Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Nutrisi dalam Pengelolaan Reproduksi Ternak (Studi Literatur)

Abstract

Nutrients are needed by livestock to maintain the viability of the animal itself. Completeness of nutrients

pregnancy, child birth weight, weaning weight and keep the child after the parent state when lactation. While
the male animals, completeness nutrients in animal feed can maintain the quality of sperm produced. The food
is reasonably necessary for the normal functioning endoktrin. Levels of food affect the synthesis and release
of hormones from endoktrin. Growth and development of the reproductive organs of cattle is inhibited by
lack of food regardless of whether because of low levels of energy, protein, minerals or vitamins. Therefore
it is necessary to maintain forage nutritional completeness in this case will help the management of livestock
reproduction. Reproduction disrupted livestock and poultry farms will harm the survival of the animal itself. This
paper is a contribution of ideas and a review of several studies on the role of nutrition in animal reproduction.
Keywords: nutrition, reproduction, ruminants

Pendahuluan merupakan pertanyaan untuk memahami mekanisme


molekuler dan seluler yang terlibat saat pergantian
Makanan merupakan faktor yang penting dalam
pada suplai nutrisi menyebabkan perubahan terhadap
suatu usaha peternakan. Tanpa makanan yang baik dan
performansi reproduksi. Hewan memerlukan
dalam jumlah yang memadai maka meskipun ternak
protein sebagai sumber asam amino esensial dan
tersebut merupakan bibit unggul akan kurang dapat
(pada ruminansia) sebagai sumber nitrogen untuk
memperlihatkan keunggulannya. Proses pencernaan
makanan pada ruminansia seperti sapi, kerbau dan
kambing merupakan proses yang komplek. Sebagian
cernanya. Bahan pakan protein dikategorikan sebagai
besar aksi konsumsi bahan pakan sebagai suplai
bahan yang dapat terdegradasi dalam rumen dan
tidak dapat terdegradasi dalam rumen pada basis
produksi komponen energi dan protein yang dapat
kemampuan mikroba untuk menghidrolisa protein
dicerna dan diserap. Rumen didiami oleh banyak
dalam rumen.
tipe mikro organisme. Sebagian besar pencernaan
karbohidrat komplek, termasuk selulosa, karbohidrat Kebutuhan protein hewan tergantung pada status
dasar, memproduksi volatile fatty acids (VFA) seperti physiologi dan tingkat produksi. Asam amino esensial
asetat, propionat dan butirat. Propionat merupakan harus disuplai dalam pakan monogastrik, namun pada
dua substrat energi utama digunakan oleh ruminansia ternak ruminansia mikroba rumen dapat dijadikan
dan dirubah menjadi glokosa pada hati. Jumlah sumber utama asam amino. Ruminansia juga mampu
relatif tiap-tiap volatile fatty acids yang diproduksi mengurangi kehilangan protein dengan mendaur
merupakan bahan pakan tergantung dengan tipe ulang urea, suatu produk metabolisme protein yang
pakan. Roughage mendorong produksi asetat dan secara normal dieksresikan. Jadi sebagian besar
pakan dasar sereal mendorong produksi propionat. urea dapat didaur ulang ke rumen saat pakan rendah
Jadi tipe pakan dapat merubah ketersedian nutrisi nitrogen. Surplus asam amino akan di deaminasi dan
untuk tujuan produksi. nitrogen diekskresikan melalui hati dan ginjal, dan
dikeluarkan dalam urin. Kelebihan ammonia adalah
Pakan dan nutrisi bahan makanan tertentu selama
di konjugasi ke urea dan kemudian diekresikan. Jadi
kehidupan embrionik dan kehidupan fetus awal
level urea tinggi adalah konsisten dengan kelebihan
terhadap performansi reproduksi. Kemudian juga
protein intake, mungkin dengan kekurangan energi

