Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

KESETIMBANGAN KIMIA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktikum Mata Kuliah Kimia
Dasar

Dosen Pembimbing: Joko Suryadi,S.Si.M.T

Disusun oleh:

Kelompok 7

201431025 Sekar Indah Cahyaningrum

201431026 Septhya Nurul Nissa

201431027 Shafira Yulianthina

201431028 Syafa Neiska Bayhaqi

PROGRAM STUDI D3-ANALIS KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2021
1. Tujuan Praktikum
- Menjelaskan pengaruh konsentrasi pereaksi pada kesetimbangan
kompleks besi (III) tiosianat
- Menjelaskan pengaruh ion senama pada kesetimbangan
- Menghitung kelarutan zat berdasarkan harga Ksp
- Menjelaskan pengaruh suhu terhadap kelarutan zat
2. Dasar Teori
2.1 Kesetimbangan Kimia
Kesetimbangan kimia adalah proses dinamis ketika laju reaksi ke kanan
(menghasilkan produk) sama dengan laju reaksi ke kiri (ke arah pereaksi).
Pada kesetimbangan kimia, molekul-molekul tetap berubah dari pereaksi
menjadi produk dan produk menjadi pereaksi, tetapi tanpa terjadi perubahan
konsentrasinya. Kesetimbangan dalam fase cair terbatas pada zat-zat yang
terlarut dalam pelarut tertentu. Untuk larutan elektrolit, zat berupa ion-ion
yang terdapat dalam larutan. Sebagai contoh Fe3+ + SCN- → FeSCN2+

SCN- (aq)

larutan mengandung

[Fe(H2O)6]3+ [Fe(SCN)(H2O)5]2+

Pada kondisi standar, zat terlarut dinyatakan dalam konsentrasi 1,0 molar
dengan sifat larutan pada pengenceran tak terhingga, sehingga koefisien
aktivitas = 1 dan besarnya K = Kc. Pada reaksi kesetimbangan di atas,
besarnya tetapan kesetimbangan dapat dinyatakan dengan persamaan:
Kc= Harga K tetap, pada suhu tetap.

Tetapan kesetimbangan reaksi dapat ditentukan setiap suhu jika perubahan


energi bebas standar Gibbs (∆Go) diketahui sebagai fungsi suhu,
(∆Go) = - RT ln K atau K = exp-∆Go/RT

R adalah tetapan gas ideal dan T adalah suhu mutlak

Reaksi ion besi (II) dengan ion tiosianat merupakan pengujian yang sangat
sensitif untuk ion besi(III) dalam larutan. Penambahkan ion tiosianat, SCN-,
ke dalam larutan yang mengandung ion besi (II), akan diperoleh larutan
berwarna merah darah kuat, karena larutan tersebut mengandung ion
[Fe(SCN)(H2O)5]2+.
Dalam sistem kesetimbangan dinamis dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantara-nya adalah pengaruh konsentrasi zat yang bereaksi, pengaruh
penambahan salah satu zat yang bereaksi, suhu, dan perubahan tekanan atau
volume.
Kebanyakan reaksi kimia berlangsung secara reversible. Ketika reaksi itu baru
mulai proses reversible hanya berlangsung ke arah pembentukan produk, namun
ketika molekul produk telah terbentuk maka proses sebaliknya yaitu
pembentukan molekul reaktan dari molekul produk mulai berjalan.
Kesetimbangan kimia tercapai bila kecepatan reaksi tekanan telah sama dengan
kecepatan reaksi ke kiri dan konsentrasi reaktan dan konsentrasi produk tidak
berubah lagi. Jadi, kesimpulannya, kesetimbangasn kimia adalah proses
dinamis (Purwoko,2006)
Tanda “[ ]” adalah konsentrasi kesetimbangan. Kecepatan reaksi kimia pada
suhu konstan sebanding dengan hasil kali konsentrasi zat yang bereaksi. Reaksi
kimia bergerak menuju kesetimbangan yang dinamis, dimana terdapat reaktan
dan produk, tetapi kedudukannya tidak lagi mempunyai kecenderungan untuk
berubah. Kadang-kadang konsentrasi produk jauh lebih besar daripada
konsentrasi reaktan yang belum bereaksi di dalam campuran kesetimbangan,
sehingga reaksi dikatakan reaksi yang “sempurna”. G N Lewis memperkenalkan
besaran termodinamika baru yaitu keaktifan yang bisa dipakai sebagai ganti
konsentrasi. Sangat memudahkan jika keaktifan dianggap sebagai perkalian
antara konsentrasi zat yang dimaksud dengan suatu koefisien keaktifan
(Syukri,1999:75).
2.2 Kelarutan Zat
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat
terlarut (solute) untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan
dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu
pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat
tertentu dapat larut dengan perbanding- an apapun terhadap suatu pelarut.
Contohnya adalah etanol di dalam air. Kelarutan bervariasi dari selalu larut
seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air.
Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut,
walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak
ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan
keIarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut
lewat jenuh (super saturated) yang menstabil.
Kelarutan zat AB dalam pelarut murni (air).

