Anda di halaman 1dari 6

1.

Definisi

 Mobilitas gigi adalah penyakit periodontal disertai hilangnya perlekatan dan


kerusakan tulang infraboni maupun supraboni (carranza et al., 2018).

 Penyebab mobilitas gigi terdiri beberapa faktor seperti trauma, akumulasi plak dan
tekanan oklusal yang berlebihan. Kasus mobilitas gigi mengakibatkan pada
ketidakstabilan oklusal, gangguan pengunyahan dan gangguan kualitas hidup,
dengan demikian terdorong untuk melakukan perawatan (nurcan, 2015). Salah satu
cara untuk mengontrol terjadi mobilitas gigi yaitu dengan perawatan splinting.

 Perawatan splinting adalah suatu perawatan periodontal yang mengalami mobilitas


gigi (rajaram dan mahendra, 2018). Perawatan splinting memiliki manfaat selain
menstabilkan gigi juga digunakan untuk melindungi pulpa serta perawatan splinting
mencegah pergerakan pada gigi penyangga (djais, 2016). Penggunaan splinti ng
akan memperluas dan menyebarkan beban oklusal pada gigi yang di splin,
yang ditentukan dengan kekakuan splint dan jumlah gigi yang
dihubungkan(carranza, 2006)

Menurut Fedi dkk, kegoyangan gigi diklasifikasikan Alternatif


splinting pada kegoyangan gigi akibat penyakit periodontal 210
menjadi tiga derajat.

Derajat 1 yaitu kegoyangan sedikit lebih besar dari normal

Derajat 2 yaitu kegoyangan sekitar 1 mm,

dan derajat 3 yaitu kegoyangan sekitar > 1 mm pada segala arah


   dan gigi dapat ditekan ke arah apikal.
 Splint adalah alat yang digunakan untuk menstabilisasi gigi goyang karena trauma
 Tujuan splinting :

Mengistirahatkan jaringan yang sakit

Memperbaiki fungsi pengunyahan

Membagi rata daya kunyah

Mencegah tipping, migrasi, pergerakan gigi

Menstabilkan kontak proksimal dan mencegah impaksi makanan


Memfungsikan gigi goyang

2. Kontraindikasi Splinting
 adanya inflamasi pada jaringan peiodontal dan atau kontak oklusal primer
 Kurangnya jumlah gigi penyangga untuk stabilisasi gigi yang goyang
 Tidak diperolehnya stabilitas oklusal yang baik
 Pasien dengan oral hygiene yang buruk
3. Indikasi Splinting :
 Goyang derajat 3
 Kehilangan struktur pendukung akibat periodontitis
 Trauma jangka pendek pada periodonsium akibat perawatan periodontitis.
 Gigi yang mengalami mobilitas dengan derajat mobilitas yang tidak meningkat,
umumnya tidak membutuhkan splinting.
Splinting sementara atau semipermanen diindikasikan dipakai untuk jangka waktu
singkat, dan umumnya digunakan untuk menstabilkan gigi yang goyang selama
berlangsunya terapi periodontal. Splinting jenis ini dapat menurunkan trauma
perawatan. Splint cekat sementara yang paling umum digunakan, yaitu splint resin
komposit etsa-asam tanpa preparasi gigi

 Splinting semipermanen atau permanen dapat digunakan untuk menstabilkan gigi


dengan mobilitas tinggi sehingga mengganggu pengunyahan pasien. Retensi
ortodontik juga dapat dianggap sebagai jenis splinting semipermanen/permanen.
Splint semipermanen cekat yang sangat sering digunakan pada daerah anterior
adalah splint resin komposit etsa-asam yang diaplikasikan setelah preparasi gigi.
splint ini dapat berfungsi selama beberapa bulan atau bahkan tahun. Kadang sangat
memungkinkan untuk melepas restorasi anterior yang lama dan menggunakan
preparasi kavitas pada splint. Teknik aplikasi ini serupa dengan penempatan
restorasi resin komposit menggunakan etsa-asam sebelum perawatan.

 Splinting permanen digunakan selama rehabilitasi rongga mulut kompleks di mana


gigi penyangga mengalami mobilitas tinggi atau di mana gigi penyangga yang sedikit
harus mendukung seluruh protesa, terutama ketika gigi penyangga memiliki
dukungan periodontal yang minimal, namun telah berhasil dirawat secara
periodontal. Jika beberapa gigi tidak di-splinting, akan terjadi bahaya peningkatan
mobilitas gigi yang terus berlanjut.
4. Tahapan
5. Fase

Splinting dilakukan pada terapi inisial (fase etiotropik) dalam rencana perawatan penyakit
periodontal. Tindakan yang dilakukan pada fase pertama adalah pemberian kontrol plak
yang meliputi motivasi, edukasi dan instruksi, skeling dan penghalusan akar, splinting dan
terapi oklusal, serta pemberian terapi penunjang berupa antimikroba

6. CPITN
Pengertian CPITN atau Community Periodontal Index for Treatment Needs adalah indeks
resmi yang digunakan oleh WHO untuk mengukur kondisi jaringan periodontal serta
perkiraan akan kebutuhan perawatannya dengan menggunakan sonde khusus
yaitu WHO Periodontal Examining Probe. Sonde khusus yang dipergunakan
untuk pemeriksaan CPITN ini memiliki bentuk ujung bulat dengan diameter 0,5.

1. Sektan kanan atas : elemen gigi 1.7, 1.6, 1.5, 1.4 (sektan 1)
Pemeriksaan
2. SektanCPITN
anteriorini menggunakan
(depan) 6 sektan
atas : elemen yaitu
gigi 1.3,: 1.2, 1.1, 2.1, 2.2, 2.3
(sektan2)
3. Sektan kiri atas : elemen gigi 2.4, 2.5, 2.6, 2.7 (sektan 3)
4. sektan kiri bawah : elemen gigi 3.7, 3.6. 3.5, 3.4 (sektan 4)
5. Sektan anterior bawah : elemen gigi 3.3, 3.2, 3.1, 4.1, 4.2, 4 (sektan 5)
6. Sektan kanan bawah : elemen gigi 4.4, 4.5, 4.6, 4.7 (sektan 6)

Pelaksanaan:
1. Pasien dlm posisi pemeriksaan
2. Dlm penggunaan probe, dipergunakan tekanan ringan, sebagai patokan, coba
masukkan ujung probe di bawah kuku ibu jari tangan dgn tdk menimbulkan rasa
sakit, bila timbul rasa sakit, berarti tekanan terlalu besar
3. Letakkan ujung probe pd CEJ, lalu digeser dgn gerakan naik turun mengikuti
kontur gigi
4. Hasil dr probing dilihat, apakah:
- berdarah/ tdk
- jika terasa ujung probe tersangkut, berarti ada karang gg
- jika ujung probe masuk ke dlm saku gusi, berarti ada saku gusi/ poket
S Keterangan Kebutuhan Perawatan
k
o
r
0 Sehat (Tdk ada bleeding, Tdk membutuhkan perawatan
kalkulus atau poket)

1 Gingival bleeding/ ada perlu peningkatan kebersihan mulut


perdarahan spontan atau pribadi dan DHE
sesaat setelah probing

2 Supra/subgingival kalkulus Perlu pembersihan oleh tenaga ahli (b)


saat probing, tp seluruh tanda serta DHE
‘band’ hitam tetap Nampak

3 Ada poket patologik Perlu penanganan oleh tenaga ahli


kedalaman 4 – 5 mm (margin tan tindakan (a & b)
gingiva berada pd ‘band’
hitam)

4 Ada poket patologik yg Penanganan sama di atas disertai


komplek dgn kedalam 6 mm perawtn kompleks mis: deep scaling &
atau lebih (‘band’ hitam tdk root planning dgn anestesi (a,b,c), bonr
nampak) graft

7. Tahapan gigi goyang


Gingivitis dan poket gingiva terjadi karena rusaknya perlekatan gingiva (loss of gum
attachment). Kerusakan jaringan karena infeksi jaringan periodontal mengandung bahan-
bahan toksik (berasal dari bakteri maupun respon inflamasi). Bakteri secara langsung dapat
merusak jaringan inang yang dapat menghasilkan bermacam-macam toksin (terutama
protease). Respons inflamasi yang terjadi secara masif dapat merusak jaringan serta
menghasilkan bahan-bahan toksik prooksidatif. Respons inflamasi menyebabkan keadaan
inflamasi akut yang mengakibatkan kerusakan jaringan. Sedangkan kerusakan progresif
ligamen periodontal dan tulang alveolar (alveolar bone loss) menyebabkan gigi goyang dan
mudah tanggal menandakan periodontitis parah. Kebersihan mulut yang jelek ditandai
adanya timbunan plak bakterial pada karang gigi subgingival berkorelasi positif dengan
keparahan periodontitis.
8. Macam bahan splinting selain yang ada secara umum
B e r d a s a r k a n b a h a n y a n g d i g u n a k a n , wire-composite splint, resin splint, dan
K e v l a r / fi b e r g l a s s   s p l i n t  
9. Apakah semua kasus periodontal perlu di splinting ? Tidak

Splinting biasanya dilakukan pada fase terapi inisial, dimana terapi inisial bertujuan untuk
membuang semua faktor lokal yang menyebabkan peradangan gingival serta pemberian
instruksi dan motivasi pasien dalam melakukan kontrol plak. Terapi inisial juga disebut
sebagai fase etiotropik karena bertujuan untuk menghilangkan faktor etiologi penyakit
periodontal. Terapi inisial mencakup kontrol plak yang meliputi motivasi, edukasi dan
instruksi dari pasien, skeling dan penghalusan akar, rekonturing restorasi, pembuangan
karies, pemberian antimikroba serta evaluasi jaringan. Pencapaian perawatan melalui bedah
periodontal dapat dilakukan bilamana terapi inisial berhasil dengan baik.1 Splinting biasanya
dilakukan pada fase inisial, sebelum fase bedah, baik berupa splinting sementara maupun
splinting permanen. Beberapa penelitian menunjukkan splinting dapat meningkatkan
resistensi jaringan terhadap kerusakan periodontal lebih lanjut dan mempercepat respon
penyembuhan.

10. Kasus Splinting derajat kegoyangan berapa ? 3


11. . CPITN LENGKAP

Anda mungkin juga menyukai