Anda di halaman 1dari 26

PENDIDIKAN RENANG UNTUK ANAK DIFABEL

“MAKALAH”

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Pendidikan jasmani adaptif

Yang dibina oleh bapak Rizky Sota Dyaksa,M.Kes

Oleh

Ilyas Fatichunnadak (1985202006)

UNEVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN SOSIAL

APRIL 2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah atas izin ALLAH S.W.T yang teleh memberikan rahmat dan
karuniaNya pada penulis, sehingga penulis dapat mnyelesaikan makalah yang
berjudul “PENDIDIKAN RENANG UNTUK ANAK DIFABEL”. Tidak lupa
penulis mengucapkan terimakasih kepada segenap dosen dan teman teman yang
turut serta dalam pembuatan makalah ini.

Adapun tujuan penulisan makalah ini betujuan untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah pendidikan jasamani adaktif. Selain itu, makalah ini betujuan untuk
menambah wawasan tentang pendidikan jasmani adaktif bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Penulis menyadari bahwasanya makalah ini masih banyak kekurangan,


oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca sekalian
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis
beharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semuia .

Blitar,01 MEI 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

1. PENDAHULUAN............................................................................................4

1.1. LATAR BELAKANG...............................................................................4

1.2. RUMUSAN MASALAH..........................................................................4

1.3. TUJUAN...................................................................................................5

2. PEMBAHASAN...............................................................................................6

2.1. Pengertian Renang dan Difabel.....................................................................6

2.2. Cara Pembelajaran dilakukan....................................................................7

2.3. Pengklasfikasian Anak............................................................................15

2.4. Peraturan yang Dimodifikasi..................................................................16

2.5. Penilaian Bagi Anak................................................................................17

3. PENUTUP......................................................................................................23

3.1. KESIMPULAN.......................................................................................23

3.2. SARAN...................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
PENDIDIKAN RENANG UNTUK ANAK DIFABEL

1. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Berenang merupakan olahraga yang memiliki banyak manfaat
positif bagi tubuh, dikarenakan olahraga ini dapat membuat semua
anggota tubuh. Bahkan dibeberapa kota ada berenang dijadikan terapi
bagi yang memiliki penyakit.

Pelajaran renang dapat diberikan kepada semua golongan dari


anak-anak sampai orang tua. Pelajran renang bisa diberikan juga kepada
anak defabel dengan memodifikasi beberapa hal. Berenang akan melatih
gerak motorik anak difabel.

Disini penulis akan membatasi pembahasan ke anak penyandang


ke cacatan pada tangan atau kaki. hal ini disebabkan mereka memiliki
kekurangan pada anggota gerak yang pasti akan lebih menyulitkan dari
pada penyandang kecacatan lain.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Bedasarkan pemasalahan di atas kami membuat rumusan masalah sebagai
beikut;
1.2.1. Apa pengertian olahraga renang dan difabel?
1.2.2. Bagaimana cara pembelajarang dilakukan?
1.2.3. Bagaimana cara pengklasifikasian anak?
1.2.4. Apa saja peraturan yang dimodifikasi?
1.2.5. Bagaimana cara penilaian bagi anak?
1.3. TUJUAN
1.3.1. Mengetahui pengertian olahraga renang dan difabel!
1.3.2. Mengetahui cara pembelajarang dilakukan!
1.3.3. Mengerti cara pengklasifikasian anak!
1.3.4. Mengerti peraturan yang dimodifikasi!
1.3.5. mengerti cara penilaian bagi anak!
2. PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Renang dan Difabel


2.1.1. Olahraga Renang
Olahraga renang menurut (Kasiyo Dwijowinoto,1979: 1)
merupakan olahraga yang sangat menyenangkan dan cocok untuk
siapa saja tanpa memandang umur. Renang adalah salah satu jenis
olahraga yang populer di masyarakat. Renang merupakan salah
satu cabang olahraga yang dapat diajarkan pada anak-anak dan
dewasa, bahkan bayi umur beberapa bulan sudah dapat mulai
diajarkan renang. (Renang, Metoda, pola dan teknik, 1979, hal 1).