Jika zat AB → A+ + B-
maka kelarutan zat AB = a = V Ksp AB
Keterangan: a = kelarutan, Ksp; hasil kali kelarutan zat
(atau garam)
Berdasarkan kelarutan (s) dan hasil kali kelarutan, untuk suatu garam AB yang
sukar larut berlaku ketentuan, jika:
▪ [A+] x [B-] < Ksp → Iarutan tak jenuh; tidak terjadi pengendapan
▪ [A+] x [B-] = Ksp→ larutan tepat jenuh, larutan tepat mengendap
▪ [A+] x [B-] > Ksp → larutan kelewat jenuh; terjadi pengendapan zat

Dengan demikian, proses pelarutan suatu zat atau garam kemungkinan dapat
terbentuk tiga jenis larutan, adalah sebagai berikut:
a) Larutan tak jenuh, yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut)
kurang dari yang diperlukan. Atau dengan kata lain, larutan yang
partikel•partikelnya tidak tepat habis bereaksi dcngan pereaksi (masih
dapat melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila hasil kali
konsentrasi ion lebih kecil dari Ksp senyawanya.
b) Larutan jenuh, yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang
larut dan mengadakan kesetimbangan dengan solute padatnva. Atau
dengan kata lain, larutan yang partikel-partikelnya tepat habis bereaksi
dengan pereaksi. Larutan jenuh terjadi apabila hasil kali konsentrasi ion
sama dengan Ksp senyawanya.
c) Larutan lewat jenuh, yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak
solute dari yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain,
larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi
endapan. Larutan sangat/lewat jenuh terjadi apabila hasil kali konsentrasi
ion lebih besar dari Ksp senyawanya.
Nilai Ksp hanya bergantung pada temperatur, sama seperti tetapan
kesetimbangan lainnya. Tabel berikut menunjukkan nilai Ksp dari beberapa
senyawa ionik pada 25°C. Senyawa-senyawa ionik yang mudah larut seperti
NaCl dan KNO3 memiliki nilai Ksp yang sangat besar namun tidak akurat
sehingga tidak terdaftar dalam tabel. Rendahnya akurasi disebabkan oleh
tingginya konsentrasi ion-ion pada larutan jenuhnya sehingga larutan
menjadi tidak ideal.
2.3 Pengaruh Suhu terhadap Kelarutan Zat
Secara umum, kelarutan suatu zat (jumlah zat yang dapat terlarut dalam
pelarut tertentu) sebanding terhadap kenaikan suhu, hal ini terutama berlaku
pada zat padat, walaupun ada perkecualian. Kelarutan zat cair dalam zat cair
lainnya secara umum kurang peka terhadap suhu daripada kelarutan padatan
atau gas dalam zat cair. Kelarutan gas dalam air pada umumnya berbanding
terbalik terhadap kenaikan suhu.

