“PUASA”
OLEH :
ANDANI VERLITA
132001022
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas
berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami bisa menyelesaikan sebuah karya tulis
dengan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Pelaksanaan
puasa dan hikmahnya bagi ummat islam”, yang menurut kami dapat memberikan manfaat
yang besar bagi kita semua.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat
kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca. Dengan ini kami mempersembahkan
makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah
ini sehingga dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................2
A. Hakekat Puasa................................................................................................2
B. Mengapa Allah Mewajibkan Puasa...............................................................4
C. Tujuan dan Fungsi Puasa...............................................................................5
D. Hikmah Puasa................................................................................................8
E. Makna Spiritual..............................................................................................9
F. Puasa dan Pembentukan Insan Berkarakter...................................................11
BAB III PENUTUP...................................................................................................15
A. Kesimpulan....................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Puasa merupakan amalan-amalan ibadah yang tidak hanya oleh umat
sekarang tetapi juga dijalankan pada masa umat-umat terdahulu.bagi orang yang
beriman ibadah puasa merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai takwa,
dan salah satu sebab untuk mendapatkan ampunan dosa-dosa, pelipatgandaan pahala
kebaikan,dan pengangkatan derajat. Allah telah menjadikan ibadah puasa khusus
untuk diri-Nya diantara amal-amal ibadah lainnya. Puasa difungsikan sebagai
benteng yang kukuh yang dapat menjaga manusia dari bujuk rayu setan. Dengan
puasa syahwat yang bersemayam dalam diri manusia akan terkekang sehingga
manusia tidak lagi menjadi budak nafsu tetapi manusia akan menjadi majikannya.
Allah memerintahkan puasa bukan tanpa sebab. Karena segala sesuatu yang
diciptakan tidaka ada yang sia-sia dan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya
pasti demi kebaikan hambanya. Kalau kita mengamati lebih lanjut ibadah puasa
mempunyai manfaat yang sangat besar karena puasa tidak hanya bermanfaat dari
segi rohani tetapi juga dalam segi lahiri. Barang siapa yang melakukannya dengan
ikhlas dan sesuai dengan aturan maka akan diberi ganjaran yang besar oleh allah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakekat puasa?
2. Mengapa Allah mewajibkan puasa?
3. Tujuan dan fungsi puasa?
4. Bagaimana hikmah puasa?
5. Bagaimana makna spiritual dalam puasa?
6. Bagaimana puasa dan pembentukan insan berkarakter?
C. Tujuan
Makalah ini disusun untuk memberikan pedoman bagi kita umat islam
dalam menjalankan ibadah khususnya ibadah puasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKEKAT PUASA
Shaum menurut bahasa yaitu alimsak (menahan diri), adapun pengertian
menurut syari' yaitu menahan diri dengan niat dari seluruh yang membatalkan puasa
seperti makan, minum dan bersetubuh mulai dari terbit fajar sampai dengan terbenam
matahari. (Anas ismail Abu Dzaud, 1996: 412) Namun, secara implisit dalam puasa
terdapat dua nilai yang menjadi parameter antara sah atau rusaknya puasa seseorang.
Pertama, Nilai Formal yaitu yang berlaku dalam perspektif ini puasa hanya
tinjau dari segi menahan lapar, haus dan birahi. Maka menurut nilai ini, seseorang
telah dikatakan berpuasa apabila dia tidak makan, minum dan melakukan hubungan
seksual mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Padahal Rasulullah SAW
telah memberikan warning terhadap umat muslim melalui sebuah haditnya yang
berbunyi :
"Banyak orang yang puasa mereka tidak mendapatkan apa-apa melainkan hanya rasa
lapar dan haus saja". H.R. bukhari. Dari hadits tersebut kita dapat mengetahui bahwa
hakekat atau esensi puasa tidak hanya menahan rasa lapar, haus dan gairah birahi saja,
melainkan dalam puasa terkandung berbagai aturan, makna dan faedah yang mesti
diikut.
