake dan 4. Untuk mengetahui
output cairan adanya tanda-tanda
dehidrasi
5. Untuk mengetahui
5. Monitor keluhan nyeri
perkembangan
dada
status kesehatan
dan mencegah
komplikasi
lanjutan
6. Untuk mengetahui
6. Monitor aritmia perkembangan
status kesehatan
dan mencegah
komplikasi
lanjutan
Terapeutik
Terapeutik 1. Posisikan pasien
1. Posisikan pasien semi dengan posisi semi
fowler atau fowler fowler atau fowler
untuk mengurangi
sesak
2. Untuk
2. Berikan diet jantung memaksimalkan
yang sesuai jantung memompa
darah
3. Dapat menurunkan
3. Beri dukungan tingkat kecemasan
emosional dan klien
spiritual 4. Untuk
meningkatkan
4. Berikan oksigen untuk pengiriman
mempertahankan oksigen ke paru
saturasi oksigen Edukasi
1. Frekuensi jantung
Edukasi atau tekanan darah
1. Anjurkan beraktivitas tidak normal
fisik sesuai toleransi sebagai respon
terhadap aktivitas

2. Untuk
2. Anjurkan berhenti meningkatkan
merokok derajat kesehatan
pasirn
Kolaborasi
Kolaborasi 1. mengontrol
kondisi aritmia
1. Kolaborasi pemberian (denyut jantung
antiaritmia berdetak terlalu
cepat, terlalu
cepat, terlalu
lambat, atau tidak
teratur)
2. a. Mampu mengontrol Observasi Observasi
nyeri (tahu penyebab 1. Identifikasi skala nyeri 1. Untuk mengetahui
nyeri, mampu tingkatan nyeri
menggunakan teknik 2. Identifikasi faktor yang 2. Untuk mengetahui
nonfarmakologi memperberat dan faktor apa yang
untuk mengurangi memperingan nyeri dapat mengurangi
nyeri, mencari nyeri
bantuan) Terapeutik Terapeutik
b. Skala nyeri 1. Fasilitasi istirahat dan 1. Agar pasien
berkurang tidur merasa rileks tanpa
c. Mampu mengenali ada stress
nyeri (skala, Edukasi Edukasi
intensitas, frekuensi 1. Jelaskan strategi untuk 1. Supaya pasien
dan tanda nyeri) mengurangi rasa nyeri dapat mengalihkan
d. Mengatakan rasa rasa nyeri yang
nyaman setelah dirasakan
nyeri berkurang 2. Ajarkan teknik 2. Untuk
nonfarmakologi mengalihkan rasa
nyeri misalnya
tehnik relaksasi
atau distraksi

Kolaborasi Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk mengurasi


obat analgetik rasa nyeri

3. a. Berpartisipasi dalam Observasi Observasi


aktivitas fisik tanpa
disertaipeningkatan 1. Identifikasi gangguan 1. Untuk menghindari
tekanan darah, nadi fungsi tubuh yang terjadinya jatuh

dan RR mengakibatkan atau cedera karena

b. Mampu melakukan kelelahan kelelahan

ADL secara mandiri 2. Monitor lokasi dan 2. Untuk mengetahui

c. TTV normal ketidaknyamanan lokasi/bagian mana

d. Mampu berpindah: selama melakukan saja yang dapat

dengan atau tanpa aktivitas menyebabkan

bantuan alat ketidaknyamanan

e. Status saat beraktivitas

kardiopulmonari
Terapeutik Terapeutik
adekuat
f. Sirkulasi status baik 1. Sediakan lingkungan 1. Lingkungan yang
g. Pertukaran gas dan yang nyaman dan nyaman dapat
ventilasi adekuat rendah stimuslus (mis. memberikan
Cahaya, suara, kenyamanan saat
kunjungan) beraktivitas
2. Lakukan latihan 2. Untuk menghindari
rentang gerak pasif terjadinya kekakuan
dan/atau aktif pada sendi

Edukasi Edukasi

1. Anjurkan tirah baring 1. Untuk menghindari


terjadinya ulkus
decubitus
2. Anjurkan melakukan 2. Dengan dilakukan
aktivitas secara secara bertahap
bertahap akan mengurangi
terjadinya kram
pada otot

Kolaborasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli 1. Dapat menambah
gizi tentang cara energy sehingga
meningkatkan asupan tidak terjadi
makanan lemah/lemas saat
beraktivitas

J. Daftar Pustaka
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta:EGC

PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi I Cetakan


III(Revisi). Jakarta

PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi Cetakan II.


Jakarta

Anda mungkin juga menyukai