KESETIMBANGAN KIMIA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktikum Mata Kuliah Kimia
Dasar
Disusun oleh:
Kelompok 7
2021
1. Tujuan Praktikum
- Menjelaskan pengaruh konsentrasi pereaksi pada kesetimbangan
kompleks besi (III) tiosianat
- Menjelaskan pengaruh ion senama pada kesetimbangan
- Menghitung kelarutan zat berdasarkan harga Ksp
- Menjelaskan pengaruh suhu terhadap kelarutan zat
2. Dasar Teori
2.1 Kesetimbangan Kimia
Kesetimbangan kimia adalah proses dinamis ketika laju reaksi ke kanan
(menghasilkan produk) sama dengan laju reaksi ke kiri (ke arah pereaksi).
Pada kesetimbangan kimia, molekul-molekul tetap berubah dari pereaksi
menjadi produk dan produk menjadi pereaksi, tetapi tanpa terjadi perubahan
konsentrasinya. Kesetimbangan dalam fase cair terbatas pada zat-zat yang
terlarut dalam pelarut tertentu. Untuk larutan elektrolit, zat berupa ion-ion
yang terdapat dalam larutan. Sebagai contoh Fe3+ + SCN- → FeSCN2+
SCN- (aq)
larutan mengandung
[Fe(H2O)6]3+ [Fe(SCN)(H2O)5]2+
Pada kondisi standar, zat terlarut dinyatakan dalam konsentrasi 1,0 molar
dengan sifat larutan pada pengenceran tak terhingga, sehingga koefisien
aktivitas = 1 dan besarnya K = Kc. Pada reaksi kesetimbangan di atas,
besarnya tetapan kesetimbangan dapat dinyatakan dengan persamaan:
Kc= Harga K tetap, pada suhu tetap.
Reaksi ion besi (II) dengan ion tiosianat merupakan pengujian yang sangat
sensitif untuk ion besi(III) dalam larutan. Penambahkan ion tiosianat, SCN-,
ke dalam larutan yang mengandung ion besi (II), akan diperoleh larutan
berwarna merah darah kuat, karena larutan tersebut mengandung ion
[Fe(SCN)(H2O)5]2+.
Dalam sistem kesetimbangan dinamis dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantara-nya adalah pengaruh konsentrasi zat yang bereaksi, pengaruh
penambahan salah satu zat yang bereaksi, suhu, dan perubahan tekanan atau
volume.
Kebanyakan reaksi kimia berlangsung secara reversible. Ketika reaksi itu baru
mulai proses reversible hanya berlangsung ke arah pembentukan produk, namun
ketika molekul produk telah terbentuk maka proses sebaliknya yaitu
pembentukan molekul reaktan dari molekul produk mulai berjalan.
Kesetimbangan kimia tercapai bila kecepatan reaksi tekanan telah sama dengan
kecepatan reaksi ke kiri dan konsentrasi reaktan dan konsentrasi produk tidak
berubah lagi. Jadi, kesimpulannya, kesetimbangasn kimia adalah proses
dinamis (Purwoko,2006)
Tanda “[ ]” adalah konsentrasi kesetimbangan. Kecepatan reaksi kimia pada
suhu konstan sebanding dengan hasil kali konsentrasi zat yang bereaksi. Reaksi
kimia bergerak menuju kesetimbangan yang dinamis, dimana terdapat reaktan
dan produk, tetapi kedudukannya tidak lagi mempunyai kecenderungan untuk
berubah. Kadang-kadang konsentrasi produk jauh lebih besar daripada
konsentrasi reaktan yang belum bereaksi di dalam campuran kesetimbangan,
sehingga reaksi dikatakan reaksi yang “sempurna”. G N Lewis memperkenalkan
besaran termodinamika baru yaitu keaktifan yang bisa dipakai sebagai ganti
konsentrasi. Sangat memudahkan jika keaktifan dianggap sebagai perkalian
antara konsentrasi zat yang dimaksud dengan suatu koefisien keaktifan
(Syukri,1999:75).
2.2 Kelarutan Zat
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat
terlarut (solute) untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan
dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu
pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat
tertentu dapat larut dengan perbanding- an apapun terhadap suatu pelarut.
Contohnya adalah etanol di dalam air. Kelarutan bervariasi dari selalu larut
seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air.
Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut,
walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak
ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan
keIarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut
lewat jenuh (super saturated) yang menstabil.