2.1.2. Difabel
Disabilitas merupakan kata bahasa Indonesia yang berasal
dari kata serapan bahasa Inggris disability (jamak: disabilities)
yang berarti cacat atau ketidakmampuan. Dan difabel juga
merupakan kata bahasa Indonesia yang berasal dari kata serapan
bahasa Inggris different people are merupakan manusia itu berbeda
dan able yang berarti dapat, bisa, sanggup, mampu (Echols &
Shadily, 1976) Jadi difabel dapat diartikan sebagai seseorang yang
mengalami kekurangan di fisik atau psikisnya..

2.1.3. Olahraga renang adaptif


Olahraga yang ditujukan kepada anak atau orang dewasa
yang mengalami kekurangan pada dirinya, baik dari fisik atau
psikisnya yang bertujuan untuk memancing dan melatih motorik
dirinya. Tetapi olahraga renang ini perlu di modifikasi agar bisa
dilakukan dengan kekurangan dari diri siswanya.
Bisa juga pendidikan jasmani adaptif adalah suatu proses
mendidik melalui aktivitas gerak untuk laju pertumbuhan dan
perkembangan baik fisik maupun psikis dalam rangka
pengoptimalan seluruh potensi kemampuan, keterampilan jasmani
yang disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan anak,
kecerdasan , kesegaran jasmani, sosial, emosional, dan rasa
keindahan demi tercapainya tujuan pendidikan yaitu terbentuknya
manusia seutuhnya. Dari beberapa definisi di atas menggambarkan
bahwa pendidikan jasmani adaptif adalah suatu program
pembelajaran dalam memenuhi kebutuhan psikomotor anak yang
dirancang sedemikian rupa sesuai dengan keunikan anak tersebut

2.2. Cara Pembelajaran dilakukan


2.2.1. Kegiatan awal
Untuk mengawali pembelajaran guru sebaiknya
memberikan materi awal agar anak siap untuk menerima pelajaran
dan memiliki gambaran apa yang akan mereka pelajari hari itu.
Contoh kegiatan awal yang bisa dilakuan seperi berikut;

2.2.1.1. Doa
Doa dilakukan diawal agar anak memiliki harapan
dan tujuan saat melakukan olahraga yang akan dilakukan

2.2.1.2. Pemanasan
Pemanasan dilakukan agar tubuh anak siap untuk
melakuka kegiatan fisik yang lebih dari biasanya. Namun
untuk pemansan yang dibrikan ke anak difabel harus
dimodifikasi agar sesuai dengan keadan anak tersebut.
seperti memberikan pemanasan pasif kepada anak agar
memudahkan anak untuk melakukan gerakan pemanasan
yang baik.

2.2.1.3. Penyampain tujuan pembelajaran


Penyampain tujuan ini agar anak didik tidak
bingung saat melakukan pembelajaran, dan guru bisa
mengetahui kesiapan anak didik. Penyampaian tujuan
pembelajaran kepada peserta didik disampaikan sesekali
jika pokok bahasan baru. Namun jika pokok bahasannya
merupakan lanjutan atau ulangan dari materi sebelumnya,
maka biasanya jarang disampaikan lebih detail lagi.

2.2.2. Kegiatan inti


Untuk kegiatan inti berisi materi yang akan diberikan
seperti;

2.2.2.1. Pengenalan air


Bertujuan agar anak didik tidak takut dan tenang
saat melakukan pembelajaran. Pengenalan air bisa
dilakukan dengan cara permaianan seperti;

2.2.2.1.1. permainan hujan-hujanan.


