Anda di halaman 1dari 22

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Kesehatan dan Gizi RA Syahrul Khairati, S.ST, M.Kes

GANGGUAN KESEHATAN AKIBAT DEFISIENSI GIZI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

Iis Aisya Sholihat: 11810922608

Mutiara Sari Yansen: 11810923207

Nurul Jannah: 1810923637

Ropia Darsya Siregar: 118109233308

Yovi Febriani : 11810922633

PEOGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNEVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2020/202
Kata Pengantar

Alhamdulillah Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia Nya sehingga kami diberikan waktu dan
kesempatan untuk menyelesaikan makalah Kesehatan Dan Gizi RA dengan judul
”Gangguan Kesehatan Akibat Defisiensi Gizi”.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Dan
Gizi RA program studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Suska Riau. Kami menulis makalah ini untuk membantu
mahasiswa supaya lebih memahami mata kuliah khususnya mengenai
pemahaman dengan kesehatan dan gizi RA.

Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak termasuk teman-teman


yang telah berpartisipasi dalam mencari bahan-bahan untuk menyusun tugas ini
sehingga memungkinkan terselesaikan makalah ini, meskipun banyak terdapat
kekurangan.

Akhir kata, kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat


memberikan sumbangan pikiran dan bermanfaat khususnya bagi kami dan
umumnya bagi pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh
karena itu dengan terbuka dan senang hati kami menerima kritik dan saran dari
semua pihak.

Pekanbaru, 9 April 2021


DAFTAR ISI

Kata pengantar …………………………………………………………………………………………………………….

Dartar isi ……………………………………………………………………………………………………………………….


BAB I........................................................................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................
BAB II.......................................................................................................................................
PEMBAHASAN.......................................................................................................................
A. Defenisi Gizi ..................................................................................................................
1. Masalah Gizi
2. Gangguan Kesembuhan Anak
3. Penyakit Pada Anak Akibat Difisiensi Gizi
4. Ciri-Ciri Tubuh Yang Mengalami Difisiensi Gizi
5. Status Gizi Anak Dan Arah Interaksinya
BAB III PENUTUP........................................................................................................................
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wilayah Indonesia masalah gizi kurang atau malnutrisi masih
menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama (Riskesdas,
2010). Malnutrisi memberikan kontribusi terhadap tingginya rata-rata
angka kematian di negara sedang berkembang. Anak-anak yang malnutrisi
tidak mempunyai cadangan lemak dan sangat sedikit otot. Perkembangan
otak menjadi lambat oleh karena anak-anak mengalami insiden penyakit
yang tinggi karena tubuh tidak mampu melawan infeksi. Fakta
menunjukkan bahwa angka kematian akibat penyakit infeksi pada anak
yang malnutrisi 3 hingga 27 kali lebih besar daripada anak-anak yang
gizinya baik, sehingga malnutrisi merupakan faktor risiko yang signifikan
penyebab kematian pada anak (UNS/SCN, 2005).
Seringkali anak yang malnutrisi juga mengalami anemia.
Malnutrisi maupun anemia dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan,
penurunan fungsi kognitif, psikomotor dan daya tahan tubuh anak, karena
pada umumnya anak yang malnutrisi selain kekurangan energi dan protein
juga mengalami kekurangan berbagai mikronutrien. Sementara itu,
prevalensi anemia pada anak-anak di dunia mencapai angka 47,4% atau
sekitar 300 juta anak menderita anemia. Bila prevalensi ini didasarkan
pada wilayah, maka separuh (47,7%) atau sekitar 170 juta dari anak-anak
yang anemia ini berada di wilayah Asia, sehingga Asia merupakan wilayah
dengan peringkat tertinggi, yang masih sangat jauh dibandingkan dengan
angka anemia di Eropa yang mencapai 16,7% dan Amerika Utara yang
hanya mencapai 3,4% (Khan, et al, 2008; Geogieff, 2007). Dari sejumlah
anakanak yang anemia tersebut, sekitar 200 juta anak mengalami
“kegagalan” untuk mencapai perkembangan kognitif dan sosio-emosional
(Darnton-Hill, et al., 2007). Selain itu, anemia pada anak-anak
menyebabkan pertumbuhan yang lebih lambat (Sharieff, et al., 2006)
Pertumbuhan dan perkembangan pada anak terjadi mulai dari
pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, intelektual, maupun
emosional. Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat berupa
perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel
hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan han fisik sering dijadikan
indikator status gizi baik individu maupun populasi. Anak-anak yang
menderita gizi kurang berpenampilan lebih pendek dengan bobot badan
lebih rendah dibandingkan dengan rekan-rekannya sebaya yang sehat dan
bergizi baik. Bila defisiensi gizi berlangsung lama dan parah, maka tinggi
badan akan terpengaruh, bahkan proses pendewasaan mulai teterganggu.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana masalah gizi yang kurang?

