Anda di halaman 1dari 21

AUDITING I

PENERIMAAN PERIKATAN DAN PERENCANAAN AUDIT

OLEH:

NAMA : NI PUTU PUSPITA DEWI

NPM : 1833121048

KELAS : D7 AKUNTANSI

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS WARMADEWA
A. TAHAP-TAHAP AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN
1. Penerimaan Perikatan Audit
Perikatan adalah kesepakan dua pihak untuk mengadakan suatu ikatan perjanjian,
dalam ikatan perjanjian tersebut klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan
keuangan kepada auditor berdasarkan kompetensi profesionalnya.
2. Perencanaan Audit
Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas
perencanaan audit yang dibuat oleh auditor. Tujuh tahap perlu ditempuh oleh auditor
didalam merencanakan pekerjaan audit atas laporan keuangan.
3. Pelaksanaan Pengujian Audit
Tahap ini disebut pekerjaan lapangan, tujuannya adalah memperoleh bukti audit
tentang efektivitas penegndalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan.
4. Pelaporan Audit
Pelaksanaan tahap ini mengacu ke standar pelaporan. Ada dua langkah penting yang
dilasanakan oleh auditor dalam pelaporan audit yaitu menyelesaikan audit dengan
meringkas semua hasil pengujian dan menarik simpulan, serta menerbitkan laporan
audit.
B. TAHAP-TAHAP PENERIMAAN PERIKATAN AUDIT
Didalam memutuskan suatu perikatan audit dapat diterima atau tidak, auditor menempuh
suatu proses ang tediri dari enam tahap yaitu:
1. Mengevaluasi integritas Manajemen
Laporan keuangan adalah tanggungjawab manajemen. Audit atas laporan keuangan
bertujuan untuk memberikn pendapat atas laporan keuangan yang disajikan oleh
manajemen. Berbagai cara dapat ditempuh dalam mengevaluasi integritas
manajemen adalah :
a) Komunikasi dengan Auditor Pendahulu
SA Seksi 315 komunikasi antara auditor pendahulu dengan auditor pengganti
memberikan panduan bagi auditor tentang prosedur komunikasi. Sebelum
menerima suatu perikatan audit, auditor pengganti harus melaksanakan
komunikasi tertentu yaitu:
1) Meminta keterangan kepada auditor pendahulu mengenai masalah-masalah
yang spesifik jawaban ini bermanfaat dalam mempertimbangkan penerimaan
perikatan audit calon klien.
2) Menjelaskan pada calon klien tentang perlunya auditor pengganti mengadakan
komunikasi dengan auditor pendahulu dan meminta persetujuan dari klien
untuk mrlakukan hal tersebut.
3) Mempertimbangkan keterbatasan jawaban yang diberikan oleh auditor
terdahulu.
b) Meminta Keterangan kepada Pihak Ketiga
Informasi tentang integritas dapat diperoleh dengan meminta keterangan kepada
penasihat hukum, pejabat bank, dan masyarakat yang mempunyai hubungan
bisnis dengan calon klien. Setelah melakukan evaluasi terhadap kemungkinan
adanya kecurangan yang dilakukan oleh manajemen, keputusan yang dilakukan
oleh auditor adalah meneruskan melakukan audit auat mengundurkan diri dari
perikatan klien.
c) Melakukan Review Terhadap Audit di Masa Lalu dalam Berhbungan
dengan Klien yang Bersangkutan
Dalam hal mempertimbangkan akan melanjutkan atau menghentikan hubungan
dengan klien dalam perikatan audit auditor harus seksama mempertimbangkan
pengalamannya di masa lalu misalnya adanya kekeliruan atau kecurangan dan
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh klien yang ditemukan.
2. Identifikasi Kondisi Khusus dan Risiko Luar Biasa
Factor yang perlu dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi khusus dan risiko
luar yang mungkin berdampak pada penerimaan perikatan audit dari calon klien
dapat diketahui dengan cara :
a) Mengidentifikasi Pemakai Laporan Audit
Bapepam, badan pengatur bank, danlembaga kuangan lain, pemegang saham dan
pasar modal adalah pemakaian utama laporan audit.
b) Mendapatkan Informasi tentang Stabilitas Keuangan dan Legal Calon Klien
di Masa Depan
Dalam mempertimbangkan penerimaan perikatan audit dari calon klien, jika pada
saat auditor mempertimbangkan penerimaan ikatan audit, auditor mendapatkan
informasi bahwa klien mendapatkan pengadilan ada kemungkinan auditor terlibat
dalam perkara yang dihadapi oleh klien. Oleh karena itu auditor dapat menolak
perikatan audit.
c) Mengevaluasi Kemungkinan Dapat atau Tidaknya Laporan Keuangan
Calon Klien Diaudit
Kemungkinan laporan keuangan klien dapat diaudit perlu diselidiki oleh auditor
sebelum menerima ikatan auditatas laporan keuangan dari ketersediaan catatan
akuntansi penting(jurnal, buku besar, buku pembantu).
3. Penentuan Kompetensi Auditor Untuk Melaksanakan Audit
Standar umum berbunyi “Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor”. Umumnya
peritimbangan tersebut dengan mengidentifikasi anggota kunci tim audit dan
mempertimbangkan perlunya mencari bantuan spesialis dalam pelaksanaan audit.
a) Mengidentifikasi Tim Audit
Tim audit terdiri dari :
1) Seorang partner yang bertanggung jawab terhadap penyelesaian keseluruhan
perikatan audit
2) Satu atau lebih manajer yang akan mengkoordinasi dan mengawasi
pelaksanaan program audit
3) Staf asisten yang melaksanakan berbagai prosedur audt yang diperlukan
dalam pelaksanaan program audit
b) Mempertimbangkan Kebutuhan Konsultasi dan Pengguanaan Spesialis
Auditor kemungkinan akan menghadapi masalah berikut yang memugkinkan
pekerjaan spesialis :
1) Penilaian (karya seni, obat-obatan khusus)
2) Penentuan karakteristik fisik yang erhubungan dengan kuantitas yang tersedia
atau kondisi (cabang mineral atau tumpukan bahan baku yang ada digudang)
3) Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik atau metode
khusus (prhitungan actuarial)
4) Penafsiran persyaratan teknis, peraturan tau persetujuan (pengaruh potensial
suatu kontrak atau dokumen hukum atau ha katas property)