Permainan ini bertujuan untuk merasakan air
mengenai tubuh, kedalaman air, hambatan air,
keseimbangan dan kesenangan untuk beraktivitas
dalam air. Jalannaya permainan ini: Perenang secara
bergiliran satu persatu melalui tangga kolam dengan
berpegangan, sewaktu menuruni tangga secara
bergiliran dengan posisi membelakangi air, tidak
boleh melepaskan pegangan sebelum kaki
menyentuh dasar kolam apalagi melakukan
lompatan dari pinggir kolam. Hal ini bertujuan agar
siswa juga dapat mengenal kedalaman air.
Selanjutnya siswa diminta berjalan atau
pendidk yang memosisiskan siswa bagi yang
kesulitan bergerak di air untuk membuat barisan
kemudian saling berhadapan dengan pasangan
masing-masing dan mundur atau melangkah ke
belakang untuk membuat jarak. Setelah mendapat
aba-aba dari pelatih, siswa berusaha memercikkan
air ke arah pasangannya dengan kedua tangan.
Permainan ini bertujuan untuk membasahi
tubuh siswa renang. Aktivitas dilakukan sampai
masing-masing tubuh basah oleh air. Permainan ini
dilaksanakan dengan mempertimbangkan
kedalaman air yang digunakan tidak terlalu dalam.
Namun untuk anak yang memiliki kecacatan
pada tangan, karena akan sedikit kesusuahan dalam
menyipratkan air ke lawan bermainannya. Dan
kurang cocok bagi penyandang tuna netra dan tuna
grahita, dikarenakan penyandang tuna netra akan
kesulitan untuk mengarahkan arah cipratan.
Sedangkan penyandang tuna grahita cenderung
memiliki emosi yang cukup sensitif, yang
dikhawatirkan akan menyebabkan pertikaian antar
anak didik.

2.2.2.1.2. Permainan mencari harta karun


Permainan mencari harta karun adalah
aktivitas pengenalan terhadap air yang bertujuan
untuk mengenalkan siswa terhadap keseimbangan di
air dan membiasakan untuk membuka mata di air.
Hal ini dikarenakan keseimbangan dipengaruhi oleh
faktor penglihatan. Apabila siswa memejamkan
mata sewaktu akan masuk ke dalam air, maka tidak
terarah posisinya serta keseimbangannya menjadi
kurang baik.
Jalannya permainan ini adalah seperti
berikut: Pelatih mempersiapkan uang logam dari
berbagai nilai mata uang. Uang tersebut kemudian
ditaburkan di dasar kolam, siswa diminta berdiri di
pinggir kolam atau siswa diminta untuk membentuk
lingkaran yang besar sesuai dengan lebar kolam.
Setelah pelatih memberikan aba-aba maka siswa
segera berlomba berebut mengambil koin secara
satupersatu dengan nilai koin yang diperintahkan.
Setelah berhasil mengambil satu koin, koin tersebut
diletakkan di pinggir kolam, kemudian siswa
mengambil kembali koin sebanyak-banyaknya.
Permainan ini juga dapat dikombinasikan dengan
cara mengambil koin secara tidak berebut, namun
mencari siapa yang tercepat dapat mengambil koin
dengan jumlah tertentu.
Tapi permainan ini tidak cocok lagi dengan
anak penyandang tuna netra. Karen ini sangat
memerlukan penglihatan. Namun mereka masih bisa
bermain mencari koin dengan cara meraba-raba
dengan tangan atau kaki.

2.2.2.2. Dasar dasar renang


Menurut Dadang Kurnia (1981:10) bahwa dasar-dasar
berenang meliputi: pengaturan nafas di air, mengapung dan
meluncur. Dengan demikian ketiga dasar berenang tersebut
harus dikuasai lebih dulu sebelum memberikan gaya-gaya
renang.

2.2.2.2.1. Pengaturan nafas


Pernafasan perlu di berikan paling awal
sebelum memulai pelajaran renang, karena saat
berenang anak tidak akan bernafas seperti saat
berada di daratan. Aktivitas di darat tidak terikat
oleh situasi dan kondisi apapun. Berbeda dengan di
air, perenang tidak dapta bernafas di dalam air
secara normal dan leluasa.
Terlebih lagi ketika proses pengambilan
nafas yang tentunya tidak dapat dilakukan di dalam
air karena hidung dan mulut akan kemasukan oleh
air. Dengan demikian memberikan pembelajaran
renang didahului dengan memberikan materi
pernafasan di air sangatlah penting. Langkah-
langkah penyampaian pernafasan di air dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:

2.2.2.2.1.1. Siswa diminta melakukan pernafasan secara


teratur di atas air agar pasokan oksigen di tubuh
tercukupi dan lebih tenang

2.2.2.2.1.2. Siswa diminta mengambil nafas panjang dan


memasukan wajah ke air, lalu menahan nafas selama
5-10 detik. Lalu, mengeluarakan nafas secara
perlahan sambil mengankat kepala ke atas air.

2.2.2.2.1.3. Hal ini diulang-ulang beberapa kali agar


anak terbiasa.

