Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AL ISLAMI DAN KEMUHAMMADIYAAN

Teori Masuknya Islam di Nusantara, Proses Perkembangan Islam di Nusantara,


dan Corak Islam di Nusantara

Dosen Pembimbing : Sahiruddin, S.Pd, M.Pd

Kelompok 2 : 1. A. Alhamd Nurhafrianto H. (2019310501)

2. Nurul Ahyani (2019310508)

3. Fira Yuningsih (Tidak aktif)

4. Nurdya Ramadhani (2019310527)

TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BULUKUMBA

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur patut kita panjatkan pada Rabb semesta alam Allah SWT, atas
berkat karunia dan hidayah—Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah
ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada pemimpin terbaik sepanjang
masa Rasulullah Muhammad SAW, sahabat-sahabatnya, dan kepada ummatnya
hingga akhir zaman.

Makalah ini telah kami susun dengan sederhana dan mudah dipahami.
Apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami berharap pembaca
berkenan memberikan saran serta kritikan untuk melengkapi masalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dalam pembelajaran dan dapat kita aplikasikan dalam
kehidupan kita sehari-hari.

Bulukumba, 23 November 2020

Penulis
BAB 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Innadina inda Allahi al-Islam, sesungguhnya agama yang diridhai Allah


adalah Islam. Banyak masyarakat islam yang belum mengetahui tentang sejarah
masuknya Islam di Indonesia. Sebaiknya, sebagai masyarakat muslim harusnya
mengetahui tentang agama kita sendiri secara kaffah, Keseluruhan. Bangsa yang
besar adalah bangsa yang belajar dari sejarah, maka untuk menjadi masyarakat
Islam yang besar, kita pun harus belajar dari masuknya Islam di Indonesia.

Sejak zaman pra sejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai


pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad masehi sudah ada
rute-rute pelayaran dari perdagangan antar kepulauan Indonesia dengan berbagai
daerah di dataran Asia Tenggara.

Wilayah barat Nusantara dan sekitar malaka sejak masa kuno merupakan
wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana
menarik para pedagang, serta menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan
India. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatera dan Jawa antara abad ke-21 dan ke
7 M sering disinggahi pedagang asing.

Islam dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat Islam Indoonesia karena
islam adalah agama rahmatan lil’alamin, rahmat bagi seluruh alam. Islam menghapus
konsep kasta dan perbedaan status sosial, agama islam dapat melengkapi seluruh
aspek kehidupan masyarakat. Islam mengajarkan persatuan, persaudaraan atas
ummat.
BAB 2

Pembahasan

A. Teori Masuknya Islam di Nusantara

1. Teori Gujarat
Pendapat tentang teori masuknya Islam ke Indonesia yang pertama datang
dari teori Gujarat. Dalam teori ini, diceritakan Islam masuk ke Nusantara
pada abad ke-13 M dari pedagang India Muslim.

Teori ini berkembang dari Pijnappel dari Universitas Leiden yang mengatakan
bahwa asal muasal Islam dari Gujarat dan Malabar. Kemudian, orang Arab
bermazhab Syafi'i bermigrasi ke India dan orang India lah yang membawanya
ke Indonesia.

Pendapat ini juga ditegaskan oleh Snouck Hurgronje dalam buku 'L'Arabie et
Les Indes Neelandaises atau Reveu de I'Histoire des Religious bahwa
hubungan dagang Indonesia dan India telah lama terjalin, kemudian inskripsi
tertua tentang Islam terdapat di Sumatera memberikan gambaran hubungan
antara Sumatera dengan Gujarat.

Selain itu, ada juga teori Gujarat dari Moquette di mana ia mengatakan bahwa
agama Islam di Tanah Air berasal dari Gujarat berdasarkan bukti peninggalan
artefak berupa batu nisan di Pasai, kawasan utara Sumatera pada 1428 M.

Adapun, batu nisan itu memiliki kemiripan dengan batu nisan di makam
Maulana Malik Ibrahim di Jawa Timur, yakni memiliki bentuk dengan batu
nisan di Cambay, Gujarat, Inia.

