Anda di halaman 1dari 3

Hipertensi primer

A. Definisi
Hipertensi merupakan “silent killer” (pembunuh diam-diam)
yang secara luas dikenal sebagai penyakit kardiovaskular yang sangat
umum. Dengan meningkatnya tekanan darah dan gaya hidup yang tidak
seimbang dapat meningkatkan faktor risiko munculnya berbagai
penyakit seperti arteri koroner, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal.
Salah satu studi menyatakan pasien yang menghentikan terapi anti
hipertensi maka lima kali lebih besar kemungkinannya terkena stroke.
Dikatakan hipertensi primer apabila Tekanan darah besar atau sama
140/90 mmHg yang diukur minimal 2x pada posisi duduk yang
penyebabnya tidak diketahui. Penyebab nya multifaktorial interaksi
antara faktor genetik dan juga lingkungan.
B. etiologi

Penyebabnya adalah multifaktorial yaitu faktor genetik dan juga


faktor risiko lain seperti merokok, obesitas, stres, dislipidemia, dll.
Kemudian juga penyebabnya berkaitan dengan pengaturan tekanan
darah
-mekanisme neural (sistem saraf simpatis)
-mekanisme vaskular
-mekanisme hormonal
( sistem renin angiotensin aldosteron)

C. Patogenesis Hipertensi

Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui


sistem sirkulasi dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (cardiac
output/CO) dan dukungan dari arteri (peripheral resistance/PR). Fungsi
kerja masing-masing penentu tekanan darah ini dipengaruhi oleh
interaksi dari berbagai faktor yang kompleks. Hipertensi sesungguhnya
merupakan abnormalitas dari faktor-faktor tersebut, yang ditandai
dengan peningkatan curah jantung dan / atau ketahanan periferal.

D. Gejala Klinis Hipertensi

Menurut Elizabeth J. Corwin, sebagian besar tanpa


disertai gejala yang mencolok dan manifestasi klinis timbul
setelah mengetahui hipertensi bertahun-tahun berupa:

-Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan


muntah, akibat tekanan darah intrakranium.

-Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.

-Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.

-Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.

-Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.

G. Diagnosis Hipertensi

Menurut Slamet Suyono, evaluasi pasien hipertensi mempunyai


tiga

tujuan:

-Mengidentifikasi penyebab hipertensi.

-Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskuler,


beratnya penyakit, serta respon terhadap pengobatan.

-Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskuler yang lain atau


penyakit penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut
menentukan
panduan pengobatan.

Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan


cara anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan
pemeriksaan penunjang. Peninggian tekanan darah kadang sering
merupakan satu-satunya tanda klinis hipertensi sehingga diperlukan
pengukuran tekanan darah yang akurat. Berbagai faktor yang
mempengaruhi hasil pengukuran seperti faktor pasien, faktor alat dan
tempat pengukuran.

Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama


menderitanya, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan seperti
penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan lainnya.
Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala yang
berkaitan dengan penyakit hipertensi, perubahan aktifitas atau
kebiasaan (seperti merokok, konsumsi makanan, riwayat dan faktor
psikososial lingkungan keluarga, pekerjaan, dan lain-lain). Dalam
pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau
lebih dengan jarak dua menit, kemudian diperiksa ulang dengan
kontrolateral.

Anda mungkin juga menyukai