2. Bagaimana Difisiensi gizi?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui Apasaja Masalah Gizi Kurang.

2. Untuk Mengetahui Apa Difisiensi Gizi.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Difisiensi Gizi (Malnutrisi)


1. Masalah gizi

Di Indonesia masalah gizi kurang atau malnutrisi masih menjadi


salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama (Riskesdas, 2010).
Malnutrisi memberikan kontribusi terhadap tingginya rata-rata angka
kematian di negara sedang berkembang. Anak-anak yang malnutrisi tidak
mempunyai cadangan lemak dan sangat sedikit otot. Perkembangan otak
menjadi lambat oleh karena anak-anak mengalami insiden penyakit yang
tinggi karena tubuh tidak mampu melawan infeksi. Fakta menunjukkan
bahwa angka kematian akibat penyakit infeksi pada anak yang malnutrisi 3
hingga 27 kali lebih besar daripada anak-anak yang gizinya baik, sehingga
malnutrisi merupakan faktor risiko yang signifikan penyebab kematian
pada anak (UNS/SCN, 2005). 1
Seringkali anak yang malnutrisi juga mengalami anemia.
Malnutrisi maupun anemia dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan,
penurunan fungsi kognitif, psikomotor dan daya tahan tubuh anak, karena
pada umumnya anak yang malnutrisi selain kekurangan energi dan protein
juga mengalami kekurangan berbagai mikronutrien. Sementara itu,
prevalensi anemia pada anak-anak di dunia mencapai angka 47,4% atau
sekitar 300 juta anak menderita anemia. Bila prevalensi ini didasarkan
pada wilayah, maka separuh (47,7%) atau sekitar 170 juta dari anak-anak
yang anemia ini berada di wilayah Asia, sehingga Asia merupakan wilayah
dengan peringkat tertinggi, yang masih sangat jauh dibandingkan dengan
angka anemia di Eropa yang mencapai 16,7% dan Amerika Utara yang
hanya mencapai 3,4% (Khan, et al, 2008; Geogieff, 2007). Dari sejumlah
anakanak yang anemia tersebut, sekitar 200 juta anak mengalami
“kegagalan” untuk mencapai perkembangan kognitif dan sosio-emosional
(Darnton-Hill, et al., 2007). Selain itu, anemia pada anak-anak
menyebabkan pertumbuhan yang lebih lambat (Sharieff, et al., 2006)2
Pertumbuhan dan perkembangan pada anak terjadi mulai dari
pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, intelektual, maupun
emosional. Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat berupa
perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel

1
Nafi jah Muliah1, Agus Sri Wardoyo2, Trias Mahmudiono3. HUBUNGAN
FREKUENSI PENIMBANGAN, PENGGUNAAN GARAM BERYODIUM, DAN
PEMBERIAN VITAMIN A DENGAN KEJADIAN UNDERWEIGHT PADA BALITA
DI PROVINSI JAWA TIMUR. Jurnal Media Gizi Indonesia. Vol.12 No. 1Januari–Juni
2017: hlm. 40–46
2
Ibid. Jurnal Media Gizi Indonesia. hlm. 51
hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan han fisik sering dijadikan
indikator status gizi baik individu maupun populasi. Anak-anak yang
menderita gizi kurang berpenampilan lebih pendek dengan bobot badan
lebih rendah dibandingkan dengan rekan-rekannya sebaya yang sehat dan
bergizi baik. Bila defisiensi gizi berlangsung lama dan parah, maka tinggi
badan akan terpengaruh, bahkan proses pendewasaan mulai terganggu.
Beberapa hasil penelitian yang telah didokumentasikan dari
beberapa literatur yang menunjukkan malnutrisi sangat berkaitan erat
dengan perkembangan anak. Status gizi (TB/U) dan tingkat kecukupan
energi, protein dan zat besi berhubungan secara bermakna dengan
perkembangan motorik kasar anak. Selanjutnya Sylvia (2010) dalam
penelitiannya juga menyimpulkan bahwa status gizi (BB/U) dan status gizi
(TB/U) berhubungan secara bermakna dengan perkembangan motorik
kasar balita usia 2-5 tahun. Senada dengan penelitian-penelitian tersebut
Muslim (2007) menjelaskan bahwa terdapat perbedaan antara
perkembangan motorik kasar antara anak pendek (stunted) dengan anak
normal. Clark, (2008) mengungkapkan bahwa malnutrisi dalam wujud
anemia defisensi besi memberikan dampak yang luas termasuk
menurunkan kapasitas kerja, menurunkan regulasi panas, disfungi
imunitas, gangguan saluran cerna, menurunkan kemampuan kognitif.
Olney, et al (2007) mengungkapkan bahwa anak yang kurang gizi
mengalami hambatan dalam perkembangan motorik, demikian pula
dengan anak yang anemia defisiensi besi. 3

