Anda di halaman 1dari 4

Pengujian Sifat Fisik Kimiawi Protein

Aldira Muhammad Abdurrazaq1


1
Study Program of Marine Science, Faculty of Fisheries and Marine Science, Padjadjaran University
Jl. Raya Bandung-Sumedang, KM 21 Jatinangor, Sumedang,West Java 45363, Indonesia

*
Corresponding author: resa18002@mail.unpad.ac.id

ABSTRAK

Protein adalah polimer dari asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida. Denaturasi protein
adalah hilangnya sifat-sifat struktur lebih tinggi oleh ikatan hidrogen dan gaya-gaya sekunder lain yang
memutuskan molekul protein. Praktikum Sifat Fisik Kimiawi Protein ini bertujuan untuk memahami
perubahan sifat-sifat protein karena berbagai perlakuan dengan penambahan asam, basa, dan pemanasan.
Selain itu agar memahami ikatan peptida pada protein, sifat koagulan protein baik amfoter maupun
reversible. Adapun cara pengerjaannya meliputi proses menyiapkan sampel daging dan ikan sebanyak 5 gr
untuk masing-masingnya. Dan juga siapkan sampel telur sebanyak 4 mL dari ketiga sampel tersebut
dilakukan pembuatan sampel sebanyak 4 kali. di tabung reaksi, yang kemudian ditambahkan 3 mL asam
atau basa pada sampel. Sampel yang telah diberi asam atau basa kemudian dipanaskan, setelah itu diukur
pHnya. Kemudian diberi ninhidrin, amati hasil yang diperoleh merupakan terjadinya denaturasi dan
koagulasi (gumpalan) yang bersifat amfoter. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa protein dapat terputus ikatan peptidanya karena penambahan asam dan basa, dan dapat terjadi
denaturasi dan koagulasi karena suhu pemanasan yang tinggi.

