Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PENDAHULUAN
2.1 DEFINISI
Hiperkolesterolemia merupakan suatu keadaan kadar kolesterol di dalam darah
melebihi batas yang diperlukan. (Herbey, et al.2005)
Hiperkolesterolemia merupakan suatu kondisi dimana kolesterol dalam darah
meningkat melebihi amabang normal yang ditandai dengan meningkatnya kadar kolesterol
total terutama Low Density Lipoprotein (LDL) dan diikuti dengan penurunan High Density
lipoprotein (HDL) dalam darah. (Bhatnagar et al., 2008)
Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan yang ditandai oleh adanya peningkatan kadar
lemak darah. Salah satunya dengan peningkatan nilai kolesterol > 240 mg/dL. (Goodman dan
Gilman, 2008) dan dapat dipengaruhi oleh makanan yang dikosumsi seperti makanan kaya
lemak jenuh dan kolesterol (Widyaningsih et al., 2007), Sehingga menimbulkan resiko
terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) atau ateroskerosis (Arjatmo dan Utama , 2004).
Hiperkolesterolemia adalah suatu konsisi dimana meningkatnya konsentrasi kolesterol
dalam darah yang melebihi nilai normal. (Guyton & Hall, 2008)
Kolesterol telah terbukti mengganggu dan mengubah struktur pembuluh darah yang
mengakibatkan gangguan fungsi endotel yang menyebabkan lesi, plak,okluso dan emboli.
Selain itu kolesterol juga diduga bertanggung jawab atas peningkatan stress oksidatif
(Stapleton et al.,2010)
Hiperkolesterolemia merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya arterosklerosis
dan meskipun tanpa kehadiran faktor lain keadaan ini sendiri sudah cukup untuk merangsang
perkembangan pembentukan lesi. Komponen utamayang terkait dalam meningkatkan resiko
ini adalah low-density lipoprotein (LDL)kolesterol dimana LDL berperan utama dalam
mengangkut kolesterol ke Jaringan perifer. Sebaliknya high-density lipoprotein (HDL)
kolesterol terkait terutama dalam menurunkan resiko pembentukan lesi arterosklerosis. HDL
berperan dalammobilisasi kolesterol dari berkembang dan membentuk arteroma. HDL juga
berperan dalam mengangkut kolesterol ke hati untuk diekskresi melalui empedu(Kumar, et
al.,2007).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi dimana
meningkatnya kadar kolesterol dalam darah yaitu > 240 mg/dL.
2.2 KLASIFIKASI
Hiperkolesterolemia ada dua, antara lain sebagai berikut.
1. Hiperkolesterolemia primer
Hiperkolesterolemia primer adalah suatu penyakit herediter yang menyebabkan
seseorang mewarisi kelainan gen pembentuk reseptor lipoprotein berdensitas rendah pada
permukaan membran sel tubuh. (Guyton dan Hall, 2007) Bila reseptor ini tidak ada, hati tidak
dapat mengabsorpsi lipoprotein berdensitas sedang atau lipoprotein berdensitas rendah. Tanpa
adanya absorpsi tersebut, mesin kolesterol di sel hati menjadi tidak terkontrol dan terus
membentuk kolesterol baru. Hati tidak lagi memberi respons terhadap inhibisi umpan balik
dari jumlah kolesterol plasma yang terlalu besar. Akibatnya, jumlah lipoprotein berdensitas
sangat rendah yang dilepaskan oleh hati ke dalam plasma menjadi sangat meningkat. (Guyton
dan Hall, 2007)
Hiperkolesterolemia primer banyak yang disebabkan oleh karena kelainan genetik.
Biasanya kelainan ini ditemukan pada waktu pemeriksaan laboratorium secara kebetulan,
yaitu waktu chekcup. Ini disebabkan karena pada umumnya tidak ada keluhan, kecuali pada
keadaan yang agak berattampak adanya xantoma. Ada 2 jenis hiperkolesterolemia primer,
yaitu sebagai berikut.
a) Hiperkolesterolemia Poligenik
Tipe ini merupakan hiperkolesterolemia yang paling sering ditemukan, merupakan
interaksi antara kelainan genetik yang multipel, nutrisi dan faktor-faktor lingkungan
lainnya serta memiliki lebih dari satu dasar metabolik. Penyakit ini biasanya tidak
disertai dengan xantoma.
b) Hiperkolesterolemia Familial
Penyakit yang diturunkan ini terjadi akibatkan oleh adanya defek gen pada reseptor
LDL permukaan membran sel tubuh. Ketidakadaan reseptor ini menyebabkan hati tidak
bisa mengabsorpsi LDL. Karena mengganggap LDL tidak ada, hati kemudian
memproduksi VLDL yang banyak ke dalam plasma. Pada pasien dengan
Hiperkolesterolemia familial ditemukan kadar kolesterol total mencapai 600 sampai 1000
mg/dl atau 4 sampai 6 kali dari orang normal. Banyak pasien ini meninggal sebelum
berumur 20 tahun akibat infark miokard.
2. Hiperkolesterolemia sekunder
Hiperkolesterolemia sekunder adalah peningkatan kadar lipid darah yang disebabkan
oleh suatu penyakit tertentu, misalnya diabetes melitus, gangguan tiroid, penyakit hepar dan
penyakit ginjal. Hiperlipidemia sekunder merupakan suatu hal yang reversibel. Bila kelainan
primernya baik, hiperkolesterolemia akan hilang (Arjatmo dan Utama, 2004).
Hiperkolesterolemia sekunder diakibatkan oleh adanya gangguan sistemik.(Price dan
Wilson, 2006).

