Anda di halaman 1dari 7

D.

Identifikasi Penyakit Akibat Kerja di Instalasi Rekam Medis


Ruang lingkup penyakit akibat kerja seperti yang telah dijelaskan pada definisi di atas,
oleh karena itu, penyakit akibat kerja dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Penyakit Sistem Muskuloskeletal
Penyakit pada sistem musculoskeletal merupakan penyakit yang menyerang sistem otot
dan tulang dalam tubuh manusia. PMIK sangat rentan terhadap penyakit pada sistem ini
dikarenakan mobilitas pekerjaan yang sama dan dilakukan secara terus menerus, berikut
beberapa penyakit akibat kerja pada kasus musculoskeletal :
a. Musculoskeletal Disorders (MSDs)
MSDs merupakan gangguan pada suatu kondisi yang mengganggu fungsi sendi,
ligamen, otot, saraf dan tendon, serta tulang belakang. Kondisi ini biasanya
dimanifestasikan sebagai nyeri pada kelompok otot, sendi, dan tulang tertentu. Hal ini
terjadi apabila seseorang terlalu sering menggunakan atau menyalahgunakan
sekelompok otot, sendi, ataupun tulang tertentu tanpa istirahat yang cukup. Beberapa
faktor mobilitas antara lain :
 Paksaan (Menggunakan kekuatan untuk melakukan kegiatan yang berat atau di
luar kemampuan normalnya)
 Pengulangan (Melakukan tindakan yang berulang – ulang menggunakan sendi,
otot, ataupun tulang yang sama)
 Postur (Membungkuk atau posisi yang tidak sesuai pada waktu yang lama)
 Getaran (Mengoperasikan alat/mesin yang bergetar)

PMIK sangat berisiko terhadap penyakit ini dikarenakan 3 dari 4 faktor mobilitas di
atas sering dilakukan oleh PMIK pada berbagai bagian di Instalasi Rekam Medis.
PMIK pada seluruh bagian IRM seperti Pendaftaran, Assembling, Filing,
Koding/Indeksing, dan Pelaporan sering beraktivitas dengan duduk selama jam kerja
dan melakukan kegiatan yang sama dalam waktu yang lama. Manifestasi klinis
penyakit ini bermacam – macam seperti nyeri, gangguan tidur, peradangan,
pembengkakan, kemerahan, penururnan rentang gerak, hingga hilangnya fungsi.

b. Low Back Pain (LBP)


LBP adalah nyeri pada punggung bawah. Diagnosis ini terdapat 2 jenis yaitu akut dan
kronis. LBP akut umumnya hanya berlangsung dalam hitungan hari atau minggu dan
dapat pulih sendiri atau cukup diobati dengan obat anti-nyeri yang beredar luas di
masyarakat. Sedangkan LBP Kronis terjadi dalam hitungan bulan dan bahkan
menahun dan serta bersifat kambuhan. Kondisi ini dapat terjadi apabila LBP akut
yang sudah lama dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat. LBP disebabkan
oleh aktivitas berulang dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, menurut beberapa
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa LBP merupakan
penyakit yang paling banyak diderita oleh PMIK baik yang berusia muda ataupun
yang telah menginjak usia tua. Aktivitas PMIK pada berbagai bagian dalam IRM
seperti yang telah dijelaskan di atas membuat PMIK sangat berisiko untuk terkena
LBP.