Keywords: asam amino, asam-basa, ikatan peptida, denaturasi

1. Pendahuluan

Protein sangat penting bagi tubuh. Ia komposisi dan deret asam amino dan panjang
mengandung unsur semacam C, O, H dan N yang rantai polipeptida yang sama. Protein memiliki
tidak dipunyai oleh karbohidrat juga lemak. fungsi sebagai berikut (Lehninger, 1996): Enzim,
Protein merupakan salah satu dari biomolekul merupakan katalis biokimia; Pengukur
raksasa, selain polisakarida, lipid, dan pergerakan; Alat pengangkut dan penyimpan;
polinukleotida, yang merupakan penyusun utama Penunjang mekanisme tubuh; Pertahanan tubuh
makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan (imune atau anti-bodi); Media perambatan impuls
salah satu molekul yang paling banyak diteliti saraf; dan Pengendali pertumbuhan.
dalam biokimia. Protein ditemukan oleh Jons Denaturasi protein dapat diartikan suatu
Jakob Berzelius pada tahun 1838. Secara kimia perubahan atau modifikasi terhadap struktur
dapat dibedakan antara protein sederhana yang sekunder, tertier dan kuartener molekul protein
terdiri dari polipeptida dan protein kompleks tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan
yang mengandung zat-zat makanan tambahan kovalen. Karena itu, denaturasi dapat diartikan
seperti hern, karbohidrat, lipid atau asam nukleat. suatu proses terpecahnya ikatan hidrogen,
Untuk protein kompleks, bagian polipeptida interaksi hidrofobik, ikatan garam dan terbukanya
dinamakan aproprotein dan keseluruhannya lipatan molekul protein. Denaturasi protein
dinamakan haloprotein. Secara fungsional meliputi gangguan dan kerusakan yang mungkin
protein juga menunjukkan banyak perbedaan. terjadi pada struktur sekunder dan tersier protein.
Dalam sel mereka berfungsi sebagai enzim, Sejak diketahui reaksi denaturasi tidak cukup kuat
bahan bangunan, pelumas dan molekul untuk memutuskan ikatan peptida, dimana
pengemban. Tapi sebenarnya protein merupakan struktur primer protein tetap sama setelah proses
polimer alam yang tersusun dari berbagai asam denaturasi. Denaturasi terjadi karena adanya
amino melalui ikatan peptida (Hart, 1987). Sifat- gangguan pada struktur sekunder dan tersier
sifat protein beraneka ragam, dituangkan dalam protein. Pada struktur protein tersier terdapat
berbagai sifatnya saat bereaksi dengan air, empat jenis interaksi yang membentuk ikatan
beberapa reagen dengan pemanasan serta pada rantai samping seperti; ikatan hidrogen,
beberapa perlakuan lainnya. Semua molekul jembatan garam, ikatan disulfida dan interaksi
dengan jenis protein tertentu mempunyai hidrofobik non polar, yang kemungkinan
mengalami gangguan. Denaturasi yang umum 2. Siapkan neraca analitik lalu beri alas
ditemui adalah proses presipitasi dan koagulasi alumunium foil dan kalibrasikan
protein. Denaturasi, koagulasi dan redenaturasi
dapat dibedakan sebagai berikut. Denaturasi 3. Letakkan daging ikan dan kulit ikan
protein adalah suatu keadaan telah terjadinya (secara terpisah) sebanyak 5 gr
perubahan struktur protein yang mencakup 4. Lakukan penimbangan hingga 4 kali
perubahan bentuk dan lipatan molekul, tanpa pengulangan untuk tiap sampel
menyebabkan pemutusan atau kerusakan lipatan
antar asam amino dan struktur primer protein. 5. Lakukan pengukuran pH awal sampel
Koagulasi adalah denaturasi protein akibat panas sebelum diberikan perlakuan dengan
dan alkohol. Redenaturasi adalah denaturasi menggunakan indikator universal
protein yang berlangsung secara reveresibel.
Panas dapat digunakan untuk mengacaukan 6. Lalu catat hasil pengukuran pHnya
ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik non
7. Tumbuk kulit dan daging (secara terpisah)
polar. Hal ini terjadi karena suhu tinggi dapat
untuk memudahkan pengambilan ekstrak
meningkatkan energi kinetik dan menyebabkan
dengan menggunakan alu & mortar
molekul penyusun protein bergerak atau bergetar
sangat cepat sehingga mengacaukan ikatan 8. Lalu masukkan sampel ke dalam tabung
molekul tersebut. Protein telur mengalami reaksi berlabel untuk mempermudah
denaturasi dan terkoagulasi selama pemasakan. mengenal sampel; dengan menggunakan
Beberapa makanan dimasak untuk spatula
mendenaturasi protein yang dikandung supaya
memudahkan enzim pencernaan dalam mencerna 9. Ambil sampel telur sebanyak 5 x 4 mL
protein tersebut. Pemanasan akan membuat dengan menggunakan gelas ukur
protein bahan terdenaturasi sehingga
10. Ambil NaOH sebanyak 3 mL sebagai
kemampuan mengikat airnya menurun. Hal ini
pereaksi kemudian dimasukkan ke dalam
terjadi karena energi panas akan mengakibatkan
sampel
terputusnya interaksi non-kovalen yang ada pada
struktur alami protein tapi tidak memutuskan 11. Ambil NH3 sebanyak 3 mL sebagai
ikatan kovalennya yang berupa ikatan peptida. pereaksi kemudian dimasukkan ke dalam
Proses ini biasanya berlangsung pada kisaran sampel
suhu yang sempit.
12. Ambil CH3COOH sebanyak 3 mL sebagai
2. Metodelogi pereaksi kemudian dimasukkan ke dalam
sampel
Alat-alat yang digunakan antara lain:
beaker glass digunakan untuk wadah atau 13. Ambil H2SO4 sebanyak 3 mL sebagai
tempat sampel; hot plate digunakan untuk pereaksi kemudian dimasukkan ke dalam
menghomogenkan sampel; pH meter digunakan sampel
untuk mengukur pH awal maupun pH akhir
setelah perlakuan; mortar digunakan untuk 14. Panaskan air dalam beaker glass untuk
menghaluskan atau menumbuk sampel hingga memanaskan sampel uji
halus dan hancur; cawan petri digunakan untuk
15. Tunggu hingga air panas, kemudian
wadah sampel; tabung reaksi digunakan untuk
dimasukkan sampel ke dalam beaker glass
tempat mereaksikan sampel dengan larutan lain.
dengan menggunakan capit kayu atau capit
Bahan-bahan yang digunakan antara
tabung reaksi sampel dipanaskan selama 3
lain: NH3, NaOH, H2SO4, CH3COOH yang
menit, lalu angkat sampel setelahnya
digunakan sebagai perlakuan terhadap sampel,
telur ayam mentah, ikan (daging dan kulit) 16. Letakkan sampel ke rak tabung reaksi
digunakan sebagai sampel yang akan diuji;
pereaksi ninhidrin digunakan sebagai pereaksi 17. Lalu ukur pH pada setiap sampel setelah
pada sampel sesuai perlakuan dipanaskan
Dengan prosedur sebagai berikut:
1. Siapkan ikan segar dengan menyayat ikan 18. Lalu tambahkan pereaksi ninhidrin
dengan pisau dan pisahkan daging dan sebanyak 5 tetes ke setiap sampel
kulitnya 3. Hasil dan Pembahasan
Tabel 1. Hasil Pengamatan