2. Gangguan kesehatan Anak


Status gizi Bayi Dibawah Lima Tahun (balita) berpengaruh yang
sangat besar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas di masa yang akan datang. Status gizi berhubungan dengan
kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia dini
tergantung pada asupan zat gizi yang diterima. Semakin rendah asupan

3
Ibid. Jurnal Media Gizi Indonesia, hlm. 55.
zat gizi yang diterima, semakin rendah pula status gizi dan kesehatan
anak. Gangguan gizi pada masa bayi dan anak-anak terutama pada
umur kurang dari lima tahun dapat mengakibatkan terganggunya
pertumbuhan jasmani dan kecerdasan anak. Pertumbuhan sel otak
berlangsung sangat cepat dan akan berhenti atau mencapai taraf
sempurna pada usia 4-5 tahun. Perkembangan otak yang cepat hanya
dapat dicapai bila anak berstatus gizi baik. 4
Balita merupakan salah satu kelompok yang rawan gizi. Pada masa
ini pertumbuhan sangat cepat diantaranya pertumbuhan fisik dan
perkembangan psikomotorik, mental dan social.3 Balita mempunyai
risiko yang tinggi dan harus mendapatkan perhatian yang lebih.
Semakin tinggi faktor risiko yang berlaku terhadap balita tersebut
maka akan semakin besar kemungkinan balita menderita gangguan
nutrisi. Nutrisi yang tidak adekuat merupakan salah satu penyebab
gangguan gizi pada balita, dimana balita yang nutrisinya tidak cukup
akan berdampak pada gangguan gizi seperti kependekan atau stunting.
Gangguan gizi kependekan merupakan rendanya tinggi dibandingkan
usianya yang mengindikasikan gangguan kronis dari hormon
pertumbuhan.
Menurut WHO (2008), jumlah penderita gizi balita stunting di
dunia mencapai 21% dan keadaan gizi balita pendek menjadi penyebab
2,2 juta dari seluruh penyebab kematian balita di seluruh dunia.
Keadaan gizi balita kurus pada balita juga dapat dijumpai di Negara
berkembang, termasuk di Indonesia. Masalah gizi balita kurus ini
menjadi tantangan semua pihak dan petugas pelayanan kesehatan.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
didapatkan balita dengan gizi pendek sebesar 37,2%. Dari prevalensi
total tersebut, Indonesia mengalami kasus balita pendek yag serius.

4
Siti Zulaekah1, Setiyo Purwanto2 , Listyani Hidayati1. ANEMIA
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK MALNUTRISI.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. KEMAS 9 (2) (2014) 106-114. 2014 Universitas Negeri
Semarang
Hasil Riskesdas pada tahun 2013 menyebutkan bahwa prevalensi balita
pendek di Provinsi Lampung justru lebih tinggi dari angka nasional
yaitu 42,6%. 5
Masalah gizi pada balita dapat muncul karena beberapa faktor yaitu
penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah dan pokok masalah.
Masalah gizi berawal dari kekurangan nutrient yang spesifik atau
karena diet yang tidak adekuat atau karena komposisi proporsi
makanan yang dikonsumsi tidak tepat. Penyebab langsung yaitu
asupan makan yang kurang dan penyakit infeksi yang diderita balita.
Balita yang mendapat asupan makanan yang cukup tetapi sering
menderita penyakit infeksi misalnya diare, akhirnya dapat menderita
kekurangan gizi. Sebaliknya balita yang tidak cukup makan dapat
melemahkan daya tahan tubuhnya (imunitas), menurunkan nafsu
makan dan mudah terserang infeksi, sehingga akhirnya juga dapat
terjadi kekurangan gizi.
Penyebab tidak langsung diantaranya pengetahuan ibu,
ketersediaan pangan, pola asuh, pelayanan kesehatan, dan lainnya.
Faktor tidak langsung ini saling berkaitan dan bersumber pada akar
masalah yaitu pendidikan, dan ekonomi keluarga. Pertumbuhan dan
perkembangan merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatian
besar. Hal ini karena pada masa tahun merupakan masa dengan
pertumbuhan yang sangat pesat dan kritis. Gangguan gisi seperti balita
pendek tidak hanya berpengaruh pada tinggi fisik saja melaikan
kemampuan intelenjensi dapat berpengaruh saat di usia kerja dan
menurunkan daya saing bangsa. Pemerintah melalui Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 telah
bertekad menurunkan prevalensi gizi kurang dari 18,4% menjadi 15%
dan menurunkan prevalensi balita pendek dan sangat pendek dari
36,8% menjadi 32%6

