FAKULTAS TEKNIK
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur patut kita panjatkan pada Rabb semesta alam Allah SWT, atas
berkat karunia dan hidayah—Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah
ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada pemimpin terbaik sepanjang
masa Rasulullah Muhammad SAW, sahabat-sahabatnya, dan kepada ummatnya
hingga akhir zaman.
Makalah ini telah kami susun dengan sederhana dan mudah dipahami.
Apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami berharap pembaca
berkenan memberikan saran serta kritikan untuk melengkapi masalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dalam pembelajaran dan dapat kita aplikasikan dalam
kehidupan kita sehari-hari.
Penulis
BAB 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Wilayah barat Nusantara dan sekitar malaka sejak masa kuno merupakan
wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana
menarik para pedagang, serta menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan
India. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatera dan Jawa antara abad ke-21 dan ke
7 M sering disinggahi pedagang asing.
Islam dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat Islam Indoonesia karena
islam adalah agama rahmatan lil’alamin, rahmat bagi seluruh alam. Islam menghapus
konsep kasta dan perbedaan status sosial, agama islam dapat melengkapi seluruh
aspek kehidupan masyarakat. Islam mengajarkan persatuan, persaudaraan atas
ummat.
BAB 2
Pembahasan
1. Teori Gujarat
Pendapat tentang teori masuknya Islam ke Indonesia yang pertama datang
dari teori Gujarat. Dalam teori ini, diceritakan Islam masuk ke Nusantara
pada abad ke-13 M dari pedagang India Muslim.
Teori ini berkembang dari Pijnappel dari Universitas Leiden yang mengatakan
bahwa asal muasal Islam dari Gujarat dan Malabar. Kemudian, orang Arab
bermazhab Syafi'i bermigrasi ke India dan orang India lah yang membawanya
ke Indonesia.
Pendapat ini juga ditegaskan oleh Snouck Hurgronje dalam buku 'L'Arabie et
Les Indes Neelandaises atau Reveu de I'Histoire des Religious bahwa
hubungan dagang Indonesia dan India telah lama terjalin, kemudian inskripsi
tertua tentang Islam terdapat di Sumatera memberikan gambaran hubungan
antara Sumatera dengan Gujarat.
Selain itu, ada juga teori Gujarat dari Moquette di mana ia mengatakan bahwa
agama Islam di Tanah Air berasal dari Gujarat berdasarkan bukti peninggalan
artefak berupa batu nisan di Pasai, kawasan utara Sumatera pada 1428 M.
Adapun, batu nisan itu memiliki kemiripan dengan batu nisan di makam
Maulana Malik Ibrahim di Jawa Timur, yakni memiliki bentuk dengan batu
nisan di Cambay, Gujarat, Inia.
2. Teori Mekah
Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Hamka dalam Dies Natalis PTAIN ke-8 di
Yogyakarta sebagai koreksi dari teori Gujarat. Dalam teori masuknya Islam ke
Indonesia ini diterangkan bahwa Arab Saudi memegang peranan yang besar.
Hal ini dibuktikan setelah wafatnya Rasulullah SAW pada tahun 632 M, di
mana kepemimpinan Islam dipegang oleh para khalifa. Di bawah
kepemimpinan itu, agama Islam disebarkan lebih luas hingga ke seluruh
Timur Tengah, Afrika Utara, Spanyol.
3. Teori Persia
Teori masuknya Islam ke Indonesia terakhir adalah Persia yang dicetuskan
oleh Hoesein Djajadiningrat. Dijelaskan bahwa Islam masuk ke Indonesia dari
Persia singgah di Gujarat pada abad ke-13. Hal ini terbukti dari kebudayaan
Indonesia yang memiliki persamaan dengan Persia.
Hal ini juga dipertegas oleh Morgan (1963:139-140) bahwa masyarakat Islam
Indonesia sama dengan Persia. Terbukti, peringatan 10 Muharram atau Asyura
sebagai hari peringatan Syi'ah atas syahidnya Husein. Peringatan ini
berbentuk pembuatan bubur Syura.
Selanjutnya, teori ini juga didukung dengan kesamaan ajaran Syaikh SIti Jenar
dengan ajaran Sufi Iran al-Hallaj. Ketiga, penggunaan istilah bahasa Iran
dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda bunyi harakat dalam pengajian
Al-Quran tingkat awal.
4. Teori Bengal
Teori ini mengatakan bahwa islam nusantara berasal dari daerah Bengal.
Teori ini dikemukakan oleh S.Q. Fatimi. Teori Bengalnya Fatimi ini juga
didasarkan pada teori nisan. Menurut Fatimi model dan bentuk nisan Malik
Al-Shalih, raja Pasai berbeda sepenuhnya dengan batu nisan yang terdapat di
Gujarat. Bentuk dan model nisan itu justru mirip dengan batu nisan yang ada
di Bengal. Oleh karena itu, menurutnya pastilah Islam juga berasal dari sana.
Namun demikian teori nisan Fatimi ini kemudian menjadi lemah dengan
diajukannya teori mazhab. Mengikuti teori Mazhab, ternyata terdapat
perbedaan mazhab yang dianut oleh umat Islam Bengal yang bermahzab
Hanafi, sementara Islam Nusantara menganut Mazhab Syafi’i. Dengan
demikian teori Bengal ini menjadi tidak kuat.