Kedua, Nilai Fungsional yaitu yang menjadi parameter sah atau rusaknya
puasa seseorang ditinjau dari segi fungsinya. Adapun fungsinya yaitu untuk
menjadikan manusia bertakwa (laa'lakum tattaqun). QS. Al-Baqarah 183. Kemudian
menurut nilai ini, puasa seseorang sah dan tidak rusak apabila orang tesebut dapat
mencapai kualitas ketakwaan terhadap Allah SWT.
Maka dari itu, hakekat puasa dalam pandangan Rasyid Ridha adalah
sebagaimana berikut ini:
1. Tarbiyat aliradat (pendidikan keinginan)
Keinginan atau kemauan merupakan fitrah manusia. Tapi acapkali kemauan
atau keinginan yang dimiliki manusia tidak selamanya baik dan tidak pula
selamanya buruk. Karena itu puasa dapat mendidik atau membimbing kemauan
manusia baik yang positif maupun yang negatif. Dengan puasa, kemauan positif
akan terus termotifasi untuk labih berkembang dan meningkat. Adapun kemauan
negatif, puasa akan membimbing dan mengarahkan agar kemauan tersebut tidak
terlaksana.
Adapun yang menyebabkan kamauan seseoarang ada yang positif dan yang
negatif, sesuai yang diungkapkan oleh Imam Al-Gazali bahwa di dalam diri
manusia terdapat sifat-sifat sebagaimana berikut ini:
a. Sifat Rububiyah, yaitu sifat yang mendorong untuk selalu berbuat baik.
b. Sifat Syaithoniyah, inilah sifat yang mendorong seseorang untuk berbuat
kesalahan dan kejahatan.
c. Sifat Bahimiyah (kehewanan), sesuai dengan istilah yang diberikan pada
manusia sebagai mahluk biologis.
d. Sifat Subuiyah, yaitu sifat kejam dan kezaliman yang terdapat dalam diri
manusia.
2. Thariqat almalaikat
Malaikat merupakan makhluk suci, yang selalu taat dan patuh terhadap segala
perintah Allah. Begitupun orang yang puasa ketaatannya merupakan suatu bukti
bahwa jiwanya tidak dikuasai oleh hawa nafsunya. Juga, orang puasa akan
mengalami iklim kesucian laksana seorang bayi yang baru lahir, jiwanya terbebas
dari setiap dosa dan kesalahan.
Inilah janji Allah yang akan diberikan untuk orang yang berpuasa dan
melaksanakan setiap amalan ibadah pada bulan ramadhan.
3. Tarbiyat alilahiyyat (pendidikan ketuhanan)
Puasa merupakan sistem pendidikan Allah SWT dalam rangka mendidik atau
membimbing manusia. Sistem pendidikan ini mengandung dua fungsi yaitu:
a. Sebagai sistem yang pasti untuk mendidik manusia supaya menjadi hamba
tuhan yang taat dan patuh.
b. Sebagai suatu sistem yang dapat mendidik sifat rubbubiyyah (ketuhanan)
manusia untuk dapat berbuat adil, sabar, pemaaf dan perbuatan baik lainnya.
4. Tazkiyat annafsi (penyucian jiwa)
Hakekat puasa yang keempat ini diungkapkan oleh Ibnu Qayim al Jauzi. Puasa
dapat menjadi sarana untuk membersihkan berbagai sifat buruk yang terdapat
dalam jiwa manusia. Adakalanya jiwa manusia akan kotor bahkan sampai berkarat
terbungkus oleh noda dan sikap keburukan yang terdapat didalamnya. Maka wajar
kalau puasa dapat menjadi penyuci jiwa.
B. MENGAPA ALLAH MEWAJIBKAN PUASA
Puasa telah dilakukan oleh umat-umat terdahulu. Hal ini seperti dinyatakan
dalam Al-Qur’an, kama kutiba 'alal ladzina min qablikum (Sebagaimana diwajibkan
atas (umat-umat) yang sebelum kamu).