2.3 ETIOLOGI
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya hiperkolesterolemia. Bisa disebabkan oleh
faktor genetik seperti pada hiperkolesterolemia familial dan hiperkoleterolemia poligenik,
juga bisa disebabkan faktor sekunder akibat dari penyakit lain seperti diabetes mellitus,
sindroma nefrotik serta faktor kebiasaan diet lemak jenuh (saturated fat), kegemukan dan
kurang olahraga.
a. Hiperkolesterolemia Poligenik
Tipe ini merupakan hiperkolesterolemia yang paling sering ditemukan, merupakan
interaksi antara kelainan genetik yang multipel, nutrisi dan faktor-faktor lingkungan
lainnya serta memiliki lebih dari satu dasar metabolik. Penyakit ini biasanya tidak
disertai dengan xantoma.
b. Hiperkolesterolemia Familial
Penyakit yang diturunkan ini terjadi akibatkan oleh adanya defek gen pada reseptor
LDL permukaan membran sel tubuh. Ketidakadaan reseptor ini menyebabkan hati tidak
bisa mengabsorpsi LDL. Karena mengganggap LDL tidak ada, hati kemudian
memproduksi VLDL yang banyak ke dalam plasma. Pada pasien dengan
Hiperkolesterolemia familial ditemukan kadar kolesterol total mencapai 600 sampai 1000
mg/dl atau 4 sampai 6 kali dari orang normal. Banyak pasien ini meninggal sebelum
berumur 20 tahun akibat infark miokard.