5
Ibid. Jurnal Kesehatan Masyarakat. hlm. 107
6
Jurnal Kesehatan Masyarakat. hlm. 109
3. Penyakit Pada Anak Akibat Difisiensi Gizi
Untuk mewujudkan individu yang mampu mencapai potensi
maksimalnya, faktor nutrisi adalah unsur yang sangat penting untuk
diperhatikan. Usia balita dikenal sebagai “Periode Emas” tumbuh
kembang. Disebut demikian karena pada usia 0-5 tahun Si Kecil
menjalani proses tumbuh kembang yang akan menentukan kondisinya
di masa mendatang.
Pada saat periode emas, perkembangan otak Si Kecil berlangsung
sangat pesat hingga mencapai 80 persen potensinya. Semua informasi
yang Si Kecil terima pada masa ini akan menjadi pondasi
pembentukan karakter, kepribadian dan kemampuannya kelak ia besar
nanti. Cara memaksimalkan periode emas yaitu dengan memberikan
asupan nutrisi yang baik dan seimbang, menyesuaikan kebutuhan serta
usianya. Kemudian berikan curahan kasih sayang, perhatian, dan
stimulasi sesuai dengan tahapan tumbuh kembang Si Kecil. Pastikan
segala kebutuhan dasar gizi Si Kecil terpenuhi, agar Si Kecil tidak
mengalami kondisi kekurangan gizi yang disebut malnutrisi atau gizi
buruk. Secara umum malnutrisi atau gizi buruk mencakup kekurangan
maupun kelebihan gizi yang akan terjadi akibat pola makan yang
buruk, pencernaan yang tidak sehat, dan juga tingkat aktivitas Si Kecil.
Kondisi kekurangan gizi akan berdampak negatif bagi tumbuh
kembang Si Kecil, serta rawan menyebabkan berbagai gangguan dan
penyakit.7
Apabila kecukupan gizinya tidak terpenuhi, maka Si Kecil berisiko
mengalami stunting. Stunting adalah keadaan tinggi badan di bawah
standar pada umur tertentu yang akhirnya memperbesar risiko
seseorang terkena diabetes, hipertensi, dan juga obesitas. Efek

7
Apri Sulistianingsih1), Desi Ari Madi Yanti. KURANGNYA ASUPAN
MAKAN SEBAGAI PENYEBAB KEJADIAN BALITA PENDEK (STUNTING).
Jurnal Dunia Kesehatan. Program Studi D III Kebidanan STIKes Muhammadiyah
Pringsewu Lampung sulistianingsih.apri@gmail.com. Vol. 5 No. 1 Desember 2018
negatif stunting lainnya adalah kemampuan otak yang menurun,
misalnya gangguan perhatian, gangguan belajar, menurunnya skor IQ,
mudah lupa, berkurangnya kemampuan bersosialisasi, serta
berkurangnya kemampuan memecahkan masalah. Semua itu akan
terjadi jika keadaan kekurangan gizi berlanjut selama bertahun-tahun.
Selain stunting, berikut ini adalah daftar penyakit yang disebabkan
oleh kekurangan gizi:8
1. Kwashiorkor
Ini merupakan salah satu penyakit malnutrisi protein yang paling
akut di dunia. Gejala lain penyakit ini yaitu perut buncit, pembesaran hati,
penipisan rambut dan tekstur rambut yang kasar, gigi mudah copot, dan
dermatitis.
2. Marasmus
Marasmus adalah penyakit akibat kekurangan protein dan kalori
yang sangat parah. Umum terjadi pada anak-anak. Pada kondisi marasmus,
berat tubuh lebih rendah 80% dari berat normal yang seharusnya sehingga
tubuh seseorang tampak kurus. Pengecilan otot, kulit kering dan bersisik,
dan kulit longgar merupakan gejala lain dari marasmus.
3. Anemia
Penyakit kurang darah yang paling umum disebabkan karena
kurang gizi. Meski dapat dipicu oleh banyak faktor, tapi salah satu alasan
utama terjadinya anemia adalah defisiensi zat besi dan vitamin B12.
Penderitanya bisa mengalami sesak napas, kelelahan, pucat dan gejala lain
yang menunjukkan rendahnya jumlah hemoglobin.
4. Gondok9
Disebabkan karena kekurangan yodium dalam makanan. Gejala
khasnya adalah pembengkakan kelenjar tiroid. Gejala lainnya adalah lesu,
lemah, tingkat metabolisme yang rendah, peningkatan kerentanan terhadap
dingin, dan lain-lain.