Auditor dapat menghadapi dua kemungkinan keadaan berikut sebagai berikut:

a) Spesialis ditunjuk oleh klien atau badan berwenang dan auditor menggunakan
hasil pekerjaan spesialis tersebut sebagai salah satu dasar untuk menilai
kewajaran asersi yang dicantumkan oleh klien dalam laporan keuangan
auditan.
b) Spesialis dipilih oleh auditor untuk menilai asersi terteantu yang dinyatakan
oleh klien dalam laporan keuangan auditan. Auditor harus mempertimbangkan
hal-hal berikut ini:
- Sertifikat profesional, lisensi, atau pengakuan kompetensi dari spesialis
dalam bidangnya.
- Reputasi dan kedudukan spesialis di mata para rekan sejawat dan pihak
lain yang mengenal kemampuan atau kinerjanya.
- Hubungan, jika ada, antara spesialis dengan klien.

Diantara auditor, klien, spesialis harus memiliki kesamaan pengertian


mengenai sifat pekerjaan yang harus dilakukan oleh spesialis, didokumentasi dan
meliputi:

1. Tujuan dan ruang lingkup pekerjaan spesialis.


2. Pernyataan spesialis berkenaan dengan hubungannya, jika ada, dengan klien.
3. Metode atau asumsi yang digunakan.
4. Perbandingan antara metode atau asumsi yang harus digunakan sekarang
dengan yang digunakan tahun lalu.
5. Pemahaman spesialis mengenai penggunaan temuan spesialis oleh auditor
sebagai pendukung dalam hubungannya dengan penyajian laporan keungan
6. Bentuk dan isi laporan spesialis yang akan memungkinkan auditor melakukan
evaluasi.
4. Evaluasi terhadap Independensi Auditor
Standar umum kedua berbunyi “Dalam semua hal yang berhubungan dengan
perikatan indenpendensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”
101 Independensi
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap
mental independen di dalam memberikan jasa profesional akuntan publik yang
ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen dalam fakta maupun dalm penampilan.
102 Integritas dan Objektivitas
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan intergritas dan
objektivitas, harus bebas dari benturan dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji
material yang diketahuinya atau mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain.
5. Penentuan Kemampuan Auditor dalam Menggunakan Kemahiran
Profesionalnya dengan Cermat dan Seksama
Standar umum ketiga berbunyi “Dalam Pelaksanaan audit dan penyusunan
laporannya, auditor wajib menggunkan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama”. Kecermatan dan keseksamaanpenggunaan kemahiran profesional auditor
ditentukan oleh ketersediaan waktu yang memadai untuk merencanakan dan
melaksanakan audit.
6. Penetuan Waktu Perikatan
Umumnya waktu enam sampai dengan Sembilan bulan merupakan jangka waktu
yang memadai bagi auditor untuk merencanakan secara seksama pekerjaan audit,
sehingga idealnya waktu perikatan auditsudah diterima oleh auditor enam sampai
dengan Sembilan bulan sebelum akhir tahun buku klien. Perikatan auditor mendekati
akhir tahun buku klien dapat menyebabkan auditor tidak dapat melaksanakan