Berikut ini adalah  penyebab hiperkolesterolemia yang paling umum didapati:
1. Pola Diet/makanan.
Mengonsumsi terlalu banyak lemak jenuh dapat menyebabkan kolesterol tinggi.
Biasanya, lemak semacam ini terkandung dalam makanan yang berasal dari produk olahan
hewani seperti sapi, babi, susu, telur, mentega, dan keju. Makanan dalam kemasan dengan
mengandung minyak kelapa, kelapa sawit, atau mentega coklat mungkin memiliki lemak
jenuh di dalamnya. Begitu pun dengan margarine berbentuk batang atau stick margarine,
minyak sayur, serta berbagai jenis kue, crackers, keripik dan kudapan lainnya.
2. Obesitas
Kelebihan berat badan dapat menaikkan kadar trigliserida dan menurunkan HDL
dalam darah. Orang yang memiliki Indeks Massa Tubuh 30 atau lebih akan lebih  berisiko
terkenahiperkolesterolemia.
3. Kurang Aktivitas/olahraga
Kekurangan gerak fisik dapat meningkatkan kadar LDL atau kolestrol jahat serta
menurunkan kadar HDL atau kelosterol baik. LDL (Low Density Lipoprotein) adalah
kolesterol jahat karena melekat pada dinding arteri dan bisa menyebabkan perkembangan
penutupan-penutupan pembuluh nadi. HDL (High Density Lipoprotein) atau kolesterol
lipoprotein berkepadatan rendah, berperan  membawa kembali kolesterol buruk ke organ
hati.
4. Usia dan jenis kelamin
Ketika seseorang berusia 20 tahun, kadar kolesterolnya akan mulai mengalami
kenaikan. Bagi para pria, tingkat kolesterol secara umum akan berhenti setelah usia 50
tahun. Sementara itu bagi para wanita, tingkat kolesterol berada dalam kondisi cukup
rendah sampai masa menopause tiba. Setelah masa itu, kadar kolesterol akan merambat
naik sampai kira-kira menyamai keadaan yang dapat menyamainya dengan pria.
5. Kondisi kesehatan secara keseluruhan
Seseorang dengan penyakit tertentu seperti diabetes atau hypothyroidism dapat
menyebabkan kolesterol menjadi tinggi. Hypothyroidism adalah suatu penyakit yang
diderita baik oleh manusia maupun hewan yang disebabkan oleh kurangnya hormon
dihasilkan kelenjar tiroid.
6. Riwayat Keluarga
Ketika ada di antara anggota keluarga yang memiliki riwayat kadar kolesterol tinggi,
ada kemungkinan hal yang sama terjadi pada keturunannya. Selain menjaga makanan,
pemeriksaan kesehatan secara berkala juga sangat menolong dalam mengontrol tingkat
kolesterol.
7. Merokok
Merokok dapat menyebabkan turunnya kadar kolesterol baik dalam darah. Bahkan, para
perokok pasif yang ikut menghisap asap dari rokok dapat menjadi korban juga.
8. Lingkar pinggang besar.
Pria dengan lingkar pinggang di atas 102 sentimeter dan wanita dengan lingkar
pinggang di atas 89 sentimeter maka risiko terkena hiperkolesterolemia akan meningkat.
Selain itu, juga ada penyakit yang dapat menyebab hiperkoleserolemia, yaitu sebagai
berikut.
Penyakit penyebab Kelainan lipid
Diabetes mellitus (DM) TG   dan HDL 
Gagal ginjal kronis TG 
Sindrom nefrotik Kolesterol total 
Hipotiroidisme Koleterol total 
Penyalahgunaan alcohol TG 
Kholestasis Kolesterol total 
Kehamilan TG 
Obat-obatan (kontrasepsi oral, diuretic, TG  dan atau Kolesterol total   ,
beta bloker, kortikosteroid) HDL 