Gambar 2.3 menunjukkan hubungan kelarutan beberapa garam terhadap kenaikan suhu
2.4 Pengaruh Ion Sejenis dan Pembentukan Garam

Kclarutan zat AB dalam larutan yang mengandung ion sejenis


AB(S) → A+(aq) + B-(aq)
s n.s s
Jadi : Ksp AB = b . s

Contoh: Bila diketahui Ksp AgCl = 10-10 , berapa mol kelarutan (s)
maksimum AgCl dalam 1 liter larutan 0,1 M NaCl ?
Jawab:
AgCl(s) Ag+(aq)+Cl (
NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl-(aq)
Ksp AgCl = [Ag+][Cl-] = s.10-1 maka,
s = 10-10/10-1 = 10-9 mol/liter

Dari contoh di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin besar konsentrasi
ion sejenis maka semakin kecil kelarutan elektrolitnya.

3. Alat dan Bahan


3.1 Alat yang digunakan
1. Gelas kimia 500 mL 1(buah) dan 100 mL (2 buah)
2. labu takar 25 mL atau 50 mL : 1 buah
3. Pipet seukuran 5 mL, 10 mL.
4. Pipet tetes
5. Tabung reaksi (12 buah) dan rak tabung reaksi
6. Spatula
7. Labu erlenmeyer 250 mL
8. Penangas
9. Buret 25 mL 1 buah
10. Termometer
11. Bola pipet
3.2 Bahan Kimia yang digunakan
1. Aquades
2. Larutan Fe(NO3)3 0,2M
3. Larutan KSCN 0,002M dan 1 M
4. Kristal Na2HPO4
5. Larutan AgNO3 0,01M
6. Larutan K2CrO4 0,005M
7. Larutan amoniak (2%)

4. Prosedur Kerja
4.1 Kesetimbangan Besi (III)-tiosianat

4.2. Pengaruh konsentrasi terhadap kesetimbangan


4.3 Penentuan Ksp AgNO3 dan Konsentrasi K2CrO4

5. Data Pengamatan
5.1 Pengaruh Konsentrasi

Tabung Larutan Pengamatan


10 mL KSCN+2 tetes Fe(NO3)3
1 - Larutan berwarna oranye kecoklatan

2 + 1 tetes KSCN Larutan berwarna merah pekat

3 + 3 tetes Fe(NO3)3 Larutan berwarna merah

4 + 1 butir Na2HPO4 Larutan berwarna bening kekuningan

5 + 3 tetes amoniak Larutan berwarna bening


5.2 Pengaruh Konsentrasi

Tabung Larutan Pengamatan


5 mL KSCN 0,002M Warna larutan tidak bewarna / bening

1 + 5 mL Fe(NO3)3 Warna larutan Warna larutan Merah


kehitaman (lar standar)

2 + 5 mL Fe(NO3)3 encer 1 Warna larutan Merah darah

3 + 5 mL Fe(NO3)3 encer 2 Warna larutan Merah

4 + 5 mL Fe(NO3)3 encer 3 Warna larutan Jingga

5 + 5 mL Fe(NO3)3 encer 4 Warna larutan Kuning


5.3 Penentuan Ksp AgNO3 dan Konsentrasi K2CrO4

Tabung AgNo3 0,01 M K2CrO4 Perubahan Endapan


(sudah/belum)
(mL) 0,05 M (mL)

1 10 1,5 Warna larutan merah dan terdapat


endapan merah

2 2,0 Warna larutan kuning dan terdapat


10
endapan merah

3 10 2,5 Warna larutan kuning dan terdapat


endapan merah

4 10 3,0 Warna larutan kuning dan terdapat


endapan merah

5 10 3,5 Warna larutan kuning dan terdapat


endapan merah

6. Pengolahan Data dan Pembahasan

6.1 Kesetimbangan Besi (III)-tiosianat


Pada percobaan ini, mula – mula 10 mL larutan KSCN 0,002M,
masukkan ke dalam gelas kimia 100 mL lalu ditambahkan 2 tetes
larutan Fe(N03)3 0,2M ke dalam larutan KSCN setelah itu dibagikan ke
dalam 5 buah tabung reaksi.

