Bagian 4 RACUN ARSEN
Bagian 4 RACUN ARSEN
B. Perjalanan ke Belanda
Keberangkatan Tim Delegasi Indonesia ke negeri Belanda selama lebih dari satu minggu,
menuai kritik. Kurangnya persiapan dalam menyusun agenda kegiatan secara pasti di Belanda
berakibat tidak dapat terpenuhinya target kedatangan Tim untuk bertemu sejumlah instansi
yang berwenang dan relevan dengan jenazah Munir. Tim juga hampir gagal memperoleh seluruh
dokumen otentik seputar otopsi jenazah Munir karena terbentur syarat diplomatik bagi
permintaan bantuan hukum sesuai prosedur yang berlaku.
perjalanan delegasi Indonesia ke Belanda, setidaknya memperoleh hasil minimal yang
cukup baik. Pertama, Tim NFI menegaskan, kematian Munir memang disebabkan racun arsenik
yang bekerja sangat cepat (rapid) dalam hitungan jam. Dalam otopsi disebutkan, arsenik di
lambung Munir mencapai 460 mg dan di darah 3,1mg.
C. Penyerahan Dokumen dan Klausul Hukuman Mati
Isu hukuman mati adalah satu isu krusial yang tidak terlalu mendapat sorotan publik di
awal penanganan kasus Munir. Belum adanya jaminan dari Pemerintah Indonesia kepada
Pemerintah Belanda untuk tidak menerapkan hukuman mati pada terhukum, berakibat
macetnya penyerahan barang bukti yang ada di tangan otoritas hukum Belanda. Antara lain
rekaman proses verbal yang diduga berisi informasi penting yang bisa berpengaruh pada
keberhasilan proses investigasi.
Masalah ini muncul pertama kali saat delegasi Indonesia berada di Belanda guna
meminta seluruh dokumen dan barang bukti hukum lainnya terkait meninggalnya Munir.
Awalnya, kedatangan Tim Delegasi Polri ke Belanda terhambat syarat formal prosedural, yakni
adanya permintaan resmi (official request) untuk meminta seluruh barang bukti dimaksud.
Setelah sempat berhari-hari tanpa aktifitas efektif, sebagian dokumen (otopsi) diserahkan
kepada Pemerintah Indonesia melalui KBRI.
Tidak semua dokumen di Belanda yang berkaitan dengan kasus kematian Munir dapat
diserahkan kepada Pemerintah Indonesia. Sebagian lainnya, antara lain tentang rekaman proses
verbal kepolisian Belanda, masih harus menunggu tercapainya kesepakatan kedua negara
menyangkut bantuan hukum (legal assistance), yakni persyaratan agar Pemerintah Indonesia
menjamin tidak akan ada eksekusi hukuman mati dalam kasus Munir. Permasalahan ini juga
pernah dibahas dalam sidang di parlemen Belanda.
Adanya kesepahaman bersama otoritas Indonesia dan otoritas Belanda kemudian
membuat Mabes Polri telah dapat menerima dokumen olah TKP pembunuhan Munir yang
dilakukan Belanda, melalui KBRI di Belanda. Berkas tersebut antara lain berisi proses verbal,
hasil pemeriksaan TKP dan keterangan saksi. Sementara organ tubuh Munir belum
diterima.Mabes Polri juga akan melakukan evaluasi terhadap hasil pemeriksaan pertama
tentang kasus Munir yang dilakukan otoritas Belanda, serta pemeriksaan terhadap saksi yang
dihimpun pemerintah Belanda. Namun, hasil pengolahan di TKP oleh kepolisian Belanda yang
telah didapatkan Kepolisian RI dianggap kurang signifikan. Hasil olahan tersebut hanya bisa
untuk melengkapi pemeriksaan yang dilakukan di Indonesia.