Keterangan :
 TG = Trigliserida
 HDL = High Density Lipoprotein

 = meningkat

 = menurun

2.4 MANIFESTASI KLINIS


Penderita hiperlipidemia umumnya tidak merasakan gejala yang spesifik, bahkan
penderita tidak merasakan adanya gejala penyakit sama sekali. Namun pada sebagian orang,
hiperlipidemia ditandai dengan :
1. Perut Membesar.
Kadar kolesterol dalam tubuh seseorang memang tidak bisa dilihat dari berapa berat
badannya, karena ada orang yang kurus tapi memiliki kadar kolesterol tinggi. Ini
disebabkan kolesterol adalah lemak yang ada dalam darah dan bukan di bawah lapisan
kulit. Namun perlu hati-hati jika perut sudah terlalu maju atau membuncit. Kondisi
lingkar perut yang berada di atas normal patut dicurigai sebagai pertanda gangguan
kolesterol, di mana kemungkinan besar yang bersangkutan memiliki kolesterol tinggi.
Idealnya lingkar pinggang tidak lebih dari setengah kali berat badan. Misalnya jika tinggi
badan 160 cm, maka idealnya memiliki lingkar tak lebih dari 80 cm. jika perut sudah
terlihat begitu membuncit jangan tunda untuk melakukan pemeriksaan kolesterol.
2. Timbunan di kelopak mata
Timbunan lemak semacam benjolan berwarna kekuningan atau putih di kelopak
mata bisa menjadi tanda kolesterol tinggi. Kondisi ini disebut xanthelasma.  Sekitar 50
persen orang yang memiliki xanthelasma biasanya bermasalah dengan kadar kolesterolnya.
Beberapa di antaranya memiliki kadar kolesterol jahat (LDL) yang tinggi dan kadar
kolesterol baik (HDL) rendah, atau bisa juga akibat masalah kolesterol lainnya. Meskipun
memang benjolan semacam ini bisa normal terjadi, khususnya pada ras Asia. Kalau tidak
memiliki riwayat keluarga yang memiliki xanthelasma, kita harus mencurigai
kemungkinan kolesterol tinggi bila memiliki benjolan tersebut. Xanthelasma tidak
menyakitkan dan bisa dihilangkan dengan cara operasi, laser atau cryotherapy. Namun jika
melihat ada tanda ini, ada baiknya segera melakukan pemeriksaan kolesterol. Apalagi
beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang memiliki xanthelasma lebih berisiko
terkena penyakit jantung.
3. Kolesterol tinggi juga ditandai dengan menebalnya kuku, jari kaki menjadi pucat saat
duduk atau sering kram. Keluhan semacam itu sesungguhnya bukan merupakan gejala dari
kolesterol tinggi.
4. Bejolan Xanthoma
Orang-orang dengan hiperkolesterolemia familial (karena faktor keturunan), di mana
kadar kolesterol darah sangat tinggi, bisa muncul tanda berupa benjolan atau nodul
berwarna kuning jingga yang berisi kolesterol yang disebut xanthoma. Benjolan ini bisa
ditemukan di berbagai bagian tubuh seperti sendi, tangan, atau bagian tubuh lain, tapi
umumnya muncul di bawah kulit.
5. Berkeringat, cemas, nafas pendek, hilangnya kesadaran atau kesulitan berbicara atau
bergerak, Sakit abdominal, Kematian mendadak.
6. Sakit kepala dan pegal-pegal sebagai gejala awal. Gejala ini muncul sebagai akibat dari
kekurangan oksigen.
7. Tengkuk dan pundak menjadi tidak nyaman.
8. Cepat pegal-pegal.

2.5 KOMPLIKASI
Jika tidak ditangani dengan benar, penderita hiperkolesterolemia bisa terkena beberapa
komplikasi seperti:
a. Nyeri pada dada.
Jika pembuluh darah yang menyuplai darah ke jantung tersumbat, maka penderita akan
merasakan nyeri di bagian dadanya.
b. Stroke.
Kondisi ini dapat terjadi jika aliran darah penderita ke sebagian otaknya tersumbat oleh
gumpalan darah.
c. Serangan jantung.
Jika plak (timbunan kolesterol) pada pembuluh darah terlepas, maka akan menyebabkan
terbentuknya gumpalan darah yang akan terbawa aliran darah. Jika gumpalan darah
tersebut masuk ke dalam pembuluh arteri jantung dan menyumbat aliran darahnya,
penderita akan mengalami serangan jantung.
d. Diabetes
Pembuluh darah yang menyempit dapat meningkatkan kadara gula dalam darah.
(Herliana, 2009)
e. Gagal ginjal
Terjadi penyempitan pembuluh darah di ginjal akibat penumpukan kolesterol sehingga
kerja ginjal menjadi lebih keras (Herliana & titanggang, 2009)
f. Hipertensi
Kolesterol menempel pada pembuluh darah sehingga meningkatkan tekanan pembuluh
darah. (Herliana, 2009)

