Anda di halaman 1dari 18

AIK II (IBADAH, AKHLAH, DAN MUAMALAH)

“PUASA”

Dosen Pengampu : Drs. H. Mahmud Bunarfa, M.Si

OLEH :
ANDANI VERLITA
132001022

PRODI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
BAUBAU
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas
berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami bisa menyelesaikan sebuah karya tulis
dengan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Pelaksanaan
puasa dan hikmahnya bagi ummat islam”, yang menurut kami dapat memberikan manfaat
yang besar bagi kita semua.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat
kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca. Dengan ini kami mempersembahkan
makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah
ini sehingga dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Semoga makalah ini bermanfaat. Amin

Baubau, 26 April 2021

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................2
A. Hakekat Puasa................................................................................................2
B. Mengapa Allah Mewajibkan Puasa...............................................................4
C. Tujuan dan Fungsi Puasa...............................................................................5
D. Hikmah Puasa................................................................................................8
E. Makna Spiritual..............................................................................................9
F. Puasa dan Pembentukan Insan Berkarakter...................................................11
BAB III PENUTUP...................................................................................................15
A. Kesimpulan....................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Puasa merupakan amalan-amalan ibadah yang tidak hanya oleh umat
sekarang tetapi juga dijalankan pada masa umat-umat terdahulu.bagi orang yang
beriman ibadah puasa merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai takwa,
dan salah satu sebab untuk mendapatkan ampunan dosa-dosa, pelipatgandaan pahala
kebaikan,dan pengangkatan derajat. Allah telah menjadikan ibadah puasa khusus
untuk diri-Nya diantara amal-amal ibadah lainnya. Puasa difungsikan sebagai
benteng yang kukuh yang dapat menjaga manusia dari bujuk rayu setan. Dengan
puasa syahwat yang bersemayam dalam diri manusia akan terkekang sehingga
manusia tidak lagi menjadi budak nafsu tetapi manusia akan menjadi majikannya.
Allah memerintahkan puasa bukan tanpa sebab. Karena segala sesuatu yang
diciptakan tidaka ada yang sia-sia dan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya
pasti demi kebaikan hambanya. Kalau kita mengamati lebih lanjut ibadah puasa
mempunyai manfaat yang sangat besar karena puasa tidak hanya bermanfaat dari
segi rohani tetapi juga dalam segi lahiri. Barang siapa yang melakukannya dengan
ikhlas dan sesuai dengan aturan maka akan diberi ganjaran yang besar oleh allah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakekat puasa?
2. Mengapa Allah mewajibkan puasa?
3. Tujuan dan fungsi puasa?
4. Bagaimana hikmah puasa?
5. Bagaimana makna spiritual dalam puasa?
6. Bagaimana puasa dan pembentukan insan berkarakter?

C. Tujuan
Makalah ini disusun untuk memberikan pedoman bagi kita umat islam
dalam menjalankan ibadah khususnya ibadah puasa.

BAB II
PEMBAHASAN

A. HAKEKAT PUASA
Shaum menurut bahasa yaitu alimsak (menahan diri), adapun pengertian
menurut syari' yaitu menahan diri dengan niat dari seluruh yang membatalkan puasa
seperti makan, minum dan bersetubuh mulai dari terbit fajar sampai dengan terbenam
matahari. (Anas ismail Abu Dzaud, 1996: 412) Namun, secara implisit dalam puasa
terdapat dua nilai yang menjadi parameter antara sah atau rusaknya puasa seseorang.
Pertama, Nilai Formal yaitu yang berlaku dalam perspektif ini puasa hanya
tinjau dari segi menahan lapar, haus dan birahi. Maka menurut nilai ini, seseorang
telah dikatakan berpuasa apabila dia tidak makan, minum dan melakukan hubungan
seksual mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Padahal Rasulullah SAW
telah memberikan warning terhadap umat muslim melalui sebuah haditnya yang
berbunyi :
"Banyak orang yang puasa mereka tidak mendapatkan apa-apa melainkan hanya rasa
lapar dan haus saja". H.R. bukhari. Dari hadits tersebut kita dapat mengetahui bahwa
hakekat atau esensi puasa tidak hanya menahan rasa lapar, haus dan gairah birahi saja,
melainkan dalam puasa terkandung berbagai aturan, makna dan faedah yang mesti
diikut.
Kedua, Nilai Fungsional yaitu yang menjadi parameter sah atau rusaknya
puasa seseorang ditinjau dari segi fungsinya. Adapun fungsinya yaitu untuk
menjadikan manusia bertakwa (laa'lakum tattaqun). QS. Al-Baqarah 183. Kemudian
menurut nilai ini, puasa seseorang sah dan tidak rusak apabila orang tesebut dapat
mencapai kualitas ketakwaan terhadap Allah SWT.

