Anda di halaman 1dari 17

Tugas : Keperawatan paliatif

Nama Dosen : Ns.Wahyuni Maria Preasetyo Hutomo,S.kep.,

KANKER PAYUDARA

KELAS A1 / 2016

OLEH KELOMPOK I

Arni Arsita Arifin (NH0116020)


Chairul Hasan Selan (NH0116031)
Chairunnisa Azrar (NH0116032)
Ebi Saiful (NH0116040)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
A. Defenisi
Kanker payudra adalah penyakit keganasan yang paling banyak
menyerang wanita. Penyakit ini terjadi akibat pembelahan sel – sel tubuh
secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat terkendali dan akan
tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker). Apabila tumor tidak diambil
dikhawatirkan akan menyebar kedalam jaringan yang sehat. Ada
kemungkinan sel – sel tersebut akan melepaskan diri dan menyebar keseluruh
tubuh. (Andra Safari Wijaya dan Yessie Meriza Putri, 2013)
B. Patofisologi
Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa adanya perubahan
genetic berkaitan dengan kanker payudara namun apa yang menyebapkan
genetic masih belum diketahui. Meskipun belum ada spesifik kanker
payudara yang diketahui namun bisa diidentifikasi melalui factor resiko,
factor ini penting dalam membantu mengembangkan program pencegahan.
Hal yang selalu harus diingat adalah bahwa 60% yang di diagnose kanker
payudaratidak mempunyai factor resiko yang teridentifikasi kecuali
lingkungan hormonal mereka. Di masa kehidupan , wanita dianggap beresiko
untuk mengalami kanker payudara, namun mengidentifikasi factor resiko
merupakan cara untuk mengidentifikasi wanita yang mungkin diuntungkan
dari kelangsungan hidup yang harus meningkat dan pengobatan diri (Price,A
Sylvia.2006 dalam bukunya (Andra Safari Wijaya dan Yessie Meriza Putri,
2013)

Untuk menegakkan diagnosa kanker dengan baik, terutama untuk


melakukan pengobatan yang tepat, diperlukan pengetahuan tentang proses
terjadinya kanker dan perubahan strukturnya. Tumor/neoplasma merupakan
kelompok sel yang berubah dengan cirri : proliferasi yang berlebihan dan tak
berguna, yang tak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya. Proliferasi
abnormal sel kanker akan menganggu fungdi jaringan normal dengan
meninfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar organ-
organ yang jauh. Di dalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara
biokomiawi terutama dalam intinya. Hamper semua tumor ganas tumbuh dari
suatu sel yang mengalami transformasi meligna dan berubah menjadi
sekelompok sel ganas diantara sel normal. (Andra Safari Wijaya dan Yessie
Meriza Putri, 2013)

Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase, yaitu : (Andra


Safari Wijaya dan Yessie Meriza Putri, 2013)

1. fase induksi 15-30 tahun


kontak dengan bahan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun
sampai dapat merubah jaringan diplasia mejadi tumor`ganas`
2. fase intuisi 5-10 tahun
terjadi perubahan jaringan lesi “pre cocerous” yang bisa ditemukan di
serviks uteri,rongga mulut, paru, saluran cerna, kulit dan akhirnya di
payudara
3. fase invasi 1-5 tahun
sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi melalui membrane
sel ke jaringan sekitarnya dan ke pembuluh darah serta limfa
4. fase desiminasi 1-5 tahun
terjadi penyebaran ke tempat lain