20
Yendraliza: Pengaruh Nutrisi dalam Pengelolaan Repproduksi Ternak (Studi Literatur)

bersamaan, dan sepertinya berhubungan dengan level


amonia tinggi dalam sirkulasi (Boland, et al., 2001).
Nutrisi bahan pakan meningkatkan programming dapat memperbaiki vigour saat lahir.
dan ekspresi metabolik pathway yang memungkinkan Bishonga et al. (1994) menemukan bahwa ketika
hewan mencapai potensi genetiknya untuk reproduksi. konsentrasi amonia plasma ditingkatkan (100 - 150
Hal tersebut indikasi dari metabolit blood-borne µmol l -1) menyebabkan tingginya insiden kematian
sebagai perantara, sebagai contoh, aktivasi nutrisi dari embrio, Selain itu juga dapat menimbulkan oversize
generator pulse Gonadothrophin Releasing Hormone fetus. Fenomena oversize fetus belum dibatasi
(GnRH). percobaan yang sangat sulit. Di lain pihak, meskipun pada kultur embrio secara in vitro tapi
pentingnya observasi baru sangat diperlukan dengan mungkin penyebab oversize fetus tersebut diduga
melihat perbedaan tingkat pemberian. muncul dari pengaruh nutrisi in vivo. Pemberian
makanan dengan level rendah pada sapi dara, akan
Kebutuhan Nutrisi untuk Bereproduksi menganggu pertumbuhan sapi dara dan mengalami
Pemberian enersi yang tidak cukup kemungkinan kesulitan dalam melahirkan (Salisbury dan
merupakan penyebab terbesar gangguan reproduksi Vabdemark, 1985).
pada ternak. Hal ini dibuktikan pada penelitian sapi
di Nigeria Utara bahwa penambahan konsentrat kaya
Pengaruh nutrisi terhadap pubertas
akan protein dan karbohidrat serta campuran mineral Pada sapi potong, penurunan tingkatan makanan
memperlihatkan masak kelamin dan kebuntingan umumnya memperlambat timbulnya pubertas
lebih cepat dibandingkan sapi yang tidak mendapatkan sedangkan tingkatan makanan yang tinggi dapat
tambahn enersi. Pada sapi yang sedang bunting dapat mempercepat pubertas dan peningkatan berat badan
mengalami abortus jika kekurangan energi. (Toelihere, 1979). Wiltbank et al., 1966 menyatakan
bahwa pertambahan berat badan yang lebih cepat
Penambahan protein menyebabkan penambahan
antara waktu lahir dan waktu disapih dan antara
pertumbuhan pada sapi dara namun ada beberapa
waktu disapih dan umur 396 hari akan mempercepat
penelitian yang memperlihatkan bahwa sapi yang
timbulnya pubertas pada sapi-sapi dara. Selanjutnya
hidup dengan kadar protein rendah dan enersi rendah
Foster et al. (1988) menunjukkan bahwa infusi
masih memperlihatkan ciri-ciri berahi, bunting
parenteral campuran asam amino-dextrose efektif
dan melahirkan, seperti pada kerbau (Borghese
memberikan frekuensi pulse Lutheneising Hormone
(LH) tinggi dengan syarat program pemberian pakan
mengakibatkan ternak mengalami penundaan
pubertas dan tanda-tanda berahi yang tidak normal. dilakukan kontiniu pada domba selama kebuntingan.
Kadar calcium yang rendah dalam makanan dapat Phillippo et al. (1987) berpendapat bahwa
menyebabkan ternak lambat pubertas. Begitu juga induksi molybdenum mengganggu sekresi LH,
menunda pubertas pada sapi. Penelitian pada efek
akan menyebabkan lahirnya bayi premature pada sapi nutrisi terhadap pencapaian pubertas adalah bahwa
perah dan lambatnya dewasa kelamin pada sapi dara. kekurangan sebagian besar nutrisi dapat menunda
pubertas. Selain itu perubahan level induksi pakan
Pengaruh nutrisi pada saat fetus pada laju pertumbuhan juga dapat menunda pubertas.
Kekurangan nutrisi pada domba selama Kelambatan timbulnya pubertas karena kekurangan
kehidupan fetus dan neonatal menurunkan litter makanan mungkin disebabkan oleh rendanya
size (reviewed by robinson, 1990). Komponen kadar gonadotropin yang dihasilkan oleh kelenjer
penting reproduksi adalah kelangsungan hidup saat adenohypohysa, kurangnya respon ovaria atau
lahir. Hal tersebut adalah bukti pada domba yang mungkin karena kegagalan ovaria untuk menghasilkan
sejumlah estrogen yang cukup (Toelihere, 1979).
meskipun tidak berpengaruh terhadap bobot lahir
domba, adalah berhubungan dengan penurunan sapi perah dara menunjukkan bahwa kombinasi
vigour domba saat lahir dan depresi pada kekebalan tersebut dapat memperlambat dewasa kelamin dan
pasif terhadap penyakit (Fisher and MacPherson, menekan munculnya tanda-tanda berahi (Salisbury
dan Vandemark, 1985).