2.6 PATOFISIOLOGI
Kolesterol adalah komponen lemak yang terdapat pada pembuluh darah semua
binatang dan juga manusia. Kolesterol sebenarnya berguna sebagai sumber energi,
membentuk dinding sel-sel dalam tubuh, dan sebagai bahan dasar  pembentukan hormon-
hormon steroid. Kolesterol memang dibutuhkan tubuh, namun dapat membentuk endapan
pada dinding pembuluh darah. Sebagai kolesterol baik, HDL bertugas mengambil kolesterol
jahat serta fosfolipid dari darah dan menyerahkan pada lipoprotein lain, untuk diangkut
kembali ke hati. Kemudian lemak akan diedarkan kembali atau dikeluarkan dari tubuh. Inilah
mengapa, kadar HDL tinggi justru dianggap baik. 
Di hati, reseptor LDL mengatur kolesterol darah. Jika LDL meningkat, sel-sel perusak
menumpuk di dinding pembuluh darah dan membentuk plak, yang memperkecil diameter
pembuluh darah. Plak yang bercampur dengan protein akan ditutupi oleh sel-sel otot dan
kalsium dan dalam jangka waktu bertahun-tahun bisa terjadi atherosclerosis (pengerasan dan
penyempitan pembuluh darah). Akibatnya, suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh
terhambat. Jika dibiarkan, dapat mengakibatkan gangguan jantung, stroke, dan gangguan lain.
Kolesterol dalam darah manusia terbagi menjadi 2 jenis yakni kolesterol LDL (kolesterol
jahat) dan HDL ( kolesterol baik). LDL apabila terlalu tinggi dan tidak seimbang dengan
kolesterol baik HDL dapat menyebabkan penempelan di dinding  pembuluh darah. Kolesterol
yang berlebihan bisa menempel di dinding pembuluh darah sehingga pembuluh darah
menyempit dan aliran darah tidak lancar. Inilah mengapa, kolesterol menjadi salah satu faktor
resiko penyakit jantung.
Kadar  kolesterol yang tinggi akan menyebabkan penebalan plak di lumen  pembuluh
darah, tapi juga mudah memicu kerusakan dinding pembuluh darah. Plak yang menempel
pada dinding pembuluh darah itu berisi lemak dan komponen  peradangan. Plak yang
semakin menebal pada dinding pembuluh darah akan semakin mempersempit lumen
pembuluh darah. Plak yang berisi kolesterol ini bisa muncul di pembuluh darah mana saja.
Namun yang paling berbahaya ialah jika  plak tersebut berada di pembuluh darah jantung
koroner dan pembuluh darah di otak. Sewaktu-waktu, plak ini bisa menutupi seluruh lumen
pembuluh darah. Atau  bisa juga plak tersebut pecah (ruptur) dan pecahnya terbawa oleh
aliran darah ke organ lain, misalnya di jantung. Jika ia terbawa hingga ke pembuluh darah
jantung, maka dapat dibayangkan apa yang terjadi pada jantung tersebut. Pecahan  plak akan
langsung menyumbat aliran darah dan akibatnya jantung tidak dapat menerima darah.
Kemudian tidak lama otot jantung akan mati. Keadaan inilah yang disebut sebagai heart
attack .(Almatsier, 2004)
Patofisiologi Secara umum, sebagai berikut.

Kolesterol di metabolism di hati

Kolesterol berlebihan, terjadi gangguan proses metabolisme

Kolesterol menumpuk di hati


Kolesterol tidak dapat diangkut seluruhnya oleh lipoprotein menuju hati dari
aliran

Dalam waktu yang cukup lama akan menumpuk di dinding pembuluh darah
sehingga timbul plak kkolesterol

Terjadi hiperkolesterolemia

Patofisiologi Hiperkolesterolemia factor primer menurut Davey,Patrick.2005.At a


glance MEDICINE,Jakarta : erlangga
a) Hiperkolesterolemia Familial

Adanya gangguan pada reseptor oleh gen

Menyebabkan reseptor berubah

LDL tidak dapat berikatan dengan reseptornya

Kadar LDL di dalam darah meningkat

Hiperkolesterolemia familial

b) Hiperkolesterolemia Poligenetik
Gen orang tua yang rusak dan carier

Menyebabkan keturunan memiliki gen yang rusak


Gen tersebut merusak reseptor

Reseptor berubah

LDL tidak dapat berikatan dengan reseptor

Kadar LDL meningkat

Hiperkolesterolemia Poligenik

2.7 BATAS NORMAL


Batas normal kolesterol total, LDL (Low density lipoprotein), HDL (High density
lipoprotein) dan trigliserida yaitu sebagai berikut.