2. Teori Mekah
Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Hamka dalam Dies Natalis PTAIN ke-8 di
Yogyakarta sebagai koreksi dari teori Gujarat. Dalam teori masuknya Islam ke
Indonesia ini diterangkan bahwa Arab Saudi memegang peranan yang besar.

Pasalnya, menurut Hamka, bangsa Arab pertama kali ke Indonesia membawa


agama Islam dan diikuti Persia dan Gujarat. Adapun, disebutkan masuknya
Islam terjadi sebelum abad ke-13 M, yakni 7 Masehi atau abad pertama
hijriyah.

Hal ini dibuktikan setelah wafatnya Rasulullah SAW pada tahun 632 M, di
mana kepemimpinan Islam dipegang oleh para khalifa. Di bawah
kepemimpinan itu, agama Islam disebarkan lebih luas hingga ke seluruh
Timur Tengah, Afrika Utara, Spanyol.

Kemudian, di masa Dinasti Umayyah pengaruh semakin meluas hingga ke


Nusantara. Menurut Arnold (Morrison 1951) bukti masuknya Islam ke
Indonesia dari para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka
berdagang hal ini juga sesuai dengan fakta pedagang Arab menjadi pemimpin
pemukiman di pesisir pantai Sumatera. Para pedagang Arab tersebut juga
melakukan pernikahan dengan penduduk lokal sehingga agama Islam
semakin menyebar di Nusantara.

3. Teori Persia
Teori masuknya Islam ke Indonesia terakhir adalah Persia yang dicetuskan
oleh Hoesein Djajadiningrat. Dijelaskan bahwa Islam masuk ke Indonesia dari
Persia singgah di Gujarat pada abad ke-13. Hal ini terbukti dari kebudayaan
Indonesia yang memiliki persamaan dengan Persia.

Hal ini juga dipertegas oleh Morgan (1963:139-140) bahwa masyarakat Islam
Indonesia sama dengan Persia. Terbukti, peringatan 10 Muharram atau Asyura
sebagai hari peringatan Syi'ah atas syahidnya Husein. Peringatan ini
berbentuk pembuatan bubur Syura.

Selain itu, di Minangkabau bulan Muharram juga dikenal sebagai bulan-bulan


Husein. Lalu di Sumatera Tengah diperingati dengan mengarak keranda
Husein untuk dilemparkan ke sungai.

Selanjutnya, teori ini juga didukung dengan kesamaan ajaran Syaikh SIti Jenar
dengan ajaran Sufi Iran al-Hallaj. Ketiga, penggunaan istilah bahasa Iran
dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda bunyi harakat dalam pengajian
Al-Quran tingkat awal.

4. Teori Bengal

Teori ini mengatakan bahwa islam nusantara berasal dari daerah Bengal.
Teori ini dikemukakan oleh S.Q. Fatimi. Teori Bengalnya Fatimi ini juga
didasarkan pada teori nisan. Menurut Fatimi model dan bentuk nisan Malik
Al-Shalih, raja Pasai berbeda sepenuhnya dengan batu nisan yang terdapat di
Gujarat. Bentuk dan model nisan itu justru mirip dengan batu nisan yang ada
di Bengal. Oleh karena itu, menurutnya pastilah Islam juga berasal dari sana.
Namun demikian teori nisan Fatimi ini kemudian menjadi lemah dengan
diajukannya teori mazhab. Mengikuti teori Mazhab, ternyata terdapat
perbedaan mazhab yang dianut oleh umat Islam Bengal yang bermahzab
Hanafi, sementara Islam Nusantara menganut Mazhab Syafi’i. Dengan
demikian teori Bengal ini menjadi tidak kuat.
5. Teori Coromandel dan Marabal

Teori ini dikemukakan oel Marrison dengan mendasarkan pada pendapat


yang di pegangi oleh Thomas W.Arnold. Teori Coromandel dan Malabar yang
mengatakan bahwa Islam yang berkembang di Nusantara berasal dari
Coromandel dan Malabar adalah juga dengan menggunakan penyimpulan
diatas teori mazhab. Ada persamaan Mazhab yang dianut umat Islam
Nusantara dengan umat Islam Coromandel dan Malabar yaitu Mazhab Syafi’i.
Dalam pada itu menurut Marrison, ketika terjadi islamisasi Pasai tahun 1292,
Gujarat masih merupakan kerajaan Hindu. Untuk itu tidak mungkin kalau
asal-muasal penyebaran Islam berasal dari Gujarat.

6. Teori Arabia

Masih menurut Thomas W. Arnold, Coromandel dan Malabar nukam


satu-satunya tempat asal Islam ketika mereka dominan dalam perdagangan
Barat - Timur sejak awal-awal abad Hijriah atau abad ke-7 atau 8 Masehi. Hal
ini didasarkan pada sumber-sumber Cina mengatakan bahwa menjelang akhir
abad ke-7 seorang pedagang Arab menjadi pemimpin sebuah pemukiman
Arab-Muslim di pesisir pantai Barat-Sumatra.

7. Teori Mesir

Teori yang dikemukakan oleh Kajizer ini uga mendasarkan pada teori
mazhab, dengan mengatakan bahwa ada persamaan mazhab yang dianut oleh
penduduk Mesir Nusantara, yaitu mazhab Syafi’i. Teori Arab-Mesir ini juga
dikuatkan oleh Niemann dan de Hollander. Tetapi keduanya memberikan
revisi, bahwa bukan Mesir sebagai sumber Islam Nusantara, melainkan
Hadramaut. Sementara itu dalam seminar yang diselenggarakan tahun 1969
dan 1978 tentang kedatangan Islam ke Nusantara menyimpulkan bahwa Islam
langsung datang dari Arabia, tidak melalui dari India.

Mengenai siapakah yang menyebarkan Islam ke wilayah Nusantara, Azyumardi Azra


mempertimbangkan tiga teori :
1. Teori Da’i
Penyebar Islam adalah para guru dan penyebar profesional (para da’i).
Mereka secara khusus memiliki misi untuk menyebarkan agama Islam.
Kemungkinan ini didasarkan pada riwayat-riwayat yang dikemukakan
historiografi Islam klasik, seperti misalnya hikayat raja-raja Pasai (ditulis
setelah 1350), sejarah Melayu (ditulis setelah 1500) dan Hikayat Merong
Mahawangsa (ditulis setelah 1630).
2. Teori Pedagang
Islam disebarkan oleh para pedagang. Mengenai peran pedagang dalam
penyebaran Islam kebanyakan dikemukakan oleh sarjana Barat. Menurut
mereka para pedagang Muslim menyebarkan Islam sambil melakukan usaha
perdagangan. Elaborasi lebih lanjut dari teori pedagang adalah bahwa para
pedagang Muslim tersebut melakukan perkawinan dengan wanita setempat
dimana mereka bermukim dan menetap. Dengan pembentukan keluarga
Muslim, maka nukleus komunitas-komunitas Muslim pun terbentuk.

B. Proses Perkembangan Islam di Nusantara

Beberapa literatur menyebutkan bahwa sejarah perkembangan Islam di


Indonesia berawal dari masuknya Islam ke Indonesia melalui jalur perdagangan.
Agama Islam kemudian berkembang dan menyebar ke seluruh Indonesia melalui
beberapa jalur dan media seperti perdagangan, perkawinan, pendidikan, tasawuf,
kesenian, dan politik. Proses ini masih berlangsung hingga kini.
Para ahli sejarah menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad
ke-7 M, sementara sejarahwan asing menyatakan pada abad ke-13 M. Meskipun
masih terjadi perdebatan mengenai kepastian kapan masuknya Islam ke
Indonesia, apakah abad ke-7 M atau abad ke-13 M, para ahli sejarah di Indonesia
sepakat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M.

Hal ini dibuktikan dengan beberapa hal sebagai berikut.

1. Adanya jalur perdagangan yang menghubungkan Arab-Indonesia-Tiongkok

Seorang arkeolog dunia bernama Peter Bellwood dan sejarahwan


bernama G.R Tibbetts menemukan bukti-bukti adanya jalur perdagangan yang
menghubungkan Arab-Indonesia-Tiongkok. Jalur perdagangan ini telah ada
sejak dua abad sebelum Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam lahir.
Selain itu, ditemukan pula barang-barang peninggalan dari Dinasti Han dan
dinasti-dinasti setelahnya di daerah Sumatera dan Jawa Timur.

2. Ditemukannya perkampungan Arab-Muslim di Barus


Berdasarkan dokumen kuno Tiongkok, di masa kekuasaan kerajaan
Sriwijaya, terdapat perkampungan Arab-Muslim yang terletak di Barus.
Perkampungan ini telah ada sejak tahun 625 M atau sembilan tahun setelah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdakwah secara terang-terangan.
Karena itulah, beberapa sumber dan literatur menyebutkan bahwa Barus
merupakan pintu masuknya Islam ke Indonesia untuk pertama kali. Barus
sendiri merupakan nama sebuah kota sekaligus bandar niaga yang terletak di
pesisir pantai barat Sumatera yang telah dikenal sejak 5000 tahun SM.

3. Ditemukannya makam kuno bercorak Islam

Selain perkampungan Arab-Muslim, di Barus juga ditemukan makam


kuno bercorak Islam. Adapun pada batu nisan tersebut tertulis Syeikh
Rukunuddin yang wafat pada tahun 672 M. Selain di Barus, ditemukan makam
kuno bercorak Islam lainnya di Leran, Gresik dengan batu nisan bertuliskan
Fatimah binti Maimun yang meninggal di abad ke-11 M.

Terdapat beberapa metode penyebaran agama Islam di Indonesia, di antaranya


adalah sebagai berikut.

1. Perdagangan

Berbeda dengan sejarah perkembangan Islam di Eropa yang masuk melalui


jalur kekuasaan, sejarah mencatat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia melalui
jalur perdagangan. Bukti-bukti yang dikemukakan oleh para ahli menunjukkan
adanya jalur perdagangan Arab-Indonesia-Tiongkok lima abad sebelum Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam lahir. Dalam perkembangannya, para
pedagang muslim yang berasal dari Arab memanfaatkan jalur perdagangan ini
sebagai media penyebaran agama Islam yang efektif.

2. Perkawinan

Metode penyebaran agama Islam di Indonesia berikutnya adalah perkawinan.


Para pedagang Arab-Muslim menikah dengan perempuan pribumi yang sebelumnya
telah diislamkan terlebih dahulu termasuk keluarganya. Mereka kemudian
membentuk sebuah komunitas muslim di lingkungan mereka sendiri. Ada juga
perempuan muslim yang menikah dengan kaum bangsawan pribumi. Metodenya
sama, sang bangsawan harus diislamkan terlebih dahulu.
Contoh metode penyebaran agama Islam di Indonesia adalah perkawinan antara
Raden Rahmat atau Sunan Ampel dengan Nyai Manila atau Sunan Gunung Jati
dengan Puteri Kawunganten.

3. Pendidikan

Selain melalui jalur perdagangan dan perkawinan, agama Islam di Indonesia


juga disebarkan melalui jalur pendidikan. Berbagai lembaga pendidikan seperti
pesantren didirikan oleh para ulama di Jawa sebagai upaya untuk mengajarkan serta
mengembangkan agama Islam tidak hanya di Jawa tapi ke seluruh Indonesia.

4. Tasawuf

Agama Islam berkembang dengan sangat cepat karena sangat akomodatif


dengan budaya lokal sehingga masyarakat Indonesia dengan mudah menerima
ajaran agama Islam.
Para sufi yang mengajarkan agama Islam melalui tasawuf di antaranya adalah
Hamzah Fansuri di Aceh, Sunan Panggung dan Syeikh Lemah Abang di Jawa. Ajaran
tasawuf masih berlangsung dan dianut hingga kini.

5. Kesenian

Metode penyebaran agama Islam di Indonesia lainnya yang tak kalah menarik
adalah kesenian. Di Jawa, agama Islam disebarluaskan juga melalui kesenian,
utamanya wayang. Salah satu tokoh yang menyebarkan agama Islam melalui
kesenian wayang adalah Sunan Kalijaga. Kisah-kisah yang ditampilkan biasanya
diambil dari kisah Ramayana atau Mahabarata namun dengan muatan berisi ajaran
Islam dengan tokoh nama-nama pejuang muslim.
Kesenian lainnya yang dijadikan metode penyebaran agama Islam adalah seni
pahat, seni ukir, seni arsitektur, seni tari, seni musik, dan seni sastra. Adapun contoh
bangunan arsitektur bercorak Islam adalah Mesjid Agung Demak, Masjid Kudus,
Mesjid Agung Banten, dan lain sebagainya.

6. Politik

Metode lain yang digunakan dalam penyebaran agama Islam di Indonesia


adalah politik. Sebagaimana diketahui bahwa pada zaman dahulu, Indonesia masih
terdiri dari kerajaan-kerajaan. Beberapa kerajaan Islam berhasil menaklukan
kerajaan Hindu/Budha.
Masyarakat pun dengan mudah masuk Islam karena sang raja telah memeluk agama
Islam.

Salah satu bentuk perkembangan Islam di Indonesia adalah adanya gerakan


pembaruan Islam yang berlangsung dalam dua jalur yaitu gerakan pendidikan
dan sosial serta gerakan politik.

1. Gerakan Pendidikan dan Sosial

Telah disebutkan sebelumnya bahwa salah satu metode penyebaran Islam di


Indonesia adalah melalui pendidikan. Saat itu, organisasi-organisasi pendidikan
Islam di Indonesia yang didirikan adalah pesantren dan surau dengan sistem
pendidikan yang masih tradisional. Seiring dengan perjalanan waktu, sistem
pendidikan Islam pun lambat laun berubah menjadi lebih modern.
Melalui lembaga pendidikan dan organisasi sosial kemasyarakatan
berkeyakinan bahwa pola pikir masyarakat dapat berubah secara bertahap.
Beberapa lembaga pendidikan dan organisasi sosial kemasyarakatan yang didirikan
oleh para ulama di antaranya adalah sebagai berikut.

 Al-Irsyad
Al Irsyad merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang didirikan oleh kaum
pedagang Arab di Jakarta. Organisasi ini menitikberatkan perhatiannya pada
pendidikan tanpa membeda-bedakan status sosial masyarakat.

 Jamiat khair
Jamiat khair merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang didirikan oleh
masyarakat Arab di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1905. Para pendiri Jamiat Khair
merupakan kaum bangsawan Arab di antaranya adalah Sayid Muhammad Al-Fachir
bin Syihab, Sayid Idrus bin Ahmad bin Syihab, dan Sayid Sjehan bin Syihab.

 Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah salah satu organisasi sosial kemasyarakatan Islam terbesar
di Indonesia yang didirikan pada tanggal 18 November 1912 oleh K.H Ahmad Dahlan
di Yogyakarta. Beberapa kegiatan yang menjadi pusat perhatian Muhammadiyah
antara lain pendidikan, sosial, dan dakwah. Di bidang pendidikan, Muhammadiyah
memiliki satuan pendidikan sejak TK hingga Pasca Sarjana. Di bidang sosial,
Muhammadiyah memiliki panti asuhan, beberapa rumah sakit dan Balai Kesehatan
Ibu dan Anak. Adapun di bidang dakwah, Muhammadiyah menitikberatkan
perjuangannya pada pemurnian aqidah; memerangi berbagai perbuatan syirik yaitu
menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala dalam berbagai bentuk; menentang
tahayul, khurafat, dan perbuatan bid’ah; dan mengikis habis kebiasaan taqlid buta
dalam beragama. Selain itu, Muhammdiyah juga menolak kehidupan tasawuf serta
menentang tarekat karena merupakan perbuatan bid’ah.

 Nahdlatul Ulama

Selain Muhammdiyah, organisasi sosial kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia


lainnya adalah Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) yang didirikan pada tanggal 31
Janusari 1926 dan dipimpin oleh K.H Hasyim Asy’ari. Nahdlatul Ulama bertujuan
untuk menegakkan ajaran Islam menurut pandangan kitab I’tiqad Ahlussunnah wal
Jama’ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat dan dalam bingkai NKRI. Beberapa
kegiatan yang menjadi pusat perhatian Nahdlatul Ulama antara lain bidang
pendidikan, keagamaan, sosial budaya, dan ekonomi.