5. Teori Coromandel dan Marabal
6. Teori Arabia
7. Teori Mesir
Teori yang dikemukakan oleh Kajizer ini uga mendasarkan pada teori
mazhab, dengan mengatakan bahwa ada persamaan mazhab yang dianut oleh
penduduk Mesir Nusantara, yaitu mazhab Syafi’i. Teori Arab-Mesir ini juga
dikuatkan oleh Niemann dan de Hollander. Tetapi keduanya memberikan
revisi, bahwa bukan Mesir sebagai sumber Islam Nusantara, melainkan
Hadramaut. Sementara itu dalam seminar yang diselenggarakan tahun 1969
dan 1978 tentang kedatangan Islam ke Nusantara menyimpulkan bahwa Islam
langsung datang dari Arabia, tidak melalui dari India.
1. Perdagangan
2. Perkawinan
3. Pendidikan
4. Tasawuf
5. Kesenian
Metode penyebaran agama Islam di Indonesia lainnya yang tak kalah menarik
adalah kesenian. Di Jawa, agama Islam disebarluaskan juga melalui kesenian,
utamanya wayang. Salah satu tokoh yang menyebarkan agama Islam melalui
kesenian wayang adalah Sunan Kalijaga. Kisah-kisah yang ditampilkan biasanya
diambil dari kisah Ramayana atau Mahabarata namun dengan muatan berisi ajaran
Islam dengan tokoh nama-nama pejuang muslim.
Kesenian lainnya yang dijadikan metode penyebaran agama Islam adalah seni
pahat, seni ukir, seni arsitektur, seni tari, seni musik, dan seni sastra. Adapun contoh
bangunan arsitektur bercorak Islam adalah Mesjid Agung Demak, Masjid Kudus,
Mesjid Agung Banten, dan lain sebagainya.
6. Politik
Al-Irsyad
Al Irsyad merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang didirikan oleh kaum
pedagang Arab di Jakarta. Organisasi ini menitikberatkan perhatiannya pada
pendidikan tanpa membeda-bedakan status sosial masyarakat.
Jamiat khair
Jamiat khair merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang didirikan oleh
masyarakat Arab di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1905. Para pendiri Jamiat Khair
merupakan kaum bangsawan Arab di antaranya adalah Sayid Muhammad Al-Fachir
bin Syihab, Sayid Idrus bin Ahmad bin Syihab, dan Sayid Sjehan bin Syihab.
Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah salah satu organisasi sosial kemasyarakatan Islam terbesar
di Indonesia yang didirikan pada tanggal 18 November 1912 oleh K.H Ahmad Dahlan
di Yogyakarta. Beberapa kegiatan yang menjadi pusat perhatian Muhammadiyah
antara lain pendidikan, sosial, dan dakwah. Di bidang pendidikan, Muhammadiyah
memiliki satuan pendidikan sejak TK hingga Pasca Sarjana. Di bidang sosial,
Muhammadiyah memiliki panti asuhan, beberapa rumah sakit dan Balai Kesehatan
Ibu dan Anak. Adapun di bidang dakwah, Muhammadiyah menitikberatkan
perjuangannya pada pemurnian aqidah; memerangi berbagai perbuatan syirik yaitu
menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala dalam berbagai bentuk; menentang
tahayul, khurafat, dan perbuatan bid’ah; dan mengikis habis kebiasaan taqlid buta
dalam beragama. Selain itu, Muhammdiyah juga menolak kehidupan tasawuf serta
menentang tarekat karena merupakan perbuatan bid’ah.
Nahdlatul Ulama
Persyarikatan Ulama
Organisasi yang awalnya bernama Hayatul Qulub ini pertama kali didirikan di
Majalengka pada tahun 1911 oleh K.H Abdul Halim. Ide pembaruan Islam yang
dibawa oleh beliau banyak dipengaruhi oleh ide-ide dari tokoh pembaruan Mesir
seperti Muhammad Abduh dan Jamaluddin al-Afghani. Organisasi ini memusatkan
kegiatannya di baidang pendidikan, sosial, dan ekonomi. Pada tahun 1917, nama
organisasi ini berubah menjadi Persyarikatan Ulama yang bertujuan menyatukan
dan mengajak para ulama mengelola pendidikan dengan cara yang lebih modern
seperti sistem madrasah dan sistem asrama dengan disiplin yang ketat. Pada tahun
1952, organisasi ini kemudian berganti nama lagi menjadi Persatuan Umat Islam
yang didirikan di Sukabumi oleh K.H Ahmad Sanusi.
Sekolah thawalib
Sekolah thawalib merupakan cikal bakal Persatuan Muslimin Indonesia yang
merupakan partai politik pertama di Indonesia yang berasaskan Islam dan
nasionalis. Sekolah thawalib merupakan sejenis lembaga pendidikan surau atau
pesantren. Tahin 1906, Haji Abdullah Ahmad dan Haji Rasul merubah sistem
pendidikan suaru menjadi sistem pendidikan sekolah yang kemudian dilanjutkan
dan dikembangkan oleh Haji Jalaludin Hayib. Sejak tahun 1929, sekolah ini
berkembang menjadi sebuah organisasi sosial kemasyarakatan yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan sosial.
Dalam aspek politik dengan cara perlahan dan bertahap, tanpa menolak
dengan keras terhadap sosial kultural masyarakat sekitar, Islam memperkenalkan
toleransi dan persamaan derajat. Ditambah lagi kalangan pedagang yang mempunyai
orientasi kosmopolitan, panggilan islam ini kemudian menjadi dorogan untuk
mengambil alih kekuasaan politik dari tangan penguasa yang masih kafir. Pengambil
alihan kekuasaan dari penguasa yang masih kafir ini merupakan konflik yang terjadi
antara rakyat dengan penguasa. Karena, rakyat yang sudah memeluk agama islam
meniginginkan kehidupan yang adil di bawah pimpinan yang adil pula. Maka dalam
hal ini, keadilan tersebut akan sangat mungkin didapatkan apabila pemimpin sudah
memeluk islam dan melaksanakan ajarannya.