Ketika anak sudah bisa mengatur pernafasan, anak


akan lebih tenang saat pembelajaran renang.

2.2.2.2.2. Mengapung
Mengapung adalah ketika tubuh berada di
permukaan air dengan keadaan tidak myentuh
lantai. Latian mengapung ini adala proses setealah
latian pernafasan. Proses ini ditujukan agar saat
berenang anak tidak mudah tenggelam.
Mengapung dilakukang dengan posisi tubuh
lurus horisontal (strim line) dengan otot yang lemas
agar tubuh lebih ringan, karena saat otot tegang
masa otot akan bertambah yang menyebabkan tubuh
akan lebih mudah tenggelam karena masa tubuh
lebih berat. Posisi mengapung dilaukan dengan
tangan di julurkan lurus kedepan, hingga lengan
menempel pada telingadengan posisi wajah
menghdap kebah. Lalu tubuh diangkat hingga rat-
rata air. Jika kesulatan bisa dibantu dengan anak
berpegangan pada tepi kolam atau dipegangi
tangannya oleh orang lain sambil ditarik kedepan.

2.2.2.2.3. Meluncur
Setelah pernafasan dan mengapung langkah
selanjutnya adalah meluncur. Meluncur diperlukan
khususnya untuk melatih kesembangan tubuh saat
berenang. Meluncur merupakan keadaan tubuh yang
mengapung yang melaju kedepan. Pembelajaran
meluncur dapat dilakukan dengan hal-ha ini;

2.2.2.2.3.1. Bediri didalam kolam dekat tepi dan


menghadap ke dalam kolam. lalu tubuh diposisikan
seperti saat pembelajaran strim line. Lalu salah satu
kaki ditempelkan ke tembok untuk mendorong tubuh
kedepan saat meluncur. Saat ana sudah siap, keuda
kai di tempelkan ke tembok lalu medorong kedepan,
posisi menempelkan kaki dengan dorongan dilakukan
dngan cepat agar tubuh tidak terburu tenggelam
dahulu. Ini dilakukan sejauh mungkin sampai kesisi
kolam yang lain

2.2.2.2.3.2. Yang kedua ini konsepnya sama saja dengan


yang pertama, hanya saja dilakukan dari tengah
kolam ketepian. Ini cenderung lebih sulit kaena
dorongan dilakukan dengan tumpuan pada lantai.
Berbeda saat berada ditepian yang tubuh bisa
didorong kedepan saat meluncur, ditengan kolam
dorongan akan agak keatas yang meyebabkan
luncuran kurang laju.
Latihan ini dapat di ulang-ulang samapai
anak mendapatkan posisiyang cocok bagi dirinya.

2.2.2.2.4. Gaya dalam berenang


Sebelum kita membicarakan materi gaya-
gaya renang serta teknik dari masing-masing gaya
renang, akan lebih baik apabila sebelumnya kita
melihat terlebih dahulu gaya-gaya renang yang
diperlombakan. Cabang renang merupakan cabang
olahraga yang induk organisasinya di Indonesia
berada pada Persatuan Renang Seluruh Indonesia
atau sering kita kenal dengan PRSI. PRSI
membawahi cabang-cabang olahraga renang yang
meliputi:
 Renang perlombaan
 Renang indah
 Loncat indah
 Renang perairan terbuka
 Polo air
Dalam cabang renang perlombaan, terdapat
beberapa gaya-gaya renang yang diperlombakan
secara resmi dalam suatu acara pertandingan/event
perlombaan. Gaya-gaya renang tersebut antara lain:
 Gaya crawl atau gaya bebas
 Gaya back crawl atau gaya punggung
 Gaya breastroke atau gaya dada
 Gaya dolphin atau gaya kupu-kupu
Dari berbagai gaya di atas, dari masing-
masing gaya terdapat beberapa nomor jarak yang
dipertandingkan. Sehingga jumlah nomor
pertandingannya menjadi lebih banyak. Nomor-
nomor yang dipertandingkanpun menjadi nomor
putra dan putri secara perorangan.