Kolesterol total

< 200 mg/dL Yang diinginkan

200-239 mg/dL Batas tinggi

≥ 240 mg/dL Tinggi

LDL (Low Density Lipoprotein)

< 100 Optimal

100 – 129 mg/dL Mendekati optimal

130 – 159 mg/dL Batas tinggi

160 – 189 mg/dL Tinggi

≥ 190 mg/dL Sangat tinggi

HDL(High Density Lipoprotein)

< 40 mg/dL Rendah

≥ 60 mg/dL Tinggi
Trigliserida

< 150 mg/dL Normal

150 – 199 mg/dL Batas tinggi

200-499 mg/dL Tinggi

≥500 mg/dL Sangat tinggi

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan untuk mengetahui kadar kolesterol pada penderita hiperkolesterolemia
yaitu sebagai berikut.
a. Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan antropometri
- Pemeriksaan denyut nadi
- Pemeriksaan tekanan darah
- EKG
b. Pemeriksaan labor darah
Yaitu dengan cara pemeriksaan albumin. Dapat diukur dengan tes darah sederhana.
Sampel darah diperlukan untuk menentukan kadar kolesterol total, LDL (low density
lipoprotein), HDL (high density lipoprotein) dan trigliserida dalam darah. Sebelum
melakukan tes, biasanya pasien akan diminta untuk tidak makan selama 10-12 jam agar
hasil tes tidak terpengaruh oleh makanan yang dicerna.
c.

Orang-orang yang disarankan untuk menjalankan pemeriksaan, yaitu :


a) Usia > 40 tahun
b) Kelebihan berat badan/obesitas
c) Memiliki penyakit lain seperti, diabetes, hipertensi, dan lain-lain.
d) Memiliki riwayat keluarga terkena hipertensi

2.9 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanana pasien dengan hiperkolesterolemia sebaiknya dilakukan dengan
pendekatan non-farmakologis dan farmakologis. Ketimpangan dalam salah satu pilar
penatalaksanaan akan berakibat pada outcome klinis pasien yang tidak optimal.
a. Non farmakologis (Perubahan Gaya Hidup/PGH)
Terapi nutrisi medis dapat diberikan, dengan:
1. Mengurangi asupan lemak jenuh daan lemak trans tidak jenuh sampai < 7-10% total
energi
2. Mengurangi asupan kolesterol sampai <250 mg/hari
3. Menggantikan makanan sumber kolesterol dan lemak jenuh dengan makanan
alternatif lainnya (misal produk susu rendah lemak, kabohidrat dengan indeks
glikemik rendah)
4. Mengkonsumsi makanan padat gizi dan kardioprotektif (sayuran, kacang-kacangan,
buah, ikan, dsb)
5. Menghindari makanan tinggi kalori (makanan berminyak, soft dink)
6. Mengkonsumsi suplemen yang dapat menurunkan kadar lipid (seperti asam lemak
omega3, makanan tinggi serat, dan sterol sayuran)
7. Mengurangi berat badan dan meningkatkan aktivitas fisik
8. Berhenti merokok.
Komposisi makanan penderita hiperkolesterolemia menurut Perkeni, 2004 , yaitu :

Makamakanan Asupan yang dianjurkan

Total lemak 20-25% dari kalori total

Lemak jenuh < 7 % dari kalori total

Lemak PUFA Sampai 10% dari kalori total

Lemak MUFA Sampai 10 % dari kalori tota

60% dari kalori total (terutama


Karbohidrat
karbohidrat kompleks)

