Anda di halaman 1dari 10

RINGKASAN MATERI KULIAH

“AUDITING I”

OLEH:

NAMA : NI PUTU TIA PUSPITA DEWI

NPM 1833121328

KELAS/SM : D7 AKUNTANSI/ V

UNIVERSITAS WARMADEWA

FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS

TAHUN AJARAN 2020/2021


BAB 6
MATERIALITAS, RISIKO, dan STRATEGI AUDIT AWAL

MATERIALITAS
Materialitas merupakan dasar penerapan dasar auditing, terutama standar pekerjaan lapangan dan
standar pelaporan. Oleh karena itu, materialitas mempunyai pengaruh yang mencakup semua
aspek audit dalam audit atas laporan keuangan. SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas Adit
dalam Pelaksanaan Audit mengharuskan auditor untuk mempeertimbangkan materialitas dalam
(1) perencanaan audit, dan (2) penilaian terhadap kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
Konsep Materialitas
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang
dilihat dari keadaan yang melingkupnya, dapat mengakibatkan perubahan atas suatu pengaruh
terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi itu, karena
adanya penghilangan atau salah saji itu. Hal itu mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan
keadaan yang berkaitan dengan entitas dan kebutuhan informasi pihak yang akan meletakkan
kepercayaan atas laporan keuangan auditan.

Contohnya, jumlah yang material dalam laporan keuangan entitas tertentu mungkin tidak
material dalam laporan keuangan entitas lain yang memiliki ukuran dan sifat yang berbeda.
Maka, auditor dapat menyimpulkan bahwa tingkat materialitas akun modal kerja lebih rendah
bagi perusahaan yang berada dalam situasi bangkrut bila dibandingkan dengan suatu perusahaan
yang memiliki current ratio 4 : 1.

Mengapa Konsep Materialitas Penting dalam Audit atas Laporan keuangan?

Dalam laporan audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan (guarantee)
bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan adalah
akurat. Hal ini karena akan memerlukan waktu dan biaya yang jauh melebihi manfaat yang
dihasilkan. Karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan
berikut ini :
1. Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya
telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi.
2. Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai
untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.
3. Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian),
bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat
salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
Ada dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor:

1. Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh
auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut.
2. Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah
pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
Pertimbangan Awal tentang Materialitas
Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam perencanaan auditnya
yang disebut materialitas perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan tingkat materialitas yang
digunakan pada saat pengambilan kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi temuan audit
karena (1) keadaan yang melingkupi berubah (2) informasi tambahan tentang klien dapat
diperoleh selama berlangsungnya audit.

Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif berkaitan dengan


hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan. Pertimbangan
kualitatif berkaitan dengan penyebab salah saji. Suatu salah saji yang secara kuantitatif tidak
material dapat secara kualitatif material, karena penyebab yang menimbulkan salah saji tersebut.

Contoh pertimbangan kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan oleh auditor adalah,

Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan seperti:
1. Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan
2. Total aktiva dan ekiutas pemegang saham dalam
neraca Faktor kualitatif seperti:
a. Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum dan kecurangan
b. Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang mengharuskan klien
untuk mempertahankan beberapa ratio keuangan pada tingkat minimum tertentu.

1. Adanya gangguan dalam trend laba


2. Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan
Sebagai contoh, auditor memutuskan kombinasi salah saji berjumlah 8 % dari laba bersih
sebelum pajak dipandang material untuk laporan laba-rugi, dengan memperhatikan faktor
kualitatif dalam salah saji tersebut. Oleh karena itu, jika kombinasi salah saji kurang dari 3
%, auditor akan memandang sebagai salah saji yang tidak material, dengan memperhatikan
faktor kualitatif dalam salah saji tersebut. Salah saji berada diantara 3 % dan 8 %
memerlukan pertimbangan auditor untuk memutuskan materialitasnya. Jika misalnya, laba
bersih sebelum pajak yang dipakai sebagai jumlah kunci berjumlah Rp 100 juta, maka batas
materialitas (materiality border) untuk laporan laba-rugi berada dalam kisaran :

Rp 3.000.000 sampai Rp 8.000.000

Batas bawah dihitung 3% x Rp100.000.000 dan batas dihitung 8% x Rp 100.000.000.

Contoh berikut ini menunjukan batas materialitas yang ditentukan oleh auditor :

1. Untuk total aktiva dalam neraca Rp 41 juta s.d Rp 100 juta


2. Untuk aktiva lancar Rp 25 juta s.d Rp 60 juta
3. Untuk total ekuitas pemegang saham dalam neraca Rp 15 juta s.d Rp 45 juta
Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat
laporan keuangan, karena pendapat auditor atas lapoaran sebagai keseluruhan dan tingkat
saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai kesimpulan
menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.

Materialitas pada tingkat Laporan Keuangan


Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas yaitu:

Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit, dengan membuat estimasi
materialitas karena terdapat hubungan terbalik antara jumlah dalam laporan keuangan yang
dipandang material oleh auditor dengan jumlah pekerjaan audit yang diperlukan untuk
menyatakan kewajaran laporan keuangan.

Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.


Contoh panduan kuantitatif yang digunakan dalam praktik :

1. Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji 5 %
sampai 10 % dari laba sebelum pajak.
2. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji ½ %
sampai 1 % dari total aktiva.
3. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji 1 %
dari total pasiva.
Materialitas pada Tingkat Saldo akun
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam
saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo
akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.

Alokasi Materialitas laporan Keuangan ke Akun


Dalam melakukan alokasi, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya salah saji
dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memverifikasi akun tersebut.

HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS DENGAN BUKTI AUDIT


Materialitas merupakan satu diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor
tentang kecukupan ( kuantitas ) bukti audit. Dalam membuat generalisasi hubungan antara
materialitas dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan saldo akun material harus tetap
diperhatikan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan
( hubungan terbalik ).

RISIKO AUDIT
Resiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi
pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji
material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit
yang auditor bersedia menanggungnya. Jika diinginkan tingkat kepastian 99 %, risiko audit yang
auditor bersedia menanggungnya adalah 1 %,
Risiko Audit pada Tingkat Laporan Keuangan dan Tingkat Saldo Akun
Risiko audit, seperti materialitas, dibagi menjadi dua bagian :

1. Risiko audit keseluruhan yang berkaitan dengan laporan keuangan sebagai keseluruhan
(sesuai dengan definisi risiko audit yang disajikan diatas).
2. Risiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual yang
dicantumkan dalam laporan keuangan.
Unsur Risiko Audit
Terdapat tiga unsur risiko audit :

1) Risiko Bawaan. Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan
transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan
dan prosedur pengendalian intern yang terkait.
2) Risiko Pengendalian. Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material
dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh
pengendalian intern entitas.
3) Risiko Deteksi. Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi
salah saji materialyang terdapat dalam suatu asersi.
Penggunaan Informasi Risiko Audit
Taksiran risiko audit pada tahap perencanaan audit dapat digunakan oleh auditor untuk
menetapkan jumlah bukti audit yang akan diperiksa untuk membuktikan kewajaran penyajian
saldo akun tertentu.

Dengan formula sebagai berikut :

Risiko audit individual = risiko bawaan x risiko


pengendalian x risiko deteksi
Resiko Deteksi = Risiko audit individual / (Risiko bawaan
x Risiko pengendalian)

Contoh

Dalam menaksir risiko deteksi dalam audit atas sediaan, auditor melakukan pertimbangan:

1. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko audit individual untuk akun Sediaan pada tingkat 5
% ( karena risiko audit secara keseluruhan juga diterapkan sebesar 5 % )
2. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko bawaan pada tingkat 60 %, karena akun Sediaan
bersaldo besar, beberapa perhitungan rumit, frekuensi transaksi yang berkaitan dengan akun
Sediaan adalah tinggi.
3. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko pengendalian sebesar 30 % karena pengendalian
klien efektif berdasarkan hasil pengujian pengendalian yang dilakukan dalam audit tahun
yang lalu.
Berdasarkan pertimbangan auditor diatas, risiko deteksi ditentukan sebesar :

= 0,05
0,60 x 0,30

= 0.28 atau 28%

Hubungan antar Unsur Risiko


Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua risiko yang disebut
terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan, sedangkan
risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan auditor itu
sendiri. Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan risiko bawaan dan risiko
pengendalian.

Semakin kecil risiko bawaan danr risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar
risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya risiko bawaan dan risiko
pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima.
Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit, dan Bukti Audit
Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, risiko audit, dan bukti audit digambarkan
sebagai berikut :

1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi, auditor
harus menambah jumlah bukti audit yang di kumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti
audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh salah
satu dari tiga cara berikut ini :
 Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit yang
dikumpulkan.
 Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas tetap
dipertahankan.
 Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara
bersama-sama.
STRATEGI AUDIT AWAL
Unsur strategi Audit Awal
Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor menetapkan empat unsur
berikut ini :

1. Tingkat risiko pengendalian taksiran yang direncanakan.


2. Luasnya pemahaman atas pengendalian intern yang harus diperoleh.
3. Pengujian pengendalian yang harus dilaksanakan untuk menaksir risiko pengendalian.
4. Tingkat pengujian substantif yang direncanakan untuk mengurangi risiko audit ke tingkat
yang cukup rendah.
Pendekatan Terutama Substantif
Auditor mengumpulkan semua atau hampir semua bukti audit dengan menggunakan pengujian
substantif dan auditor sedikit meletakkan kepercayaan atau tidak mempercayai pengendalian
intern. Keuntungannya:
 Hanya terdapat sedikit (jika ada) kebijakan atau prosedur pengendalian intern yang
relevan dengan perikatan audit atas laporan keuangan.
 Kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang berkaitan dengan asersi untuk akun dan
golongan transaksi signifikan tidak efektif.
 Peletakkan kepercayaan besar terhadap pengujian substantif lebih efisien untuk asersi
tertentu.
Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah
Auditor meletakkan kepercayaan moderat atau pada tingkat kepercayaan penuh terhadap
pengendalian, dan sebagai akibatnya auditor hanya melaksanakan sedikit pengujian substantif.

Pebandingan Dua Strategi Audit Tersebut

Pendekatan Risiko Pengendalian


Pendekatan Terutama Substantif
Rendah
Auditor merencanakan taksiran Auditor merencanakan taksiran resiko
resiko pengendalian pada tingkat pengendalian pada tingkat rendah
maksimum atau mendekati
maksimum
Auditor merencanakan prosedur yang Auditor merencanakan prosedur yang
kurang ekstentif untuk memperoleh lebih ekstentif untuk memperoleh
pemahaman atas pengendalian intern pemahaman atas pengendalian intern
Auditor merencanakan sedikit, jika Auditor merencanakan pengujian
ada, pengujian pengendalaian pengendalaian secara luas
Auditor merencanakan akan Auditor merencanakan akan
melakukan pengujian substantif secara membatasi penggunaan pengujian
luas substantif
DAFTAR PUSTAKA
Yuvinella.2012. MATERIALITAS, RISIKO, dan STRATEGI AUDIT AWAL. Dikutip
tanggal 12 Desember 2020: https://yuvinella.wordpress.com/2012/10/21/materialitas-risiko-dan-
strategi-audit-awal/

Anda mungkin juga menyukai