Pada tabung 1 (10 mL larutan KSCN 0,002M + 2 tetes larutan Fe(N03)3


0,2M) larutan berwarna oranye kecoklatan. Larutan tidak dicampur
dengan zat lain karena akan digunakan pembanding untuk larutan
lainnya dengan persamaan reaksi:

Fe(N03)3 (aq) + KSCN(aq) ⇌Fe[SCN]2+ +2NO3- +KNO3(aq)


Pada tabung 2, (10 mL larutan KSCN 0,002M + 2 tetes larutan
Fe(N03)3 0,2M +1 tetes larutan KSCN 1,0M (pekat)) dan warna
larutan berubah menjadi merah pekat.Penambahan ion pereaksi
(KSCN) pada larutan ini membuat warna larutan lebih tua daripada
waran larutan pada tabung 1.Karena warna larutan lebih tua
konsentrasi KCSN diperbesar maka arah kesetimbangan bergeser ke
kanan atau bergeser ke arah produk.
Pada tabung 3, (10 mL larutan KSCN 0,002M + 2 tetes larutan
Fe(N03)3 0,2M +3 tetes larutan Fe(NO3)3 0,2M) dan warna larutan
berubah menjadi merah. Penambahan ion pereaksi (Fe(NO3)3) pada
larutan ini membuat warna larutan lebih tua daripada warna larutan
pada tabung 1.Karena warna larutan lebih tua konsentrasi (Fe(NO3)3)
diperbesar maka arah kesetimbangan bergeser ke kanan atau bergeser
ke arah produk.
Pada tabung 4 (10 mL larutan KSCN 0,002M + 2 tetes larutan
(Fe(NO3)3) 0,2M + beberapa butir kristal Na2HPO4) dan warna larutan
berubah menjadi bening kekuningan. Kristal Na2HPO4 akan terionisasi
menjadi Na++HPO42- sehingga, HPO42- akan mengikat ion Fe3+ yang
menyebabkan konsentrasi Fe3+ akan berkurang dan warna larutan
menjadi lebih muda (menjadi bening) dan volume dari larutan akan
bertambah maka arah kesetimbangan akan bergeser ke kiri atau kearah
reaktan dengan persamaan reaksi
(Fe(NO3)3)(aq) + Na2HPO4(s) ⇌ FePO4(s) +KSCN(aq) +2Na+(aq)
Pada tabung 5 (10 mL larutan KSCN 0,002M + 2 tetes larutan
(Fe(NO3)3) 0,2M + 3 tetes larutan amoniak) dan warna larutan
berubah menjadi warna bening. Penambahan ion pereaksi (amoniak)
pada larutan ini membuat warna larutan lebih muda (bening) daripada
warna larutan pada tabung 1. Karena warna larutan lebih muda dan
volume dari larutan akan bertambah makan kesetimbangan bergeser
ke kiri atau kearah reaktan .
6.2 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Kesetimbangan

• Pengenceran 1
10 ml larutan Fe(NO)3 0.2 M dalam labu takar 25 ml
V1 × M1 = V2 × M2
10 ml × 0.2 M = 25 ml × M2
M2 = 0.08 M
• Pengenceran 2
10 ml larutan Fe(NO)3 0.08 M dalam labu takar 50 ml
V1 × M1 = V2 × M2
10 ml × 0.08 M = 50 ml × M2
M2 = 0.016 M
• Pengenceran 3
10 ml larutan Fe(NO)3 0.016 M dalam labu takar 50 ml
V1 × M1 = V2 × M2
10 ml × 0.016 M = 50 ml × M2
M2 = 0.0032 M
• Pengenceran 4
10 ml larutan Fe(NO)3 0.0032 M dalam labu takar 50 ml
V1 × M1 = V2 × M2
10 ml × 0.0032 M = 50 ml × M2
M2 = 0.00064 M
➢ Tabung 1 (standar)
3KSCN (aq) + Fe(NO3)3 (aq) → Fe(SCN)3 (aq) + 3KNO3
Mula-mula 0.1 mmol 1 mmol - -
Reaksi 0.1 mmol 0.03 mmol 0.03 mmol 0.01 mmol
+
Sisa 0 0.97 mmol 0.03 mmol 0.01 mmol