C. Peran Sistem Imun

D. Deteksi Dini
Penemuan ini merupakan upaya penting dalam penanggulangan
karsinoma payudara. Sebagian besar tumor payudara ditemukan oleh
penderita sendiri. Hal ini dapat diartikan bahwa ukuran tumor lebih besar
bahkan sudah sampai tingkat inoperable.
Diberbagai rumah sakit di Indonesia, kira – kira 65 – 80 %
karsinoma payudara stadium inoperable. Untuk menemukan penyakit lebih
awal maka dikembangkan berbagai metode sebagai berikut :
1. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI / SARARI)
Pemeriksaan payudara sendiri dilakukan setiap bulan secara teratur.
Pada wanita masa produksi, pemeriksaan dilakukan 5-7 hari setelah haid
berhenti dengan pola pemeriksaan pemeriksaan tertentu. Apabila teraba
nodul atau benjolan segera dikonsulkan pada dokter keluarga untuk
pemeriksaan sendiri secara teratur kesempatan menemukan tumor dalam
ukuran kecil lebih luas. (Taufan Nugroho dan Bobby Indra Utama 2014)
Pemeriksaan payudara dibagi dalam 2 tahap :
a. Memperlihatkan
Memperlihatkan payudra sendiri didepan cermin dengan lengan
menggantung kebawah, yang perlu diperhatikan adalah :
1.) Perbedaan dikedua payudara
2.) Benjolan – benjolan, kerutan – kerutan, lekukan – lekukan, atau
lipatan kecil dari kulit.
3.) Perubahan dari puting susu dan apakah ada keluar cairan (kadang
– kadang menjadi basah)
4.) Perbedaan dengan pemriksaan yang lalu

Dengan tangan keatas perhatikan cermin :


1.) Perubahan payudara
2.) Perubahan diputing susu
3.) Benjolan – benjolan, kerutan – kerutan, lekukan – lekukan, atau
lipatan kecil dari kulit yang hilang atau timbul olehkarena lengan
ditari ke atas.
b. Meraba payudara
Dilakukan sambil berbaring, periksa satu payudara dulu
kemudian yang lainnya. Untuk pemeriksaan bisa melakukan tekhini
berputar dari arah luar sampai pada bagian puting, maupun
menggunakan teknik dari setiap sisi payudara ditekan sampai pada
puting. Selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah:
1.) Benjolan – benjolan atau bagian yang terasa kaku
2.) Terasa seperti ada tali kejurusan puting susu
3.) Kelainan dibandingkan pemeriksaan terakhir
2. Periksaan payudara secara klinis (SARANIS)
Dokter umum meerupakan ujung tombak penanggulangan
kesehatan masyarakat, mempunyai kesempatan luar menemukan tumor
payudara lebih awal. Kesempatan ini mungkin terwujud, apabila pada
wanita berusia 40 tahun atau golongan resiko tinggi. Seikutsertaan bidan
maupun paramedis perempuan merupakan upaya untuk menerobos
“budaya malu” diperiksa dokter pria yang sering terjadi di klinik atau
puskesmas.
3. Pemeriksaan mamografi
Merupakan foto ronget payudara dengan menggunakan alat khusus.
Dengan alat ini karsinoma dapat dideteksi dengan ukuran 0,5 cm bahkan
pada tumor yang tidak teraba.
4. Ultrasonografi (USG) pada tumor payudara
USG berfungsi membedakan tumor solid dengan kista dan lebih
unggul untuk digunakan untuk pasien dengan payudara padat (biasanya
pada wanita muda) dibandingkan dengan mamografi. Pemeriksaan
kelenjar axilla yang sulit teraba secara klinis juga dapat ditemukan
5. Computerized tomography (CT)
akhir – akhir ini pemeriksaan payudra dengan ct telah berkembang,
namun karena biaya pemeriksan cukup tinggi, bahaya radiasi dan
penggunaan kontras merupakan limitasi pemeriksaan CT, untuk tumor
ganas payudara biasanya gambaran CT sebelum dan sesudah penyuntikan
zat kontras akan berbeda. CT juga unggul dalam melihat penyebaran
tumor ganas kejariingan retromaria dan melihat distruksi dinding toraks.
Disamping itu juga bermanfaat untuk penetapan jenis penyinaran
radioterapi pasca bedah.