َب َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون
َ ِصيَا ُم َك َما ُكت َ ِيَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكت
ِّ ب َعلَ ْي ُك ُم ال
Dalam hal ini, Muhammad Quraish Shihab dalam Wawasan Al-Qur’an: Tafsir
Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Mizan, 2000) menerangkan, manusia
memiliki kebebasan bertindak memilih dan memilah aktivitasnya, termasuk dalam
hal ini, makan, minum, dan berhubungan seks. Binatang—khususnya binatang-
binatang tertentu--tidak demikian. Nalurinya telah mengatur ketiga kebutuhan pokok
itu, sehingga--misalnya--ada waktu atau musim berhubungan seks bagi mereka. Itulah
hikmah Ilahi demi memelihara kelangsungan hidup binatang yang bersangkutan, dan
atau menghindarkannya dari kebinasaa.
Kebebasan manusia tidak demikian. Kebebasan yang dimilikinya bila tidak
terkendalikan dapat menghambat pelaksanaan fungsi dan peranan yang harus
diembannya. Kenyataan menunjukkan bahwa orang-orang yang memenuhi syahwat
perutnya melebihi kadar yang diperlukan, bukan saja menjadikannya tidak lagi
menikmati makanan atau minuman, tetapi juga menyita aktivitas lainnya kalau
enggan berkata menjadikannya lesu sepanjang hari
Syahwat seksual juga demikian. Semakin dipenuhi semakin haus bagaikan
penyakit eksim semakin digaruk semakin nyaman dan menuntut, tetapi tanpa disadari
menimbulkan borok. Potensi dan daya manusia--betapa pun besarnya--memiliki
keterbatasan, sehingga apabila aktivitasnya telah digunakan secara berlebihan ke arah
tertentu --arah pemenuhan kebutuhan fa’ali misalnya—maka arah yang lain, --mental
spiritual--akan terabaikan. Nah, di sinilah diperlukannya pengendalian. Sebagaimana
disinggung di atas, esensi puasa adalah menahan atau mengendalikan diri.
Pengendalian ini diperlukan oleh manusia, baik secara individu maupun kelompok.
Latihan dan pengendalian diri itulah esensi puasa.
Puasa dengan demikian dibutuhkan oleh semua manusia, kaya atau miskin,
pandai atau bodoh, untuk kepentingan pribadi atau masyarakat. Tidak heran jika
puasa telah dikenal oleh umat-umat sebelum umat Islam, sebagaimana diinformasikan
oleh Al-Qur’an.
Dari penjelasan ini, menurut Quraish Shihab, kita dapat melangkah untuk
menemukan salah satu jawaban tentang rahasia pemilihan bentuk redaksi pasif dalam
menetapkan kewajiban puasa. Kutiba 'alaikumush shiyama (diwajibkan atas kamu
puasa), tidak menyebut siapa yang mewajibkannya. Bisa saja dikatakan bahwa
pemilihan bentuk redaksi tersebut disebabkan karena yang mewajibkannya
sedemikian jelas dalam hal ini adalah Allah SWT. Tetapi boleh jadi juga untuk
mengisyaratkan bahwa seandainya pun bukan Allah yang mewajibkan puasa, maka
manusia yang menyadari manfaat puasa, dan akan mewajibkannya atas dirinya
sendiri.
D. HIKMAH PUASA
Puasa memiliki hikmah yang sangat besar terhadap manusia, baik terhadap
individu maupun social, terhadap ruhani maupun jasmani. Terhadap ruhani, puasa
juga berfungsi mendidik dan melatih manusia agar terbiasa mengendalikan hawa
nafsu yang ada dalam diri setiap individu. Puasa juga mampu melatih kepekaan dan
kepedulian social manusia dengan merasakan langsung rasa lapar yang sering di
derita oleh orang miskin dan di tuntunkan untuk membantu mereka dengan
memperbanyak shadaqah.
Sedangkan terhadap jasmani, puasa bisa mempertinggi kekuatan dan
ketahanan jasmani kita, karena pertama, umumnya penyakit bersumber dari
makanan, dan kedua, sebenarnya Allah SWT menciptakan makhluq-Nya termasuk
manusia sudah ada kadarnya. Allah memberikan kelebihan demikian pula
keterbatasan pada manusia, termasuk keterbatasan pada soal kadar makan-
minumnya.