• Mol KSCN = M × V = 0.02 M × 5 ml = 0.1 mmol


Mol Fe(NO3)3 = M × V = 0.2 M × 5 ml = 1 mmol
• Jumlah zat yang bereaksi = mol zat KSCN yang bereaksi +mol zat
Fe(NO3)3 yang bereaksi
= 0.1 mmol + 0.03 mmol = 0.13 mmol
𝑛 0.03 𝑚𝑚𝑜𝑙
• [Fe(SCN)3] = 𝑣 = 10 𝑚𝑙
= 3 × 10-3 M
➢ Tabung 2 (Ditambah pengenceran 1)
3KSCN (aq) + Fe(NO3)3 (aq) → Fe(SCN)3 (aq) + 3KNO3
Mula-mula 0.1 mmol 0.4 mmol - -
Reaksi 0.1 mmol 0.03 mmol 0.03 mmol 0.01 mmol
+
Sisa 0 0.37 mmol 0.03 mmol 0.01 mmol

• Mol KSCN = M × V = 0.02 M × 5 ml = 0.1 mmol


Mol Fe(NO3)3 = M × V = 0.08 M × 5 ml = 0.4 mmol
• Jumlah zat yang bereaksi = mol zat KSCN yang bereaksi +mol zat
Fe(NO3)3 yang bereaksi
= 0.1 mmol + 0.03 mmol = 0.13 mmol
𝑛 0.03 𝑚𝑚𝑜𝑙
• [Fe(SCN)3] = 𝑣 = = 3 × 10-3 M
10 𝑚𝑙

➢ Tabung 3 (Ditambah pengenceran 2)


3KSCN (aq) + Fe(NO3)3 (aq) → Fe(SCN)3 (aq) + 3KNO3
Mula-mula 0.1 mmol 0.08 mmol - -
Reaksi 0.1 mmol 0.03 mmol 0.03 mmol 0.01 mmol
+
Sisa 0 0.05 mmol 0.03 mmol 0.01 mmol

• Mol KSCN = M × V = 0.02 M × 5 ml = 0.1 mmol


Mol Fe(NO3)3 = M × V = 0.016 M × 5 ml = 0.08 mmol
• Jumlah zat yang bereaksi = mol zat KSCN yang bereaksi +mol zat
Fe(NO3)3 yang bereaksi
= 0.1 mmol + 0.03 mmol = 0.13 mmol
𝑛 0.03 𝑚𝑚𝑜𝑙
• [Fe(SCN)3] = 𝑣 = = 3 × 10-3 M
10 𝑚𝑙
➢ Tabung 4 (Ditambah pengenceran 3)
3KSCN (aq) + Fe(NO3)3 (aq) → Fe(SCN)3 (aq) + 3KNO3
Mula-mula 0.1 mmol 0.016 mmol - -
Reaksi 0.048 mmol 0.016 mmol 0.016 mmol 0.048 mmol
+
Sisa 0.052 mmol 0 0.016 mmol 0.048 mmol

• Mol KSCN = M × V = 0.02 M × 5 ml = 0.1 mmol


Mol Fe(NO3)3 = M × V = 0.0032 M × 5 ml = 0.016 mmol
• Jumlah zat yang bereaksi = mol zat KSCN yang bereaksi +mol zat
Fe(NO3)3 yang bereaksi
= 0.048 mmol + 0.016 mmol = 0.064 mmol
𝑛 0.016 𝑚𝑚𝑜𝑙
• [Fe(SCN)3] = 𝑣 = = 1.6 × 10-3 M
10 𝑚𝑙

