Anda di halaman 1dari 11

Persepsi Konselor terhadap Pelayanan Bimbingan Konseling Daring Selama

Pandemi Covid-19 di SMA se-

A. Alasan Pemilihan Judul


1. Pelayanan bimbingan dan konseling terutama dalam jalur pendidikan formal dan
nonformal diampu oleh konselor yang dinyatakan sebagai pendidik sesuai dengan
UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat (6) yang berbunyi “Pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”.
2. Akan tetapi dikarenakan bencana wabah Covid-19 yang terjadi baru-baru ini
Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 11 Maret 2020 mengumumkan bahwa virus
tersebut sebagai pendemi global. Maka sejak saat itu, hampir semua negara di
belahan dunia menyatakan mengalami masa darurat kesehatan. Pandemi ini
berdampak pada berbagai sektor kehidupan, dan bidang pendidikan. (Marzoan,
2020)
3. Pembelajaran daring merupakan salah satu solusi untuk menyesuaikan dengan
situasi dan kondisi saat ini, dan siap tidak siap harus berlangsung. Bagi sebagian
pendidik yang belum terbiasa hal tersebut membuat kerepotan bagi pendidik.
Seorang pendidik saat ini dipaksa untuk menggunakan perangkat yang ada guna
mendukung pendidikan secara virtual. Pemilihan media yang tepat dalam
pembelajaran selama masa pendemi ini bertujuan untuk menghasilkan output yang baik
dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi siswa (Indiani, 2020)
4. Hal tersebut juga berdampak pada pelayanan bimbingan konseling untuk siswa
yang selama ini telah dilaksanakan oleh konselor. Seluruh layanan baik layanan
dasar, responsive, individual dan dukungan system dilaksanakan secara daring.
Berdasarkan penelitian (Fauzi et al., 2020) tentang persepsi konselor mengenai
layanan bk selama pandemi COVID-19 di anggap kurang efektif, karena sulit
untuk membentuk karakter siswa secara langsung. Selanjutnya seperti masalah
teknis lainnya seperti paket data yang tidak memadai, kurang paham penjelasan
sesuatu bimbingan ketika saat pembelajaran secara online, dan tidak memiliki
perangkat untuk online.
5. Selanjutnya berdasarkan penelitian (Erekson et al., 2020) yang meneliti mengenai
hasil outcome dari layanan terapi online dengan temuan yaitu : Alasan klien untuk
tidak ikut sesi telebehavioral dikarenakan kurangnya teknologi yang memadai,
kurangnya kerahasiaan yang memadai untuk berpartisipasi dalam terapi, dan
ketidaknyamanan dengan peralihan dari interaksi langsung ke interaksi online.
6. Sedangkan hasil penelitiannya adalah sebagai berikut : “Beberapa klien merasa
jauh lebih baik; secara spekulatif, hal ini mungkin disebabkan oleh penurunan
tekanan akademis (karena universitas menerapkan kebijakan penilaian yang lebih
lunak), peningkatan dukungan keluarga, dan lebih banyak waktu untuk perawatan
diri. Di sisi lain, beberapa klien merasa jauh lebih buruk; hal ini mungkin
disebabkan oleh kecemasan yang meningkat terkait dengan pandemi, peningkatan
isolasi sosial, dan peningkatan keterpaparan pada situasi keluarga yang sulit.
7. Selanjtnya dari hasil penelitian (Beidoʇlu et al., 2015) mengenai opini konselor
sekolah pada penggunaan ICT pada layanan konseling dengan temuan yaitu :
“Konselor sekolah melaporkan tantangan tentang layanan online, terutama
yang memerlukan interaksi (misalnya menggunakan chat room, melakukan
penilaian, mengadakan sesi bimbingan, menyampaikan masalah, menghubungi
konselor sekolah, berkomunikasi dengan guru kelas, memungkinkan siswa untuk
mencari solusi untuk masalah mereka secara anonim). Selanjutnya kurangnya
sumber daya dan informasi, konselor dapat berhati-hati untuk menghindari
bahaya sebagai akibat dari layanan mereka. Konselor mungkin enggan untuk
memanfaatkan layanan online terkait interaksi karena perbedaan dalam akses
keluarga ke sumber daya TIK tersebut, yang dapat menyebabkan ketidaksetaraan
layanan.
Hasil lain menemukan bahwa konselor sekolah memiliki tantangan mengenai
penerapan portal informasi siswa. Kekhawatiran tentang kerahasiaan dan data
mana yang dapat diakses melalui portal. Terakhir, penelitian mengungkapkan
bahwa konselor sekolah khawatir terkait dengan kurangnya prinsip etika,
ketidakcukupan hukum dari konseling bimbingan online dan kekhawatiran bahwa
bahasa tubuh, gerak tubuh, dan mimikri siswa tidak dapat diamati dalam
konseling online.”
8. Pelayanan Bimbingan dan konseling di sekolah dilaksanakan secara terprogram,
teratur dan berkelanjutan. Pelaksanaan yang terprogram inilah yang menjadi
wujud nyata dari diselenggarakannya pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah. Akan tetapi dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan untuk
bertatap muka karena kebijakan terakait menjaga jarak maka layanan bk secara
daring adalah solusi satu-satunya.
9. Untuk itu perlu di tekankan bahwa kode etik dalam pelaksanaan layanan harus
dilakukan dan dipatuhi sebagaimana mestinya tanpa mengurangi kebermanfaatan
dari esensi layanan bimbingan konseling itu sendiri. Berdasarkan (Irfan et al.,
2020) hal yang perlu diperhatikan adalah
a. Hubungan terapeutik, tantangan signifikan untuk konseling daring adalah
membangun kemungkinan untuk menciptakan hubungan yang bermakna sama
melalui konseling daring.
b. Bahasa Non-Verbal. Kurangnya umpan balik visual menyebabkan terbatasnya
konselor dalam melakukan observasi sehingga data yang dikumpulkan kurang
lengkap dan kevalidannya diragukan.
10. Akan tetapi saat ini pelyanan bimbingan konseling online merupakan salah satu
solusi yang ada untuk ikut serta dalam program kesehatan supaya dunia pulih
seperti sedai kala. Oleh karena itu peneliti ingin melihat bagaimana persepsi
konselor terhadap layanan bimbingan konseling pada masa pandemic ini dengan
tujuan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan
ilmu pendidikan terutama dikaitkan dengan Bimbingan dan Konseling serta hasil
penelitiannya ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka
pengembangan kualitas layanan BK terutama pada masa pandemic saat ini.