Maka dari itu, hakekat puasa dalam pandangan Rasyid Ridha adalah
sebagaimana berikut ini:
1. Tarbiyat aliradat (pendidikan keinginan)
Keinginan atau kemauan merupakan fitrah manusia. Tapi acapkali kemauan
atau keinginan yang dimiliki manusia tidak selamanya baik dan tidak pula
selamanya buruk. Karena itu puasa dapat mendidik atau membimbing kemauan
manusia baik yang positif maupun yang negatif. Dengan puasa, kemauan positif
akan terus termotifasi untuk labih berkembang dan meningkat. Adapun kemauan
negatif, puasa akan membimbing dan mengarahkan agar kemauan tersebut tidak
terlaksana.
Adapun yang menyebabkan kamauan seseoarang ada yang positif dan yang
negatif, sesuai yang diungkapkan oleh Imam Al-Gazali bahwa di dalam diri
manusia terdapat sifat-sifat sebagaimana berikut ini:
a. Sifat Rububiyah, yaitu sifat yang mendorong untuk selalu berbuat baik.
b. Sifat Syaithoniyah, inilah sifat yang mendorong seseorang untuk berbuat
kesalahan dan kejahatan.
c. Sifat Bahimiyah (kehewanan), sesuai dengan istilah yang diberikan pada
manusia sebagai mahluk biologis.
d. Sifat Subuiyah, yaitu sifat kejam dan kezaliman yang terdapat dalam diri
manusia.
2. Thariqat almalaikat
Malaikat merupakan makhluk suci, yang selalu taat dan patuh terhadap segala
perintah Allah. Begitupun orang yang puasa ketaatannya merupakan suatu bukti
bahwa jiwanya tidak dikuasai oleh hawa nafsunya. Juga, orang puasa akan
mengalami iklim kesucian laksana seorang bayi yang baru lahir, jiwanya terbebas
dari setiap dosa dan kesalahan.
Inilah janji Allah yang akan diberikan untuk orang yang berpuasa dan
melaksanakan setiap amalan ibadah pada bulan ramadhan.
3. Tarbiyat alilahiyyat (pendidikan ketuhanan)
Puasa merupakan sistem pendidikan Allah SWT dalam rangka mendidik atau
membimbing manusia. Sistem pendidikan ini mengandung dua fungsi yaitu:
a. Sebagai sistem yang pasti untuk mendidik manusia supaya menjadi hamba
tuhan yang taat dan patuh.
b. Sebagai suatu sistem yang dapat mendidik sifat rubbubiyyah (ketuhanan)
manusia untuk dapat berbuat adil, sabar, pemaaf dan perbuatan baik lainnya.
4. Tazkiyat annafsi (penyucian jiwa)
Hakekat puasa yang keempat ini diungkapkan oleh Ibnu Qayim al Jauzi. Puasa
dapat menjadi sarana untuk membersihkan berbagai sifat buruk yang terdapat
dalam jiwa manusia. Adakalanya jiwa manusia akan kotor bahkan sampai berkarat
terbungkus oleh noda dan sikap keburukan yang terdapat didalamnya. Maka wajar
kalau puasa dapat menjadi penyuci jiwa.
B. MENGAPA ALLAH MEWAJIBKAN PUASA
Puasa telah dilakukan oleh umat-umat terdahulu. Hal ini seperti dinyatakan
dalam Al-Qur’an, kama kutiba 'alal ladzina min qablikum (Sebagaimana diwajibkan
atas (umat-umat) yang  sebelum kamu).
َ‫ب َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬
َ ِ‫صيَا ُم َك َما ُكت‬ َ ِ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكت‬
ِّ ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ال‬
Dalam hal ini, Muhammad Quraish Shihab dalam Wawasan Al-Qur’an: Tafsir
Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Mizan, 2000) menerangkan, manusia
memiliki kebebasan bertindak memilih dan memilah aktivitasnya, termasuk dalam
hal  ini, makan, minum, dan berhubungan seks. Binatang—khususnya binatang-
binatang tertentu--tidak demikian. Nalurinya  telah mengatur ketiga kebutuhan pokok
itu, sehingga--misalnya--ada waktu atau musim berhubungan seks bagi mereka. Itulah
hikmah Ilahi demi memelihara kelangsungan hidup binatang yang bersangkutan, dan
atau menghindarkannya dari kebinasaa.
Kebebasan manusia tidak demikian. Kebebasan yang dimilikinya bila tidak
terkendalikan dapat menghambat pelaksanaan fungsi dan peranan yang harus
diembannya.   Kenyataan menunjukkan bahwa orang-orang yang memenuhi syahwat
perutnya melebihi kadar yang diperlukan, bukan saja menjadikannya tidak lagi
menikmati makanan atau minuman, tetapi juga menyita aktivitas lainnya kalau
enggan berkata menjadikannya lesu sepanjang hari
Syahwat seksual juga demikian. Semakin dipenuhi semakin haus bagaikan
penyakit eksim semakin digaruk semakin nyaman dan menuntut, tetapi tanpa disadari
menimbulkan borok. Potensi dan daya  manusia--betapa pun besarnya--memiliki
keterbatasan, sehingga apabila aktivitasnya telah digunakan secara berlebihan ke arah
tertentu --arah pemenuhan kebutuhan fa’ali misalnya—maka arah yang lain, --mental
spiritual--akan terabaikan. Nah, di sinilah diperlukannya pengendalian. Sebagaimana
disinggung di atas, esensi puasa adalah menahan atau mengendalikan diri.
Pengendalian ini diperlukan oleh manusia, baik secara individu maupun kelompok.
Latihan dan pengendalian diri itulah esensi puasa.
Puasa dengan demikian dibutuhkan oleh semua manusia, kaya atau miskin,
pandai atau bodoh, untuk kepentingan pribadi atau masyarakat. Tidak heran jika
puasa telah dikenal oleh umat-umat sebelum umat Islam, sebagaimana diinformasikan
oleh Al-Qur’an.
Dari penjelasan ini, menurut Quraish Shihab, kita dapat melangkah untuk
menemukan salah satu jawaban tentang rahasia pemilihan bentuk redaksi pasif dalam
menetapkan kewajiban puasa. Kutiba 'alaikumush shiyama (diwajibkan atas kamu
puasa), tidak menyebut siapa yang mewajibkannya. Bisa saja dikatakan bahwa
pemilihan bentuk redaksi tersebut disebabkan karena yang mewajibkannya
sedemikian jelas dalam hal ini adalah Allah SWT. Tetapi boleh jadi juga untuk
mengisyaratkan bahwa seandainya pun bukan Allah yang mewajibkan puasa, maka
manusia yang menyadari manfaat puasa, dan akan mewajibkannya atas dirinya
sendiri.