c. Kelainan Tulang Belakang


Kelainan tulang belakang merupakan kondisi yang mempengaruhi kelengkungan atau
posisi susunan tulang belakang. Kelainan tulang belakang ini juga merupakan factor
risiko bagi PMIK dalam melaksanakan tugas profesinya. Kelainnan tulang belakang
disebabkan oleh trauma, cedera, ataupun aktivitas pekerjaan yang tidak ergonomis.
Kelainan Tulang Belakang memiliki beberapa jenis kelainan antara lain :
 Kifosis
Kondisi kelainan yang membuat punggung atas menjadi membulat ke depan
secara berlebihan sehingga mengakibatkan tubuh menjadi bungkuk.
 Lordosis
Kondisi kelainan tulang belakang yang menyebabkan kelengkungan berlebihan
pada punggung bawah sehingga tubuh Nampak menonjolkan bagian pantat.
 Skoliosis
Kondisi kelainan tulang belakang yang melengkung berlebihan ke samping
sehingga tubuh akan Nampak seperti huruf “S”.
 Spondylosis
Kondisi ini merupakan degenerasi tulang belakang karena adanya retakan atau
fraktur stress pada vertebra (tulang – tulang kecil penyusun tulang belakang).
 Spondylolisthesis
Kondisi pergeseran vertebra dari posisinya dikarenakan fraktur stress dan secara
terus menerus.

Jenis – jenis kelainan tulang belakang di atas, dalam kondisi yang kronis dapat
mempengaruhi aktivitas keseharian dan bahkan dapat menimbulkan komplikasi serta
disabilitas terhadap penderitanya. Oleh karena itu, IRM harus memberikan
perhatiannya terhadap unsur – unsur K3 di IRM.