B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei. Menurut (Sugiyono,
2010) penelitian survei merupakan kegiatan penelitian yang mengumpulkan data pada
saat tertentu untuk mendeskripsikan keadaan alami yang ada, mengidentifikasi secara
terukur keadaaan yang tterjadi untuk dibandingkan dan menentukan hubungan
sesuatu di antara kejadian spesifik. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif,
karena data yang dikumpulkan berupa data kualitatif. Data kualitatif diperoleh
melalui observasi dan wawancara dengan konselor di sekolah untuk memperoleh
informasi yang lebih dalam mengenai persepsi dan kesiapan konselor dalam
melaksanakan layanan bimbingan konseling daring.
Gambaran School Well-Being Pelajar Saat Masa Pendemi Covid-19 Pada Siswa
SMA Negeri se

A. Alasan Pemilihan Judul


1. Pada saat ini warga dunia sedang menghadapi pandemic Covid-19 yang
berdampak pada seluruh aspek kehidupan. Berdasarkan data dari
(https://covid19.go.id, diakses 13 September 2020) jumlah total terkonfirmasi
terjangkit 17.660.523 dan meninggal 860.894. Sedangkan di Indonesia jumlah
positif 214.746 dan meninggal 8.650 jiwa.
2. Dengan adanya pandemic ini meberikan dampak yang luar biasa karena setiap
orang harus mematuhi protocol kesehatan untuk mencegah penyebaran. Beberapa
daerah menerapkan system lockdown untuk mengantisipasi penyebaran wabah
tsb. Hal tersebut meberikan dampak yang luar biasa khususnya pada aspek
pendidikan yang dimana saat ini menggunakan pembelajaran tatap muka.
3. Kemudian berdasarkan penelitian dari (Dong et al., 2020) kelemahan dari
pembelajaran online kurangnya elemen ekologi yang mebantu membantu peserta
didik untuk memahami konsep abstrak dan melibatkan mereka dalam
pembelajaran kolaboratif, penalaran, dan kegiatan pemecahan masalah.
4. Selanjutnya berdasarkan penelitian dari (Mishra et al., 2020) yang melakukkan
penelitian hambatan proses pembelajaran pada mahasiswa seperti sulit
berkonsentrasi, masalah produktivitas seperti mengasosiasikan rumah sebagai
tempat untuk bersantai. Selain itu masalah finansial untuk mahasiswa yang
bekerja part-time untuk biaya kuliahnya. Dan yang terakhir masalah model tatap
muka di depan layar yang berdampak pada motivasi belajar.
5. Akan tetapi pada saat ini dikarenakan sedang masa pandemic maka beberapa
kebutuhan-kebutuhan siswa tidak dapat terpenuhi dengan baik. Seperti yang
diungkapkan (Syah, 2020) proses pembelajaran di sekolah merupakan alat
kebijakan publik terbaik sebagai upaya peningkatan pengetahuan dan lifeskill.
Anggapan bahwa proses pembelajaran adalah kegiatan yang sangat
menyenangkan, mereka bisa berinteraksi satu sama lain. Selain itu hal tersebut
juga meningkatkan keterampilan sosial dan seperti kemampuan integensi, skill
dan rasa kasih sayang dan persaingan postif diantara pelajar.
6. Selain itu beberapa fasilitas dari sekolah yang seharusnya digunakan untuk siswa
pada saat ini belum bisa dimaksimalkan. Hal ini tentu saja mempengaruhi proses
pembelajaran bagi guru maupun siswa ketika akan menggunakan beberapa media
pembelajaran yang sifatnya bukan dalam bentuk teknologi.
7. Kesejahteraan di lingkungan sekolah yang meliputi, hubungan sosial yang terjadi,
dan pemenuhan diri siswa akan terpenuhi apabila pengajaran dan pendidikan yang
terdapat di sekolah menyediakan sarana untuk memenuhi hal tersebut, yang
nantinya akan mempengaruhi proses pembelajaran dalam diri siswa (Konu et al.,
2002)