prosedur audit, seperti observasi terhadap perhitungan fisik sediaan.
7. Pertimbangan Jadwal Pekerjaan Lapangan
Auditor biasanya menggolongkan jadwal pelaksanaan pekerjaan lapangan ke dalam
dua kelompok, antara lain :
1. Pekerjaan Interim (Interim Work) merupakan pekerjaan lapangan yang
dilaksanakan oleh auditor selama tiga atau empat bulan sebelum tanggal neraca.
2. Pekerjaan akhir tahun (year-end work) merupakan pekerjaan lapangan yang
dilaksanakan oleh auditor selama beberapa minggu sebelum tanggal neraca
sampai tiga bulan setelah tanggal neraca.
8. Pemanfaatan Personel Klien
Pemanfaatan personel klien akan berdampak besar terhadap penentuan jumlah staf,
jadwal audit dan biaya audit. Selain itu, pemanfaatan hasil pekerjaan auditor intern
juga akan berdampak terhadap : prosedur untuk memperoleh pemahaman atas
pengendalian intern, pengujian pengendalian dan pengujian substantive. Personel
klien dapat dimanfaatkan untuk berbagai perikatan, antara lain :
a) Pembuatan daftar saldo akun buku besar
b) Rekonsiliasi akun control dalam buku besar dengan akun buku pembantu yang
bersangkutan
c) Pembuatan daftar umur piutang
d) Pembuatan daftar polis asuransi yang berlaku, piutang wesel, penmabahan dan
pengurangan aktiva tetap dalam tahun yang diaudit.
9. Pembuatan Surat Perikatan Audit
Surat Perikatan Audit dibuat oleh auditor untuk kliennya yang berfungsi untuk
mendokumentasikan dan menegaskan penerimaan auditor atas penunjukan oleh
klien, tujuan dan lingkup audit, lingkup tanggung jawab yang dipikul oleh auditor
bagi kliennya, kesepakatan tentang reproduksi laporan keuangan auditan, serta
bentuk laporan yang diterbitkan oleh auditor. Baik auditor maupun kliennya
berkepentingan terhadap surat perikatan audit, karena dalam surat tersebut berbagai
kesepakatan penting tentang perikatan audit didokumentasikan, sehingga dapat
dicegah terjadinya kesalahpahaman yang mungkin timbul antara auditor dengan
kliennya.
a) Isi Pokok Surat Perikatan Audit
 Tujuan audit atas laporan keuangan
 Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan
 Lingkup audit (penyebutan undang-undang, peraturan, pernyataan dari badan
professional yang harus dianut oleh auditor.
 Bentuk laporan atau bentuk komunikasi lain yang akan digunakan oleh
auditor untuk menyampaikan hasil perikatan
 Fakta bahwa audit memiliki keterbatasan bawaan bahwa kekeliruan dan
kecurangan material tidak akan terdeteksi
 Pengaturan reproduksi laporan keuangan auditan
 Kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi lain yang diharuskan
dalam kaitannya dengan audit.
 Akses ke berbagai catatan, dokumentasi dan informasi lain yang diharuskan
dalam kaitannya dengan audit
 Dasar yang digunakan oleh auditor untuk menghitung fee audit dan
pengaturan penagihannya.

Dalam pengauditan, faktor-faktor yang dapat menyebabkan auditor untuk


memutuskan pengiriman surat perikatan audit baru antara lain :

