Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nunuk Trisukma Aceh

NIM : 1811061045

Prodi : PG PAUD/5

MK :Anak Berkebutuhan
Khusus

DISABILITAS

Manusia memiliki keinginan untuk lahir dengan kondisi fisik yang normal dan
sempurna, namun pada kenyataannya ada manusia yang tidak dapat mendapatkan
kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik yang tidak dapat dihindari
seperti kecacatan fisik.
Disabilitas merupakan isu yang (seharusnya) sangat “familiar” bagi masyarakat
umum, karena merupakan bagian dari kondisi manusia dan memiliki prevalansi yang tinggi.
Faktanya, hampir setiap individu pernah mengalami disabilitas pada salah satu fase
kehidupannya. Bagi orang yang mencapai usia yang panjang, kemungkinan besar akan
mengalami kesulitan terkait keberfungsian fisik dan sosialnya. Selain itu, mayoritas keluarga
luas (extended family) memiliki paling tidak seorang anggota yang menjadi penyandang
disabilitas dan di sisi lain, banyak individu non-penyandang disabilitas melakukan keluarga,
sanak saudara atau teman penyandang disabilitas.
Data statistik yang dihimpun oleh WHO (World Health Organization) terdapat 15%
Penyandang Disabilitas di Indonesia. Dengan demikian terdapat populasi mencapai 36.841,
956 dengan populasi keseluruhan penduduk 245 juta jiwa. Sebelumnya, tahun 2004
penyandang disabilitas Indonesia diperkirakan sebanyak 1. 480. 000 dengan rincian sebagai
berikut: penyandang tunadaksa berjumlah 162. 800 orang (11%), tunanetra 192. 400 (13%),
tuna rungu 503. 200 (34%), mental dan intelektual 348. 800 (26%), dan orang yang pernah
mengalami penyakit kronis (kusta dan tuberklosis) 236. 800 (16%). Jumlah angka ini
diperkirakan jumlah penyandang disabilitas yang tinggal dengan keluarga atau masyarakat,
dan belum termasuk mereka yang tinggal di panti asuhan.
Disabilitas, mungkin anda tidak terlalu akrab dengan kata ini, namun perlu anda
ketahui bahwa disabiliats adalah satu frekuensi dengan cacat, ketunaan dan anak
berkebutuhan khusus. Walaupun kata diaatas mungkin sudah sedikit anda pahami. Namun
apakah anda tau defenisi dari disabilitas?
Pengertian disabilitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang
menyandang (menderita) sesuatu, sedangkan disabilitas merupakan kata bahasa Indonesia
yang berasal dari kata serapan bahasa Inggris disability yang berarti cacat atau
ketidakmampuan. Anak dengan disabilitas atau sering disebut dengan anak berkebutuhan
khusus adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya secara signifikan
mengalami kelainan atau penyimpangan dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.
Anak dengan disabilitas dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu anak dengan penurunan
fungsi tubuh, keterbatasan dalam beraktivitas dan pembatasan dalam berprestasi. Anak-anak
disabilitas termasuk orang-orang dengan kondisi kesehatan seperti cerebral palsy, spina
bifida, distrofi otot, cedera tulang belakang traumatik, down sindrom, dan anak-anak dengan
gangguan pendengaran, visual, fisik, komunikasi dan gangguan intelektual (WHO, 2012).
Orang dengan kebutuhan khusus atau disabilitas berarti bahwa setiap penyandang memiliki
definisi masing-masing, yang mana semuanya memerlukan bantuan untuk tumbuh dan
berkembang secara baik. Jenisjenis penyandang disabilitas dibagi menjadi disabilitas mental
(kelainan mental), disabilitas fisik (kelainan fisik), disabilitas ganda (tuna ganda).
Disabilitas mental dibagi menjadi tiga :
 Disabilitas mental. Kelainan mental sering dikenal dengan orang berintelektual,
dimana selain memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata dia juga memiliki
intelektual rendah sebgai berikut : mental tinggi (Genius IQ lebih dari 180, Gifted IQ
140 – 179, Sangat Superior IQ 130 – 139, Superior IQ 120 – 129), Mental rendah di
bawah rata-rata dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban belajar (slow
learnes) yaitu anak yang memiliki IQ (Intelligence Quotient) antara 70-90.
 Disabilitas Fisik. Disabilitas fisik adalah kelainan yang terjadi pada fisik yang terjadi
akibat trauma atau akibat bawaan. Kelainan ini meliputi beberapa macam, yaitu
tunadaksa, tunanetra tunarungu, tuna wicara.
 Tunaganda (disabilitas ganda).Penderita cacat lebih dari satu kecacatan (yaitu cacat
fisik dan mental).