21
Kutubkhanah, Vol. 16 No. 1 Januari – Juni 2013

Pada ovarium, feed intake yang rendah Downing et al., (1995a) menyatakan bahwa
akan menunda pubertas yang disertai penurunan aksi ovarium langsung dapat meningkatkan
perkembangan folikel ovarium sehingga pada sapi keberadaan glucosa. Berhubung keberlangsungan
betina feed intake yang rendah dapat membuat insulin meningkat pada plasma juga telah diteliti
folikel dominan lebih kecil (Bergfeld et al. 1994). ketika laju ovulasi meningkat baik infusi glucosa
Ini terjadi meskipun cukup Gonadothrophin, seperti (Downing et al., 1995b) maupun rantai cabang
diduga oleh respon glandula pituitary terhadap dosis asam amino, leusin, isoleusin adan valin (Downing
et al., 1995c) selama 5 hari pada akhir tahap luteal
dari siklus esterus. Menggunakan model ovarium
pada kontrol pelepasan GnRH juga merupakan subjek auto-transplanted, Downing (1994) menunjukan
spekulasi. Penelitian Hall et al. (1992) menunjukkan bahwa ketika infusi glukosa atau insulin sendiri,
pengaruh stimulasi infusi tyrosine abomasal terhadap tidak mempunyai pengaruh terhadap sekresi steroid
frekuensi pulse LH pada pertumbuhan terbatas anak ovarium, infusi kombinasinya menurunkan sekresi
domba betina secara tak langsung bahwa mungkin baik androstenedione maupun oestradiol pada
asam amino ini berfungsi sebagai signal nutrisi respon terhadap GnRH menstimulasi pulse LH, juga
mempengaruhi pusat syaraf mengontrol pelepasan pernyataan keterlibatan perubahan feedback steroid
GnRH. Metabolit blood-borne yang lain adalah pada respon ovulasi.
insulin dan insulin-like growth factors (IGFs) namun
berlawanan peran. Pengaruh nutrisi terhadap interval
kelahiran
Pengaruh nutrisi terhadap Laju Ovulasi
Turunnya konsentrasi estradiol saat kelahiran
Perubahan laju ovulasi secara umum terjadi saat menghilangkan feedback negatif pada aksis
durasi waktu dimana kelangsungan hidup folikel hipothalamic-pituitary, kemudian menstimulasi
gonadotrophin-dependent meningkat atau ketika sintesa mRNA untuk gonadotrophin. Hal ini
peningkatan pada laju folikel berlangsung tanpa ada diikuti oleh peningkatan LH/FSH pada pituitary
pergantian pada durasi (Scaramuzzi et al. 1993). Pada
kasus respon ovulasi terhadap nutrisi, kedua elemen Peristiwa ini dapat terjadi selama periode kurang
mekanisme dapat beroperasi. Melalui pengaruh nutrisi pada ovulasi, dihalangi oleh tidak cukup
ini terhadap feedback hormon mengontrol sekresi sekresi GnRH. Pada sapi pedaging menyusui setelah
gonadotrophin. Perubahan level dan durasi memulai kelahiran, Stagg et al. (1995) mendapatkan bahwa
folikel gonadotrophin-dependent terhadap FSH. rata-rata dari melahirkan ke ovulasi pertama adalah
Pengaruh nutrisi terhadap sirkulasi FSH 25 hari. Selanjutnya Stagg et al. (1995) menyatakan
konsentrasi tetap samar, hal ini juga telah dinyatakan bahwa waktu perkembangan folikel dominan dan
bahwa nutrisi 4(glukosa, asam-asam amino) dan
nutrisi yang berhubungan dengan metabolit (insulin, dipengaruhi oleh nutrisi. Panjangnya periode
growth hormon, IGFs dan IGFs binding protein) yang anoestrus diduga disebabkan oleh kekurangan nutrisi.
secara tak langsung berpengaruh pada respon ovulasi Kekurangan nutrisi kemungkinan dapat mengulang
terhadap nutrisi, mungkin berlangsung pada level perkembangan folikel sehingga terjadi atresia
ovarium menurunkan jumlah kebutuhan FSH untuk folikel-folikel dominan. Sejumlah data menunjukkan
mendukung folikel-folikel gonadotrophin-dependent interaksi antara kondisi tubuh saat melahirkan dengan
(Downing and Scaramuzzi, 1991). Mekanisme level pemberian pakan dalam kurun waktu tertentu
dapat berpengaruh terhadap interval oesterus pertama
bermain peran penting sebagai perantara, kemudian setelah melahirkan. Pada sapi perah yang memiliki
disebut “nutritional effects” yang meningkatkan
sekresi feses pada domba, dengan pakan baik duapertiga minggu pertama setelah melahirkan sangat
mengarah untuk mengurangi sirkulasi konsentrasi berkorelasi dengan interval pada oestrus pertama.
plasma (Adam et al., 1994) dan berhubung penurunan Protein intake rendah dapat mengurangi tingkah
pada oestradiol feed back yang diharapkan akan laku estrus atau disebut silent heat dan dapat
meningkatkan laju ovulasi (Payne et al., 1991). mengurangi ketepatan konsepsi pada sapi pedaging.