a) Adanya petunjuk bahwa klien salah paham mengenai tujuan dan lingkup audit
b) Adanya syarat-syarat perikata yang direvisi atau khusus
c) Perubahan manajemen yang terjadi akhir-akhir ini
d) Perubahan signifikan dalam sifat dan ukuran bisnis klien
e) Persyaratan hukum
C. PERENCANAAN AUDIT
Ada tujuh tahap yang harus ditempuh oleh auditor dalam merencanakan auditnya :
1. Memahami bisnis dan industry klien
2. Melaksanakan prosedur analitik
3. Mempertimbangkan tingkat materialitas awal
4. Mempertimbangkan resiko bawaan
5. Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika
perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama
6. Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan
7. Memahami pengendalian intern klien
a) Memahami Bisnis dan Industri Klien
Sebelum melakukan verifikasi dan analisis transaksi, auditor perlu mengenal industry dan
bisnis klien. SA Seksi 318 Pemahaman atau Bisnis Klien memberikan paduan tentang
sumber informasi bagi auditor untuk memahami industry dan bisnis klien :
1. Pengalaman sebelumnya tentang entitas dan industrinya
Dalam audit ulangan , auditor dapat dengan mudah memperoleh informasi tentang
kekhususan bisnis klien dengan cara mereview kertas kerja audit yang disimpan
dalam arsip permanen, sehingga auditor dapat mengingat kembali mengenai
kebijakan-kebijakan klien, organisasi, dan pengendalian intern.
2. Diskusi dengan orang dalam entitas
Orang dalam entitas dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi auditor untuk
memahami bisnis entitas dan industrinya. Komite audit berfungsi dalam membahas
lingkup audit yang perlu dilaksanakan oleh auditor, sehingga dengan melakukan
komunikasi dengan komite audit, auditor dapat memperoleh informasi tentang
tambahan dan perubahan terhadap audit yang direncanakan oleh auditor.
Seksi SA 380 Komunikasi dengan Komite Audit member panduan bagi auditor
tentang masalah yang dikomunikasikan oleh auditor kepada komite audit. Sedangkan
untuk SA Seksi 334 pihak yang memiliki hubungan istimewa memberikan panduan
bagi auditor dalam mengidentifikasi pihak yang memiliki hubungan istimewa dan
transaksi antarpihak, serta pernyataan pengungkapan transaksi dalam laporan
keuangan. Transaksi antara pihak memiliki hubungan istimewa harus dijelaskan
dalam laporan keuangan mengenai : sifat hubungan antara pihak-pihak tersebut,
penjelasan mengenai transaksi itu sendiri. Contoh perusahaaan yang memiliki
hubungan istimewa yaitu perusahaan afiliansi, pemilik utama perusahaan klien.
3. Diskusi dengan personel dari fungsi audit intern dan review terhadap laporan
auditor intern
Auditor intern merupakan siste informasi untuk memahami kekuatan dan kelemaham
pengendalian intern yang diterapkan dalam organisasi entitas dalam menjaga
keandalan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
4. Diskusi dengan auditor lain dan dengan penasihat hukum yang telah
memberikan jasa kepada entitas dalam industry
Manajemen entitas membeli berbagai jasa ntuk menyelesaikan masalah-masalah
hukum dam masalah lain seperti sistem informasi, manajemen pemasaran,
manajemen sumber daya manusia, dan manajemen operasi.
5. Publikasi yang berkaitan dengan industry
Pengetahuan mengenai industry yang menjadi tempat usaha klien adalah perlu bagi
auditor agar dapat melaksanakan audit dengan baik. Pengetahuan mengenai industry
yang menjadi tempat usaha klien dapat diperoleh dengan cara :
a) Meminta keterangan dari klien
b) Berlangganan majalah yang dikeluarkan oleh organisasi industry yang
bersangkutan
c) Aktif berpartisipasi dalam perkumpulan berbagai industry atau pogram-pogram
latihan yang diselenggarakan oleh berbagai industry.
6. Perundangan dan peraturan yang signifikan berdampak terhadap entitas
Bisnis perusahaan dipengaruhi oleh peraturan perundangan yang dikeluarkan
pemerintah. Peraturan ekspor, peraturan kredit, peraturan penanaman modal, dan
peraturan peraturan perpajakan merupakan contoh peraturan perundangan yang
secara signifikan berdampak terhadap bisnis perupasahaan.
7. Kunjugan ke tempat atau fasilitas pabrik entitas
Dengan melakukan perjalanan inspeksi, auditor dapat memperoleh pengetahuan
mengenai tata letak pabrik, proses produksi, produk-produk utama perusahaan dan
penjagaan fisik terhadap aktiva perusahaan. Selain itu, dengan perjalanan inspeksi
dapat membantu auditor untuk mengenal karyawan-karyawan inti dan pembagian
kegiatan akuntansi.
8. Dokumen yang dihasilkan oleh entitas
Berbagai dokumen yang dihasilkan oleh entitas dapat digunakan sebagai sumber
informasi untuk memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industry entitas. Notulen
rapat direksi merupakan dokumen yang sangat penting untuk memperoleh informasi
tentang berbagai keputusan strategic yang dilakukan dalam bisnis entitas.
b) Melaksanakan Prosedur Analitik
1. Konsep Prosedur Analitik
Prosedur analitik meliputi perundingan jumlah-jumlah yang tercatat atau ratio yang
dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat.
2. Tujuan Prosedur Analitik dalam Perencanaan Audit
Prosedur analitik dalam perencanaan audit harus ditunjukan untuk :
a. Meningkatkan pemahaman auditor atau usaha klien dan transaksi atau peristiwa
yang terjadi sejak tanggal audit terakhir
b. Mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko tertentu yang
bersangkutan dengan audit
3. Tahap-tahap Prosedur Analitik

