Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 2

PENGANTAR SOSIOLOGI

TEMA
“TAWURAN PELAJAR SEBAGAI BENTUK PERILAKU MENYIMPANG”

JUDUL
PERKELAHIAN ANTAR PELAJAR/MAHASISWA

DIBUAT OLEH :
MUNTASIR
NIM 030693539

PROGRAM STUDI
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS TERBUKA
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Maraknya tawuran pelajar dipicu oleh banyak faktor. Pada tingkat mikro,
rendahnya kualitas pribadi dan sosial siswa mendorong mereka berprilaku yang
tidak pronorma.Pada tingkat messo, buruknya kualitas dan manajemen
pendidikan mendorong rasa frustasi anak yang dilampiaskan pada tindakan
negatif, termasuk tawuran. Di tingkat makro, persoalan pengangguran,
kemiskinan, dan kesulitan hidup memberi sumbangan tinggi bagi terbentuknya
masyarakat (termasuk siswa) yang merasa kehilangan harapan untuk hidup layak.
Tawuran tidak hanya dilakukan oleh para preman saja, tetapi para pelajar
dan mahasiswa pun sekarang melakukannya. Gara-garanya hanya hal sepele yang
menimbulkan sebuah kebencian atau kecemburuan, kekerasan dianggapnya
sebagai solusi untuk menyelesaikan suatu masalah tanpa memikirkan akibat-
akibat buruk yang ditimbulkannya.
Tawuran antar pelajar dan mahasiswa biasanya dilakukan oleh mereka
yang kurang akan rasa tanggung jawab, mereka bergerak secara bergerombolan
atau yang lebih dikenal dengan sebutan gank.
Ada beberapa faktor dan dampak yang ditimbulkan dari tawuran. Dalam
makalah ini penulis ingin menjabarkan dan menperjelasnya.

2. Tinjauan Pustaka
Berbagai masalah tentang masalah tawuran antar pelajar pada masa ini,
terutama di negara kita Indonesia, yang dikenal dengan baik budaya ketimuran
kita yang terkenal mengerti akan sopan santun juga marak terjadi.
Adapun akibat adanya tawuran yaitu Kerugian fisik pelajarpun yang ikut
tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik itu cedera ringan, cedera berat,
bahkan sampai kematian. Masyarakat sekitar juga dirugikan. Kemudian
Terganggunya proses belajar mengajar sehingga Menurunnya moralitas para
pelajar. Dan yang jelas Hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan
saling menghargai, kita evaluasi dari itu, kita harus sadar bahwa tawuran tidak
ada gunanya, tawuran ituh anya membawa kesensaraan bagi kita semua, maka
dari itu kita sebagai insan bangsa harus menghilangkan budaya tawuran di
kalangan pelajar. Dan tawuran harus hilang dari pikiran parapelajar, agar kita
tidak terpuruk dari masalah yang ada di Indonesia. Semua permasalahan itu
contohnya :
 Geng Sekolah
 Kematian
 Kekerasan antar pelajar
 Perkataan Buruk dan Jorok
 Tawuran dan Perkelahian
 Senjata tajam
 Membolos Sekolah
 Peniruan Budaya Barat, dsb

3. Rumusan Masalah
Agar penulis terarah dan mengingat luasnya masalah yang menimbulkan
tawuran antar pelajar dan mahasiswa. Maka dari itu penulis merumusan
pertanyaan sebagai berikut :
 Apa itu tawuran ?
 Apa faktor yang menyebabkan terjadinya tawuran antar plelajar dan
mahasiswa ?
 Apa dampak yang ditimbulkan dari tawuran antar pelajar dan mahasiswa ?
 Bagaimana solusi yang tepat untuk menanggulangi masalah tawuran antar
pelajar dan mahasiswa ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tawuran
Tawuran dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai perkelahian
yang meliputi banyak orang. Tawuran terjadi karena adanya konflik atau
masalah.Konflik adalah sikap saling mempertahankan diri yang memiliki tujuan
dan pandangan berbeda dalam mencapai satu tujuan.
Perkelahian kini meliputi banyak pelajar dan mahasiswa.Secara
psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar dan mahasiswa digolongankan
sebagai kenakalan remaja (juvenile deliquency). Perkelahian digolongkan
menjadi dua jenis, yaitu :
1. Delikuensi situasional yaitu perkelahian terjadi karena adanya situasi yang
“mengharuskan” mereka untuk berkelahi.
2. Delikuensi sistematik yaitu adanya aturan yang sudah ditetapkan oleh suatu
organisasi yang sering disebut “gank”. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan
apabila dapat melakukan apa yang diharapkan kelompoknya.