Kelarutan zat AB dalam pelarut murni (air).
Jika zat AB → A+ + B-
maka kelarutan zat AB = a = V Ksp AB
Keterangan: a = kelarutan, Ksp; hasil kali kelarutan zat
(atau garam)
Berdasarkan kelarutan (s) dan hasil kali kelarutan, untuk suatu garam AB yang
sukar larut berlaku ketentuan, jika:
▪ [A+] x [B-] < Ksp → Iarutan tak jenuh; tidak terjadi pengendapan
▪ [A+] x [B-] = Ksp→ larutan tepat jenuh, larutan tepat mengendap
▪ [A+] x [B-] > Ksp → larutan kelewat jenuh; terjadi pengendapan zat
Dengan demikian, proses pelarutan suatu zat atau garam kemungkinan dapat
terbentuk tiga jenis larutan, adalah sebagai berikut:
a) Larutan tak jenuh, yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut)
kurang dari yang diperlukan. Atau dengan kata lain, larutan yang
partikel•partikelnya tidak tepat habis bereaksi dcngan pereaksi (masih
dapat melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila hasil kali
konsentrasi ion lebih kecil dari Ksp senyawanya.
b) Larutan jenuh, yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang
larut dan mengadakan kesetimbangan dengan solute padatnva. Atau
dengan kata lain, larutan yang partikel-partikelnya tepat habis bereaksi
dengan pereaksi. Larutan jenuh terjadi apabila hasil kali konsentrasi ion
sama dengan Ksp senyawanya.
c) Larutan lewat jenuh, yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak
solute dari yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain,
larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi
endapan. Larutan sangat/lewat jenuh terjadi apabila hasil kali konsentrasi
ion lebih besar dari Ksp senyawanya.
Nilai Ksp hanya bergantung pada temperatur, sama seperti tetapan
kesetimbangan lainnya. Tabel berikut menunjukkan nilai Ksp dari beberapa
senyawa ionik pada 25°C. Senyawa-senyawa ionik yang mudah larut seperti
NaCl dan KNO3 memiliki nilai Ksp yang sangat besar namun tidak akurat
sehingga tidak terdaftar dalam tabel. Rendahnya akurasi disebabkan oleh
tingginya konsentrasi ion-ion pada larutan jenuhnya sehingga larutan
menjadi tidak ideal.
2.3 Pengaruh Suhu terhadap Kelarutan Zat
Secara umum, kelarutan suatu zat (jumlah zat yang dapat terlarut dalam
pelarut tertentu) sebanding terhadap kenaikan suhu, hal ini terutama berlaku
pada zat padat, walaupun ada perkecualian. Kelarutan zat cair dalam zat cair
lainnya secara umum kurang peka terhadap suhu daripada kelarutan padatan
atau gas dalam zat cair. Kelarutan gas dalam air pada umumnya berbanding
terbalik terhadap kenaikan suhu.
Gambar 2.3 menunjukkan hubungan kelarutan beberapa garam terhadap kenaikan suhu
2.4 Pengaruh Ion Sejenis dan Pembentukan Garam
Contoh: Bila diketahui Ksp AgCl = 10-10 , berapa mol kelarutan (s)
maksimum AgCl dalam 1 liter larutan 0,1 M NaCl ?
Jawab:
AgCl(s) Ag+(aq)+Cl (
NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl-(aq)
Ksp AgCl = [Ag+][Cl-] = s.10-1 maka,
s = 10-10/10-1 = 10-9 mol/liter
Dari contoh di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin besar konsentrasi
ion sejenis maka semakin kecil kelarutan elektrolitnya.