22
Yendraliza: Pengaruh Nutrisi dalam Pengelolaan Repproduksi Ternak (Studi Literatur)

Pakan DUP (digestible undegradable protein) atau juga dibutuhkan pada saat ternak mendapat program
pakan yang rendah energi dapat berpengaruh terhadap superovulasi. Beberapa penelitian telah dilakukan
produksi susu. Hal ini juga dapat menyebabkan ternak
pada pengaruh merugikan dari pakan protein tinggi
et al., (1994) menyatakan bahwa peningkatan yang terhadap fertilitas sapi perah. Elrod dan Butler (1993)
menemukan bahwa intake tinggi rumen degradable
DUP tinggi berlawanan dengan DUP rendah pada protein (RDP), menunjukkan pada produksi ammonia
sapi menyusui dengan kondisi tubuh rendah saat rumen berlebih, yang bergabung dengan penurunan
kawin. DUP ini sangat berpengaruh terhadap siklus pada pH lingkungan uterus, dan Elrod (1992)
estrus dan estrus pertama setelah melahirkan. Efek melaporkan bahwa ammonia dan urea secara berbeda
terhadap sekresi LH belum dapat dideteksi, kondisi mempengaruhi transportasi ion endometrium.
kurang nutrisi pertumbuhan folikel lambat pada sapi
Pakan RDP tinggi yang menghasilkan produksi
perah setelah melahirkan. Perubahan pada folikel ammonia berlebih pada rumen. Hal ini akan
dinamis ini diiringi oleh penurunan konsentrasi IGF-
1 pada plasma dan penurunan rasio estrogen terhadap
ditentukan kebutuhan asam amino (Lobley et al.,
progesteron pada senyawa folikel dominan (Lucy et
1995). Hal ini secara tak langsung dapat dikatakan
al., 1992). Modulasi nutrisi perkembangan folikel
bahwa persediaan suplemen asam amino dalam
melibatkan baik intra maupun ekstra growth factor
bentuk protein pakan status rendah degradasi
ovarium dipengaruhi oleh IGF-1 dan IGF binding
rumen mungkin menghilangkan efek merugikan
protein (Echternkamp et al., 1994). transforming
dari RDP berlebihan terhadap lingkungan uterus
dan survival embrio. Pengaruh stimulasi rencana
pemberian pakan tinggi protein tinggi terhadap laju
metabolik progesteron (Parr et al., 1993, ewe; Prime
Pengaruh nutrisi terhadap and Symond, 1993) dan diiringi dengan penurunan
keberlangsungan hidup embrio konsentrasi progesteron pada saat (hari ke 11 dan 12
Vanroose et al., (2000) menyatakan bahwa setelah domba kawin) ketika embrio sangat sentitif
kematian embrio kemungkinan dapat disebabkan oleh