E. Pencegahan Kanker Payudara


Banyak sekali faktor yang tidak bisa dikendalikan. Akan tetapi,
beberapa ahli diet dan ahli kanker menyatakan bahwa perubahan diet dan
gaya hidup bisa mengurangi angka terjadiny aknker. Saat ini faktor yang
mempengaruhi terjadiny kanker adalah faktor ekstrogen. Ekstrogen adalah
hormon kelamin sekunder yang memiliki fungsi untuk membentuk dan
mematangkan organ kelamin wanita, termasuk payudara selama pubertas.
(Hamid Prasetya Subagja, 2014)
Ekstrogen memicu pertumbuhan dan pematangan sel organ kelamin
wanita yang disebut sel duct. Sel duct akan membelah secara normal. Pada
saat pematangan, sel duct ini merupkan saat yang paling rentan bagi sel
tersebut karena mutasi. Apabila ada satu sel yang mengalami mutasi akibat
faktor keturunan, radiasi, radikal, bebas dan lainnya. Maka sel tersebut akan
bermutasi dan akan membelah menjadi kanker. (Hamid Prasetya Subagja,
2014)
Untuk mecegah timbulnya kanker ada tiga cara yan dapat dilakukan
menurut Hamid Prasetya Subagja, 2014 yaitu :
1. Anamnesa
a. Anamnesa terhadap keluhan terhadap payudara atau ketiak untuk
mengetahui apakah ada benjolan, rasa saki t atau terjadi kelainan pada
kulit.
b. Anamnesa terhadap faktor – faktor resiko (usia, riwayat keluarga, dan
konsumsi lemak).
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan ini lakukan terhadap status lokasi payudara kiri dan
kanan yang berhubungan dengan perubahan kulit, status kelenjar getah
bening, dan pemeriksaan metastasis jauh.
3. Pemeriksaan penunjang
Bisa berupa pemeriksaan radiognosti / imaging yang dilakukan
dengan diagnostik dengan menggunakan USG payudara dan mamografi.
Dan untuk menentukan stadium kanker dokter bisa menggunakan foto
thoraks, USG abdomen dan scan tulang.
Selain itu, ada beberapa tindakan pencegahan lain yang dapat
dilakukan untuk memperkecil resiko terkena kanker payudara. (Hamid
Prasetya Subagja, 2014)
1. Mengonsumsi buah atau sayur yang berwarna kuning atau hijau (banyak
mengandung vitamin seperti vitamin beta karoten, vitamin C, klorofil, dan
fitonutrien lainnya yang bisa melindungi tubuh dari serangan kanker).
2. Mengurangi makanna yang mengandung lemak
3. Mengonsumsi makanan yang mengandung serat. Sebab serat akan
menyerat zat – zaat yang bersifat karsinogen dan lemak yang kemudian
dibawa keluar melalui feses.
4. Mengonsumsi olahan kedelai, misalny athu dan tempe. Kandungan
flavonoid pada kedelai dipercaya bisa mencegah terjadinya kanker. Selain
itu kandungan genesting didalamnya juga memiliki fungsi sebagai
estrogen nabati (fitoestrogen). Estrogen nabati ini akan menempel pada
reseptor estrogen sel – sel epitel saluran kelenjar susu dan menghalangi
estrogen asli untuk menempel dan menghalagi ekstrogen asli untuk
menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya sel
kanker.
5. Mengurangi makanan yang diasingkan, diasap, dan diawetkan dengan
nitrit. Sebab, makannan tersebut bisa menghasilkan senyawa kimia yang
dapat diubah menjadi karsinogen aktif.
6. Hindari alkohol dan merokok
7. Mengontrol berat badan dengan diet seimbang dan olahraga.
8. Hindari stres
9. Menggunakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon harus dengan
petunjuk dokter.
10. Menyusui bayi selama mungkin (sampai sekitar 2 tahun).

Selain tindakan diatas, setiap manusia juga bisa melakukan tindakan


mandiri untuk mengetahui adanya perubahan pada payudaranya. Untuk
mengetahui perubahan-perubahan tersebut, ada cara sederhana yang bisa kita
lakukan. Cara ini disebut juga dengan SADARI (periksa payudara sendiri).
Pada wanira produktif, SADARI harus dilakukan sebulan sekali, 5-7 hari
setelah haid berakhir. Sebab, pada saat itu, pengaruh hormone estrogen
progesterone sangat rendah dan jaringan kelenjar payudara dalam keadaan
tidak oedema sehingga lebih mudah meraba adanya tumor atau kelainan.
(Hamid Prasetya Subagja, 2014)