4. Prosedur Kerja
4.1 Kesetimbangan Besi (III)-tiosianat
5. Data Pengamatan
5.1 Pengaruh Konsentrasi
• Pengenceran 1
10 ml larutan Fe(NO)3 0.2 M dalam labu takar 25 ml
V1 × M1 = V2 × M2
10 ml × 0.2 M = 25 ml × M2
M2 = 0.08 M
• Pengenceran 2
10 ml larutan Fe(NO)3 0.08 M dalam labu takar 50 ml
V1 × M1 = V2 × M2
10 ml × 0.08 M = 50 ml × M2
M2 = 0.016 M
• Pengenceran 3
10 ml larutan Fe(NO)3 0.016 M dalam labu takar 50 ml
V1 × M1 = V2 × M2
10 ml × 0.016 M = 50 ml × M2
M2 = 0.0032 M
• Pengenceran 4
10 ml larutan Fe(NO)3 0.0032 M dalam labu takar 50 ml
V1 × M1 = V2 × M2
10 ml × 0.0032 M = 50 ml × M2
M2 = 0.00064 M
➢ Tabung 1 (standar)
3KSCN (aq) + Fe(NO3)3 (aq) → Fe(SCN)3 (aq) + 3KNO3
Mula-mula 0.1 mmol 1 mmol - -
Reaksi 0.1 mmol 0.03 mmol 0.03 mmol 0.01 mmol
+
Sisa 0 0.97 mmol 0.03 mmol 0.01 mmol
Dari hasil praktikum menunjukkan warna larutan dari tabung 1-5 semakin
pudar seiring dengan kecilnya konsentrasi Fe(NO3)3 yang ditambahkan. Hal ini
dikarenakan karena adanya perubahan konsentrasi, jika konsentrasi pereaksi
diperkecil, maka kesetimbangan akan bergeser mendekati/ke arah pereaksi
tersebut, sehingga warna larutan menjadi pudar, dari yang berwarna merah
kehitaman, merah hati, merah, jingga, sampai kuning
• [CrO42-] = n K2CrO4
Volume total
= 0,15 mol
13 mL
= 1,1 x 10-2 mol/L
Q4 = [Ag+][CrO42-]
= 7,7 x 10-3 mol/L x 1,1 x 10-2 mol/L
= 8,5 x 10-5
Perbandingan Ksp Ag2CrO4 dan Q4 Ag2CrO4
Q4 Ag2CrO4 > Ksp Ag2CrO4
8,5 x 10-5 > 4 x 10-12
Karena nilai Q > Ksp.Maka, terjadi endapan Ag2CrO4
➢ Tabung 5
Diketahui:
• Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10-12 dalam 25o C
• Molaritas AgNO3 = 0,01M
• Molaritas K2CrO4 = 0,05 M
• Volume AgNO3 = 10 mL
• Volume K2CrO4 = 3,5 mL
• Volume total = VAg2CrO4 +V K2Cr04
= 10 mL + 3,5 mL
= 13,5 mL
• n AgNO3 = Molaritas AgNO3 x V AgNO3
= 0,01M x 10 mL
= 0,1 mol
• n K2CrO4 = Molaritas K2Cr04 x V K2Cr04
= 0,05 M x 3,5 mL
= 0,175 mol
• [Ag+] = n AgNO3
Volume total
= 0,1 mol
13,5 mL
= 7,4 x 10-3 mol/L
• [CrO42-] = n K2CrO4
Volume total
= 0,175 mol
13,5 mL
= 1,2 x 10-2 mol/L
Q5 = [Ag+][CrO42-]
= 7,4 x 10-3 mol/L x 1,2 x 10-2 mol/L
= 8,9 x 10-5
Perbandingan Ksp Ag2CrO4 dan Q5 Ag2CrO4
Q5 Ag2CrO4 > Ksp Ag2CrO4
8,9 x 10-5 > 4 x 10-12
Karena nilai Q > Ksp.Maka, terjadi endapan Ag2CrO
➢ Kesimpulan
1. Volume sangat berpengaruh terhadap konsentrasi
2. Pengaruh ion senama pada kesetimbangan mempengaruhi laju
kesetimbangan yang bergeser ke arah reaktan sehingga memperkecil
kelarutan
3. Dalam menghitung Ksp, harus mengetahui konsentrasi masing masing ion
penyusunnya.
4. Semakin tinggi suhu, maka semakin besar pula kelarutannya. Sehingga
mudah larut.
5. Pengaruh konsentrasi terhadap kesetimbangan Besi(III) Tiosianat yaitu
jika konsentrasi (volume) pereaksi ditambah maka kesetimbangan bergeser
ke arah produk maka warna larutan semakin pekat sebaliknya jika
konsentrasi pereaksi dikurangi (ditambah zat lain Na2HPO4, NH3) warna
larutan semakin pudar.
6. Semakin kecil konsentrasi larutan Fe(NO3)3, maka warna yang dihasilkan
dalam reaksi antara KSCN dan Fe(NO3)3 akan semakin pudar
DAFTAR PUSTAKA