➢ Tabung 5 (Ditambah pengenceran 4)


3KSCN (aq) + Fe(NO3)3 (aq) → Fe(SCN)3 (aq) + 3KNO3
Mula-mula 0.1 mmol 0.0032 mmol - -
Reaksi 0.0096 mmol 0.0032 mmol 0.0032 mmol 0.0096 mmol
+
Sisa 0.0904 mmol 0 0.0032 mmol 0.0096 mmol

• Mol KSCN = M × V = 0.02 M × 5 ml = 0.1 mmol


Mol Fe(NO3)3 = M × V = 0.00064 M × 5 ml = 0.0032 mmol
• Jumlah zat yang bereaksi = mol zat KSCN yang bereaksi +mol zat
Fe(NO3)3 yang bereaksi
= 0.0096 mmol + 0.0032 mmol = 0.0128 mmol
𝑛 0.0032 𝑚𝑚𝑜𝑙
• [Fe(SCN)3] = 𝑣 = = 3.2 × 10-4 M
10 𝑚𝑙

Pada percobaan ini terdapat 5 tabung yang masing-masing disi larutan


KSCN 0.02 M sebanyak 5 ml. Selanjutnya, masing-masing tabung ditambahkan
Fe(NO3)3 yang konsentrasinya berbeda-beda setiap tabungnya yaitu tabung 1 0.2
M Fe(NO3)3 ; tabung 2 0.08 M Fe(NO3)3 ; tabung 3 0.016 M Fe(NO3)3 ; tabung 4
0.0032 M Fe(NO3)3 ; dan tabung 5 0.0064 M Fe(NO3)3.

Dari hasil praktikum menunjukkan warna larutan dari tabung 1-5 semakin
pudar seiring dengan kecilnya konsentrasi Fe(NO3)3 yang ditambahkan. Hal ini
dikarenakan karena adanya perubahan konsentrasi, jika konsentrasi pereaksi
diperkecil, maka kesetimbangan akan bergeser mendekati/ke arah pereaksi
tersebut, sehingga warna larutan menjadi pudar, dari yang berwarna merah
kehitaman, merah hati, merah, jingga, sampai kuning