Berikut ini hikmah yang kita dapatkan setelah berjuang seharian sacara umum:
1. Bulan Ramadhan bulan melatih diri untuk disiplin waktu. Dalam tiga puluh hari
kita dilatih disiplin bagai tentara, waktu bangun kita bangun, waktu makan kita
makan, waktu menahan kita sholat, waktu berbuka kita berbuka, waktu sholat
tarawih, iktikaf, baca qur’an kita lakukan sesuai waktunya. Bukankah itu disiplin
waktu namanya? Ya kita dilatih dengan sangat disiplin, kecuali orang tidak mau
ikut latihan ini.
2. Bulan Ramadhan bulan yang menunjukkan pada manusia untuk seimbang
dalam hidup. Di bulan Ramadhan kita bersemangat untuk menambah amal-
amal ibadah, dan amal-amal sunat.
3. Bulan Ramadhan adalah bulan yang mengajarkan Manusia akan pentingnya
arti persaudaraan, dan silaturahmi.
4. Bulan Ramadhan mengajarkan agar peduli pada orang lain yang lemah.
5. Bulan Ramadhan mengajarkan akan adanya tujuan setiap perbuatan dalam
kehidupan.
6. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita hidup ini harus selalu mempunyai
nilai ibadah. Setiap langkah kaki menuju masjid ibadah, menolong orang
ibadah, berbuat adil pada manusia ibadah, tersenyum pada saudara ibadah,
membuang duri di jalan ibadah, sampai tidurnya orang puasa ibadah, sehingga
segala sesuatu dapat dijadikan ibadah. Sehingga kita terbiasa hidup dalam
ibadah. Artinya semua dapat bernilai ibadah.
7. Bulan Ramadhan melatih diri kita untuk selalu berhati-hati dalam setiap
perbuatan, terutama yang mengandung dosa.
8. Bulan Ramadhan melatih kita untuk selalu tabah dalam berbagai halangan dan
rintangan.
9. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan arti hidup hemat dan
sederhana.
10. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan pentingnya rasa syukur kita,
atas nikmat-nikmat yang diberikan pada kita.
Dan masih banyak lagi manfaat atau hikmah puasa yang lain baik di dalam
bidang kesehatan dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Puasa adalah salah satu rukun islam, maka dari itu wajiblah bagi kita untuk
melaksanakan puasa dengan ikhlas tanpa paksaan dan mengharap imbalan dari orang
lain. Jika kita berpuasa dengan niat agar mendapat imbalan atau pujian dari orang
lain, maka puasa kita tidak ada artinya. Maksudnya ialah kita hanya mendapatkan rasa
lapar dan haus dan tidak mendapat pahala dari apa yang telah kita kerjakan. Puasa ini
hukumnya wajib bagi seluruh ummat islam sebagaimana telah diwajibkan kepada
orang-orang sebelum kita. Sebagaimana firman Allah swt yang artinya: “Wahai
orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”(Q.S Al-Baqarah)
Berpuasalah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah dibuat oleh Allah swt.
Allah telah memberikan kita banyak kemudahan(keringanan) untuk mengerjakan
ibadah puasa ini, jadi jika kita berpuasa sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah
kami sebutkan diatas, kita sendiri akan merasakan betapa indahnya berpuasa dan
betapa banyak faidah dan manfaat yang kita dapatkan dari berpuasa ini.
B. SARAN
Maka dari itu saudara-saudari kami sekalian, janganlah sesekali meninggalkan
puasa, karena puasa ini mempunyai banyak nilai ibadah. Mulai dari langkah, tidur dan
apapun pekerjaan orang yang berpuasa itu adalah ibadah
DAFTAR PUSTAKA
https://mardianaharahap26.wordpress.com/2013/04/02/makalah-tentang-puasa/
http://hanisitinurjanah.blogspot.co.id/2015/02/makalah-puasa-wajib-dan-puasa-
sunnah.html
http://www.bmttarunasejahtera.com/2013/10/makalah-puasa.html
http://banjirembun.blogspot.co.id/2012/07/puasa-sebagai-pembentuk-karakter.html
http://shodika.blogspot.co.id/2012/12/pengaruh-puasa-sunnah-terhadap.html
http://endro.staff.umy.ac.id/?p=44
http://www.arrahmah.com/kajian-islam/ini-takaran-bayar-fidyah-menurut-quran-dan-
sunnah.html