faktor non infeksi seperti nutrisi. Level pemberian sirkulasi perifer) (Parr, 1992). Peran progesterone ini
pakan ekstrim akan mengganggu keberlangsungan sulit untuk dilihat perannya pada fungsi endometrium
hidup embrio, begitu juga dengan suplai nutrisi bahan dengan keberlangsungan hidup embrio.
makan khusus, seperti pemberian vitamin-vitamin, Penekanan induksi pakan pada sirkulasi
progesteron selama maturasi oocyt pada superovulasi
trace elemens dapat berpengaruh pada metabolisme. domba-domba betina baik dengan perlengkapan
Retinoid-retinoid merupakan metabolit utama single CIDR (0.3 g progesteron) dapat memberi kesan
vitamin A yang berperanan pada proliferasi sel, penghambatan perkembangan yang mengarah pada
differensiasi, ekspresi growth factors, transkripsi gen penurunan keberlangsungan hidup embrio (McEvoy
dan steroidogenesis. Retinoid ini mempunyai peranan et al., 1995). Kemungkinan hal ini disebabkan oleh
penting dalam menjaga kelangsungan hidup embrio. abnormal rasio oestradiol dengan progesteron yang
Asam folat dibutuhkan untuk mempertahankan dapat mengganggu maturasi oosit (McEvoy et al.,
embrio karena penting untuk sintesis asam nucleus. 1995). Ekspresi maternal mRNAs dibutuhkan untuk
Selain itu keberadaan vitamin C dapat meningkatkan mengatur perkembangan secara maternal hingga
fungsi luteal. Selain itu vitamin C juga berperanan tahap pertengahan blastosis kemungkinan dipengaruhi
dalam proses stereogenesis yang dianggap bermanfaat oleh level progesterone. Pengurangan pemberian
pada pemeliharaan awal kebuntingan pada sapi. pakan akan mempengaruhi pemberian progesterone
terhadap jumlah sel embrio dan sintesis protein pada
menurunkan kematian embrio selama implantasi. penelitian McEvoy et al., (1995). Perkembangan
Hal ini juga meningkatkan laju fertilisasi, membantu embrio dapat dihambat dan diturunkan dengan
kontraksi uterus sehingga memudahkan transportasi cara melakukan stimulasi pada gen awal dengan
sperma didalam saluran reproduksi betina. Hal ini progesteron-dependent, begitu juga dengan ekspresi
Kutubkhanah, Vol. 16 No. 1 Januari – Juni 2013

endometrium abnormal dapat direspon dengan pada 6-7 minggu karena jumlah spermatozoa pada sperical
spermatids di germinal epithelium tidak mengalami
fungsi reseptor progesteron (Heap et al., 1992). perkembangan.