Langkah-langkah SADARI bisa kita lakukan dengan dua posisi


menurut Hamid Prasetya Subagja, 2014, yaitu:

1. Posisi berdiri di depan cermin.


a. Berdiri tegak dengan kedua tangan lurus ke bawah. Perhatikan apakah
ada kelaianan pada kedua payudara anda.
b. Kedua tangan diangkat ke atas kepala. Perhatikan juga apakah ada
kelainan pada kedua payudara atau putting.
c. Kedua tangan diletakkan di pinggang. Periksa kembali apakah ada
perubahan atau kelainan pada kedua payudara dan putting.
d. Putting susu dipijat. Cara ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada
cairan atau darah yang keluar.
2. Posisi berbaring.
a. Letakkan bantal di bawah bahu kanan. Letakkan lengan kanan di atas
kepala.
b. Raba payudara dengan gerakan melingkar dari sisi luar payudara ke
arah putting atau gerakan lurus dari sisi luar ke sisi dalam payudara.
Gunakan jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis untuk memeriksa
apakah ada perubahan atau tidak pada payudara.
Selain pemeriksaan mandiri, anda juga bisa memeriksakan diri ke
dokter. Berikut adalah beberapa tindakan pemeriksaan yang biasa dilakukan.
(Hamid Prasetya Subagja, 2014)
1. Pemeriksaan klinis payudara.
a. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari adanya benjolan atau
kelainan lainnya pada payudara. Karena organ payudara dipengaruhi
oleh faktor hormonal antara lain estrogen dan progesterone, sebaiknya
pemeriksaan payudara dilakukan di saat pengaruh hormonal ini
seminimal mungkin, yaitu setelah menstruasi kurang lebih 1 minggu
dari hari terakhir menstruasi.
b. Pemeriksaan dilakukan dengan badan bagian atas terbuka.
c. Pasien diperiksa dengan tubuh tegak dalam keadaan duduk.
d. Penderita duduk dengan tangan jatuh bebas ke samping dan pemeriksa
berdiri di depan dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi.
2. Inspeksi (pandangan).
a. Membandingkan ukuran (simetris) atau antara payudara kanan dan
kiri.
b. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan
pada putting payudara (papilla mammae), letak dan bentuk, adakah
penarikan (retraksi) putting susu, kelainan kulit, tanda-tanda
peradangan, kelainan warna (peau d’ orange), lesung/lekukan
(dimpling), tukak (ulserasi), dan perubahan lainnya.
3. Palpasi
Palpasi merupakan salah satu tindakan pemeriksaan yang dilakukan
dengan perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari
atau tangan. Palpasi bisa dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan dari
jaringan atau organ tubuh. Dengan kata lain, palpasi merupakan tindakan
pemeriksaan lanjutan dari hasil inspeksi. Dalam pemeriksaan ini, penderita
dibaringkan dan diusahakan agar payudaranya jatuh tersebar rata di atas
dada. Apabila diperlukan, bahu atau punggung akan diganjal dengan
bantal kecil, khususnya pada penderita yang memiliki payudara besar.
4. Pemeriksaan mamografi.
Mamografi merupakan salah satu metode pemeriksaan dengan metode
radiologi sinar x pada payudara dan tingkat radiasinya dibuat sekecil
mungkin sehingga tidak menimbulkan efek samping pada pasien.
Kehebatan mamografi adalah mampu mendeteksi tumor yang belum teraba
sekalipun (radius 0,5 cm) dan masih dalam stadium dini.
Waktu yang tepat untuk melakukan pemeriksaan mamografi pada
wanita produktif adalah hari 1-14 siklus haid (menstruasi) atau dua minggu
sebelum haid yang akan datang. Pada wanita nonproduktif, pemeriksaan
bisa dilakukan kapan saja. American Cancer Society dalam programnya
menganjurkan sebagai berikut:
a. Wanita umur 35-39 tahun cukup satu kali mamografi.
b. Wanita umur 40-50 tahun dilakukan 1 atau 2 tahun sekali.
c. Di atas 50 tahun dilakukan setahun sekali.
5. Ultrasonografi (USG)
USG adalah alat bantu pemeriksaan yang menggunakan gelombang
suara dan tidak menggunakan sinar rontgen. Pemeriksaan ini tidak
menimbulkan rasa sakit. Selain di gunakan untuk memeriksa keberadaan
kanker payudara, USG juga digunakan untuk:
a. Memeriksa wanita berumur di bawah 35 tahun, perempuan hamil, dan
perempuan yang menyusui.
b. Agar bisa membedakan kista dengan tumor yang berisi jaringan padat
dan mendapatkan nilai akurasi yang lebih tinggi.
6. Xerografi
a. Pemeriksaan ini disebut juga photoelectric imaging system yang
dilakukan berdasarkan pengetahuan xerographic.
b. Ketetapan diagnostic cukup tinggi, yaitu sekitar 95, 3% dan dapat
terjadi false positive sebesar kurang lebih 5%.
7. Scintimammografi
Pemeriksaan ini adalah teknik pemeriksaan radionuklir dengan
menggunakan radioisotope Tc 99% sestamibi. Pemeriksaan ini memiliki
sensitivitas tinggi untuk menilai aktivitas sel kanker pada payudara.