2. Penyakit Sistem Pernafasan


Penyakit pada sistem pernafasan juga mengancam kesehatan PMIK dalam melaksanakan
tugas dan kewenangannnya. Penyakit pada sistem pernafasan dapat terjadi akibat kerja di
IRM dikarenakan paparan atau kontak dengan penyebab penyakit tersebut. Misalnya
seperti PMIK yang berada di ruang Filing harus berhati – hati agar tidak menghirup debu
atau partikel asing yang berpotensi masuk ke tubuh dan mengganggu pernafasan. Adapun
beberapa penyakit yang menyerang sistem pernafasan dan berpotensi menyebabkan
gangguan nafas antara lain :
a. COVID-19
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan salah satu bentuk pneumonia
yang menyerang sistem pernapasan akibat infeksi virus corona. Penyakit ini dapat
ditularkan melalui droplet atau percikan cairan dan pada beberapa kasus lainnya
bahkan dapat menular secara airbone atau melalu udara. Kemudahan transmisi dari
manusia ke manusia ini menyebabkan penyakit ini menjadi pandemic hanya dalam
kurun waktu sekitar 3 bulan. Cara penularan tersebut dangat berisiko mengenai
PMIK, khususnya yang ditempatkan pada bagian pendaftaran. Petugas pendafataran
adalah orang pertama yang ditemui pasien sebelum mendapatkan ketetapan diagnosis
sehingga sangat rentan untuk tertular COVID-19 ini. Selain itu, risiko lain yang dapat
terjadi di IRM adalah daya tahan virus yang mampu bertahan di kertas sampai batas
waktu tertentu. Hal ini tentu akan menimbulkan kekhawatiran secara psikologis
maupun secara fisik. Oleh karena itu, penjaminan terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja bagi PMIK di IRM perlu diperhatikan dengan baik.
b. Asthma
Asthma merupakan penyakit yang ditandai dengan penyempitan dan peradangan
saluran pernafasan sehingga menyebabkan sesak nafas. Penyebab asthma belum
diiketahui secar pasti, namun paparan debu, zat kimia, bakteri, asap rokok, bulu
binatang, udara dingin, dan aktivitas fisik dapat memicu terjadinya asthma.
Berdasarkan artikel dalam Halodoc.com pada 21 November 2019 lalu disebutkan
bahwa factor risiko utama yang memicu asthma adalah bakteri endotoxin yang
terkandung dalam debu. Oleh karena itu, PMIK khususnya yang ditempatkan pada
bagian Filing sangat berisiko terkena penyakit asthma, mengingat PMIK di bagian
Filing sering melakukan kontak dengan rekam medis yang usianya lama dan
umumnya berdebu. Perhatian terhadap kualitas dan ketersediaan Alat Pelindung Diri
(APD) bagi PMIK yang sering berkontak dengan factor pemicu harus diutamakan.
Asthma dapat semakin parah apabila intensitas penderita dengan pemicunya sangat
tinggi dan terus menerus.
3. Penyakit Sistem Saraf
Penyakit yang menyerang sistem saraf juga dapat terjadi akibat kerja di IRM. Penyakit
syaraf yang terjadi pada PMIK umumnya diakibatkan oleh tekanan aktivitas kerja seperti
berdiam pada tempat dan aktivitas yang sama dalam waktu yang lama. Salah satu
penyakit pada sistem syaraf dan sering dialami oleh PMIK akibat kerja adalah Carpal
Tunnel Syndrome (CTS). Penyakit ini digolongkan sebagai penyakit syaraf menurut
International Statistical Classification of Disease and Related Health Problem 10th (ICD-
10). CTS adalah kondisi dimana tangan mengalami sensai kesemutan, mati rasa, nyeri,
atau lemah. Kondisi ini terjadi karena saraf di pergelangan tangan tertekan. Salah satu
factor risiko penyebab CTS menurut Halodoc.com edisi 19 September 2019 adalah
aktivitas menggunakan tangan yang berulang dan berlangsung terus menerus tanpa
istirahat yang cukup. Aktivitas tersebut misalnya mengetik, menulis, dsb. PMIK berisiko
terkena CTS khususnya pada bagian Koding/Indeksing, Assembling, dan Reporting.
Aktivitas mengetik dan menulis pada bagian – bagian tersebut di Instalasi Rekam Medis
sangat tinggi pada waktu – waktu tertentu, sehingga dapat mengakibatkan CTS.
4. Penyakit Pancaindra
Penyakit pada pancaindra juga dapat terjadi akibat kerja oleh PMIK. Penyakit pada
pancaindra menyerang pada 5 organ pancaindra manusia yaitu mata, hidung, kulit, lidah,
dan telinga. Berikut beberapa potensi penyakit akibat kerja pada organ pancaindra di
IRM:
a. Miopia
Miopia merupakan kondisi dimana mata tidak dapat melihat dengan jelas pada objek
yang jauh. Miopia disebabkan oleh ketegangan pada lensa yang mengakibatkan
bayangan/cahaya dari luar jatuh di depan retina sehingga benda yang letaknya relative
jauh tidak nampak jelas. Ketegangan pada lensa tersebut diakibatkan oleh banyak
factor salah satunya adalah akibat kerja menggunakan komputer atau dengan radiasi