Prosedur analitik dilaksanakan melalui tahap berikut ini yaitu:

a) Mengindentifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dibuat


b) Mengembangkan harapan
c) Melaksanakan perhitungan/perbandingan
d) Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
4. Mengidentifikasi Perhitungan/Perbandingan yang Harus Dibuat
Kompleksitas atau tidaknya prosedur yang digunakan oleh auditor ditentukan oleh
besarnya dan kompleksitasnya bisnis klien, ketersediaan data, dan pertimbangan
auditor.
Tipe-tipe perhitungan dan perbandingan yang umumnya dibuat oleh auditor terdiri
dari :
1. Perbandingan data absolut
2. Common-size income statement
3. Ratio analysis
4. Trend analysis
5. Mengembangkan Harapan
Berikut ini adalah contoh sumber informasi yang digunakan dalam
mengembangkan harapan:
1) Informasi keuangan periode sebelumnya yang dapat diperbandingkan dengan
memperhatikan perubahan yang diketahui
2) Hasil yang diantisipasi, misalnya anggaran atau prakiraan termasuk
eksploitasi dari data interim atau tahunan
3) Hubungan antara unsur-unsur informasi keuangan dalam satu periode
6. Melaksanakan Perhitungan/Perbandingan
Pada tahap ini, auditor mengumpulkan data yang akan dipakai dalam perhitungan
perbedaan jumlah absolut atau persentase sekarang dibandingkan dengan jumlah
atau persentase tahun yang lalu.
7. Menganalisis Data dan Mengidentifikasi Perbedaan Signifikan
Data yang telah dikumpulkan kemudian dibandingkan dengan harapan yang
dikembangkan oleh auditor untuk mengidentifikasi perbedaan signifikan yang
terjadi
8. Menyelidiki Perbedaan Signifikan yang tidak Terduga dan Mengevaluasi
Perbedaan Signifikan
Perbedaan signifikan yang tidak terduga perlu diselidiki penyebabnya. Pertama
kali auditor perlu mempertimbangkan kembali metode dan berbagai faktor yang
digunakan untuk mengembangkan harapan dan untuk meminta keterangan kepada
manajemen.
9. Menentukan Dampak Hasil Prosedur Analitik terhadap Perencanaan Audit
Perbedaan signifikan yang tidak terduga biasanya dipandang oleh auditor sebagai
petunjuk meningkatkan risiko salah saji dalam akun atau berbagai akun yang
bersangkutan dengan perhitungan dan perbandingan.
c) Mempertimbangkan Tingkat Materialitas Awal
Pada tahap perencanaan audit, auditor perlu mempertimbangkan materialitas awal pada
dua tingkat berikut ini:
1. Tingkat laporan keuangan
2. Tingkat saldo akun
d) Mempertimbangkan Risiko Bawaan
Dalam keseluruhan proses audit, auditor mempertimbangkan berbagai risiko, sesuai
dengan tahap-tahap proses auditnya. Dimuka telah diuraikan bahwa proses audit terdiri
dari empat tahap yaitu:
1. Penerimaan periksaan audit
2. Perencanaan audit
3. Pelaksanaan pengujian audit
4. Pelaporan audit

Tahap-tahap proses audit sejak perikatan audit diterima dapat dirinci lebih lanjut
menjadi empat tahap yaitu:

1. Perencanaan audit
2. Pemahaman dan pengujian pengendalian
3. Pelaksanaan pengujian substantif
4. Penerbitan laporan audit
e) Mempertimbangkan Berbagai Faktor yang Berpengaruh terhadap Saldo Awal, Jika
Perikatan Audit Merupakan Audit Tahun Pertama
Laporan keuangan tidak hanya menyajikan posisi keuangan dan hasil usaha untuk tahun
berjalan, namun juga berdampak :
a. Transaksi yang dimasukkan dalam saldo yang dibawa ke tahun berikutnya dari tahun-
tahun sebelumnya
b. Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam tahun-tahun sebelumnya.

SA Seksi 323 Audit Tahun Pertama memberikan panduan bagi auditor berkenaan
dengan saldo awal, bila laporan keuangan diaudit untuk pertama kalinya atau bila laporan
keuangan tahun sebelumnya diaudit oleh auditor independen lain.

Auditor harus memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk menyakini bahwa :

a. Saldo awal tidak mengandung salah saji yang mempunyai dampak material terhadap
laporan keuangan tahun berjalan
b. Saldo penutup tahun sebelumnya telah di transfer dengan benar ke tahun berjalan atau
telah dinyatakan kembali, jika hal itu semestinya dilakukan

Sifat dan lingkup bukti audit yang harus diperoleh auditor berkenaan dengan saldo
awal tergantung pada:

a. Kebijakan akuntansi yang dipakai oleh entitas yang bersangkutan


b. Apakah laporan keuangan entitas tahun sebelumnya telah di audit, dan jika demikian,
apakah pendapat auditor atas laporan keuangan tersebut berupa pendapat selain
pendapat wajar tanpa pengecualian
c. Sifat akun dan risiko salah saji dalam laporan keuangan tahun berjalan.
f) Mengembangkan Strategi Audit terhadap Asersi Signifikan
Tujuan akhir perencanaan dan pelaksanaan audit yang dilakukan oleh auditor adalah
untuk mengurangi risiko audit ke tingkat yang rendah, untuk mendukung pendapat
apakah, dalam semua hal yang material, laporan keuangan disajikan secara wajar
g) Me-riview Informasi yang Berhubungan dengan Kewajiban-kewajiban Legal Klien
Penyajian laporan keuangan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum di Indonesia mewajibkan klien untuk melaksanakan peraturan-peraturan
pemerintah dan perjanjian-perjanjian legal yang lain.