2.2.3. Kegiatan penutup


Penutup dapat di isi dengan beberpa hal sebagai penutup
pembelajran pada hari itu. Beerapa hal yang dapat dilakukan saat
penutupan adalah sebagai berikutt;

2.2.3.1. Pendinginan
Halini dilakukan tubuh tidak terjadi pegal-pegal
setelah melakukan olahraga. Rasa pegal-pegal ini
disebabkan oleh asam laktat pada otot yang tersisi dan
menimbulkan rasa nyeri. Ketika melakukan pendidnginan
tubuh akan menjadikan asam laktat menjadi energi.

2.2.3.2. Evaluasi
Digunakan untuk mengetahui kesulitan anak dan
membantu menyeleseaikan atau menjelaskan masalah dari
si anak tersebut. evaluasi sangat penting dilakukan agar
pembelajaran kedepannya bisa berjalan dengan lebih baik.
2.2.3.3. Motivasi
Motivasi bertujuan untuk memberikan semangat
lebih dan mendorong anak agar bisa melakukannya.
Motivasi bisa diberikan langsung keseluruh kelas atau
individu dari anak yang mengalami kesulitan.

2.3. Pengklasfikasian Anak


Kalsifikasi ada membedakan anak berdasarkan kemampuannya,
yang bertujuan agar pembelajaran berjalan dengan optimal. Dikarenakan
anak yang memiliki kekurangan tidak bisa di samakan dengan anak
normal biasa maupun dengan anak yang kekurangan lain dalam
penanganannya. Dan juga perbedaan kecacatan yang dimiliki anak juga
mempengaruhi tingkat kesulitan yang mereka rasakan. Oleh karena itu
pengklasifikasian penting unuk proses pembelajan agar pengajar bisa
melukan pengajaran dengan optimal. Adapun contoh pengklasifikasian
adalah sebagai berikut;

2.3.1. Anak dengan kecacatan mental dan intelektul


Anak dengan kecacatan mental dan intelektual cenderung
lebih sulit untuk diberikan pengajaran renang. Hal ini dikarenakan
anak akan sulit untuk menangkap informasi, perintah dan aba-aba
yang diberikan kepada mereka. Contoh dari kecacatan ini ialah
 Tuna grahita
 Down syndrom
 Oligrofrenia
 Autis

Dalam memberikan pengajaran kepada mereka, pengajar


harus memberikan metode pembelajaran dengan memodifikasi
perintah dan aba-aba.
2.3.2. Anak tuna netra/buta
Anak tuna netra akan kesulitan dalam melakukan
pembelajaran renang. Karena dalam renang penglihatan cukup
penting.

2.3.3. Anak dengan tuna rungu dan tuna wicara


Secara pembelajaran mereka tidak terlalu ada masalah,
namun pengajar dituntut untuk memberikan perintah dan aba-aba
yang haus mereka pahami.

2.3.4. Anak dengan kecacatan pada tangan dan kaki


Anak dengan kecacata ini tidak mengalalami kesulitan
dalam memproses informasi dan aba-aba. Namun mereka akan
kesulitan saat melakukan gerakan renang.

2.4. Peraturan yang Dimodifikasi


Peraturan ialah hal-hal yang mengatur sesuatu agar berjalan dengan
semestinya. Peraturan dalam pembelajaran jasmani sangat penting untuk
membuat jalannya pembelajaran berjalan dengan baik dan aman.
Dikarenakan setiap anak memiliki perbedaan kekurangan maka setiap
anak harus diberi peraturan yang berbeda.

2.4.1. Untuk anak yang memiliki kecacatan mental dan intelektual


Untuk kasus ini pengajar dituntut kesabaran yang ekstra,
karena anak memiliki masalah dalam proses pengolahan infomasi
yang ia dapat. Adapun beberapa modifikasi yang diperlukan ialah;
 Pengajar hanya boleh mengawasi kelompok kecil
 Beerada di kolam yang dangkal
 Menggunakan alat bantu(pelampung)
 Didampingi orang tua anak
2.4.2. Untuk anak tuna netra
Anak tuna netra memiliki kesusahan dalam membayangkan
gerakan yang diberikan. Oleh karena itu beberapa hal yang perlu
diperhatikan ialah;
 Pengajar harus bisa menjelaskan materi dengan jelas
 Satu anak harus didampingi satu penggajar
 Berada di kolam sedang
 Menggunakan alat bantu

2.4.3. Untuk anak tuna rungu dan tuna wicara

Berbeda dengan yang lain, anak tuna rungu dan tuna netra
tidak terlalu banyak memakan pendamping, hanya saja
membutuhkan aba-aba dan komunikasi yang lebih.