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar pandangan stigmatis yang


merugikan difabel atau disabilitas Misalnya pandangan-pandangan yang menganggap
bahwa difabel tidak mampu melakukan suatu kegiatan atau menjalani sebuah profesi.
Tanpa memberi kesempatan difabel untuk mencoba, pandangan yang stigmatis itu
biasanya langsung menutup pintu untuk difabel. Di dunia pendidikan juga dimana
sekolah-sekolah inklusi sangat minim apalagi di pelosok pedesaan benar-benar tidak
ada layanan pendidikan yang memfasilitasi penyandang disabilitas atau bentuk
ketidak mampuan lainnya.
Dengan demikian, salah satunya, dalam konteks ini, maka negara
berkewajiban menyediakan pelayanan publik yang dapat dinikmati dan benar-benar
berangkat dari kebutuhan masyarakatnya. Untuk itu aksesibilitas fasilitas publik
menjadi sangat penting, terutama bagi penyandang disabilitas, karena tanpa
aksesibilitas tersebut, mereka akan mengalami kesulitan dalam melakukan mobilitas.

Menurut UU No. 4 Tahun 1997 tentang penyandang cacat, disebutkan bahwa


disabilitas/kecacatan adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau
mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan untuk
melakukan kehidupan secara selayaknya. Para difabel dikategorikan sebagai berikut:
1) Penyandang cacat fisik 2) Penyandang cacat mental 3) Penyandang cacat fisik dan
mental. Oleh karena itu, Penyandang disabilitas sebagaimana dengan orang lainnya
memiliki hak yang sama, yaitu Hak Ekosob (Ekonomi, Sosial, Budaya). Negara
mempunyai kewajiban (state obligation) untuk memenuhi (fulfill), menghormati (to
respect), dan melindungi (to protect) setiap hak pendidikan yang dimiliki oleh setiap
warga negaranya. Dalam pasal 28 C Undang-undang Dasar 1945 pun dikatakan
bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya
dan demi kesejahteraan umat manusia, sehingga jelas disini kewajiban generic negara
dalam pemenuhan hak pendidikan adalah memfasilitasi (to facilitate), memajukan (to
promote), menyediakan (to provide).

Kesimpulan

Manusia memiliki keinginan untuk lahir dengan kondisi fisik yang normal dan sempurna,
namun pada kenyataannya ada manusia yang tidak dapat mendapatkan kesempurnaan yang
diinginkan karena adanya keterbatasan fisik yang tidak dapat dihindari seperti kecacatan fisik
atau penyandang disabilitas. Disabilitas merupakan kata bahasa Indonesia yang berasal dari
kata serapan bahasa Inggris disability yang berarti cacat atau ketidakmampuan. Penyandang
disabilitas adalah orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik
dalam jangka waktu lama. Anak dengan disabilitas dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu
anak dengan penurunan fungsi tubuh, keterbatasan dalam beraktivitas dan pembatasan dalam
berprestasi. Salah satu factor dari penyebab disabilitas adalah trauma atau bawaan tergantung
pada jenis permasalahan anak.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar pandangan stigmatis yang
merugikan difabel atau disabilitas. Dengan demikian, salah satunya, dalam konteks ini, maka
negara berkewajiban menyediakan pelayanan publik yang dapat dinikmati dan benar-benar
berangkat dari kebutuhan masyarakatnya. Salah satu bentuk alat ukur demokrasi yang sedang
diampu oleh sebuah pemerintahan adalah dengan menimbang kemampuan negara tersebut
dalam memenuhi dan menjamin hak-hak warga negaranya. Artinya negara menjadi provider
sekaligus pelindung bagi hak-hak semua warga negara yang dimilikinya.
Dalam pasal 28 C Undang-undang Dasar 1945 pun dikatakan bahwa setiap orang
berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya,
demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia, sehingga jelas
disini kewajiban generic negara dalam pemenuhan hak pendidikan adalah memfasilitasi (to
facilitate), memajukan (to promote), menyediakan (to provide).

Referensi :

Triutari. Tahun (2014), Tinjauan Teori Disabilitas. Dikuti pada 8 Desember 2020. URL
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/f.%20Bab%20II.pdf

Arif Maftuhin, dkk. Tahun (2019), Melawan Mustahil: Kisah Sembilan Difabel Melewati
Batas Kemungkinan. INKLUSI: Journal of Disability Studies, Vol. 6, No. 2, Jul-Des
2019
Syafi'ie. M. Tahun (2014), Pemenuhan Aksesibilitas Bagi Penyandang Disabilitas. Peneliti
pada LSM Sigap Yogyakarta. Dikutip pada 8 Desember 2020.

Thohari Slamet. Tahun (2014), Pandangan Disabilitas dan Aksesibilitas Fasilitas Publik
bagi Penyandang Disabilitas di Kota Malang. Vol. 1 Issue 1 pp. 27-37. Journal of
Disability Studies.

Anda mungkin juga menyukai