B. Faktor Terjadinya Tawuran antar Pelajar dan Mahasiswa


Mendengar dan membaca berita maraknya tawuran antar pelajar dan
mahasiswa di Tanah Air, kita menjadi sangat miris.Sepertinya kata tawuran
sudah tidak asing lagi dimasyarakat.Hampir setiap minggu berita tentang tawuran
pasti diliput.Penyebab terjadinya tawuran antar pelajar dan mahasiswa sangatlah
beragam. Disini penulis akan memberikan beberapa fakta terjadimya tawuran
antar pelajar dan mahasiswa dan faktor penyebab terjadinya tawuran.
Seperti peristiwa tawuran antar pelajar SMA 1 dengan para pelajar SMK
5 sangat mencoreng nama baik pendidikan. Terjadinya tawuran ini karena proses
belajar mengajar di sekolah yang umumnya tidak mampu menjangkau proses
edukasi untuk membangun akhlaq atau karakter bagi para pelajar. Guru dinilai
gagal dalam menumbuhkan ruh pendidikan di kelas.
Fenomena tawuran antar pelajar dan mahasiswa memang tidak pernah
mati di negara ini. Dari waktu ke waktu intensitasnya terus meningkat, kasus
paling menghebohkan terjadi pada 25 Februari 2016 lalu antara pelajar SMAN 1
dengan SMK 1. Tawuran ini menyebabkan dua siswa SMAN 1 meninggal dan
dua siswwa lain yang juga dari SMAN 1 mengalami luka berat.
Dikalangan mahasiswa pun juga terjadi tawuran, pada tanggal 11 Oktober
2012 di Makasar antar mahasiswa Fakultas Teknik dengan Fakultas Seni Desain
Universitas Negeri Makasar (UNM). Akibat tawuran ini dua mahasiswa Fakultas
Teknik meninggal karena tertikam badik.
Faktor yang menyebabkan tawuran antar pelajar dan mahasiswa ada dua, yaitu:
1. Faktor internal
Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung
melalui proses internalisasi diri yang keliru. Remaja yang menyelesaikan
masalahnya dengan tawuran biasanya tidak dapat beradaptasi dengan
lingkungan yang kompleks.mereka biasanya mudah frustasi, tidak mudah
mengendalikan diri, dan tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu:
a. Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama kali diberikan dari
orang tua keanaknya.Apa yang dilakukan anaknya biasanya meniru apa
yang telah dilakukan oleh orang tuanya. Seperti, jika anak sering
melihat kekerasan dalam rumah tangga pasti anak juga akan
menirunnya. Jadi, orang tua harus memberikan contoh yang baik untuk
anaknya agar anak itu juga melakukan hal yang baik.
Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994). Berdasarkan hasil
penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja
dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang
baik bagi anak (hawari, 1997)
b. Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya berfungsi untuk menjadikan para siswanya pandai
dalam bidang akademik, tetapi sekolah juga berperan dalam
pembentukan karakter seorang siswanya.Sekolah merupakan wadah
untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik.Tapi juga ada
sekolah yang menjadikan siswanya tidak baik, itu dikarenakan turunnya
kualitas pengajaran yang bermutu.Contohnya, disekolah kadang guru
kurang sabar dalam mendidik muridnya kemudian guru itu menunjukan
kemarahannya melalui kekerasan.Lalu disinilah peran gutu dituntut
untuk menjado seorang pendidik yang memiliki kepribadian yang baik.
c. Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah sangat mempengaruhi
perilaku remaja. Seorang remaja yang tinggal dilingkungan rumah yang
tidak baik pastinya remaja itu akan tumbuh dan mempunyai perilaku
yang tidak baik juga. Kekerasan yang remaja lihat akan membentuk pola
kekerasan dipikiran para remaja.
C. Dampak dari Tawuran antar Pelajar dan Mahasiswa
Sudah sangat jelas diatas dampak yang ditimbulkan dari tawuran antar
pelajar dan mahasiswa, bahwasannya dampak itu tidak hanya pada pelaku tetapi
juga pada masyarakat sekitar dan lingkungannya. Seperti, pelaku ada yang
meninggal, luka berat dan banyaknya gedung-gedung perkuliahan yang
rusak.Secara langsung pasti masyarakat juga merasa terganggu dengan adanya
tawuran tersebut.Dunia pendidikan juga tercoreng karena pelajar tidak
menggunakan waktunya untuk hal yang positif tetapi malah digunakan untuk
tawuran.
Tawuran juga akan menghilangkan perasaan peka, toleransi, tenggang
rasa, dan saling menghargai. Pada para pelajar terjadi penurunan dalam hal
moral.