Serat 30 gr perhari

Protein Sekitar 15% dari kalori total

Kolesterol < 200 mg/hari

Ada zat-zat alami dalam makanan yang telah terbukti mampu menurunkan kadar kolesterol,
yaitu:
 Jelai atau barley.
 Beta-sitosterol (ditemukan pada beberapa jenis margarin).
 Blond psyllium husk (ditemukan pada beberapa kulit biji-bijian).
 Oatbran (ditemukan pada oatmeal).
 Sitostanol (ditemukan pada beberapa jenis margarin).
Respon perbaikan diet terlihat dalam 3-4 minggu, namun penyesuaian diet sebaiknya
diperkenalkan bertahap. Aktivitas fisik dapat dioptimalisasi dengan diperbanyak atau rutin
olahraga. Konsumsi rokok dan alkohol harus diberhentikan. Menurunkan berat badan adalah
strategi yang efektif untuk mengendalikan dislipidemia.
Pendekatan non-farmakologis diutamakan sebelum menerapkan tatalaksana farmakologis.
Bila setelah 6 bulan berikutnya terapi non-farmakologis tidak berhasil menurunkan kadar
kolesterol LDL, maka terapi farmakologis mulai diberikan, dengan tetap meneruskan
pengaturan makan dan latihan jasmani.
b. Terapi Farmakologis (Predominan)
Berikut ini obat- obatan yang mampu menurunkan kadar kolesterol darah, terdapat
beberapa golongan obat, antara lain statin, resin, niasin, ezetimibe dan asam lemak omega-3.
1. Golongan statin:
Obat jenis ini akan menghalangi zat yang dibutuhkan organ hati untuk memproduksi
kolesterol. Hal ini menyebabkan organ hati mengambil kolesterol dari darah. Statin juga
membantu tubuh menyerap kolesterol dari timbunan kolesterol di dinding pembuluh
darah.
o Simvastatin 5-40 mg
o Lovastatin 10-80 mg
o Pravastatin 10-40 mg
o Fluvastatin 20-80 mg
o Atorvastatin 10-80 mg
o Rosuvastatin 10-40 mg
o Pitavastatin 1-4 mg
2. Golongan Resin
Obat golongan resin ini bekerja dengan cara mengikat asam empedu di usus halus
dan mengeluarkannya melalui tinja sehingga sirkulasi enterohepatik obat ini menurun.
Akibatnya, terjadi peningkatan fungsi reseptor LDL dan peningkatan bersihan LDL
plasma. Obat golongan ini terutama berpengaruh pada kadar kolesterol LDL dan sedikit
atau tidak ada pengaruhnya pada kadar TG (trigliserida) dan kolesterol HDL. Pemakaian
8 obat ini pada pasien hipertrigliseridemia berat (> 500 mg/dl) bahkan akan lebih
meningkatkan kadar TG. Efek samping utamanya ialah pada saluran cerna sehingga perlu
perhatian khusus pada pasien viseropati diabetik. Sediaan yang ada di Indonesia adalah
kolestiramin dan kolestipol (Munaf,2009)
3. Golongan bile acid sequestrant
Obat jenis ini menurunkan kadar kolesterol secara tidak langsung dengan mengikat
pada asam empedu, yang menyebabkan hati menggunakan kelebihan kolesterol untuk
membuat asam empedu lagi. Hal ini akan membuat kadar kolesterol dalam tubuh
menurun.
o Kolestiramin 4-16 mg
4. Golongan nicotinic acid
Asam nicotinic mampu menurunkan kadar kolesterol dan trigliserid plasma.
Kemampuan niasin untuk mengurangi pembentukan trigliserid dalam hepar dapat
disebabkan oleh penurunan konsentrasi asam lemak bebas dalam darah, dan hampir
seluruh asam lemak dalam darah berasal dari jaringan lemak. Asam lemak bebas dalam
sirkulasi merupakan sumber utama dari asam lemak yang digunakan untuk sintesis
trigliserid dalam hepar. Karena itu, penurunan kadar asam lemak bebas dalam darah
dapat menurunkan sintesis trigliserid (Munaf, 2009).
o Nicotinic acid (immediate release) 2x100 mg s.d. 1,5-3 g
5. Golongan Asam Lemak Omega-3
Minyak ikan, kaya akan sam lemak omega-3 yaitu asam eicosapentaenoic (EPA) dan
asam docasahexaenoic (DHA). Minyak ikan menurunkan sintesis VLDL dengan
demikian dapat juga menurunkan kadar kolesterol. Obat ini dipasarkan dalam bentuk
kapsul dengan dosis yang tergantung dari jenis ikan asam lemak omega-3. Dosis obat
terantung dari jenis kombinasi asam lemak, dengan contoh Maxepa yang terdiri dari atas
18% asam eicosapentaenoic (EPA) dan 12 % asam docasahexaenoic diberikan dengan
dosis 10 kapsul sehari (Sudoyo et al, 2008).