8
Ibid. Jurnal Dunia Kesehatan
9
Ibid. Jurnal Dunia Kesehatan
5. Defisiensi Vitamin

 Vitamin A. Dapat mengakibatkan rabun senja, kebutaan permanen serta


sangat rentan terhadap infeksi, gangguan nafsu makan, kulit kering dan
kasar, kerusakan rambut, kesulitan dalam penyembuhan luka, dan lain-
lain.

 Vitamin B1. Penderitanya akan mengalami badan lesu, menurunnya nafsu


makan, dan depresi mental. Penyakit karena defisiensi tiamin yaitu beri-
beri. Penyakit ini disebabkan akibat makanan yang kaya akan karbohidrat
tetapi rendah tiamin.

 Vitamin B2. Kekurangan vitamin B2 atau riboflavin biasanya sangat


berhubungan dengan penyakit kurang protein dan energi. Gejala defisiensi
riboflavin termasuk sakit tenggorokan dengan pembengkakan dan
kemerahan dari mulut, cheilosis, stomatitis, glositis, dermatitis, dan lain-
lain.

 Vitamin B12. Ditandai dengan gejala seperti kesemutan pada lidah,


anemia, bintik-bintik putih pada kulit, luka pada mulut, sesak napas, sakit
kepala yang mirip serangan migrain, dan lain-lain.

 Vitamin C. Kekurangan vitamin C menyebabkan kondisi yang dikenal


sebagai penyakit kudis. Penyakit ini ditandai dengan gejala seperti gusi
berdarah, penyembuhan luka yang sangat lama, bintik-bintik pada kulit,
dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi.
 Vitamin D. Kekurangan vitamin D biasanya terjadi karena kurangnya
asupan kalsium dan paparan sinar matahari. Gejala kekurangan vitamin D
menyebabkan pembentukan tulang terganggu, sehingga tulang menjadi
sangat lunak seperti pada osteomalacia maupun osteoporosis.

4. Ciri-Ciri Tubuh Yang Mengalami Difisiensi Gizi


Kekurangan gizi  (malnutrisi) merupakan gangguan kesehatan
serius yang  terjadi ketika tubuh tidak mendapat asupan nutrisi yang
cukup. Padahal, nutrisi dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat
menjalankan fungsinya dengan baik.
Malnutrisi bisa terjadi karena tubuh kekurangan gizi dalam jangka
waktu yang lama. Tanda tubuh mengalami kekurangan gizi pada tahap
awal tidak terlalu jelas, sehingga banyak orang tidak menyadari bahwa
tubuhnya mulai kekurangan gizi. Yuk, kita simak apa saja tanda-tanda
tubuh kekurangan gizi. Jangan sampai kamu kekurangan gizi hingga
mengalami masalah kesehatan.
Tanda-Tanda Tubuh Kekurangan Gizi, Saat tubuh kekurangan gizi,
ada beberapa tanda yang dapat muncul, yaitu:10
1. Penurunan berat badan.
2. Mudah lelah.
3. Konsentrasi menurun.
4. Gusi dan mulut sering luka atau nyeri.
5. Kulit dan rambut kering.
6. Jaringan lemak dan otot di dalam tubuh berkurang.
7. Pipi dan mata cekung.
8. Pembengkakan di bagian tubuh tertentu, seperti di perut, wajah atau kaki.
9. Mudah terkena infeksi karena melemahnya sistem kekebalan tubuh.
10. Proses penyembuhan luka menjadi lambat.
11. Mudah kedinginan.
12. Perubahan mood atau suasana hati.
13. Kehilangan selera makan.
14. Mudah terjatuh karena otot melemah.

Apa sih Penyebab Tubuh Kekurangan Gizi? Kekurangan gizi dapat terjadi


ketika kamu tidak menjalani pola makan yang sehat. Selain itu,
kekurangan gizi bisa juga disebabkan oleh kondisi kesehatan yang
10
sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/blog/20170216/0519737/status-gizi-balita-
dan-interaksinya/ diakses desember 2019 .
membuat tubuh tidak bisa menyerap nutrisi dari makanan dengan baik,
atau membuat kamu tidak nafsu makan. Ada juga beberapa hal lain yang
dapat menyebabkan tubuh kekurangan gizi, yaitu:11