D. Solusi untuk Menanggulangi Tawuran antar Pelajar dan Mahasiswa


Pertama didalam keluarga, orang tua harus membimbing, memperhatikan,
dan mengawasi kegiatan anaknya. Orang tua harus menjalin komunikasi yang
efektif serta bersahabat dengan anaknya.Orang tua juga harus memberikan
contoh yang baik untuk anaknya agar anaknya juga melakukan hal yang baik-
baik.
Kedua para pendidik (guru/dosen) harus kreatif dalam menghidupkan
proses belajar-mengajar di kelas agar mereka tidak bosan dan menjadikan
sekolahan sebagai tempat yang nyaman. Bimbingan dan pengarahan morak harus
selalu digalakkan agar tertanam nilai-nilai positif dalam diri mereka, termasuk
nilai toleransi dan kerukunan. Tugas guru/dosen tidak hanya menaikkan dan
meluluskan para siswanya tetapi sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003 untuk
mendidik agar melahirkan insan yang bertakwa, berakhlak mulia, mandiri,
terampil, cakap, (berkepribadian Indonesia), demokratis dan tanggung jawab.
Kita perlu belajar dari pengalaman sejarah, pendidikan kita dulu cukup
berkualitas dapat melahirkan insan-insan berkarakter. Antara lain karena adanya
pendidikan budi pekerti. Tidak ada salahnya apabila penghidupkan kembali
tripusat pendidikan (sekolah keluarga dan masyarakat) seperti yang dicetuskan Ki
Hajar Dewantara sebagai komponen yang terpadu dalam menyelenggaraan
pendidikan.
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan sekolah untuk mengantisipasi
terjadinya tawuran :
1. Sekolah harus peduli terhadap apa yang dilakukan muridnya diluar sekolah.
Jangan ada alasan jika sudah diluar sekolah sudah bukan lagi tanggung jawab
sekolah, itu namanya lari dari sebuah tanggung jawab.Pihak sekolah harus
mencari tahu jika para pelajar mempunyai musuh bebuyutan.
2. Disiplin tinggi harus dierapkan. Peraturan dan tata tertib sekolah harus
ditegakkan.Setiap jenis pelanggaran harus ada sanksi. Tapi jangan lupa
memberikan reward atau penghargaan bagi para siswa yang berprestasi. Jika
ada yang terlibat tawuran orang tua wali harus dipanggil dan diberi peringatan
keras.Jangan membedakan itu anak pejabat atau tidak.
3. Budaya “bullying” atau kekerasan disekolah harus dihapuskan. Biasanya
budaya ini dilakukan para senior ke juniornya.Diawali dari MOS yang
biasanya para senior memberikan hukuman fisik bagi junior yang melakukan
sebuah kesalahan.dari pada melakukan hal yang seperti itu lebih baik
digantikan dengan memberikan motivasi oleh senior yang berprestasi agar
juniornya mengikuti jejaknya.
4. Sekolah harus mempunyai rogram pengembangan kepribadian. Tujuan utama
pendidikan untuk membentuk kepribadian bykan hanya memberikan ilmu
pengetahuan apalagi hanya mengejar nilai ujian. Program pengembangan
kepribadian bisa dilakukan dengan cara, sebagai berikut :
 Bekerja sama dengan TNI untuk melatih kedisiplinan siswa.
 Pembiasaan ibadah.
 Teladan dari guru dan kepala sekolah. Di lingkungan sekolah dilarang
merokok, kepsek dan guru juga harus memberika teladan tidak merokok
dilingkungan sekolah.
 Ciptakan lingkungan yang kodusif.
 Hubungan kekeluargaan di lingkuan sekolah harus terus dijalin dengan
baik.
Drs Soeprato mengemukakan setidaknya ada dua solusi untuk mengantisipasi
terjadinya tawuran antar pelajar dan mahasiswa.Pertama, lembaga terkait
melakukan pendewasaan terhadap masyarakat agar berfikir logis dan
rasional.Uapaya dapat ditemput dengan mengadakan sosialisasi tentang mana
yang harus dilakukan dan mana yang harus ditinggalkan oleh manusia yang
berakal dan berpendidikan.
Upaya kedua adalah kontrol sosial yang harus terus ditingkatkan, yang mana
dapat dilakukan bersama aparat dan masyarakat. Pemerintah dan aparat harus
lebih menelusuri betul sampai keakar-akarnya apa yang menjadi
permasalahan dan mengungkap siapa saja yang terlibat diperistiwa tersebut
bukan malah menutup-nutupi pihak-pihak tertentu.
Masa remaja adalah masa dimana remaja itu mencari jati dirinya dan
keinginan yang tinggi untuk diakui dan dihargai eksistensinya. Selain dengan
cara yang diatas kita juga dapat mencegahnya dengan cara :
a. Banyak mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri, dan
melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan
tidak menuntun
b. Memberi kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara
yang baik dan sehat
c. Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan
kebutuhan remaja zaman sekarang serta kaitannya dengan pengembangan
bakat dan potensi remaja.
Djohar (2003:11) menyarankan agar pemdidikan kita mengfungsikan empat
pilar kegiatan, sebagai yang telah dirumuskan oleh UNESCO (United Nations
Educational Scientific Cultural Organization) yaitu :
 Belajar untuk tahu (learning to know)
 Belajar untuk berbuat (learning to do)
 Belajar untuk bersama (learning together)
 Belajar untuk membentuk jati diri (learning to be)
Dengan mengadakan Anti Tawuran SMK 1 Pundong Bantul menolak
perkelahian antar pelajar dan mahasiswa aksi ini dilakukan untuk menghindari
tawuran antar pelajar.
Tidak jauh berbeda dengan SMK 1 Pundong BantulOwlajar Lereng Merapi
juga menggelar aksi anti tawuran. Mereka menggelar aksi itu tidak lain
dengan tujuan untuk menghindari adanya tawuran antar pelajar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka
untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk
memecahkan masalah secara cepat tanpa memikirkan akibat yang diperolehnya.
Perilaku menyimpang pelajar adalah kenakalan remaja yang biasanya
dilakukan oleh pelajar-pelajar yang gagal dalam mengembangkan jiwanya.
Faktor penyebab terjadinya tawuran juga beragam.Tidak hanya timbul dari dalam
diri individu itu sendiri tetapi juga datang dari luar diri indivdu.
Para pelajar yang melakukan tawuran adalah mereka yang kurang rasa
tanggung jawab. Mereka belum menemukan jati dirinya. Bagi para orang tua dan
pihak sekolah harus lebih mengawasi para remaja agar mereka tidak terjerumus
dihal-hal yang negatif.
Djohar (2003:11) menyarankan agar pemdidikan kita mengfungsikan
empat pilar kegiatan, sebagai yang telah dirumuskan oleh UNESCO (United
Nations Educational Scientific Cultural Organization) yaitu : belajar untuk tahu
(learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar untuk bersama
(learning together), belajar untuk membentuk jati diri (learning to be).
Pembentukan karakter harus diberikan sejak dini agar saat menginjak usia
remaja mereka dapat bertingkah laku sewajarnya tanpa melakukan hal-hal yang
dapat merugikam banyak orang.