C. TUJUAN DAN FUNGSI PUASA


 Tujuan puasa
1. Meraih taqwa.
Tujuan ini seperti yang tercantum dalam QS. AL Baqarah ayat 183,
yang berbunyi sebagai berikut :
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa". Taqwa bisa
didapatkan seorang muslim, apabila ibadah puasa dijalankan tidak hanya
menahan lapar dan nafsu saja, tetapi juga disertai dengan perilaku yang baik.
Dalam hal ini Rasulullah pernah bersabda dalam Hadist Riwayat
Bukhari :
"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan keji, maka Allah tidak
mempunyai keperluan apa pun kepada hamba-Nya untuk meninggalkan
makan dan minumnya".
2. Menahan Diri
Menahan diri yang dimaksud adalah menahan diri dalam hal apapun.
Baik menahan diri dalam perkataan, perbuatan, juga nafsu. Menahan diri
dalam perkataan, bisa berupa menahan lisan dari perkataan buruk yang dapat
melukai perasaaan orang lain, sekalipun kita mendapatkan ancaman dan
makian dari orang tersebut. Dalam masalah ini, kita bisa tetap menahan diri
sambil berkata, "saya sedang menjalankan ibadah puasa.
Begitu pula dengan menahan diri dalam perbuatan. Puasa bisa
membantu kita untuk menahan diri dari keinginan perbuatan atau perilaku
buruk yang merugikan orang lain. Bukan hanya itu, puasa juga mendukung
kita untuk menhan segala nafsu yang ada.
3. Introspeksi diri.
Dikatakan, ibadah puasa di bulan Ramadan dapat mengajarkan umat
muslim untuk introspeksi diri, tenggang rasa juga menahan amarah dan emosi.
Bahkan, menurut Toni Ervianto, alumnus pascasarjana Kajian Strategik
Intelijen, Universitas Indonesia, ibadah puasa merupakan perpaduan alat ukur
yang sempurna untuk mengetahui seberapa besar "intellectual quotion,
emotional quotion dan spiritual quotion" manusia dalam menghadapi hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang plural dengan dinamika
perkembangannya yang bergerak cepat.
Dengan beberapa tujuan tersebut, umat muslim akan mendapatkan
berbagai kebaikan dan manfaat dari ibadah puasa yang dijalankan saat bulan
Ramadan. Berikut beberapa manfaat puasa Ramadan yang bisa didapatkan
 Fungsi Puasa
1. Meninggikan derajat
"Ketika Ramadan tiba, dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-
pintu neraka dan setan pun dibelenggu." (HR Imam Muslim)
Dari hadis tersebut dapat dipahami bahwa ibadah puasa menjadi salah satu
amalan baik yang bisa dilakukan saat bulan Ramadan untuk mendapatkan
berkah darinya. Puasa juga menjadi amalan yang membantu manusia
mendapatkan pintu surga danridho dari Allah SWT.
2. Menghapus dosa
Hal ini didasarkan dari Hadis Riwayat Imam Bukhari dan Imam
Muslim, bahwa Rasulullah pernah bersabda :
"Barangsiapa yang berpuasa Ramadan karena iman dan mengharapkan pahala,
maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu."
Dari hadis tersebut, dipahami bahwa manusia diperkenankan
mengharap pahala dan ampunan yang diberikan Allah SWT di bulan
Ramadan. Mengharapkan pahala atau imbalan kepada Allah merupakan
bentuk penyerahan diri dan menyatakan bahwa kita hanyalah makhluk Tuhan
dengan segala kelemahan dan keterbatasan.
3. Membagi sedekah
Dalam pandangan Imam Izzuddin al-Sulami, puasa dapat membuat
manusia memperbanyak sedekah. Beliau mengatakan :
"Karena sesungguhnya orang berpuasa ketika dia merasakan lapar, dia
mengingat rasa lapar itu. Hal itulah yang memberikan dorongan kepadanya
untuk memberi makan pada orang yang lapar."
Dari hal tersebut, sudah jelas terlihat bahwa puasa bisa memberikan
kesempatan bagi kita untuk berempati dengan sesama. Rasa lapar yang dilalui
saat menjalankan ibadah puasa bisa menjadi pengalaman dan refleksi diri
bahwa masih banyak saudara-saudara di luar sana yang terpaksa menahan
lapar karena segala keterbatasan yang dimiliki.
4. Mensyukuri kenikmatan yang tersembunyi
Puasa juga memberikan kesempatan bagi umat muslim untuk
mensyukuri kenikmatan yang tersembunyi. Manusia memang sering lalai atas
nikmat yang selalu diberikan Tuhan di setiap harinya. Seperti nikmat
bernapas, udara yang bersih, kecukupan makan dan minum, juga kebahagiaan.
Menurut Imam Izzuddin al-Sulami, puasa dapat mengembalikan
ingatan itu dan membuat mereka mensyukurinya. Beliau berkata:
"Ketika berpuasa, manusia menjadi tahu nikmat Allah kepadanya berupa
kenyang dan terpenuhinya rasa haus. Karena itu mereka bersyukur. Sebab,
kenikmatan tidak diketahui kadar/nilainya tanpa melalui hilangnya rasa nikmat
itu (terlebih dahulu)."
5. Terhindar dari maksiat
Dalam pandangan Imam Izzuddin, orang yang kenyang memiliki
kecenderungan lebih untuk bermaksiat. Namun, dalam kondisi lapar dan haus
saat berpuasa, fokusnya lebih pada mencari makanan dan minuman, sehingga
mengurangi keinginannya berbuat jahat.
Ketika dia hendak melakukan sesuatu, seketika teringat bahwa kita
sedang berpuasa, dengan begitu segala tindakan atau perbuatan buruk yang
hendak dilakukan akan dipikirkan kembali sebelum dilakukan.

D. HIKMAH PUASA
Puasa memiliki hikmah yang sangat besar terhadap manusia, baik terhadap
individu maupun social, terhadap ruhani maupun jasmani. Terhadap ruhani, puasa
juga berfungsi mendidik dan melatih manusia agar terbiasa mengendalikan hawa
nafsu yang ada dalam diri setiap individu. Puasa juga mampu melatih kepekaan dan
kepedulian social manusia dengan merasakan langsung rasa lapar yang sering di
derita oleh orang miskin dan di tuntunkan untuk membantu mereka dengan
memperbanyak shadaqah.
Sedangkan terhadap jasmani, puasa bisa mempertinggi kekuatan dan
ketahanan jasmani kita, karena pertama, umumnya penyakit bersumber dari
makanan, dan kedua, sebenarnya Allah SWT menciptakan makhluq-Nya termasuk
manusia sudah ada kadarnya. Allah memberikan kelebihan demikian pula
keterbatasan pada manusia, termasuk keterbatasan pada soal kadar makan-
minumnya.
Berikut ini hikmah yang kita dapatkan setelah berjuang seharian sacara umum:
1. Bulan Ramadhan bulan melatih diri untuk disiplin waktu. Dalam tiga puluh hari
kita dilatih disiplin bagai tentara, waktu bangun kita bangun, waktu makan kita
makan, waktu menahan kita sholat, waktu berbuka kita berbuka, waktu sholat
tarawih, iktikaf, baca qur’an kita lakukan sesuai waktunya. Bukankah itu disiplin
waktu namanya? Ya kita dilatih dengan sangat disiplin, kecuali orang tidak mau
ikut latihan ini.
2. Bulan Ramadhan bulan yang menunjukkan pada manusia untuk seimbang
dalam hidup. Di bulan Ramadhan kita bersemangat untuk menambah amal-
amal ibadah, dan amal-amal sunat.
3. Bulan Ramadhan adalah bulan yang mengajarkan Manusia akan pentingnya
arti persaudaraan, dan silaturahmi.
4. Bulan Ramadhan mengajarkan agar peduli pada orang lain yang lemah.
5. Bulan Ramadhan mengajarkan akan adanya tujuan setiap perbuatan dalam
kehidupan.
6. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita hidup ini harus selalu mempunyai
nilai ibadah. Setiap langkah kaki menuju masjid ibadah, menolong orang
ibadah, berbuat adil pada manusia ibadah, tersenyum pada saudara ibadah,
membuang duri di jalan ibadah, sampai tidurnya orang puasa ibadah, sehingga
segala sesuatu dapat dijadikan ibadah. Sehingga kita terbiasa hidup dalam
ibadah. Artinya semua dapat bernilai ibadah.
7. Bulan Ramadhan melatih diri kita untuk selalu berhati-hati dalam setiap
perbuatan, terutama yang mengandung dosa.

8. Bulan Ramadhan melatih kita untuk selalu tabah dalam berbagai halangan dan
rintangan.
9. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan arti hidup hemat dan
sederhana.
10. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan pentingnya rasa syukur kita,
atas nikmat-nikmat yang diberikan pada kita.
Dan masih banyak lagi manfaat atau hikmah puasa yang lain baik di dalam
bidang kesehatan dan lain-lain.

E. MAKNA SPIRITUAL PUASA


Puasa banyak mengandung banyak hikmah bagi yang melakukan sesuai dengan
aturan. Dalam hal ini penulis akan mencoba mengupas persoalan puasa dari sisi
hikmah puasa dalam kajian nilai spiritual.
Nilai spiritual adalah nilai ketuhanan yang terkandung dalam ibadah sebagai
jalan menghubungkan manusia dengan Tuhannya. Rasa terima kasih yang dimaksud
di sini bisa dikatakan sebagai suatu bentuk rasa syukur menusia kepada Tuhannya atas
segala nikmat yang telah banyak diberikan dan tidak terhitung jumlahnya. Rasa terima
kasih tersebut dibuktikan dengan cara melaksanakan puasa.
Puasa yang dilakukan sekaligus sebagai ajang untuk dapat menjadikan manusia
supaya lebih bertakwa, atau suatu cara berlatih untuk selalu dapat mengerjakan segala
apa yang diperintahkanNya dan mampu menjauhi segala laranganNya dengan jalan
melaksanakan puasa sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Allah dan bukan
aturan yang ditetapkan manusia.
Hal-hal yang terkait dengan segala aturan pada saat manusia melaksanakan
puasa, seperti diperbudak oleh makanan dan minuman, hubungan seks dan segala
perbuatan yang bersifat keji (mencuri, berdusta, menfitnah dan sebagainya), harus
dapat dijauhi dalam rangka memperoleh suatu kenikmatan yang lebih dari hal itu.
Yaitu kehidupan mulia dan baik di mata manusia lebih-lebih di mata Allah swt.
Dalam nilai spiritual puasa pun menepis sifat kebinatangan yang ada pada
manusia, yaitu sifat yang hanya bergairah kepada makan dan minum serta semisalnya.
Hal itu sebagai bentuk bagaimana Allah yang maha bijaksana mengajarkan
bagaimana cara mengemban amanat, tidak meninggalkan dan tidak melampui batas.
Hal lain, puasa bisa menjadi sebuah cara yang bagus untuk dapat melatih
manusia terutama yang beriman untuk dapat menahan diri dari yang hanya
memperturutkan nafsu belaka padahal hal itu tidak jauh berbeda seperti yang dimiliki
binatang. Untuk itu Allah memerintahkan manusia khususnya yang beriman untuk
mau melaksanakan puasa dalam rangka menjaga manusia dari segala perbuatan keji
yang hanya berbau sifat binatang tadi. Sehingga nantinya akan menjadi suatu alat
yang mudah untuk mengangkat derajat manusia untuk selalu di atas dibanding dengan
makhluk-makhluk yang lain, disebabkan manusia tersebut telah memiliki jiwa yang
baik.
Kejiwaan yang baik akan berpengaruh pada pelaksanaan ibadah, di mana
manusia tesebut akan lebih mudah ke arah kebaikan (sifat Malakut) daripada ke arah
kejelekan (sifat ke-binatang-an), disebabkan kebiasaan latihan kejiwaan pada saat
berpuasa. Dalam puasa, latihan kejiwaan dilakukan dengan cara, yaitu ketika pada
dini hari saat makan sahur, bagi keumuman merupakan pekerjaan yang berat.
Mungkin bukan makan sahurnya yang berat tetapi bangun pada saat sedang nyenyak-
nyenyaknya terlelap dalam buaian mimpi dan itulah menurut orang- orang yang
dirasakan berat.
Waktu siang manusia yang berpuasa tetap bisa bekerja meskipun dengan sedikit
rasa lapar dan dahaga. Sebab hal itu dilakukan semata-mata karena rasa ingin
mendekatkan Allah swt. Pendek kata, nilai spiritual orang yang berpuasa menjadikan
hubungan manusia dengan Allah terasa lebih akrab, hal itu menjadi bukti betapa
benarnya kata-kata Allah bahwa Ia lebih dekat dengan kita daripada urat leher kita.
Nilai spiritual faktual lain, ketika kehidupan zaman sekarang yang cenderung
membuat silau dan banyak dikuasai oleh materialisme (keduniaan) dari pada yang
bersifat keakhiratan. Maka dengan jalan berpuasa diharapkan orang akan lebih
bisa menghadapi kesenangan-kesenangan yang hanya akan membawa menuju
kemaksiatan. Dan akan lebih mudah memelihara, menjaga, lebih-lebih bisa memagari
dirinya dari segala godaan keduniawian yang menyesatkan.

F. PUASA DAN PEMBENTUKAN INSAN BERKARAKTER


Berbicara tentang puasa Ramadan tidak bisa lepas dari istilah ‘menahan’
karena puasa sendiri berasal dari kata imsak yang artinya menahan. Puasa
merupakan salah satu dari lima rukun Islam, yang mana puasa adalah rukun Islam ke
empat. Sedangkan makna karakter adalah tingkah laku dan pola fikir yang terjadi
secara alami, apa adanya, tanpa dibuat-buat, terjadi secara reflek, dan bukan
merupakan sandiwara. Lalu kenapa puasa bisa membentuk karakter? karakter adalah
perilaku alami yang berasal dari perfleksian jiwa (bawah sadar) dan karakter
merupakan hasil dari budaya, sedangkan budaya sendiri terlahir salah satunya karena
adanya tingkah laku ‘pembiasaan’. Sudah menjadi pengetahan umum bahwa pada
setiap bulan Ramadan terjadi pergeseran pembiasaan. Pergeseran ini terjadi karena
di dalam bulan puasa ada amalan-amalan ibadah tertentu yang dianjurkan bagi umat
Islam untuk dilaksanakan pada bulan puasa tersebut. Ibadah puasa khususnya di
Indonesia telah membentuk budaya baru masyarakat.
Sehingga tidaklah salah apabila bulan Ramadan disebut sebagai bulan pelatihan
(training) bagi umat Islam, dengan kata lain bulan Ramadan adalah Madrasah
(sekolah) untuk pembentukan karakter manusia. Pernyataan ini bukanlah omong
kosong belaka, namun dapat diuji dan diteliti kebenarannya. Puasa secara total dan
benar (tidak hanya menahan lapar dan dahaga saja) bisa mengkikis ‘karakter’ hewani
yang ada pada diri manusia. Lantas apakah pembiasaan positif yang dilakukan pada
bulan puasa bisa melahirkan karakter manusia yang terpuji? Jawabannya tentu bisa,
asal pembiasaan tersebut dilakukan secara konsisten (istiqomah) dan dengan cara
menilai datangnya bulan puasa bukanlah sebuah hal yang tak bermakna sama sekali
sehingga dilalui begitu saja tanpa ada pencarian makna, pedalaman, dan tindak lanjut
setelahnya.
Seperti Madrasah pada umumnya, pada Madrasah Ramadan ini juga memiliki
Kurikululum (muatan pelajaran/pesan kebaikan) yang tersirat dalam bentuk tata cara
berpuasa, serta berisi anjuran-anjuran, larangan-larangan, dan perintah- perintah yang
berasal dari Allah kepada manusia baik sebelum, ketika bulan puasa datang, dan
sesudahnya. Diantara ‘kurikulum; yang bermuatan karakter mulia (positif) pada
Madrasah Ramadan adalah bisa melahirkan manusia yang mampu dan terbiasa dalam:
1. Berhati-hati, Teliti, dan Waspada
Berhati-hati terhadap sesuatu hal yang bisa membatalkan puasa atau
mengurangi pahala puasa. Sehingga tidak menjadi manusia yang ceroboh,
reaksioner, dan mudah terprovokasi.
2. Muhasabah (Evaluasi Diri)
Salah satu anjuran dalam bulan puasa adalah melakukan iktikaf di Masjid.
Iktikaf tidak hanya berisi zikir dan doa, namun juga berisi muhasabah (sadar
diri dan sadar potensi), dan juga bisa berisi renungan-renungan lain, semisal
renungan untuk masa depan.
3. Rela Berkorban
Pengorbanan yang tidak menyakiti diri atau menyebabkan tidak baik bagi
diri sendiri, namun untuk memperoleh ganti dari Allah SWT. Dalam puasa umat
Islam dilatih tidak hanya mengorbankan diri dalam bentuk menahan makanan dan
minuman yang lezat pada siang hari, namun juga mengorbankan waktu dan tenaga
untuk iktikaf serta membaca (mengkaji) al Quran. Selain itu pengorbanan harta
untuk diberikan pada para dhuafa, dan guna memfasilitasi orang lain untuk
berbuka puasa.
4. Mampu Memanajemen Diri
Anjuran untuk berbuka di awal waktu dan sahur di akhir waktu merupakan
pembelajaran disiplin waktu. Seakan mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi
aktivitas sudah tercatat dalam fikiran setiap pribadi yang berpuasa, kegiatan apa
saja yang akan dilakukan tiap jamnya sudah tertanam. Termasuk di dalamnya
adalah juga mengendalikan diri (emosi) serta mengatur (menseting) otak untuk
melakukan hal-hal yang dianjurkan pada bulan puasa. Sehingga bisa menciptakan
etos kerja tinggi karena semua waktu, tenaga, dan fikiran sudah direncanakan
sejak awal agar tercapainya prinsip efektif dan efisien.
5. Berbuat Jujur
Ibadah puasa merupakan ibadah individu yang hanya pelaku dan Allah-lah yang
tahu apakah ia benar-benar puasa atau tidak. Jadi puasa adalah pendidikan bagi
manusia untuk berbuat jujur (tidak munafiq) pada diri sendiri, orang lain, dan