F. Tahapan
Tahapan klinik yang paling banyak digunakan untuk kanker payudara
adalah sistem klasifikasi TNM yang mengevaluasi ukuran tumor, nodus limfe
yang terkena dan bukti adanya metastasis yang jauh. Sistem TNM diadaptasi
oleh The America Joint Committee on Cancer Staging and Resuld
Reformating. Pertahapan ini didasarkan pada fisiologi memberikan prognosis
yang lebih akurat, tahap-tahapnya adalah sebagai berikut :

TUMOR SIZE (T)

1. Tx: Taka da tumor


2. To: Tak dapat ditunjukkan adanya tumor primer
3. T1: Tumor dengan diameter, kurang dari 2 cm
4. T2: Tumor dengan diameter 2-5 cm
5. T3: Tumor dengan diameter lebih dari 5
6. T4: Tumor tanpa memandang ukurannya telah menunjukkan perluasan
secara langsung ke dinding thorak atau kulit.

REGIONAL LIMPHO NODUS (N)


1. Nx: Kelenjar ketiak tak teraba
2. No: Taka da metastase kelenjar ketiak homolateral
3. N1: Metastase ke kelenjar ketiak homolateral tapi masih bisa digerakkan
4. N2: Metastase ke kelenjar ketiak homolateral, melekat tertifikasi satu sama
lain atau jaringan sekitarnya
5. N3: Metastase ke kelenjar homolateral suprklavikuler/ infraklavikuler atau
odem lengan

METASE JAUH (M)