 Menjalani diet terlalu ketat, karena bisa membuat kamu kekurangan kalori
dan berbagai nutrisi penting.
 Mengalami gangguan makan, seperti anoreksia nervosa dan bulimia.
 Menderita penyakit yang membuat nafsu makan terganggu, seperti
penyakit hati, HIV/AIDS, atau kanker.
 Memiliki kondisi yang membuat tubuh sulit mencerna atau menyerap
nutrisi, misalnya penyakit radang usus dan cacingan.
 Menderita disfagia atau kesulitan untuk menelan.
 Menderita gangguan kesehatan mental, seperti depresi dan skizofrenia.
 Mengonsumsi minuman beralkohol dalam jumlah banyak dan terlalu
sering, karena dapat mengganggu proses pencernaan dan penyerapan
nutrisi pada tubuh.
 Menjalani pengobatan yang dapat menurunkan nafsu makan,
seperti kemoterapi, konsumsi obat tekanan darah, atau obat tiroid.
 Masalah ekonomi, kurangnya pengetahuan mengenai nutrisi, atau tinggal
di daerah yang kekurangan makanan. Jika tubuhmu sudah tampak sangat
kurus, ada baiknya kamu mencoba cara menggemukkan
badan atau menambah berat badan dengan memperbaiki pola makan atau
mendapatkan suplemen dari dokter.

5. Status Gizi Anak Dan Arah Interaksinya


Arah pembangunan gizi sesuai Undang-undang No.36 tahun 2009
tentang Kesehatan pasal 141, dimana upaya perbaikan gizi masyarakat
ditujukan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat
yang dapat ditempuh melalui perbaikan pola konsumsi makanan,

11
sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/blog/20170216/0519737/status-gizi-balita-
dan-interaksinya/ diakses desember 2019.
sesuai dengan 13 Pesan Umun Gizi Seimbang (PUGS) dan perbaikan
perilaku Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi).12
Masalah gizi utama di Indonesia terdiri dari masalah gizi pokok
yaitu Kekurangan Energi Protein (KEP), Kekurangan Vitamin A
(KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), dan Anemia
Gizi Besi (AGB), selain gizi lebih (obesitas). Indonesia sekarang
mengalami 2 masalah gizi sekaligus atau lebih dikenal dengan masalah
gizi ganda. Penanganan masalah gizi sangat terkait dengan strategi
sebuah bangsa dalam menciptakan SDM yang sehat, cerdas, dan
produktif. Upaya peningkatan SDM yang berkualitas dimulai dengan
cara penanganan pertumbuhan anak sebagai bagian dari keluarga
dengan asupan gizi dan perawatan yang baik.
Dengan lingkungan keluarga yang sehat, maka hadirnya infeksi
menular ataupun penyakit masyarakat lainnya dapat dihindari. Di
tingkat masyarakat seperti faktor lingkungan yang higenis, asupan
makanan, pola asuh terhadap anak, dan pelayanan kesehatan seperti
imunisasi sangat menentukan dalam membentuk anak yang tahan gizi
buruk. Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu faktor penting
dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal. Namun,
berbagai penyakit gangguan gizi dan gizi buruk akibat tidak baiknya
mutu makanan maupun jumlah makanan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan tubuh masing-masing orang masih sering ditemukan
diberbagai tempat di Indonesia. Rendahnya status gizi jelas berdampak
pada kualitas sumber daya manusia. Oleh karena status gizi
memengaruhi kecerdasan, daya tahan tubuh terhadap penyakit,
kematian bayi, kematian ibu dan produktivitas kerja. Masalah gizi di
Indonesia yang terbanyak adalah gizi kurang. Anak balita (0-5 tahun)
merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat
kekurangan gizi atau termasuk salah satu kelompok masyarakat yang
rentan gizi.

12
Ibid. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Di negara berkembang anak-anak umur 0–5 tahun merupakan
golongan yang paling rawan terhadap gizi. Anak-anak biasanya
menderita bermacam-macam infeksi serta berada dalam status gizi
rendah. Anak usia 12-23 bulan merupakan anak yang masuk dalam
kategori usia 6–24 bulan dimana kelompok umur tersebut merupakan
saat periode pertumbuhan kritis dan kegagalan tumbuh (growth
failure) mulai terlihat.
Underweight dapat diartikan sebagai berat badan rendah akibat
gizi kurang. Underweight  adalah kegagalan bayi untuk mencapai berat
badan ideal, yang kemudian juga bisa mempengaruhi pertumbuhan
tinggi badan, sesuai usianya, dalam jangka waktu tertentu. Gangguan
ini bisa disebabkan karena bayi kekurangan energi dan zat-zat gizi
yang dibutuhkan sesuai usianya. Status gizi anak dapat dipengaruhi
oleh dua hal yaitu asupan makanan yang kurang dan penyakit infeksi.
Asupan energi yang kurang dapat menyebabkan ketidakseimbangan
negatif akibatnya berat badan lebih rendah dari normal atau ideal.
Protein yang juga merupakan zat gizi makro mempunyai fungsi
sebagai bagian kunci semua pembentukan jaringan tubuh.
Pertumbuhan dan pertahanan hidup terjadi pada manusia bila protein
cukup dikonsumsi. Masalah gizi sebenarnya bukan masalah yang
hanya disebakan oleh kemiskinan saja. Juga karena aspek sosial-
budaya (kepercayaan, pendidikan, dan pekerjaan) yang ada di
masyarakat kita, sehingga menyebabkan tindakan yang tidak
menunjang tercapainya gizi yang memadai untuk balita.13
Keadaan sosial ekonomi suatu keluarga sangat memengaruhi
tercukupi atau tidaknya kebutuhan primer, sekunder, serta perhatian
dan kasih sayang yang akan diperoleh anak. Hal tersebut tentu
berkaitan erat dengan pendapatan keluarga, jumlah saudara dan
pendidikan orang tua. Status ekonomi rendah akan lebih banyak