jujur pada Tuhannya.
6. Bertaqwa
Taqwa merupakan salah satu hasil yang diharapkan dari orang yang berpuasa,
taqwa dapat diartikan takut pada Allah, karena Allah adalah dari segala sesuatu
yang hanya wajib ditakuti sehingga dengan takut itu manusia akan taat pada
Allah. Salah satu ciri orang bertaqwa adalah menepati janji, sabar, menjalin
siraturrahim (persaudaraan), bersyukur, menjaga diri, kepedulian sosial,
mengendalikan diri (menahan amarah), pemaaf, berbuat kebaikan, bertaubat,
ikhlas, tawadu', penyayang, tanggung jawab, dan berperilaku adil.
7. Gaya Hidup Sederhana
Hidup sederhana bukan berarti tidak boleh menjadi orang kaya. Dengan hidup
sederhana manusia tidak akan terjebak pada pola hidup materialistik,
konsomerisme, dan cinta dunia secara berlebih.
8. Sikap Optimis
Sebelum bulan puasa datang umat Islam dianjurkan untuk menyambutnya
dengan penuh kegembiraan dan harapan. Bukan dengan kesedihan dan
menganggap datangnya bulan puasa sebagai beban atau ancaman (masalah).
Bulan Ramadan datang setiap tahunnya adalah sebagai solusi (sumbangan
keteguhan jiwa) bagi manusia yang menjalankannya. Datangnya bulan puasa
bukan merupakan sebuah masalah atau pil pahit (racun yang harus dihadapi).
Seharusnya puasa Ramadan menjadi tantangan bagi setiap orang. Sehingga kita
harus menyambut gembira tantangan berpuasa Ramadan tersebut. Dan tentu juga
harus dikejawantahkan dalam bentuk gembira menghadapi tantangan-tantangan
dalam hidup ini.
9. Tahan Uji (Cobaan)
Salah satu cobaan bagi orang yang mengerjakan ibadah puasa adalah ketika ada
orang lain yang meprovokasi, menyinggung perasaan, dan ada godaan-godaan lain
yang tidak sengaja untuk menggoda orang berpuasa, misalnya ada acara iklan
makanan dan minumanan, serta ketika kita melihat orang yang makan atau minum
di tempat umum.
10. Meneguhkan dalam Bersikap
Tegas dalam mengambil keputusan (konsisten, tidak plin-plan), siap
menghadapi resiko, serta berkomitmen menjalani keputusan yang telah menjadi
pilihan, yaitu memilih untuk tidak makan dan minum sehingga resiko yang
harus dihadapi adalah rasa lapar. Sebenarnya masih banyak sekali nilai-nilai
kebaikan yang terkandung secara tersirat dari bulan puasa serta manfaat bagi
pembentukan karakter ketika menjalani ibadah puasa.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Puasa adalah salah satu rukun islam, maka dari itu wajiblah bagi kita untuk
melaksanakan puasa dengan ikhlas tanpa paksaan dan mengharap imbalan dari orang
lain. Jika kita berpuasa dengan niat agar mendapat imbalan atau pujian dari orang
lain, maka puasa kita tidak ada artinya. Maksudnya ialah kita hanya mendapatkan rasa
lapar dan haus dan tidak mendapat pahala dari apa yang telah kita kerjakan. Puasa ini
hukumnya wajib bagi seluruh ummat islam sebagaimana telah diwajibkan kepada
orang-orang sebelum kita. Sebagaimana firman Allah swt yang artinya: “Wahai
orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”(Q.S Al-Baqarah)
Berpuasalah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah dibuat oleh Allah swt.
Allah telah memberikan kita banyak kemudahan(keringanan) untuk mengerjakan
ibadah puasa ini, jadi jika kita berpuasa sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah
kami sebutkan diatas, kita sendiri akan merasakan betapa indahnya berpuasa dan
betapa banyak faidah dan manfaat yang kita dapatkan dari berpuasa ini.

B. SARAN
Maka dari itu saudara-saudari kami sekalian, janganlah sesekali meninggalkan
puasa, karena puasa ini mempunyai banyak nilai ibadah. Mulai dari langkah, tidur dan
apapun pekerjaan orang yang berpuasa itu adalah ibadah
DAFTAR PUSTAKA

https://mardianaharahap26.wordpress.com/2013/04/02/makalah-tentang-puasa/

http://hanisitinurjanah.blogspot.co.id/2015/02/makalah-puasa-wajib-dan-puasa-
sunnah.html

http://www.bmttarunasejahtera.com/2013/10/makalah-puasa.html

http://banjirembun.blogspot.co.id/2012/07/puasa-sebagai-pembentuk-karakter.html

http://shodika.blogspot.co.id/2012/12/pengaruh-puasa-sunnah-terhadap.html

http://endro.staff.umy.ac.id/?p=44

http://www.arrahmah.com/kajian-islam/ini-takaran-bayar-fidyah-menurut-quran-dan-
sunnah.html

Anda mungkin juga menyukai