N Sampel pH awal Pereaksi pH akhir Perlakuan Hasil akhir Pengamatan


o
1 Daging 6 NaOH 10 +++ Sangat
ikan NH3 8 +++ lembek
H2SO4 3 ++
CHOOH 3 +++
2 Kulit 7 NaOH 11 +++ Mudah
ikan NH3 5 Diberi 5 +++ hancur
H2SO4 1 tetes ++
CHOOH 2 Ninhidrin +++
3 Telur 8 NaOH 10 +++ Menggumpal
ayam NH3 9 ++++
H2SO4 1 -
CHOOH 2 +

Berdasarkan Tabel 1 hasil pengamatan (menggumpal).


yang telah dilakukan, sampel diuji adalah daging Setelah dipanaskan sampel kemudian
ikan, kulit ikan dan telur ayam. Dengan menguji diberi ninhidrin. Reagen ninhidrin berguna untuk
sampel menggunakan asam kuat dan lemah beserta mendeteksi asam amino dan menetapkan
basa kuat dan lemah. Asam kuat yang digunakan konsentrasinya dalam larutan. Sampel yang
adalah H2SO4, asam lemah yang digunakan adalah ditambahkan ninhidrin membentuk senyawa
CH3COOH, basa kuat yang digunakan adalah aldehid yang disertai pembebasan CO2 dan NH3.
NaOH, sedangkan basa lemah yang digunakan Dalam perlakuan akan terlihat adanya perubahan
adalah NH3. Beberapa karakteristik protein telur saat ditambahkan larutan asam, basa, ataupun
mentah antara lain bersifat racun baik untuk hewan ninhidrin akan terjadinya sifat denaturasi dan
maupun manusia seperti avidin, flavoprotein dan koagulasi.
sebagainya. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan Dengan perlakuan yang ditambahkan asam
pemanasan supaya daya racunnya sirna (S. Emma, lemah, ditambahkan basa lemah, dan dipanaskan.
2005). Pada penambahan asam lemah mengakibatkan pH
Berdasarkan hasil yang diperoleh, telah telur menurun, bergumpal dan terdapat endapan.
diketahui mengenai sifat-sifat protein setelah asam yang sedikit Karena asam lemah
diberikan beberapa perlakuan. Perlakuan tersebut menghasilkan ion yang ada dalam larutannya
diantaranya adalah ditambahkan asam kuat, (hanya terionisasi sebagian), karena sampel masih
ditambahkan basa kuat, dan dipanaskan. ada sedikit cairan didalamnya. Hal ini terjadi karena
Pada tabel, menunjukkan hasil tentang sifat protein yang koagulan amfoter.
sifat amfoter pada protein yang ada pada telur. Sampel daging ikan yang ditambahkan
Telur mempunyai pH awal 8 Pemberian 3 ml asam lemah, asam kuat dan basa lemah, basa
H2SO4 mengakibatkan pH telur menurun. Setelah kuat akan mengalami perubahan menjadi lunak
diberi perlakuan pemanasan, timbul dan putih memucat. Setelah dipanaskan akan
penggumpalan yang berwarna kuning. Ini
ada gumpalan. Hal ini menandakan bahwa
mengakibatkan terjadinya denaturasi protein yang
menyebabkan protein mengalami sifat koagulasi daging yang dipanaskan mengalami koagulasi
(menggumpal). dan denaturasi dimana daging menjadi yang
Sedangkan pemberian 3 mL NaOH lunak dan ada gumpalan. Koagulasi timbul
mengakibatkan pH telur meningkat, NaOH yang karena adanya penarikan mantel air dari
bersifat basa dilakukan mengakibatkan molekul-molekul protein, dan dapat terjadi
terbuktikannya adanya ikatan peptida pada protein karena enzim yang dapat menghidrolisis
karena larutan tersebut akan bereaksi dengan protein tersebut. Denaturasi ini ditandai dengan
polipeptida. Selain itu larutan NaOH adanya perubahan tekstur daging yang
mengakibatkan terjadinya koagulasi dan larut, ini sebelumnya keras menjadi lunak dan pH
terjadi karena NaOH memiliki sifat panas dan
berubah. Saat ditambahkan dengan ninhidrin,
merupakan zat kimia yang memiliki konstanta di
elektrolit yang tinggi yang mengakibatkan daging mengalami penggumpalan (koagulasi).
kerusakan pada protein telur. Kelarutan protein Kulit ikan ditambahkan dengan asam
akan berkurang bila ke dalam larutan protein dan basa kuat, serta asam dan basa lemah
ditambahkan garam-garam anorganik seperti mengalami perubahan menjadi warna
oksida, sulfat, karbonat, dan para halida, akibatnya kekuningan, hal ini karena pengaruh dari sifat
protein akan terpisah sebagai endapan. Peristiwa asam dan basa terhadap kulit. Setelah
pemisahan protein ini disebut salting out. Setelah dipanaskan, kulit menjadi hancur karena terjadi
dipanaskan sampel terjadi denaturasi yang proses denaturasi. Selain itu, tidak terjadi
mengakibatkan ikatan peptida rusak yang ditandai koagulasi tetapi hanya saja ada pemisahan
dengan adanya endapan menjadi koagulasi
antara cairan dan sampel kulit ikan. Setelah itu
ditambahkan ninhidrin, kulit menjadi hancur
dan cairan berubah warna menjadi agak
kemerahan.

4. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah
dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa, protein
dapat terdenaturasi dan terkoagulasi karena
penambahan asam dan basa ataupun karena
dipanaskan. Denaturasi terjadi akibat perubahan
struktur protein yang menyebabkan pemutusan
lipatan antara asam amino dan struktur primer
protein. Selain itu penambahan basa pada
protein membuktikan adanya ikatan peptida
pada protein karena larutan tersebut akan
bereaksi dengan polipeptida. Koagulasi adalah
perubahan struktur protein akibat adanya
pemanasan dengan suhu yang tinggi. Koagulasi
ada yang bersifat amfoter dan reversible,
contohnya saja amfoter pada sampel putih telur.
Konfigurasi protein dapat berubah dengan
mengalami degrasi dimana dapat menghasilkan
molekul yang lebih sederhana dan hasil
sampingan. Pada semua sampel yang diuji
protein mengalami denaturasi dan koagulasi,
namun pada prosesnya ada yang berlangsung
secara cepat dan ada yang berlangsung secara
lambat.

Daftar Pustaka

Lehninger (1996). Dasar-dasar Biokimia. Jakarta:


Erlangga.

Hart, H (1987). Kimia Organik. alih bahasa:


Sumanir Ahmadi, Erlangga, Jakarta.

S, Emma Wirakusumah (2005). Menikmati Telur


Bergizi, Lezat, dan Ekonomis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

Putra, Surya Dicky (2013). Sifat Fisik Kimiawi


Protein. Dari:
https://www.academia.edu/6417381/perubahan_p
rotein_secara_fisik_maupun_kimiaw i (diakses
pada tanggal 31 Maret 2021).

Fuad (2014). Sifat Protein. Dari:


http://info.fuadshifu.com/laporan-sifat-sifat-
protein/ (diakses pada tanggal 31 Maret 2021).

Niam (2013). Sifat Kimia Protein. Dari:


http://niamts.blogspot.com/2013/06/sifat-
kimiaprotein-laporan-praktikum.html (diakses
pada tanggal 05 November 2014, pada pukul
20.40 WIB).

Purba, Imfrantoni (2012). Protein dan Asam


Amino. Dari:
http://imfranimfranpurba.blogspot.com/2013/01/p
rotein.html (diakses pada tanggal 31 Maret 2021)

Anda mungkin juga menyukai