13
sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/blog/20170216/0519737/status-gizi-balita-
dan-interaksinya/ diakses desember 2019.
membelanjakan pendapatanya untuk makan. Bila pendapatannya
bertambah biasanya mereka akan menghabiskan sebagian besar
pendapatannya untuk menambah makanan. Dengan demikian,
pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan
kualitas makanan.
Konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat menentukan
tercapainya tingkat kesehatan, atau sering disebut status gizi. Apabila
tubuh berada dalam tingkat kesehatan optimum, di mana jaringan
jenuh oleh semua zat gizi, maka disebut status gizi optimum. Dalam
kondisi demikian tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya
tahan yang setingi-tingginya. Apabila konsumsi gizi makanan pada
seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh, maka akan terjadi
kesalahan akibat gizi (malnutrition). Malnutrisi ini mencakup
kelebihan gizi disebut gizi lebih (overnutrition), dan kekurangan gizi
atau gizi kurang (undernutrition).
Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor
risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik
bagi seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga
terhadap kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat
dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan
data kuantitatif maupun kualitatif. Status gizi merupakan tanda-tanda
penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi pada
suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikatoryang digunakan.
Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor
lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu. Oleh sebab itu,
dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat,
intervensi yang ditunjukan kepada faktor perilaku ini sangat strategis.
Pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari rumah tangga, karena
rumah tangga yang sehat merupakan aset pembangunan dimasa depan
yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Semua
anggota keluarga dapat menjadi rawan terkena penyakit infeksi, salah
satunya adalah balita. Infeksi dapat menyebabkan kurang gizi atau
sebaliknya.
Berdasarkan baku WHO – NCHS status gizi dibagi menjadi
empat : Pertama, gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan
dan obesitas. Kedua, Gizi baik untuk well nourished. Ketiga, Gizi
kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM
(Protein Calori Malnutrition). Keempat, Gizi buruk
untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan
kwashiorkor. Status gizi ditentukan oleh ketersediaan semua zat gizi
dalam jumlah dan kombinasi yang cukup serta waktu yang tepat. Dua
hal yang penting adalah terpenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan
tubuh dan faktor-faktor yang menentukan kebutuhan, penyerapan dan
penggunaan zat gizi tersebut.
Status gizi masyarakat merupakan salah satu indikator kemajuan
program pembangunan kesehatan. Gizi merupakan salah satu faktor
yang menentukan tingkat kesejahteraan dan kesehatan manusia. Status
gizi dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu langsung dan tidak langsung.
Faktor langsung yaitu penyakit infeksi, jenis pangan yang yang
dikonsumsi baik secara kualitas maupun kuantitas.
Faktor tidak langsung antara lain: sosial ekonomi, pendidikan,
pengetahuan, pendapatan, pola asuh yang kurang memadai, sanitasi
lingkungan yang kurang baik, rendahnya ketahanan pangan tingkat
rumah tangga dan perilaku terhadap pelayanan kesehatan.
Sebagai masalah pokok yang terdapat di masyarakat adalah
rendahnya pengetahuan, pendidikan, ketrampilan dan pendapatan serta
status ekonomi. Status sosial ekonomi merupakan faktor yang banyak
dihubungkan dengan status gizi dan kesehatan. Faktor ini
menggambarkan tingkat kehidupan seseorang. Status sosial ekonomi
ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan, pengetahuan,
pekerjaan, pendapatan, sosial budaya. Faktor sosial ekonomi dapat
memengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk status gizi dan
pemeliharaan kesehatan. Keterbatasan sosial ekonomi juga
berpengaruh langsung terhadap pendapatan daya beli dan pemenuhan
kebutuhan akan makanan, berpengaruh pada praktek pemberian
makanan pada balita, berpengaruh pula pada praktek pemeliharaan
kesehatan dan sanitasi lingkungan yang akhirnya mempengaruhi