 Pendamping harus bisa menggunakan bahasa isyarat


dengan baik
 Pendamping memiliki alat sebagai tanda perhatian.

2.4.4. Untuk anak yang mengalami kecacatan pada kaki dan tangan

Untuk jenis kecacatan ini anak tidak terlalu ada masalah


dengan aba-aba dan komunikasi. Tetapi mereka lebih memerlukan
modifikasi ke cara bererenang, seperti;

 Berada di kolam yang sedang agar mereka lebih


mudah untuk menyeimbangkan tubuh
 Mengunakan gaya yang tidak menyusah karena
kekurangan mereka

2.5. Penilaian Bagi Anak


Adalah suatu proses untuk mendapatkan informasi tentang hasil
suatu proses yang dilakukan. Penilaian ini digunakan untuk evaluasi suatu
proses belajar. Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar
peserta didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada
tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar
Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam
Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi
yang harus dicapai peserta didik adalah SKL.

2.5.1. Prinsip penilaian


Prinsip penilaian mengacu pada standar penilaian
pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah. Prinsiprinsip
tersebut mencakup :

 Sahih
Berarti penilaian didasarkan pada data yang
mencerminkan kemampuan yang diukur. Oleh
karena itu, instrumen yang digunakan perlu disusun
melalui prosedur sebagaimana dijelaskan dalam
panduan agar memiliki bukti kesahihan dan
keandalan.

 Objektif
Berarti penilaian didasarkan pada prosedur
dan criteria yang jelas tanpa dipengaruhi oleh
subjektivitas penilai. Oleh karena itu, dalam rangka
meningkatkan objektivitas penilaian, pendidik
menggunakan rubrik atau pedoman dalam
memberikan skor terhadap jawaban peserta didik
atas butir soal uraian dan tes praktik atau kinerja.

 Adil
Berarti penilaian tidak menguntungkan atau
merugikan peserta didik karena berkebutuhan
khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status social ekonomi dan
gender. Faktor-faktor tersebut tidak relevan di
dalam penilaian, oleh karena itu perlu dihindari agar
tidak relevan di dalam penilaian, oleh karena itu
perlu dihindari agar tidak berpengaruh terhadap
hasil penilaian.

 Terpadu
Berarti penilaian oleh pendidik merupakan
salah satu komponen kegiatan pembelajaran. Dalam
hal ini hasil penilaian benar-benar dijadikan dasar
untuk memperbaiki proses pembelajaran yang
diselenggarakan oleh peserta didik. Jika hasil
penilaian menunjukkan banyak peserta didik yang
gagal, sementara instrumen yang digunakan sudah
memenuhi persyaratan secara kualitatif, berarti
proses pembelajaran kurang baik. Dalam hal
demikian, pendidik harus memperbaiki rencana dan
pelaksanaan pembelajarannya.

 Terbuka
Berarti prosedur penilaian, criteria penilaian,
dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui
oleh pihak yang berkepentingan dapat mengakses
prosedur dan criteria penilaian serta dasar penilaian
yang digunakan.

 Menyeluruh dan berkesinambungan


Berarti penilaian mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik
penilaian yang sesuai, untuk memantau
perkembangan kemampuan peserta didik. Oleh
karena itu, penilaian bukan semata-mata untuk
meniali prestasi peserta didik melainkan harus
mencakup semua aspek hasil belajar untuk tujuan
pembimbing dan pembinaan.

 Sistematis
Berarti penilaian dilakukan secara berencana
dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah
baku. Oleh Karen itu, penilaian dirancang dan
dilakukan dengan mengikuti prosedur dan prinsip-
prinsip yang ditetapkan. Dalam penilaian kelas,
misalnya, guru mata pelajaran pendidikan jasmani
menyiapkan rencana penilaian bersamaan dengan
menyusun silabus dan RPP.