1. Mo: Taka da metastase jauh
2. M1: Metastase jauh termasuk perluasan ke dalam kulit di luar payudara

G. Penderajatan
1. Stadium I
Pada stadium ini, benjolan kankeer berukuran tidak lebih dari 2
cm dan tidak bisa dideteksi dari luar. Perawatan yang sangat sistematis
dibutuhkan dalam stadium ini agar sel kanker tidak menyebar dan tidak
berlanjut pada stadium selanjutnya kemungkinan, 70 % pasien bisa
sembuh total pada stadium ini.
2. Stadium II
Pada stadium ini, besarnya benjolan bisa mencapai 2 sampai 5 cm
dan tingkat penyebarannya sudah mencapai 5 cm bisa jadi belum
menyebar ke mana-mana. Kemungkinan, 30-40% pasien bisa sembuh.
Untuk mengangkat sel-sel kaanker yang ada pada seluruh bagian
penyebaran, biasanya dilakukan operasi, dan setelah operasi dilakukan
penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tersisa.
3. Stadium IIIA
Sebanyak 87%, kanker payudara ditemukan pada stadium ini.
Benjolan sudah berukuran lebih dari 5 cm dan telah menyebar hingga ke
kelenjar limfa.
4. Stadium IIIB
Pada stadium ini, penyebaran sel kanker meliputi seluruh bagian
payudara bahkan bisa mencapai kulit dinding dada, tulang rusuk, dan otot
dada serta telah menyerang kelenjar limfa ssecara menyeluruh. Apabila
sudah demikian, tidak ada cara lain selain dilakukan operasi
pengangkatan payudara.
5. Stadium IV
Pada stadium ini, sel-sel kanker sudah menyebar ke bagian tubuh
lainnya, seperti tulang, paru-paru, hati dan ota. Sel kanker tersebut juga
bisa menyerag kulit dan kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher
sama seperti yang terjadi pada stadium III. Tindakan yang harus
dilakukan adalah dengan mengangkat payudara.
Dalam melakukan pengobatan kanker payudara, biasanya dokter
akan mempertimbangkan berbagai factor antara lain grade kanker, status
hormon reseptor, status HER2, dan kondisi spesifik pasien seperti usia
dan factor menopause.
a. Grade Kanker
Peningkatan grade kanker terdiri dari grade 1- 3. Grade yang
lebih rendah berarti pertumbuhan kankernya lambat. Sebaliknya
grade yang lebih tinggi berarti sel kanker lebih cepat berkembang.
b. Status Hormon Reseptor
Estrogen dan progesteron merupakan hormone yang sering
melekat pada reseptor di beberapa sel kanker payudara sebagai
bahan bakar pertumbuhan sel tersebut. Sampel biopsy bisa diuji
untuk melihat apakah sel- sel kanker memiliki reseptor estrogen dan
atau progesterone. Apabila tidak ada sering disebut sebagai ER
positif. Hal ini berarti sel kanker lebih cenderung memiliki prognosis
atau hasil yang lebih baik dan lebih mungkin merespon saat
dilakukan terapi hormone. Dua dari tiga kasus kanker payudara
setidaknya memiliki salah satu jenis resepor tersebut.
c. Status HER2
Sekitar satu dari lima kasus knaker payudara terlalu banyak
memiliki protein yang disebut HER2. El-sel kanker disertai
peningkatan HER2 disebut HER2-positif serta cenderung tumbuh
dan menyebar labih cepat daripada jenis kanker payudara lainnya.
Pengujian HER 2 harus dilakukan pada semua wanita yang baru
terdiagnosis kanker payudara.

H. Penatalaksanaan
Ada 2 macam yaitu kuratif (pembedahan) dan poliatif (non
pembedahan). Penanganan kuratif dengan pembedahan yang dilakukan secara
mastektomi parsial, mastektomi total, mastektomi radikal, tergantung dari
luas, besar dan penyebaran kanker. Penangan non pembedahan dengan
penyinaran, kemoterapi dan terapi hormonal.
1. Terapi kuratif :
a. Terapi utama adalah mastektomi radikal modifikasi, alternative
tomoorektomi
b. + diseksi aksila
c. Terapi ajuvan :
1) Radioterapi paksa bedah 4000-6000 rads
2) Kemoterapi untuk pra menopause dengan CMF
(Cyclophosphamide 100 mg/m2 dd po hari ke 1-14, methotrexate
40 mg/m2 IV hari ke -1 siklus diulangi tiap 4 minggu dan
flouroracil 600 mg/ m2 IV hari ke -1 atau CAP
(Cyclophosphamide 500 mg/m2 hari ke 1, Adriamycin 50 mg/m2
hari ke-1 dan flouroracil 500 mg/m2 IV hari ke-1 dan 8 untuk 6
siklus.
3) Hormon terapi untuk pasca menopause dengan tamoksifen untuk 1-
2 tahun
d. Terapi bantuan, roboransia,
e. Terapi sekunder bila perlu
f. Terapi komplikasi pasca bedah misalnya gangguan gerak lengan
(fisioterapi).