8. (Stoeber & Rambow, 2016) yang menyatakan bahwa peningkatan kesejahteraan
siswa di lingkungan tempat belajar baik di pendidikan tingkat rendah maupun
tinggi harus dilihat dari progam yang dilaksanakan yang hasilnya dapat
menyebabkan sekolah untuk fokus terhadap keterlibabatan siswa dan terhubung
ke peningkatan keterlibatan siswa. Siswa yang mendapatkan dukungan orang tua,
guru dan teman sebaya terkait dengan kegiatan kampus merasa bahwa dirinya
memiliki rasa kesejahteraan pula di lingkungan belajar dan membuatnya lebih
aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran di lingkungan sekolahnya
9. Penilaian individu terhadap diri mereka sendiri dan hubungan nya dengan
lingkungan kampus, dimana individu tersebut telah merasa puas, dapat menjalin
hubungan relasi yang baik dan mendapat dukungan oleh lingkungan sosial di
kampus yang disebut school well-being yang dapat diartikan kesejahteraan di
lingkungan kampus (Konu et al., 2002)
10. Oleh karena itu berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai gambaran school well-being pelajar saat masa
pandemic covid-19 pada siswa SMA se

B. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei. Menurut (Sugiyono,
2010) penelitian survei merupakan kegiatan penelitian yang mengumpulkan data pada
saat tertentu untuk mendeskripsikan keadaan alami yang ada, mengidentifikasi secara
terukur keadaaan yang tterjadi untuk dibandingkan dan menentukan hubungan
sesuatu di antara kejadian spesifik. Dalam penelitian ini menggunakan desain
penelitian survei deskriptif kuantitatif dikarenakan peneliti bermaksud ingin
mengetahui gambaran secara sistematis, faktual yang akurat mengenai bentuk school
well being pada siswa SMA
Studi Deskriptif Aspirasi Karir pada Mahasiswa Bimbingan Konseling
Universitas Negeri Semarang

A. Alasan Pemilihan Judul :


1. Memilih sebuah karir adalah bagian penting dari seorang. Merencanakan karir
adalah bagian daripada life planning (Winkel & Hastuti, 2004) Sebelum dapat
memilih karir mereka perlu pengetahuan bagaimana karir itu dan apa yang perlu
mereka perhatikan.
2. (Gibson & Mitchell, 2011) menyatakan pentingnya konseling karir pada saat ini
adalah : 1) bukan satu karir seumur hidup, artinya tidak stabilnya pasar kerja
yang terjadi saat ini menyebabkan seseorang akan terus menerus membuat
keputusan karir dalam hidupnya 2) karir tidak memandang gender, artinya
profesi tertentu bukan hanya untuk gender tertentu saja, akan tetapi berdasarkan
persamaan hak dan kewajiban sebagai seorang pekerja.
3. (Hurlock, 2005) bahwa dewasa awal mulai memikirkan masa depan mereka
secara sungguh-sungguh. Diharapkan para remaja dapat memilih karir yang
tepat, dalam hal ini adalah keputusan tentang pendidikan lanjutan, siswa tahap
remaja sangat penting dalam "mengeksplorasi" dan "mengkristalkan" pilihan
karier mereka. Aspirasi karir yang realistis akan mempengaruhi kualitas
pemilihan karir.
4. Super (Winkel & Hastuti, 2004) ada lima tahap perkembangan karir. Pada
perkembangan remaja atau pada fase explorasi (Exploration) usia 15 sampai 24
tahun, dimana individu memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum
mengambil keputusan yang meningkat.
5. Karir merupakan bagian dari salah satu bidang garapan bimbingan konseling
yaitu bidang karir. (Brown; et al., 2013) menyatakan bahw akonseling karir dapat
menjadi intervensi praktis untuk beberapa klien mengalami permasalahan hidup
dan mental ketika karirnya tidak memuaskan

B. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei. Menurut (Sukardi,
2003: 193) penelitian survei merupakan kegiatan penelitian yang mengumpulkan
data pada saat tertentu untuk mendeskripsikan keadaan alami yang ada,
mengidentifikasi secara terukur keadaaan yang tterjadi untuk dibandingkan dan
menentukan hubungan sesuatu di antara kejadian spesifik. Dalam penelitian ini
menggunakan jenis penelitian survei deskriptif dikarenakan peneliti bermaksud ingin
mengetahui gambaran secara sistematis, faktual yang akurat mengenai profil aspirasi
karir pada mahasiswa bimbingan konseling Universitas Negeri Semarang.
Daftar Pustaka

Beidoʇlu, M., Dinçyürek, S., & Akintuʇ, Y. (2015). The opinions of school counselors
on the use of information and communication technologies in school counseling
practices: North Cyprus schools. Computers in Human Behavior, 52, 466–471.
https://doi.org/10.1016/j.chb.2015.06.022
Brown;, S. D., Lent, R. W., Swanson, J. L., Schneider, M., Nauta, M. M., Hartung, P.
J., Savickas, M. L., Heppner, M. J., Fouad, N. A., Kantamneni, N., Juntunen, C.
L., Ali, S. R., Pietrantonio, K. R., Fabian, E. S., Pebdani, R., Hansen, J.-I. C.,
Rounds, J., Jin, J., Metz, A. J., … Robbins, S. B. (2013). Career Development
and Counseling:Putting Theory and Research to Work.
Dong, C., Cao, S., & Li, H. (2020). Young Children’s Online Learning during
COVID-19 Pandemic: Chinese Parents’ Beliefs and Attitudes. Children and
Youth Services Review, 105440.
https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2020.105440
Erekson, D. M., Bailey, R. J., Cattani, K., Fox, S. T., & Goates-Jones, M. K. (2020).
Responding to the Covid-19 pandemic at a university counseling center:
administrative actions, client retention, and psychotherapy outcome.
Counselling Psychology Quarterly, 00(00), 1–15.
https://doi.org/10.1080/09515070.2020.1807914
Fauzi, Z., Heiriyah, A., & Matarif, J. (2020). Upaya Pelayanan Guru Bimbingan Dan
Konseling Selama Pandemi Covid-19 Pada Siswa Di Smp Negeri 23
Banjarmasin. 1, 1–12.
Gibson, R. L., & Mitchell, M. H. (2011). Bimbingan dan Konseling. Pustaka Pelajar.
Hurlock, E. (2005). Perkembangan Anak Jilid 1. Erlangga.
Indiani, B. (2020). Mengoptimalkan Proses Pembelajaran Dengan Media Daring Pada
Masa Pandemi COVID-19. Jurnal Sipatokkong Bpsdm Sulsel, 1(3), 227–232.
http://ojs.bpsdmsulsel.id/index.php/sipatokkong/article/view/55/27
Irfan, F., Agus, M., Fidia, H. Z., & Titi, R. G. (2020). Etika Konseling Daring Dalam
Penanganan Kasus Terkait Pandemi COVID-19 Perspektif Kode Etik Psikologi.
file:///C:/Users/youhe/Downloads/kdoc_o_00042_01.pdf
Konu, A., Alanen, E., Lintonen, T., & Rimpelä, M. (2002). Factor structure of the
School Well-being Model. Health Education Research, 17(6), 732–742.
https://doi.org/10.1093/her/17.6.732
Marzoan. (2020). Studi Eksploratif Persepsi Guru terhadap Kebijakan Belajar dari
Rumah pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah Mandala Education, 6(2).
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index%0ATerakreditasi
Mishra, L., Gupta, T., & Shree, A. (2020). Online Teaching-Learning in Higher
Education during Lockdown Period. International Journal of Educational
Research Open, 100012. https://doi.org/10.1016/j.ijedro.2020.100012
Stoeber, J., & Rambow, A. (2016). Perfectionism in Adolescent School Students:
Relations with Motivation, Achievement, and Well-Being. Personality and
Individual Differences, 62, 32–57.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.paid.2006.10.015
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan R&D. Alfabeta.
Syah, R. H. (2020). Dampak Covid-19 pada Pendidikan di Indonesia: Sekolah,
Keterampilan, dan Proses Pembelajaran. SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya
Syar-I, 7(5). https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i5.15314
Winkel, W. S., & Hastuti, M. . S. (2004). Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Media Abadi.

Anda mungkin juga menyukai