Kewajiban-kewajiabn legal dan perjanjian-perjanjian yang menyangkut klien


Informasi tersebut tercantum dalam dokumen-dokumen berikut ini:

1. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga


2. Perjanjian persekutuan
3. Notulen rapat direksi dan pemegang saham
4. Kontrak
5. Peraturan-peraturan pemerintah yang secara langsung menyangkut perusahaan klien
6. Arsip korespondensi
1. Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga
Akta pendirian merupakan dokumen yang Membuktikan berdirinya secara Legal
perusahaan sebagai entitas yang terpisah. Dalam akta pendirian ini tercantum anggaran
dasar perusahaan, yang berisi nama resmi perusahaan, tanggal pendirian, bidang kegiatan
usaha perusahaan, jenis dan jumlah modal saham perusahaan yangDiizinkan untuk
dikeluarkan.

Anggaran rumah tangga perusahaan berisi peraturan peraturan serta prosedur


prosedur yang ditetapkan oleh pemegang saham perusahaan. Sebagai contoh adalah
dalam anggaran rumah tangga diatur mengenai frekuensi rapat pemegang saham Setiap
tahunnya, cara pemungutan suara untuk pemilihan direksi, tugas tugas dan kekuasaan
pemimpin perusahaan.

2. Perjanjian Persekutuan
Dalam audit terhadap perusahaan yang berbentuk Persekutuan (partnership), Auditore
harus meriview perjanjian Persekutuan dengan cara yang sama seperti audit terhadap
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Kliennya, perjanjian Persekutuan merupakan
dokumen yang berisi kontrak di antara para pemilik Persekutuan mengenai peraturan
peraturan Yang harus diikuti dalam perjalanan perusahaan.

Pada edit yang pertama kali, informasi informasi yang dikumpulkan oleh Auditor
dari dokumen perjanjian Persekutuan adalah:

1. Nama resmi dan alamat perusahaan.


2. Nama dan alamat setiap sekutu.
3. Jumlah, tanggal, dan sifat investasi yang dilakukan oleh setiap sekutu.
4. Ratio pembagian laba, gaji sekutu, bunga atas modal sekutu, dan batasan batasan
yang dikenakan terhadap penarikan diri sekutu.
5. Tugas, tanggung jawab, dan wewenang tiap tiap sekutu.
6. Peraturan Persekutuan dan pembagian kekayaan Persekutuan.
Copy perjanjian Persekutuan tersebut disimpan oleh Auditore dalam arsip
permanen. Dalam audit selanjutnya Auditore harus memeriksa apakah terdapat perubahan
perubahan dalam perjanjian Persekutuan tersebut. Copy perubahan terhadap perjanjian
Persekutuan tersebut harus diperoleh Auditore, atau jika tidak terjadi perubahan, Auditore
harus membuat catatan dalam arsip permanen yang menerangkan bahwa tidak terjadi
perubahan dalam perjanjian persekutuan tersebut.

3. Notulen Rapat Direksi Dan Pemegang Saham


Notulen rapat merupakan catatan resmi mengenai tindakan tindakan yang
diputuskan dalam rapat direksi dan pemegang saham yang akan dilaksanakan dalam
kegiatan perusahaan. Contoh tindakan yang diputuskan dalam rapat adalah pengeluaran
atau pembelian kembali saham perusahaan, pembelian atau penjualan anak perusahaan
atau Aktiva perusahaan yang penting, penetapan gaji pemimpin perusahaan, perjanjian
jangka panjang dengan pemasok, pelanggan, dan lain lain.

Dalam audit yang pertama kali, Auditore perlu meriview notulen rapat yang
dibuat tahun tahun sebelumnya. Copy notulen notulen tersebut harus disimpan dalam
arsip permanen dan diperbaharui informasinya dalam audit berikutnya.

Dalam meriview notulen rapat tersebut Auditore harus memperhatikan:

1. Tanggal penyelenggaraan rapat.


2. Tercapai tidak nya quorum rapat.
3. Hal hal yang berakibat signifikan terhadap laporan keuangan Klien atau kegiatan
usahanya atau berpengaruh terhadap pelaksanaan audit.
Informasi yang diperoleh Auditore dari notulen rapat akan berguna dalam
menafsirkan informasi yang ditemukan dalam Auditnya. Berikut ini berikan contoh
hubungan antara informasi yang tercantum dalam notulen rapat dengan prosedur audit
yang dilakukan oleh Auditor.