Pengaruh Nutrisi terhadap metabolisme Kesimpulan


fetus Makanan merupakan faktor yang penting dalam
Malnutrisi fetus akan mempengaruhi suatu usaha peternakan. Tanpa makanan yang baik
perkembangan setelah kelahiran (Barker and Clark, dan dalam jumlah yang memadai maka meskipun
1997). Kekurangan nutrisi menurunkan aliran darah ternak tersebut merupakan bibit unggul akan kurang
uterus dan disertai penurunan pada insulin fetus dapat memperlihatkan keunggulannya. Kelengkapan
dan rangkaian IGF-1 dengan meningkatnya growth zat gizi dalam makanan ternak ruminansia akan dapat
hormone, adrenocorticotrophin dan corticosteron mempercepat pubertas pada sapi, estrus pertama
yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan setelah melahirkan, menjaga kebuntingan, berat anak
perkembangan fetus. Konsentrasi urea fetus lahir, berat anak setelah sapih serta menjaga kondisi
induk saat laktasi. Sedangkan pada ternak jantan,
glukogenesis meningkat oleh fetus dari asam amino kelengkapan zat gizi dalam makanan ternak dapat
(Bell, 1993). Ini membuktikan bahwa suplemen menjaga kualitas sperma yang dihasilkan. Makanan
UDP pada pemeliharaan berat lahir anak domba yang cukup perlu untuk fungsi endoktrin yang normal.
pada domba betina yang menerima energi dibawah
optimal selama akhir kebuntingan akan mengalami Catatan: (Endnotes)
malnutrisi. Pada anak-anak domba baru lahir, status 1 Dr. Yendraliza, S.Pt., MP. adalah Wakil Dekan I Fakultas
insulin rendah, corticosteron tinggi dan selenium atau Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau.
iodium rendah menghambat thermogenesis dari brown
adipose tissue, BAT (Robinson, 1990; Symond, 1995; Daftar Referensi
Robinson and Symond, 1995). Peran penting selenium Adams, N.R. Abordi, J.A., Briegel, J.R. and Sanders,
pada respon termogenik BAT telah ditunjukkan oleh M.R. (1994). Effect of diet on the clearance of
penemuan bahwa enzim iodothyroine 5-deiodinase
pada jaringan extra-thyroidal termasuk BAT, adalah 674.
selenium–dependent (Arthur, 1991). Jadi anak-anak
domba dari domba-domba betina makan pakan Arthur, J.R. (1991). The role of selenium in
yang mengandung baik level tidak cukup selenium thyroid hormone metabolism. Can. J. Physiol.
(Donald et al., 1994) atau konsentrasi tinggi secara Pharmacol., 69: 1648-1652.
alami antagonis selenium terjadi seperti cyanogenetic Barker, D.J. and Clark P.M. (1997). Fetal
glycosides (Gutzwller, 1993) akan mempunyai undernutrition and disease in later life. Rev.
penurunan kemampuan saat lahir. Reprod., 2: 105-112.
Bell, A.W. (1993). Pregnancy and foetal metabolism.
Pengaruh nutrisi terhadap reproduksi
In: J.M. Forbes and J. France (Editor).
jantan Quantitative Aspects of Ruminant Digestion and
Hubungan antara nutrisi, laju pertumbuhan Metabolism. CAB International, Wallingford, pp.
dan umur pubertas pada jantan mirip dengan pada 405-431.
betina. Sepintas, jantan yang dibesarkan dengan Bergfeld, E.G.M., Kojima, F.N., Cupp, A.s.
pakan bernutrisi rendah berlawanan dengan nutrisi Wehrman, M.E., Peters, K.E., Garcia-Winder.
tinggi akan mencapai pubertas pada usia lebih tua M. and Kinder, J.E. (1994). Ovarian follicular
dan bobot badan lebih ringan. Ternak yang memiliki
musim pemkembangbiakan seperti domba, kambing by level of dietary energy intake. Biol. Reprod.,
dan rusa, kekurangan nutrisi dapat menunda pubertas 51: 1051-1057.
selama setahun penuh. Pada domba dewasa, yang
diberi pakan seadanya akan memiliki pematangan Bishonga, C., Robinson, J.J., McEvoy, T.G., Aitken,
spermatozoa pada distal cauda epidydimis selama R.P., P.A. and Robertson, I. (1994). The effects
Yendraliza: Pengaruh Nutrisi dalam Pengelolaan Repproduksi Ternak (Studi Literatur)

of excess rumen degradable protein in ewes on for Feed Manufacturers, Cornell University,
ovulation rate, fertilization and embryo survival Ithaca, NY, pp. 32-39.
in vivo and during in vitro culture. 50th Winter Elrod, C.C. and Butler, W.R. (1993). Reduction of
Meeting of the British Society of Animal
fertility an alteration of uterine pH in heifers fed
Production, Paper No 81. British Society of excess ruminally degradable protein. J. Anim.
Animal Production, Edinburgh.
Sci., 71: 694-701.
Boland, M.P., Lonergan, P. and Callaghan, D.O.
Fisher, C.E.J. and MacPherson, A. (1991). Effect
(2001). Effect of nutrtion on endocrine
parameters, ovarian physiology, and oocyte and
reproductive performance and lamb viability.
embryo development. Theriogenology, 55: 1323- Res. Vet. Sci., 50: 319-327.
1340.
Foster, D.L., Ebling, F.J.P., Vennerson, L.A.,
Donald, G.E., Langlands, J.P., Bowles, J.E. and Smith,
Bucholtz, D.C. Wood, R.I., Micka, A.F., Suttie,
J.M. and Veenvliet, B.A. (1988). Modulation of
6. Thermoregulatory ability of perinatal lambs
gonadotrophin secretion durin development by
born to ewes supplemented with selenium and
nutrition and growth. Proc. 11th International
iodine. Aust. J. Exp. Agric., 34: 19-24.
Downing, J.A. and Scaramuzzi, R.J., 1991. Nutrient insemnation, 5: 101-108. University College,
effect on ovulation rate, ovarian function and Dublin.
the secretion of gonadotrophin and metabolic
Gutzwiller, A. (1993). The effect of a diet containing
hormones in sheep. J. Reprod. Fertil., Suppl., 43: cyanogenetic on the selenium status and the
209-227.
thyroid function of sheep. Anim. Prod., 57: 415-
Downing, J.A. (1994). Interactions of nutrition and 419.
ovulation rate in ewes. Ph.D. Thesis, Macquarie
Hall, J.B., Schillo, K.K., Hileman, S.M. and Boling,
University, Australia.
J.A. (1992). Does tyrosine act as a nutritional
Downing, J.A., Joss, J., Connel, P. and Scaramuzzi, R.J. signal mediating the effects of increased feed
(1995a). Ovulation rate and the concentrations of intake on luteinizing hoemone patterns in growth-
gonadotrophin and metabolic hormones in ewes restricted lmb. Biol. Reprod., 46: 573-579.
fed lupin grain. J. Reprod. Fertil., 103: 137-145.
Heap, R.B., Taussig, M.J., Wang, M.W. and Whyte.
Downing, J.A., Joss, J. and Scaramuzzi, R.J. (1995b). A. (1992). Antibodies, implantation and embryo
Ovulation rate and the concentrations of survival. Reprod., Fertil. Dev., 4: 467-480.
gonadotrophins and metabolic hormones in ewes
Ladefeld, T.D., Ebling, F.J.P., Suttie, J.M., Vannerson,
infused with glucose during the luteal phase of L.A., Padmanabhan, V., Beitins, I.Z. and Foster,
the oestrous cycle. J. Endocrinol., 146: 403-410.
D.L. (1989). Metabolic interfaces between growth
Downing, J.A., Joss, J. and Scaramuzzi, R.J. (1995c). and reproduction. II. Characterization of changes
A mixture of branched chain amino acids leucine, in messenger ribonucleic acid concentrations of
isoleucine and valine increases ovulation rate in gonadotrophin subunits, growth hormone and
ewes when infuse during the late luteal phase of prolactin in nutritionally growth-limited lambs
the oestrous cycle an effect that may be mediated and the differential effects of increased nutrition.
by insulin. J. Endocrinol., 145; 315-323. Endocrinology, 125: 351-356.
Echternkamp, S.E., Howard, H.J., Roberts, A.J., Lobley, G.E., Connell, A., Lomax, M.A., Brown, D.S.,
Grizzle, J. and Wise, T. (1994). Relationships Milne, E., Calder, A.G. and Farningham, D.A.H.
among concentrations of steroids, insulin-
like growth factor binding proteins in ovarian ovine liver, possible consequences for amino acid
metabolism. Br. J. Nutr., 73: 667-685.
971-981.
Lucy, M.C., Beck., J., Staples, C.R., Head, H.H., de la
Elrod, C.C. (1992). High dietary protein and high Sota, R.L. and Thatcher, W.W. (1992). Follicular
fertility: can we both? Proc. Cornell Nutr. Conf. dynamics, plasma metabolites, hormones and