 Beracuan kriteria
Berarti penilaian didasarkan pada ukuran
pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Oleh
Karen itu, instrumen penilaian disusun dengan
merujuk pada kompetensi (SKL, SK, dan KD).
Selain itu, pengambilan keputusan didasarkan pada
criteria pencapaian yang telah ditetapkan.

 Akuntabel
Berarti penilaian dapat
dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,
prosedur, maupun hasilnya. Oleh karena itu,
penilaian dilakukan dengan mengikuti prinsip-
prinsip keilmuan dalam penilaian dan keputusan
yang diambil memiliki dasar yang objektif.

2.5.2. Penilaian pendidikan jasmanai adaktifl


Dalam penilaian adaktif tidak bisa disamakan dengan
pnilaian pada anak normal. Dalam kasus ini anak difabel tidak
mungkin bisa menyamai temannya yang normal jika menggunakan
metode penilaian yang pada umunya. Oleh karena itu penilaian
yang diberikan kepada anak ini harus di sesuaikan dengan keadan
meraka. Peyesuaian ini bisa daam brbentuk KD yang di susun oleh
pengajar seperti berikut;

2.5.2.1. Penilaian bagi anak penyandang cacat mental dan


intelektual
 Mau berinteraksi dengan air
 Tidak panik saat berada dalam air
 Mampu menahan nafas dalam air
 Mampu mengapung dalam air
 Mampu meluncur dalam air
 Bisa menguasai salah satu gaya renang

2.5.2.2. Penilaian bagi anak penyandang tuna netra


 Mau berinteraksi dengan air
 Tidak panik saat berada dalam air
 Mampu menahan nafas dalam air
 Mampu mengapung dalam air
 Mampu meluncur dalam air
 Bisa menguasai salah satu gaya renang

2.5.2.3. Penilaian bagi anak penyadang tuna rungu dan tuna wicara
 Mau berinteraksi dengan air
 Tidak panik saat berada dalam air
 Mampu menahan nafas dalam air
 Mampu mengapung dalam air
 Mampu meluncur dalam air
 Bisa menguasai salah satu gaya renang

2.5.2.4. Penilaian bagi anak penyandang cacat pada tangan dan


kaki
 Mau berinteraksi dengan air
 Tidak panik saat berada dalam air
 Mampu menahan nafas dalam air
 Mampu mengapung dalam air
 Mampu meluncur dalam air
 Bisa menguasai salah satu gaya renang
3. PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Olahraga yang ditujukan kepada anak atau orang dewasa yang
mengalami kekurangan pada dirinya, baik dari fisik atau psikisnya yang
bertujuan untuk memancing dan melatih motorik dirinya. Tetapi olahraga
renang ini perlu di modifikasi agar bisa dilakukan dengan kekurangan dari
diri siswanya.
Untuk kegiatn terdidri dari 3 kegiatan utama yitu;
 Kegiatan awal
o Doa
o Pemanasan
o Penjelasan materi
 Kegiatan inti
o Perkenalan air
o Mangapung
o Meluncur
o Gaya dalam berenag
 Kegiatan penutup
o Pendinginan
o Evaluasi
o Motivasi

Kalsifikasi ada membedakan anak berdasarkan


kemampuannya, yang bertujuan agar pembelajaran berjalan dengan
optimal. Dikarenakan anak yang memiliki kekurangan tidak bisa di
samakan dengan anak normal biasa maupun dengan anak yang
kekurangan lain dalam penanganannya.

Peraturan ialah hal-hal yang mengatur sesuatu agar berjalan


dengan semestinya. Peraturan dalam pembelajaran jasmani sangat
penting untuk membuat jalannya pembelajaran berjalan dengan
baik dan aman.

Adalah suatu proses untuk mendapatkan informasi tentang hasil


suatu proses yang dilakukan. Penilaian ini digunakan untuk evaluasi
suatu proses belajar. Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan
belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi yang
ditentukan.
Untuk klasifikasi, peraturan dan penilain di bagi menjadi 4
kelompok, yaitu untuk anak cacat mental dan intelektual, untuk anak tuna
netra, untuk anak tuna rungu dan tuna wicara, dan untuk anak dengan
kecacatan pada tangan dan kaki.

3.2. SARAN
Dalam menghadapi anak denga kelainan atau difabel pengajar
dituntut untuk bekerja ekstra. Dalam kesabaran, tenaga, dan pikiran.
Namun iniadalah pekerjaan mulia, dengan memberikan pengajaran ke
anak difabel kita meberikan mereka peluang untuk berkembang.