asupan zat gizi yang dibutuhkan untuk pemeliharaan tubuh serta
pencegahan terhadap penyakit infeksi yang kesemuanya berakibat pada
gangguan pertumbuhan.
Status sosial khususnya di kalangan perempuan akan berpengaruh
besar terhadap derajat kesehatan anak dan keluarga. Kualitas penduduk
yang masih rendah yang terlihat dari tingkat pendidikan, status
ekonomi, pendapatan per kapita yang mengakibatkan kemampuan
untuk sehat masih rendah, banyak sikap hidup yang mendorong
timbulnya penyakit infeksi, kekurangan dan kelebihan gizi. Perilaku
gizi yang terjadi ditingkat keluarga, erat kaitannya dengan status sosial
ekonomi keluarga.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Di Indonesia masalah gizi kurang atau malnutrisi masih
menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama
(Riskesdas, 2010). Malnutrisi memberikan kontribusi terhadap
tingginya rata-rata angka kematian di negara sedang berkembang.
Anak-anak yang malnutrisi tidak mempunyai cadangan lemak dan
sangat sedikit otot. Perkembangan otak menjadi lambat oleh karena
anak-anak mengalami insiden penyakit yang tinggi karena tubuh
tidak mampu melawan infeksi.
Fakta menunjukkan bahwa angka kematian akibat penyakit
infeksi pada anak yang malnutrisi 3 hingga 27 kali lebih besar
daripada anak-anak yang gizinya baik, sehingga malnutrisi
merupakan faktor risiko yang signifikan penyebab kematian pada
anak (UNS/SCN, 2005). Status gizi Bayi Dibawah Lima Tahun
(balita) berpengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan sumber
daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang. Status
gizi berhubungan dengan kecerdasan anak.
Menurut WHO (2008), jumlah penderita gizi balita stunting
di dunia mencapai 21% dan keadaan gizi balita pendek menjadi
penyebab 2,2 juta dari seluruh penyebab kematian balita di seluruh
dunia. Penyebab tidak langsung diantaranya pengetahuan ibu,
ketersediaan pangan, pola asuh, pelayanan kesehatan, dan lainnya.
Faktor tidak langsung ini saling berkaitan dan bersumber pada akar
masalah yaitu pendidikan, dan ekonomi keluarga.
Penyebab tidak langsung diantaranya pengetahuan ibu,
ketersediaan pangan, pola asuh, pelayanan kesehatan, dan lainnya.
Faktor tidak langsung ini saling berkaitan dan bersumber pada akar
masalah yaitu pendidikan, dan ekonomi keluarga. Untuk
mewujudkan individu yang mampu mencapai potensi
maksimalnya, faktor nutrisi adalah unsur yang sangat penting
untuk diperhatikan. Status sosial khususnya di kalangan perempuan
akan berpengaruh besar terhadap derajat kesehatan anak dan
keluarga.
Kualitas penduduk yang masih rendah yang terlihat dari
tingkat pendidikan, status ekonomi, pendapatan per kapita yang
mengakibatkan kemampuan untuk sehat masih rendah, banyak
sikap hidup yang mendorong timbulnya penyakit infeksi,
kekurangan dan kelebihan gizi. Perilaku gizi yang terjadi ditingkat
keluarga, erat kaitannya dengan status sosial ekonomi keluarga.
B. SARAN
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang mendukung dari para pembaca agar penulisan makalah ini
bisa menjadi lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Apri Sulistianingsih1), Desi Ari Madi Yanti. Kurangnya Asupan Makan Sebagai
Penyebab Kejadian Balita Pendek (Stunting). Jurnal Dunia Kesehatan.
Program Studi D III Kebidanan STIKes Muhammadiyah Pringsewu
Lampung sulistianingsih.apri@gmail.com. Vol. 5 No. 1 Desember 2018

Sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/blog/20170216/0519737/status-gizi-balita-dan-
interaksinya/ diakses desember 2019
Nafi jah Muliah1, Agus Sri Wardoyo2, Trias Mahmudiono3. Hubungan
Frekuensi Penimbangan, Penggunaan Garam Beryodium, Dan Pemberian
Vitamin A Dengan Kejadian Underweight Pada Balita Di Provinsi Jawa
Timur. Jurnal Media Gizi Indonesia. Vol.12 No. 1Januari–Juni 2017: hlm.
40 46

Sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/blog/20170216/0519737/status-gizi-balita-dan
interaksinya/diaksesdesember2019.

sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/blog/20170216/0519737/status-gizi-balita-dan
interaksinya/ diakses desember 2019.

Siti Zulaekah1, Setiyo Purwanto2 , Listyani Hidayati1. Anemia Terhadap


Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Malnutrisi. 2014. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. KEMAS 9 (2) (2014) 106-114. 2014 Universitas
Negeri Semarang

Anda mungkin juga menyukai