B. Saran
Cara menanggulangi tawuran antar pelajar dan mahasiswa telah disampaikan
diatas, penulis memberikan saran sebagai berikut :
 Keluarga adalah pendidikan yang pertama kali didapatkan, jadi orang tua
harus memberikan contoh yang baik untuk anaknya. Terus mengawasi apa
yang telah dilakukan anaknya agar anaknya tidak terjerumus
 Pihak sekolah harus memberikan pembentukan karakter bukan hanya
memberikan ilmu pengetahuan saja. Karena ilmu tanpa iman itu tidak ada
apa-apanya.
 Masyarakat harus lebih memahami para remaja karena masa remaja adalah
masa dimana mereka mencari jati dirinya. Masyarakat harus memberikan
ruang untuk mereka berkreasi tetapi pada saat mereka melakukan kesalahkan
masyarakat harus menegur dan memberinya masukan.
Daftar Pustaka

Setyaningsih, Tanti. 2012. Merapi.


Ayu. 2012. Kedaulatan Rakyat. Hal.23.
Roy. 2012. Kedaulatan Rakyat. Hal.13
Albertus, Doni Koesoema. (2010). Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di
Zaman Global, ed. Revisi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Megawangi, Ratna (2007). Pendidikan Karkter. Cimanggis: Indonesia Heritage
Poundation.
Santosa, U. 2008. “Kiat-kiat Penulisan Artikel Ilmiah

Anda mungkin juga menyukai