Diharapkan juga dengan diberi pelajaan berenang anak disabel bisa


tetap menjaga kesehatan tubunhnya. Juga bisa sebagai motivasi untok
menjadi atlet renang. Pembelajran ini juga bertujuan untuk meningkatkan
kecerdasan motorik anak, yang pastinya akan berdampak pada kecerdasan
intelektual juga. Ini bisa terjadi karena saah berolahraga akan membuat
peredaran darah lancar. Lancarnya peredaran darah akan menghasilkan
pasokan oksigen dan nutrisi ke otak.
DAFTAR PUSTAKA
Subagyo.2017. PENDIDIKAN OLAHRAGA RENANG DALAM PERSPEKTIF
AKSIOLOGI. Yogyakarta.

Subagyo.2018. Belajar Berenang Bagi Pemula (Sejarah, organisasi, peraturan,


teknik dasar dan teknik keselamatan). Yogyakarta.

Nurakhim, Riksma. Yoga Budhi Santosa. Prima Dea Pangestu.2019.


MENEMUKENALI DAN MENSTIMULASI ANAK PENYANDANG
DISABILITAS Panduan Dasar untuk Orang Tua, Keluarga dan
Pendamping. Jakarta, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak.

Raharjo, SelametRias Gesang Kinanti.2019. BUKU AJAR OLAHRAGA


ADAPTIF UNTUK SISWA AUTIS. Malang,Wineka Media.

Purnomo, Suswanto Heru. Haryana.2017. MODUL PENGEMBANGAN


KEPROFESIAN BERKELANJUTAN TERINTEGRASI PENGUATAN
PENDIDIKAN KARAKTER. Jakarta, PPPPTK TK DAN PLB
BANDUNG

Mariyanto, Muhammad. "Manfaat Pemanasan dalam Latihan


Olahraga." Pendidikan Kepelatihan Olahraga (2010).

Taufan, Johandri, et al. "Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif


bagi Anak dengan Hambatan Fisik Motorik." Jurnal Pendidikan
Kebutuhan Khusus 2.2 (2018): 19-24.

Solihin, Akhmad Olih. "Peran Alat Bantu Rubber Resistant Terhadap Kecepatan
Renang Gaya Dada 25 Meter Mahasiswa Pjkr Angkatan 2009 Di STKIP
Pasundan Cimahi." Jurnal Kepelatihan Olahraga 5.1 (2013): 1-11.

Pratiwi, Isna. "Sekolah Renang di Kota Semarang Dengan Penekanan Design


Sustainable Architecture." Canopy: Journal of Architecture 4.2 (2015).
Wredyantoro, Bekti. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
JASMANI ADAPTIF, AKTIVITAS OLAHRAGA, DAN SISTEM
PENILAIAN ANAK TUNARUNGU DI SLB B SE-KABUPATEN
WONOSOBO TAHUN 2019. Diss. UNNES, 2019.

Kurniasih, Dede. "PELAKSANAAN LATIHAN OLAHRAGA RENANG BAGI


ANAK DISABILITAS INTELIGENSI." JPK: Jurnal Pendidikan
Khusus 1.01 (2012): 74-82.

Sumaryanti, Puput Septiyani. "Pengaruh Aktivitas Akuatik Terhadap Kemampuan


Motorik Kasar Anak Tunagrahita Ringan Kelas Atas." Medikora 14.2:
155875.

Sumaryanti, Puput Septiyani. "Pengaruh Aktivitas Akuatik Terhadap Kemampuan


Motorik Kasar Anak Tunagrahita Ringan Kelas Atas." Medikora 14.2:
155875.

Wredyantoro, Bekti. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN


JASMANI ADAPTIF, AKTIVITAS OLAHRAGA, DAN SISTEM
PENILAIAN ANAK TUNARUNGU DI SLB B SE-KABUPATEN
WONOSOBO TAHUN 2019. Diss. UNNES, 2019.

Juliantine, Tite. "Penilaian dalam pendidikan jasmani." Jurnal Pendidikan


Olahraga 1.8 (2012): 1-12.

Anda mungkin juga menyukai