cahaya yang relative tinggi. Pada era rekam kesehatan elektronik (RKE), seluruh
pekerjaan PMIK dari pendaftaran hingga Reporting dan Analyzing telah
terkomputerisasi sehingga menyebabkan tingkat paparan cahaya layar dengan mata
menjadi tinggi. Hal ini mengakibatkan PMIK berisiko terkena Miopia. Upaya
perlindungan baik dari segi peralatan penunjang seperti kacamata anti-radiasi dan
kebijakan istirahat sangat penting untuk melindungi PMIK dari penyakit akibat kerja.
b. Noice Induced Hearing Loss (NIHL)
Tuli akibat kebisingan atau NIHL adalah kondisi kehilangan pendengaran sementara
akibat kebisingan. Penyebab NIHL ini adalah kebisingan dari alat atau sesuatu yang
menghasilkan bunyi berfrekuensi tinggi. Terdapat berbagai factor risiko yang memicu
terjadinya NIHL dimana sebagian besar adalah aktivitas yang terpapar kebisingan
tinggi atau di atas 85 db. Namun demikian menurut Hallosehat.com edisi 11 Mei
2020, salah satu factor pemicu dari NIHL adalah melakukan pekerjaan dengan
paparan kebisingan rendah tetapi berkelanjutan atau terus menerus. Faktor risiko ini
menunjukkan bahwa PMIK juga memiliki potensi untuk terkena NIHL dalam jangka
Panjang. Penyakit ini berisiko pada PMIK yang ditempatkan pada bagian pendaftaran
dan Filing dimana kebisingan oleh alat – alat cetak ekspedisi rekam medis sangat
sering didengarkan oleh PMIK pada bagian tersebut. Meskipun ukuran kebisingannya
relative rendah, tetapi paparan terhadap kebisingan tersebut dalam waktu yang lama
dapat memicu terjadinya NIHL pada PMIK sesuai yang telah dijelaskan pada salah
satu factor risiko di atas.
c. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah infeksi pada kulit akibat kontak oleh zat tertentu. Dermatitis
kontak akibat kerja oleh PMIK termasuk jarang terjadi, tetapi hal ini berpotensi
terjadi pada PMIK. Hal ini dikarenakan ancaman pemicu terjadinya penyakit ini bagi
PMIK hanyalah alergi. Jadi apabila terdapat PMIK yang alergi terhadap zat tertentu
pemicu penyakit ini, maka barulah penyakit ini muncul. Oleh karena itu, diperlukan
perhatian khusus terhadap tenaga PMIK khususnya terkait alergi ataupun Riwayat
kesehatan dari PMIK tersebut.
5. Gangguan Mental dan Perilaku
Kondisi pekerjaan di Instalasi Rekam Medis baik kondisi sosial maupun psikososial yang
kurang baik juga dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja. Berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 7 Tahun 2019, Penyakit akibat kerja dalam kategori gangguang mental
dan perilaku terdapat 2 jenis yaitu gangguan stress pasca trauma dan gangguan mental
yang disebabkan oleh pekerjaan. Berikut beberapa contoh potensi gangguan mental
akibat kerja oleh PMIK ialah :
a. Depresi
Depresi adalah gangguan suasana hati yang menyebabkan seseorang merasa sedih,
kehilangan minat, dan semangat. Depresi ini disebabkan oleh berbagai factor, salah
satunya adalah tekanan pekerjaan yang berat dan suasana kerja yang buruk. Tekanan
pekerjaan ini umumnya terjadi pada PMIK ketika dikejar target. Gangguan mental
ini, berpotensi besar terjadi pada PMIK yang ditugaskan di bagian Koding dan
Reporting. PMIK pada bagian tersebut biasanya terjadi pada akhir bulan dimana
bagian tersebut harus bekerja lebih keras untuk mengejar target waktu klaim BPJS
Kesehatan dan pelaporan ke Dinas Kesehatan atau pihak eksternal lainnya. Hal ini
mengakibatkan tekanan pekerjaan yang sangat tinggi mengingat tanggung jawab
tersebut akan mempengaruhi pendapatan rumah sakit. Oleh karena itu, reward perlu
diberikan sebagai bentuk motivasi sehingga PMIK tersebut tidak sampai terkena
depresi.
b. Gangguan Stress Pascatrauma (PTSD)
Gangguang stress pascatrauma atau umumnya disebut PTSD (Post Traumatic Stress
Disorder) adalah gangguan mental yang timbul setelah seseorang menyaksikan
kejadian yang tidak menyenangkan atau mengingat kejadian traumatis. PTSD ini
dapat berpengaruh pada performa penderita sehingga dapat menghambat
produktivitas kerja. PTSD berpotensi terjadi pada PMIK yang ditempatkan di bagian
pendaftaran IGD. Pada bagian tersebut, segala bentuk kejadian dapat terjadi dan dapat
disaksikan secara langsung oleh petugas pendaftaran IGD tersebut. Apabila PMIK
tersebut memiliki trauma terhadap kejadian terntentu dan melihat kejadian serupa di
IGD, maka dimungkinkan timbul PTSD. Oleh karena itu, ketepatan penempatan kerja
di masing – masing bagian harus diperhatikan dengan meninjau Riwayat kesehatan
dan latar belakang PMIK yang akan ditugaskan.

Anda mungkin juga menyukai