1) Verifikasi Kas dan bank

a. Pembukaan dan penutupan akun akun perusahaan di bank memerlukan


otorisasi dari dewan komisaris atau direksi.
b. Wewenang untuk menandatangani cek Berisikan kepada pejabat tertentu
dengan Otorisasi dari dewan komisaris atau direksi.
c. Penarikan kredit jangka panjang dari bank memerlukan persetujuan dari
dewan komisaris.
2) Verifikasi utang

a. Wewenang untuk mengumumkan dividen terletak sepenuhnya di tangan


dewan komisaris atau pemegang saham.
b. Penarikan kredit dengan cara pengeluaran obligasi atau Hipotik
memerlukan persetujuan dari dewan komisaris.
3) Verifikasi piutang

a. Penetapan penghapusan piutang memerlukan persetujuan dari dewan


komisaris.

4) Verifikasi modal sendiri

a. Emisi saham baru memerlukan persetujuan dari pemegang saham.


b. Pembelian perusahaan lain memerlukan persetujuan dari pemegang saham.
4. Kontrak
Pada awal Auditnya , Auditore harus meminta copy Kontra kontrak besar yang
ditandatangani oleh klien. Informasi yang diperoleh Auditore dari analisis terhadap
kontrak kontrak tersebut akan sangat membantu Auditor dalam menafsirkan akun
akun seperti: persektor dan pemasok, per sektor kepada kontraktor dan konstruksi
dalam pelaksanaan.

Dalam meriview suatu kontrak, biasanya Auditore akan memperhatikan unsur


unsur berikut ini:

1. Nama kontrak yang tepat.


2. Nama Nama dan alamat pihak pihak yang menandatangani kontrak.
3. Tanggal berlakunya kontrak secara efektif, jangka waktu kontrak dan jika ada,
jadwal pelaksanaannya.
4. Tipe kontrak :
a) Harga tetap (fixed Price).
b) Kontraktor dibayar sebesar jumlah biaya yang telah dikeluarkan ditambah
contraktor’s fee (cost reimbursment).
c) Incentive.
5. Pasal pasal yang mengatur penyelesaian jika terjadi perselisihan.
6. Pasal pasal yang mengatur mengenai edit catatan akuntansi untuk menentukan
jumlah yang terutang menurut kontrak.
7. Dampak umum kontrak tersebut terhadap posisi keuangan dan hasil usaha
klien.
5. Peraturan Pemerintah Yang Secara Langsung Menyangkut Klien
Auditor harus melakukan konsultasi dengan penasihat hukum klien dan jika perlu
dengan penasihat hukum Auditore, jika Auditor berpendapat bahwa masalah hukum
mempunyai dampak terhadap pelaksanaan Auditore atau memerlukan pengungkapan
dalam laporan keuangan auditan.
6. Arsip Korespondensi
Dalam perusahaan terdapat berbagai macam arsip korespondensi. Oleh karena itu,
Auditore tidak secara langsung memeriksa arsip korespondensi Klien. Prosedur audit
arsip korespondensi Klien biasanya dilakukan sebagai berikut:

1. Pada waktu membaca notulen rapat, Arsip kontra, Atau data lain yang
memberikan petunjuk adanya korespondensi mengenai sesuatu yang dianggap
penting oleh Auditor, iya baru meminta klien untuk menyerahkan copy Surat
surat yang bersangkutan.
2. Pada umumnya Auditor akan mereview arsip korespondensi Klien dengan
bank dan lembaga kredit yang lain, penasihat hukum dan Instansi pemerintah.
7. Memahami Pengendalian Intern Klien
Langkah pertama dalam memahami pengendalian intern Klien adalah Dengan
mempelajari unsur unsur pengendalian intern yang berlaku. Langkah berikutnya
adalah melakukan penilaian terhadap efektivitas Pengendalian intern dengan
menentukan kekuatan dan kelemahan pengendalian Intern tersebut. Jika Auditore
telah mengetahui bahwa pengendalian intern Klien Di bidang tertentu adalah kuat,
maka ia akan mempercayai informasi keuangan yang dihasilkan. Oleh karena itu ia
akan mengurangi jumlah bukti yang dikumpulkan dalam audit yang bersangkutan
dengan bidang tersebut. Untuk mendukung keyakinannya atas efektivitas
pengendalian Intaran tersebut, Auditore melakukan pengujian pengendalian (test of
control).
D. PENGUJIAN AUDIT (AUDIT TEST)
Dalam audit, Auditor melakukan berbagai macam pengujian, yang secara garis besar
dapat dibagi menjadi tiga golongan berikut ini:
1) Pengujian Analitik
Pengujian ini dilakukan oleh Auditor pada tahap awal proses auditnya pada tahap
review menyeluruh terhadap hasil audit. Pengujian ini dilakukan oleh Auditor dengan
cara mempelajari perbandingan dan hubungan antara data yang satu dengan data
Yang lain. Pada tahap awal proses audit. Pengujian Analitik dimaksudkan untuk
membantu Auditor dalam memahami bisnis Klien dan dalam menemukan bidang
yang memerlukan audit lebih intensif.
2) Pengujian Pengendalian (Tests Of Control)
Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit yang dirancang untuk
Memverifikasi Efektivitas pengendalian Intern Klayan. Pengujian pengendalian
terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai: (1) frekuensi
pelaksanaan aktivitas pengendalian yang ditetapkan, (2) Mutu pelaksanaan aktivitas
pengendalian tersebut dan (3) karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian
tersebut.