 Persyarikatan Ulama
Organisasi yang awalnya bernama Hayatul Qulub ini pertama kali didirikan di
Majalengka pada tahun 1911 oleh K.H Abdul Halim. Ide pembaruan Islam yang
dibawa oleh beliau banyak dipengaruhi oleh ide-ide dari tokoh pembaruan Mesir
seperti Muhammad Abduh dan Jamaluddin al-Afghani. Organisasi ini memusatkan
kegiatannya di baidang pendidikan, sosial, dan ekonomi. Pada tahun 1917, nama
organisasi ini berubah menjadi Persyarikatan Ulama yang bertujuan menyatukan
dan mengajak para ulama mengelola pendidikan dengan cara yang lebih modern
seperti sistem madrasah dan sistem asrama dengan disiplin yang ketat. Pada tahun
1952, organisasi ini kemudian berganti nama lagi menjadi Persatuan Umat Islam
yang didirikan di Sukabumi oleh K.H Ahmad Sanusi.

 Sekolah thawalib
Sekolah thawalib merupakan cikal bakal Persatuan Muslimin Indonesia yang
merupakan partai politik pertama di Indonesia yang berasaskan Islam dan
nasionalis. Sekolah thawalib merupakan sejenis lembaga pendidikan surau atau
pesantren. Tahin 1906, Haji Abdullah Ahmad dan Haji Rasul merubah sistem
pendidikan suaru menjadi sistem pendidikan sekolah yang kemudian dilanjutkan
dan dikembangkan oleh Haji Jalaludin Hayib. Sejak tahun 1929, sekolah ini
berkembang menjadi sebuah organisasi sosial kemasyarakatan yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan sosial.

C. Corak Islam di Nusantara


Corak menurut KBBI arti ketiganya adalah sifat paham, macam, dan bentuk
tertentu. Corak awal paham keislaman di Nusantara dapat dilihat dari tiga aspek
penting yang terdapat dalam kehidupan masyarakat yaitu aspek politik, aspek
hukum, dan aspek bahasa. Corak paham keislaman ini dipengaruhi oleh tasawuf.

Tasawuf, penhejar-pengejar tasawuf, atau para sufi, mengajarkan teosofi yang


bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.
Mereka mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan
menyembuhkan.

Dalam aspek politik dengan cara perlahan dan bertahap, tanpa menolak
dengan keras terhadap sosial kultural masyarakat sekitar, Islam memperkenalkan
toleransi dan persamaan derajat. Ditambah lagi kalangan pedagang yang mempunyai
orientasi kosmopolitan, panggilan islam ini kemudian menjadi dorogan untuk
mengambil alih kekuasaan politik dari tangan penguasa yang masih kafir. Pengambil
alihan kekuasaan dari penguasa yang masih kafir ini merupakan konflik yang terjadi
antara rakyat dengan penguasa. Karena, rakyat yang sudah memeluk agama islam
meniginginkan kehidupan yang adil di bawah pimpinan yang adil pula. Maka dalam
hal ini, keadilan tersebut akan sangat mungkin didapatkan apabila pemimpin sudah
memeluk islam dan melaksanakan ajarannya.

Islam semakin tersosialisai dalam masyarakat Nusantara dengan mulai


terbentuknya pusat kekuasaan Islam. Kerajaan Samudera Pasai diyakini sebagai
kerajaan Islam pertama di Indonesia. Bukti paling kuat yang menjelaskan tentang itu
adalah ditemukannya makam Malik Al-Shaleh yang terletak di kecamatan Samudera
di Aceh Utara. Makam tersebut menyebutkan bahwa, Malik Al-Shaleh wafat pada
bula Ramadhan 696 H atau 1297 M. Dalam hikayat raja-raja Pasai dan sejarah Melayu
Malik, Malik Al-Shaleh digambarkan sebagai penguasa pertama kerajaan Samudera
Pasai. Pada tahap-tahap selnajutnya, banyak kerajaa-kerajaan Islam yang berdiri di
Wilayah Nusantara, sseperti kerajaan Aceh, Demak, Pajang, Mataram, Ternate, Tidore
dan sebegainya. Banyaknya kerajaan Islam yang berdiri di wilayah Nuantara tidak
terlepas dari adanya peran para ulama yang dekat dengan raja.

Anda mungkin juga menyukai