25
Kutubkhanah, Vol. 16 No. 1 Januari – Juni 2013

insulin-like growth factor 1 (IGF-1) in lactating Robinson. J.J. (1990). Nutrition in the reproduction of
cows with positive or negative energy balance farm animals. Nutr. Res. Rev., 3: 25-276.
during the preovulatory period. Reprod., Nutr. Robinson. J.J. and Symond, M.E. (1995). Whole
Dev., 32: 331-341.
body fuel selection: ‘reproduction’. Proc. Nutr.
McEvoy, T.G., Robinson, J.J., Aitken, R.P., Findlay, Soc., 54: 283-299.
P.A., Palmer, R.M. and Robertson, I.S. (1995). Scaramuzzi, R.J., Adams, N.R., Baird, D.T.,
Dietary-induce suppression of pre-ovulatury
Campbell, B.K., Downing, J.A., Findlay, J.K.,
progesterone concentrations in superovulated Henderson, K.M., Martin, G.B., McNatty, K.P.,
ewes impairs the subsequencet in vivo and in
McNeilly, A.S. and Tsonis, C.G. (1993). A model
vitro development of their ova. Anim. Reprod. for follicle selection and the determination of
Sci., 39: 89-107.
ovulation rate in the ewe. Reprod. Fertil. Dev.,
Part, R.A. (1992). Nutrition-progesterone interactions 5:459-478.
during early pregnancy in sheep. Reprod. Fertil. Sinclair, K.D., Broadbent, P.J. and Hutchinson, J.S.M.
Dev., 4: 297-300.
(1994). The effect of pre- and post-partum energy
Part, R.A., Davis, IF., Miles, M.A. and Squires, T.J. and the protein supply on the blood metabolites
(1993). Feed intake affects metabolic clearance and reproductive performance of single- and
rate of progesterone in sheep. Res. Vet. Sci., 55: twin-suckling beef cows. Anim. Prod., 59: 391-
306-310. 400.
Phillippo, M., Humphries, W.R., Atkinson, T., Stagg, K., Diskin, M.G., Sreenan, J.M. and Roche,
Henderson, G.D. and Garthwaite, P.H. (1987). J.F. (1995). Follicular development in long-term
The effect of dietary molybdenum and iron on anoestrous suckler beef cows fed two levels of
copper status, puberty, fertility and oestrous energy post-partum. Anim. Reprod. Sci., 38: 49-
cycles in cattle. J. Agric. Sci., 109: 321-336. 61.
Vanroose, G., deKruif, A., Soom, A.V. (2000).
Embryonic mortality and emryo-pathogen
the metabolic clearence rate of progesterone in interactions. Anim. Reprod. Sci., 60: 131-143.
ovariectomized gilts. J. Agric. Sci., Cambridge,
121: 389-397.

Anda mungkin juga menyukai