Auditor melakukan pengujian dengan cara memilih secara Acak surat order
pembelian yang dibuat oleh Klayan dalam tahun yang diperiksa dan kemudian
melakukan audit mengenai:

1. Frekuensi pelaksanaan aktivitas pengendalian, Dalam pengujian


pengendalian, Auditore memeriksa seberapa banyak transaksi pembelian
diotorisasi dari pejabat Yang berwenang dalam periode yang diperiksa.
2. Mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian. Otorisasi dari pejabat yang
berwenang merupakan salah satu aktivitas pengendalian untuk mengawasi
transaksi pembelian. Disamping Auditore berkepentingan terhadap frekuensi
terjadinya pengendalian atas transaksi pembelian melalui otorisasi tersebut,
dalam pengujian pengendalian Auditore juga menguji mutu pelaksanaan
aktivitas pengendalian tersebut.
3. Karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian. Pelaksanaan suatu
aktivitas pengendalian sangat bergantung pada siapa yang melaksanakan
aktivitas tersebut. Salah satu unsur pengendalian intern terhadap kesediaan
Adalah dilakukannya secara Periodik pencocokkan jumlah fisik sediaan yang
benar benar ada di tangan perusahaan dengan jumlah sediaan yang tercantum
dalam catatan akuntansi. Biasanya aktivitas pengendalian ini dilaksanakan oleh
Klayan dengan penghitungan fisik sediaan.
3) Pengujian Substantif
Pengujian substantif Merupakan prosedur audit yang dirancang untuk menemukan
kemungkinan kesalahan moneter yang secara langsung mempengaruhi kewajaran
penyajian laporan.
Kesalahan moneter yang terdapat dalam informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan kemungkinan terjadi karena kesalahan dalam:

1. Penerapan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.


2. Tidak diterapkannya prinsip Akutansi berterima umum di Indonesia.
3. Tidak konsistensian dalam penerapan prinsip Akuntansi berterima umum di
Indonesia.
4. Ketidaktepatan pisah batas (cutoff) pencatatan transaksi.
5. Perhitungan (Penambahan, pengurangan, pengalihan, dan pembagian).
6. Pekerjaan penyalinan, penggolongan dan peringkaSan informasi.
7. Pencantuman pengungkapan (disclosure) unsur tertentu dalam laporan
keuangan.
Sebagai contoh, dalam pengujian substantif terhadap pendapatan
penjualan (sale revenues), Auditore melakukan prosedur audit untuk menemukan:

1. Kemungkinan terjadinya kesalahan kelalaian dalam menerapkan prinsip


Akuntansi berterima umum di Indonesia, sehingga berakibat angka pendapatan
penjualan dalam laporan laba rugi menjadi lebih rendah atau lebih tinggi dari
jumlah yang seharusnya.
2. Adanya kemungkinan Kelayan menyajikan informasi pendapatan penjualan
yang tidak berdasarkan prinsip Akuntansi berterima umum di Indonesia,
sehingga dapat mengakibatkan pemakai laporan keuangan salah dalam
membuat keputusan.
3. Kemungkinan Kelayan mengubah prinsip Akuntansi yang digunakan dalam
menyajikan angka pendapatan penjualan dan tidak memberikan pengungkapan
mengenai akibat perubahan penerapan prinsip tersebut terhadap angka laba
bersih, sehingga kali ini dapat mengakibatkan tidak dapat diperbandingkan nya
laporan keuangan klien tahun yang Diaudit dengan laporan keuangan Klien
yang disajikan dalam tahun sebelumnya.
4. Kemungkinan Kelayan melakukan pisah batas (Cutoff) transaksi penjualan
tidak tepat atau tidak konsisten dengan yang digunakan dalam tahun
sebelumnya.
5. Kemungkinan terjadinya kesalahan moneter dalam menyajikan angka
pendapatan penjualan karena terjadinya kesalahan pekerjaan Klerikal (clerical
works).
6. Kemungkinan tidak cukup nya pengungkapan dari Klien yang seharusnya
Dicantumkan dalam laporan keuangan yang dapat mengakibatkan pemakai
laporan keuangan salah dalam mengambil keputusan.

Referensi :
Mulyadi.2013. Auditing Buku 1 edisi 6. Jakarta : Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai