Definisi
Penyebab mobilitas gigi terdiri beberapa faktor seperti trauma, akumulasi plak dan
tekanan oklusal yang berlebihan. Kasus mobilitas gigi mengakibatkan pada
ketidakstabilan oklusal, gangguan pengunyahan dan gangguan kualitas hidup,
dengan demikian terdorong untuk melakukan perawatan (nurcan, 2015). Salah satu
cara untuk mengontrol terjadi mobilitas gigi yaitu dengan perawatan splinting.
2. Kontraindikasi Splinting
adanya inflamasi pada jaringan peiodontal dan atau kontak oklusal primer
Kurangnya jumlah gigi penyangga untuk stabilisasi gigi yang goyang
Tidak diperolehnya stabilitas oklusal yang baik
Pasien dengan oral hygiene yang buruk
3. Indikasi Splinting :
Goyang derajat 3
Kehilangan struktur pendukung akibat periodontitis
Trauma jangka pendek pada periodonsium akibat perawatan periodontitis.
Gigi yang mengalami mobilitas dengan derajat mobilitas yang tidak meningkat,
umumnya tidak membutuhkan splinting.
Splinting sementara atau semipermanen diindikasikan dipakai untuk jangka waktu
singkat, dan umumnya digunakan untuk menstabilkan gigi yang goyang selama
berlangsunya terapi periodontal. Splinting jenis ini dapat menurunkan trauma
perawatan. Splint cekat sementara yang paling umum digunakan, yaitu splint resin
komposit etsa-asam tanpa preparasi gigi
Splinting dilakukan pada terapi inisial (fase etiotropik) dalam rencana perawatan penyakit
periodontal. Tindakan yang dilakukan pada fase pertama adalah pemberian kontrol plak
yang meliputi motivasi, edukasi dan instruksi, skeling dan penghalusan akar, splinting dan
terapi oklusal, serta pemberian terapi penunjang berupa antimikroba
6. CPITN
Pengertian CPITN atau Community Periodontal Index for Treatment Needs adalah indeks
resmi yang digunakan oleh WHO untuk mengukur kondisi jaringan periodontal serta
perkiraan akan kebutuhan perawatannya dengan menggunakan sonde khusus
yaitu WHO Periodontal Examining Probe. Sonde khusus yang dipergunakan
untuk pemeriksaan CPITN ini memiliki bentuk ujung bulat dengan diameter 0,5.
1. Sektan kanan atas : elemen gigi 1.7, 1.6, 1.5, 1.4 (sektan 1)
Pemeriksaan
2. SektanCPITN
anteriorini menggunakan
(depan) 6 sektan
atas : elemen yaitu
gigi 1.3,: 1.2, 1.1, 2.1, 2.2, 2.3
(sektan2)
3. Sektan kiri atas : elemen gigi 2.4, 2.5, 2.6, 2.7 (sektan 3)
4. sektan kiri bawah : elemen gigi 3.7, 3.6. 3.5, 3.4 (sektan 4)
5. Sektan anterior bawah : elemen gigi 3.3, 3.2, 3.1, 4.1, 4.2, 4 (sektan 5)
6. Sektan kanan bawah : elemen gigi 4.4, 4.5, 4.6, 4.7 (sektan 6)
Pelaksanaan:
1. Pasien dlm posisi pemeriksaan
2. Dlm penggunaan probe, dipergunakan tekanan ringan, sebagai patokan, coba
masukkan ujung probe di bawah kuku ibu jari tangan dgn tdk menimbulkan rasa
sakit, bila timbul rasa sakit, berarti tekanan terlalu besar
3. Letakkan ujung probe pd CEJ, lalu digeser dgn gerakan naik turun mengikuti
kontur gigi
4. Hasil dr probing dilihat, apakah:
- berdarah/ tdk
- jika terasa ujung probe tersangkut, berarti ada karang gg
- jika ujung probe masuk ke dlm saku gusi, berarti ada saku gusi/ poket
S Keterangan Kebutuhan Perawatan
k
o
r
0 Sehat (Tdk ada bleeding, Tdk membutuhkan perawatan
kalkulus atau poket)
Splinting biasanya dilakukan pada fase terapi inisial, dimana terapi inisial bertujuan untuk
membuang semua faktor lokal yang menyebabkan peradangan gingival serta pemberian
instruksi dan motivasi pasien dalam melakukan kontrol plak. Terapi inisial juga disebut
sebagai fase etiotropik karena bertujuan untuk menghilangkan faktor etiologi penyakit
periodontal. Terapi inisial mencakup kontrol plak yang meliputi motivasi, edukasi dan
instruksi dari pasien, skeling dan penghalusan akar, rekonturing restorasi, pembuangan
karies, pemberian antimikroba serta evaluasi jaringan. Pencapaian perawatan melalui bedah
periodontal dapat dilakukan bilamana terapi inisial berhasil dengan baik.1 Splinting biasanya
dilakukan pada fase inisial, sebelum fase bedah, baik berupa splinting sementara maupun
splinting permanen. Beberapa penelitian menunjukkan splinting dapat meningkatkan
resistensi jaringan terhadap kerusakan periodontal lebih lanjut dan mempercepat respon
penyembuhan.