Obat Kolesterol LDL Koleterol HDL Trigliserida


Statin 20-55% 5-15% 10-20%
Resin 15-30% 3-5% -/
Fibrat 10-15% 10-20% 35-50%
niasin 10-25% 10-35% 25-50%
Ezetimibe 15-25% 3-5% 5-10%
Asam lemak Omega-
5-10% 1-3% 20-30%
3

Terapi hiperkolesterolemia untuk pencegahan primer, dimulai dengan statin atau bile
acid sequestrant atau nicotinic acid. Pemantauan profil lipid dilakukan setiap 6 minggu.
Bila target sudah tercapai pemantauan setiap 4-6 bulan. Bila setelah 6 minggu terapi, target
belum tercapai: intensifkan atau naikkan dosis statin atau kombinasi dengan yang lain.
Bila setelah 6 minggu berikutnya terapi farmakologis diintensifkan. Pasien dengan PJK,
kejadian koroner mayor atau dirawat untuk prosedur koroner, diberi terapi obat saat pulang
dari RS jika kolesterol LDL > 100 mg/dL.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi yang ditandai dengan meningkatnya
kadar kolesterol dalam darah yaitu > 240 mg /dL.
Pada dasarnya kolesterol terdiri dari 2 yaitu kolesterol HDL yang memiliki efek
positif terhadap tubuh dan kolesterol LDL yang memberikan respon negatif pada tubuh.
Apabila jumlah kolesterol HDL terlalu sedikit dibandingkan kolesterol LDL, maka dapat
mengakibatkan terbentuknya endapan pada dinding pembuluh darah dan selanjutnya
akan terbentuk plak yang akan menyumbat aliran darah dan mengakibatkan berbagai
penyakit yang  berhubungan dengan sirkulasi darah, salah satunya yaitu penyakit
hiperkolesterolemia.
Penyebab hiperkolesterolemia antara lain, yaitu : pola makan yang buruk, kurang
aktivitas/olahraga, obesitas, usia dan jenis kelamin, riwayat keluarga (faktor genetik),
lingkar pinggan dan merokok. Penderita hiperkolesterolemia dapat ditandai dengan
berkeringat, cemas, nafas pendek, hilangnya kesadaran atau kesulitan berbicara atau
bergerak, sakit abdominal, kematian mendadak, sakit kepala dan pegal-pegal, benjolan
pada kelopak mata (xhantoma), perut membesar, menebalnya kuku kaki dan pucat,
tengkuk dan pundak menjadi tidak nyamandan cepat pegal-pegal.
Untuk mencegah hiperkolesterolemia dapat dilakukan dengan mengosumsi
makanan yang sehat, berhenti merokok, konsumsi makanan yang rendah garam, buah
dan sayuran, meningkatkan aktivitas fisik serta mengurangi kelebihan berat badan.
Sedangkan untuk penderita hiperkolesterolemia dapat diberikan obat-obatan seseuai
anjuran dokter seperti, stasin, resin, asam lemak omega-3 dan fibrat.

3.2 Saran
Sebaiknya masyarakat dapat memahami pengertian dan manfaat kolesterol dan
batasan normal kadar kolesterol di dalam tubuh agar menjadi referensi masyarakat dalam
penerapan pola hidup sehat.

DAFTAR PUSTAKA
Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology, eleventh edition, Elsevier Inc.
Philadelphia, Pennsylvania, 2006 page 850.

Bahri A. Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. e-USU Repositor.
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2004

Kasim R., Antono D, Alwi I, Saharman L, Makmun LH, Pangabean MM, dkk. Prosiding
Simposium Holistic kardiovaskuler VII. Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Juli 2008, hal56, 117

http://www.depkes.go.id/index.php/option=news&task=viewarticle&sid=3224&Itemid=2

Fuster V, Rourke RA, Walsh RA, Poole-Wilson P, King III SB, Robert R, et al. Hurst’s The
Heart,E-book, ed 12,the McGraw-Hill Companies, 2008 chapter 51, 52,81, 95, 114

Braunwald E, Zipes DP, Libby P. Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine. 8th
edition. WB Saunders Company, 2007
Soekidjo Notoatmodjo; Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta,
2002.

Davey,Patrick.2005.At a glance MEDICINE,Jakarta : erlangga

http://lip.uin.malang.ac.id/files/thesis/introduction/076200

http://perpus.fkikuinjkt.ac.id/files.digital/riset%20rifky%20m%202006.pdf

Arza. 2009. Kenalan Dengan Hiperkolesterolemia. 21 Januari 2009. Diakses dari


www.wordpress.com 20 maret 2017, 19:46:49.

Anda mungkin juga menyukai