2. Terapi paliatif
Untuk kanker mamma stadium III B dan Iv :
a. Terapi utama
1) pramenopause, bilateral ovariedektomi
2) pasca menopause ; 1) hormone reseptor positif (takmosifen) dan
2) hormone reseptor negative (kemoterapi dengan CMF atau
CAF)
b. Terapi ajuvan
1) operable (mastektomi simple)
2) inoperable (radioterapi)
3) Kanker mamae inoperative :
a) Tumor melekat pada dinding thoraks
b) Odema lengan
c) Nodul satelit yang luas
d) Mastitis karsionamtosa
c. Terapi bantuan : roboransia
d. Terapi komplikasi, bila ada :
1) Patah, reposisi-fiksasi-imobilisasi dan radioterapi pada tempat
patah
2) Odema lengan : 1) deuretik, 2) pneumatic sleeve, 3) operasi
transposisi omentum atau kondoleon,
3) Effusion pleura, 1) aspirasi cairan atau drainase bullae, 2)
kortikosteroid, 3) mitramisin ¼ - ½ mg/kg BB IV
4) Nyeri, terapi nyeri sesuai WHO
5) Borok, perawatan borok
e. Terapi sekunder, bila ada
Kemoterapi dan Obat Penghambat Hormon Kemoterapi dan
obat penghambat hormone seringkali diberikan segera setelah
pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun.
Pengobatan ini menunda kembalinya kanker dan
memperpanjang angka harapan hidup penderita. Pemberian beberapa
jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan kemoterapi
tunggal. Tetapi tanpa pembedahan maupun penyinara, obat-obat
tersebut tidak dapat menyembuhkan kanker payudara.
Aminoglutetimid adalah obat penghambat hormone yang
banyak digunakan untuk mengatasi rasa nyeri akibat kanker di dalam
tulang. Hydrocortisone (suatu hormon steroid) biasanya diberikan
pada saat yang bersamaan, karena aminoglutetimid menekan
pembentukan hydrocortisone alami oleh tubuh.
Tamoxifen adalah obat penghambat hormon yang biasa
diberikan sebagai terapi lanjutan setelah pembedahan. Tamoxifen
secara kimia berhubungan dengan estrogen dan memiliki beberapa
efek yang sama dengan terapisulih hormone (misalnya mengurangi
resiko terjadinya kanker rahim). Tetapi tamoxifen tidak mengurangi
hot flashes ataupun merubah kekeringan vagina akibat menopause.
Rekonstrusi payudara Untuk rekontruksi payudara bisa
digunakan Implan silicon atau salin maupun jaringan yang diambil
dari bagian tubuh lainnya. Rekonstruksi bisa dilakukan bersamaan
dengan mastektomi atau bisa juga dilakukan di kemudian hari.

Mastektomi
1. Mastektomi simplek : seluruh jaringan payudara diangkat tetapi otot
dibawah payudara dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup
untuk menutup luka bekas operasi. Rekonstruksi payudara lebih
mudah dilakukan jika otot dada dan jaringan lain dibawah payudara
diberikan utuh. Prosedur ini biasanya digunakan untuk mengobati
kanker invasive yang telah menyebar luar ke dalam saluran air susu,
karena jika dilakukan pembedahan breast-conserving, kanker sering
kambuh.
2. Mastektomi simplek ditambah diseksi kelenjar getah bening atau
modifikasi mastektomi radikal : seluruh jaringan payudara diangkat
dengan menyisakan otot dan kulit, disertai pengangkatan kelenjar
getah bening ketiak.
3. Mastektomi radikal : seluruh payudara, otot dada dan jaringan lainnya
diangkat.
Pembedahan breast-conserving
1. Lumpektomi : pengangkatan tumor dan sejumlah kecil jaringan
normal di sekitarnya
2. Eksisi luas atau mastektomi parsial : pengangkatan tumor dan jaringan
normal di sekitarnya yang lebih banyak
Kuadrantektomi : pengangkatan serempat bagian payudara.
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Taufan dan Bobby Indra Utama, 2014, Masalah Kesehatan Reproduksi
Wanita, Nuha Medika, Yogyakarta.
Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Meriza Putri, 2013, KMB 2 Keperawatan
Medikal Bedah Keperawatan Dewasa Teori Dan Contoh Askep, Nuha
Medika, Yogyakarta.
Subagja, Hamid Prasetya, 2014, Waspada!!! Kanker – Kanker Ganas Pembunuh
Wanita, Flash Books, Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai