Oleh :
VERONIKA SIANTURI
NPM 17.16.059
TA. 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM MELATIH
TOIET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER
DI PUSKESMAS DELI TUA
KECAMATAN DELI TUA
TAHUN 2020
VERONIKA SIANTURI
NPM : 17.16.059
Penguji I
BAB II..........................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................7
2.1 Pengetahuan........................................................................................7
METODE PENELITIAN........................................................................................26
3.3.1 Populasi..............................................................................................26
3.3.2 Sampel................................................................................................27
anak tidak terlepas dari sikap dan perilaku orangtua. Suatu usaha untuk melatih
anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air
besar adalah salah satu aspek perkembangan yang umum dalam periode
Sewu Kecamatan Jebres ada 192 anak, studi pendahuluan yang dilakukan
peneliti terhadap 12 anak usia 1-3 yang diantaranya masih memiliki kebiasaan
yang salah dalam buang air. Dari hasil studi pendahuluan ada 3 anak yang
masih menggunakan popok, 4 anak buang air besar dicelana, dan 5 anak buang
air kecil disembarang tempat atau diluar rumah. 8 dari 12 ibu-ibu menunjukkan
perilaku yang kurang tepat ketika menghadapi anak yang buang air dicelana,
tempat atau diluar rumah, 5 dari 12 ibu-ibu tidak mengetahui tentang latihan
toilet training, dan 10 dari 12 ibu-ibu mengatakan anak akan siap dengan
sendirinya untuk latihan toilet saat sudah mulai sekolah.kondisi ini mungkin
Utara terdapat 110 ibu yang memiliki anak usia toddler (1-3 tahun ), yaitu
merupakan usia yang tepat pada ibu untuk melakukan toilet training pada anak.
Berdasarkan wawancara bebas terhadap ibu yang memiliki anak usia toddler
(1-3 tahun ) dari 96 ibu yang memiliki anak usia 1-3 tahun terdapat 18 ibu
diantaranya kurang mengetahui tentang toilet training, hal ini terlihat saat anak
hendak buang air besar ibu tidak mengarahkan anak untuk melepas pakaiannya
sendiri dan menuju kamar kecil, kemudian ibu memarahi anak saat anak buang
air kecil dan buang air besar dicelana, hal ini dapat menjadi psikologis anak
terganggu. 5 ibu memiliki pengetahuan yang baik tentang toilet training karena
membiasakan anak untuk menuju kamar kecil ketika ingin buang air besar dan
balita di Indonesia tahuan 2016 tercatat ada sebanyak 30% dari 258.704.986
Nasiaonal diperkirakan jumlah balita yang susah untuk mengontrol buang air
besar dan buang air kecil (ngompol) diusia sampai pra sekolah mencapai 75
juta anak.fenomena ini terjadi dimasyarakat akibat dari konsep toilet training
yang tidak dianjarkan secara benar sehingga dapat menyebabkan anak tidak
dapat secara mandiri mengontrol buang air besar dan buang air kecil
(syamrotul, 2015).
hampir 60% orangtua tidak mengajarkan toilet training pada anak sejak dini
training secara baik dan benar. Pengetahuan ibu mempengaruhi toilet training
pada anak.
kali anak melaporkan ingin buang air besar dan buang air kecil tapi anak tidak
mengeluarkan apapun, 3 ibu lainnya mengatakan tahu cara melatih anak buang
air besar dan buang air kecil tapi tidak sempat mengajarkan anak buang air
besar dan buang air kecil di toilet karena kesibukan dan cenderung memakai
diepers karena praktis dan tidak repot. Sedangkan 1 ibu lainnya kurang
mengerti cara melatih anak buang air besar dan buang air kecil yang baik dan
benar.
dkk (2014) latihan buang air besar dan buang air kecil pada anak sangat
mengontrol kemampuan buang air besar dan buang air kecil secara mandiri.
Suksesnya toilet training tergantung pada kesiapan yang ada pada diri anak dan
keluarga terutama ibu, seperti kesiapan fisik yaitu kemampuan anak sudah kuat
dan mampu. Demikian juga dengan kesiapan psikologis yaitu setiap anak
membutuhkan suasana yang nyaman dan aman agar anak mampu mengontrol
dan konsentrasi dalam merangsang untuk buang air besar dan buang air kecil.
Hasil studi retrosprektif kasus kontrol yang dilakukan oleh Kiddo yang
yang mendapatkan motivasi dari ibunya pada saat melakukan toilet training
memiliki anak toodler yaitu dibawah 5 tahun. pada saat melakukan kegitan
penyuluhan 5 dari 20 ibu mengatakan bahwa anaknya sering buang air besar
dan buang air kecil disembarang tempat dan tidak suka buang air besar dan
buang air kecil di kamar mandi, 10 dari 20 ibu mengatakan tidak tahu cara
menerapakan toilet training pada anak dikarenakan tidak pernah bertanya pada
mengatakan tahu mengajari anak toilet training dan mengontrol anak saat ingin
buang air besar dan buang air kecil tetapi tidak sempat mengajarkan karena
sibuk bekerja.
Pelaksanaan Toilet Training Pada Anak Usia Toddler Di Puskesmas Deli tua”.
dilakukan latihan toilet training sejak usia 1-3 tahun. Kebiasaan buang air yang
salah dan tidak pada tempatnya disebabkan oleh beberapa faktor dan salah satu
faktor yang mempengaruhi adalah pengetahuan orangtua atau ibu tentang toilet
menerapkan toilet training pada anak dan ibu bisa meluangkan waktu
untuk melatih anak sejak dini agar anak mampu melakuakan toilet
besar dan buang air kecil dengan baik dan benar sesuai usia anak.
II.1 Pengetahuan
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
(Notoadmojo,2016 ).
tingkat yaitu :
1. Tahu ( Know )
rendah.
8
2. Memahami ( Comprehension )
3. Aplikasi ( Application )
yang lain.
4. Analisi ( Analyis )
5. Sintesis ( syntesis )
Menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
6. Evaluasi ( Evalution )
Evaluadsi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
(Notoadmojo 2016 ).
individu atau salah satu aspek psikologis individu yang sangat penting, karena
2014 ).
telah atau sudah melahirkan anak, maka anak harus menyayangi ibunya. Ibu
tujuannya yakni sebutan atau sapaan utnuk seorang perempuan yang telah
melahirkan anak.
Ibu selalu memberikan dorongan dan motivasi terhadap anak. Ibu selalu
dan menentukan nilai kepribadian anaknya. Peran ibu dalam keluarga sangat
sangat ditentukan oleh peran ibu. Bisa dikatakan jika seorang ibu yang baik
akan baik pula keluarganya, apabila ibu kurang baik akan hancur keluarganya.
Ibu merupakan peran dan posisi penting bagi proses tumbuh kembang anak,
Pentingnya peran ibu rumah tangga tidak hanya pendidikan anak, tetapi
mengelola rumah tangganya agar mapan dan sejahtera. Oleh karena itu, selain
Dimana pada usia ini anak berada pada tahap awal ( anal tage ) yaitu
kepuasaan anak berfokus pada lubang anus. Toilet terdiri dari bowel control
( kontrol buang air besar ) dan bladder control ( kontrol buang air kecil ). Saat
yang tepat untuk memulai melatih anak melakukan toilet training adalah
setelah anak mulai bisa berjalan ( sekitar usia 1-5 tahun ). Anak mulai bisa
dilatih kontrol buang air besar setelah 18-24 bulan dan biasanya lebih cepat
dikuasai dari pada kontrol buang air kecil, tetapi pada umumnya anak bisa
melakukan kontrol buang air besar saat usia sekitar 3 tahun( Maidartati, 2018 ).
Toilet training atau latihan berkemih dan defekasi merupakan salah satu
tugas perkembangan anak pada usia toddler, dimana pada usia ini kemampuan
untuk mengontrol rasa ingin berkemih, mengontrol rasa ingin defekasi mulai
mengendalikan keinginan untuk buang air kecil dan besar, selanjutnya mereka
masa usia toddler dan dibutuhkan perhatian dari orang tua dalam berkemih dan
defekasi. Melatih anak untuk buang air kecil dan buang air besar bukan
merangsang anaknya agar terbiasa buang air kecil dan buang air besar sesuai
waktu dan tempatnya. Mengenali keinginan untuk buang air kecil dan buang
12
air besar sangat penting untuk menentukan kesiapan mental anak. Anak harus
toilet training dapat berhasil. Dalam melakukan latihan buang air kecil dan
buang air besar pada anak membutuhkan persiapan secara fisik, psikologis,
mengontrol buang air kecil dan buang air besar secara mandiri (Andriyani &
Viatika, 2016 ).
Kesiapan fisik menunjukkan pada usia 18-24 bulan anak mulai mampu
mengontrol sfingter anal dan uretra serta buang air kecil dan buang air besar
dilakukan oleh orang dewasa dan kesiapan parental, orang tua mempunyai
psikologis, dan emosi anak itu sendiri tetapi juga dipengaruhi oleh perilaku
orang tua atau ibu untuk mengajarkan toilet training secara baik dan benar,
sehingga anak dapat melakukan dengan baik dan benar hingga besar kelak
fisik, emosional dan verbal. Kesiapan fisik anak akan mulai menunjukkan
13
rasa percaya diri atau rasa ketakutan, karena toilet training merupakan hal yang
pertama dan utama dalam keluarga sehingga ibu harus menyadari untuk
mengasuh anak secara baik dan sesuai dengan tahap perkembangan anak.
dalam melatih toilet training seperti memarahi dan menyalahkan anak saat
buang air kecil atau buang air besar di celana, bahkan ada orang tua yang tidak
pernah memberikan tolet training pada anaknya ( Denada & Nazriati, 2015 ).
1-3 tahun merupakan suatu hal yang harus dilakukan pada orang tua anak,
dalam melaksanakan buang air kecil dan buang air besar tanpa merasakan
orang tua dalam melatih anak untuk buang air besar dan buang air kecil,
diantaranya :
14
buang air keciln dan buang air besar. Cara ini kadang-kadang
merupakan hal biasa dilakukan pada orang tua akan tetapi apabila kita
perhatikan bahwa teknik lisan ini mempunyai nilai yang cukup besar
dalam memberikan rangsangan untuk buang air kecil dan buang air
besar diaman dengan lisan ini persiapan psikologis pada anak akan
melakukan buang air besar dengan cara meniru untuk buang air besar
memberikan contoh-contoh buang air besar dan buang air kecil atau
membiasakan buang air kecil dan besar secara benar. Dampak yang
jelek pada cara ini adalah apabila contoh yang diberikan salah sehingga
pergi ke toilet ketika akan BAK, upaya bantu diri dalam perilaku BAK
2016 ).
ibu meliputi kesiapan balita, usia balita, dan metode yang tepat untuk
Apabila pispot tidak tersedia, anak dapat duduk atau jongkok diatas
untuk duduk pada pispot atau closed duduk dan jongkok dalam jangka
bawha anak akan belajar pergi ke kamar mandi sendirian, pada waktu
yang tepat.
dari bayi. Setelah tanda-tanda ini di kenali oleh ibu ( pengasuh ), bayi di
Strategi ini saat ini digunakan oleh beberapa komunitas di Cina, India,
cara buang air paling mudah adalah ketika anak sudah merasa siap
melaksanakan tahapan ini dan dia mau bekerja sama. Memulai sebelum anak
dalam pemakaian toilet. Mengompol dan buang air besar dicelana biasanya
ketoilet ata mengatur otot-otot pelepasan. Ini bukan usaha untuk melawan atau
tanda ketidak patuhan.tampaknya anak juga akan frustasi jika dia tidak dapat
dan ingin. Anak harus belajar mengenali kebutuhan tersebut, belajar menahan
air besar atau kecil sampai dia berada di toilet, dan kemudian melepaskannya.
Kebanyakan anak tidak siap baik secara fisiologis maupun psikologis untuk
mencapai tahap tersebut paling tidak pertengahan tahun kedua. Sebagian besar
toilet, mampu melakukannya dengan benar pada usia dua setengah hingga tiga
tahun. Semakin awal melatihnya bukan berarti akan lebih cepat berhasil, tatapi
17
Perilaku ibu dalam penerapan toilet training adalah ketika anak sudah
makanan, atau benda yang di senangi oleh anak. Imbalan tersebut sebagai
konsekuensi dan penguatan atas perilaku postif anak dalam penerapan toilet
adanya perlakuan atau aturan yang ketat dari orang tua kepada anaknya yang
anak cenderung bersifat keras kepala. Hal ini dapat terjadi apabila orang tua
sering memarahi anak pada saat buang air kecil atau buang air besar saat
bepergian karena sukar mencari toilet. Bila orang tua santai dalam memberikan
aturan dalam toilet training maka anak akan dapat mengalami kepribadian
juga dapat terjadi karena adanya perlakuan atau aturan yang ketat dari orang
tua, sehingga anak mengalami distress psikologi (Indriasari & Putri, 2018).
jangka panjang dari tidak dilakukannya toilet training adalah Infeksi Saluran
Kemih (ISK). Anak-anak yang belum pernah dilatih dengan benar tentang
perkakas toilet pada awal toilet training. Oleh karena itu, apabila dilakukan
dilakukan dengan alat bantu berupa toilet mini menurut ( Murhadi & Almanar,
2019 ) :
2. Sesuaikan ukuran toilet. Ukuran toilet yang biasanya ada di rumah dan
dan berat badan orang dewasa. Maka ada kecenderungan bahwa toilet
berukuran jauh lebih besar dari yang dibutuhkan anak. Untuk mengatasi
anak.
19
panjatan anak menuju toilet yang tinggi dan sebagai pijatan saat duduk
di toilet. Hal ini menjaga keamanan anak jika sedang tidak di awasi dan
tumpuan pada toilet. Maka dalam hal ini, toilet harus dibersihkan
bangku.
5. Jangan paksakan pelatihan pada anak jika anak belum siap atau masih
sendiri hingga dapat berjalan dan berlari dengan mudah, yaitu mendekati usia
12 bulan sampai 36 bulan. Toddler adalah usia anak 1-3 tahun yang secara
psikologis membutuhkan kasih sayang, rasa aman atau bebas dari ancaman,
dan rasa nyaman. Pada masa toddler perkembangan anak merupakan periode
penting, karena pada masa toddler terjadi suatu perkembangan dasar yang
rangsangan atau stimulasi agar potensi anak dapat berkembang, oleh karena itu
20
anak sangat memerlukan perhatian lebih dari orang tua (Azizah & Rahmawati,
2018).
Anak usia toodler (1-3 tahun) merujuk konsep periode kritis dan
plastisitas yang tinggi dalam proses tumbuh kemabang maka usia 1-3 tahun
sel otak cepat dalam waktu yang singkat, peka terhadap stimulasi. Anak pada
usia ini harus mendapatkan perhatian yang serius dalam arti tidak hanya
berbeda, tapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan
yaitu bertambahnya ukuran, dimensi pada tingkat sel organ maupun individu
anak. Anak tidak hanya bertumbuh besar secara fisik tetapi juga ukuran dan
proses diferensiasi sel tubuh, organ, dan sistem organ yang berkembang
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan (Saputra, Hasanah, & Sabrian,
2015).
anak menguasai berbagai aktivitas. Pertumbuhan anak usia toddler antara lain
namun setelah usia anak 2 tahun, kenaikan berat badan tidak terkontrol, yaitu
sekitar 2,3 kg/tahun. Pada masa toddler pertumbuhan fisik anak relatif lambat
lebih cepat. Anak sering mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak
tugas penting khususnya meliputi deferensiasi diri dari orang lain terutama
perilaku yang dapat diterima secara sosial, komunikasi memiliki makna verbal,
dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang tidak terlalu
Salah satu tugas mayor masa toddler adalah toilet training. Toilet
training merupakan aspek penting dalam perkembangan anak pada masa usia
toddler dan di butuhkan perhatian dari orang tua dalam berkemih dan defekasi.
Melatih anak untuk BAB dan BAK bukan pekerjaan sederhana, namun orang
tua harus tetap termotivasi untuk merangsang anaknya agar terbiasa BAB dan
BAK sesuai waktu dan tempatnya. Mengenali keinginan untuk buang air kecil
dan defekasi sanga penting untuk menentukan kesiapan mental anak. Anak
sendiri agar toilet training dapat berhasil (Andriyani & Viatika, 2016).
23
Faktor yang
mempengaruhi toilet
training :
1. Pengetahuan orang
tua
2. Sikap orangtua
3. Kesiapan anak dan
orang tua
Praktek toilet
training ibu :
Kemampuan
1. Praktek lisan toilet training
2. Praktek anak usia 18-36
memberi bulan :
contoh
Faktor pendorong toilet 1. Kemampuan
3. Praktek
training : fisik
pengamatan
jadwal 2. Kemampuan
1. Ayah/ibu
4. Praktek psikologi
2. Kakak laki-
3. Kemampuan
laki/kakak menggunakan
alat bantu kognitif
perempuan
1. Sarana toilet
2. Komunikasi
3. Lingkungan
Skema 2;1 Kerangka teori
(Hidayat, 2014). Dari kajian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini dapat
BAB III
METODE PENELITIAN
tentang hubungan antara dua variabel (Hidayat, 2014). Tujuan penelitian ini
adalah peneliti ingin mencari Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam
melatih Toilet Training pada Anak Toddler di Puskesmas Deli tua Kecamatan
Deli tua.
Maret 2020.
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
26
sampling.
nominal dengan responden yang diminta untuk memberikan tanda checklist (√)
sebagai berikut:
1. Proses Editing
3. Entri Data
lembaran persetujuan.
Informed Consent
Persetujuan Responden
Kumpulkan Kuesioner
Operasional Ukur
1 Variabel Pengetahuan Kuesioner Ordinal 1.Baik:>75%
toilet training
2. Sikap Sikap adalah Kuesioner Ordinal 1.Baik:>75%
suatu 75%
perangsang 3.Kurang:>55%
atau situasi
yang dihadapi
individu atau
salah satu
aspek
psikologis
individu yang
sangat penting
karena sikap
merupakan
kecenderungan
31
untuk
berperilaku
sehingga
banyak
mewarnai
perilaku
seseorang
besar ditoilet
selayaknya
orang dewasa.
A. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.
32
B. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk
melihat hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen secara bersamaan dengan menggunakan analisa
statistik chi-square, dengan derajat kemaknaan (α) 0,05.
Saya mengharapkan adanya hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen
xxxiii