6.3 Penentuan Ksp AgNO3 dan Konsentrasi K2CrO4

Pada percobaan ini, sebanyak 10 mL larutan AgNO3 0,01M direaksikan dengan


larutan K2Cr04 0,05 M sebanyak 1,5 mL pada tabung 1; 2,0 mL pada tabung 2;
2,5 mL pada tabung 3; 3,0 mL pada tabung 4; dan 3,5 mL pada tabung 5. Untuk
mengetahui terbentuk atau tidaknya endapan Ag2CrO4, dilakukan perbandingkan
nilai Q terhadap Ksp Ag2CrO4. Sebelum menentukan nilai Q, kita perlu mencari
konsentrasi ion Ag+ dan ion CrO42- dalam campuran terlebih dahulu. Dalam
kesetimbangan kelarutan, nilai Q adalah hasil kali konsentrasi molar ion-ion
dalam larutan dengan asumsi zat terdisosiasi sempurna. Perbandingan nilai Q
dengan Ksp dapat digunakan untuk memprediksikan terjadi atau tidaknya
pengendapan, sebagaimana ketentuan berikut.
- Jika Q > Ksp maka terbentuk endapan
- Jika Q = Ksp maka larutan tepat jenuh, namun belum terbentuk endapan
- Jika Q < Ksp maka larutan belum jenuh dan tidak terbentuk endapan
2AgNO3⇌2Ag +CrO42-
1. Tabung 1
Diketahui:
• Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10-12 dalam 25oC
• Molaritas AgNO3 = 0,01M
• Molaritas K2CrO4 = 0,05 M
• Volume AgNO3 = 10 mL
• Volume K2CrO4 = 1,5 mL
• Volume total = V Ag2CrO4 + V K2Cr04
= 10 mL + 1,5 mL
= 11,5 mL
• n AgNO3 = Molaritas AgNO3 x V AgNO3
= 0,01M x 10 mL
= 0,1 mol
• n K2Cr04 = Molaritas K2Cr04 x V K2CrO4
= 0,05 M x 1,5 mL
= 0,075 mol
• [Ag+] = n AgNO3
Volume total
= 0,1 mol
11,5 mL
= 8,7 x 10-3 mol/L
• [CrO42-] = n K2CrO4
Volume total
= 0,075 mol
11,5 mL
= 6,5 x 10-3 mol/L
Q1 = [Ag+][CrO42-]
= 8,7 x 10-3 mol/L x 6,5 x 10-3 mol/L
= 5,6 x 10-5
Perbandingan Ksp Ag2CrO4 dan Q1 Ag2CrO4
Q1 Ag2CrO4 > Ksp Ag2CrO4
5,6 x 10-5 > 4 x 10-12
Karena nilai Q> Ksp.Maka, terjadi endapan Ag2CrO4
➢ Tabung 2
Diketahui:
• Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10-12 dalam 25 oC
• Molaritas AgNO3 = 0,01M
• Molaritas K2CrO4 = 0,05 M
• Volume AgNO3 = 10 mL
• Volume K2CrO4 = 2.0 mL
• Volume total = V Ag2CrO4 +V K2CrO4
= 10 mL +2,0 mL
= 12 mL
• n AgNO3 = Molaritas AgNO3 x VAgNO3
= 0,01M x 10 mL
= 0,1 mol
• n K2CrO4 = Molaritas K2CrO4 x V K2CrO4
= 0,05 M x 2,0 mL
= 0,1 mol
• [Ag+] = n AgNO3
Volume total
= 0,1 mol
12 mL
= 8,3 x 10-3 mol/L
• [CrO42-] = n K2CrO4
Volume total
= 0,1 mol
12 mL
= 8,3 x 10-3 mol/L
Q2 = [Ag+][CrO42-]
= 8,3 x 10-3 mol/L x 8,3 x 10-3 mol/L
= 6,9 x 10-5

Perbandingan Ksp Ag2CrO4 dan Q2 Ag2CrO4


Q2 Ag2CrO4 > Ksp Ag2CrO4
6,9 x 10-5 > 4 x 10-12
Karena nilai Q>Ksp. Maka, terjadi endapan Ag2CrO4
➢ Tabung 3
Diketahui:
• Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10-12 dalam 25o C
• Molaritas AgNO3 = 0,01M
• Molaritas K2CrO4 = 0,05 M
• Volume AgNO3 = 10 mL
• Volume K2CrO4 = 2,5 mL
• Volume total = V Ag2CrO4 + V K2Cr04
= 10 mL + 2,5 mL
= 12,5 mL
• n AgNO3 = Molaritas AgNO3 xV AgNO3
= 0,01M x10 mL
= 0,1 mol
• n K2CrO4 = Molaritas K2CrO4 x V K2CrO4
= 0,05 M x 2,5 mL
= 0,125 mol
• [Ag+] = n AgNO3
Volume total
= 0,1 mol
12,5 mL
= 8,0 x 10-3 mol/L
• [CrO42-] = n K2CrO4
Volume total
= 0,125 mol
12,5 mL
= 1,0 x 10-2 mol/L
Q3 = [Ag+][CrO42-]
= 8,0 x 10-3 mol/L x 1,0 x 10-2 mol/L
= 8,0 x 10-5
Perbandingan Ksp Ag2CrO4 dan Q3 Ag2CrO4
Q3 Ag2CrO4 > Ksp Ag2CrO4
8,0 x 10-5 > 4 x 10-12
Karena nilai Q > Ksp. Maka, terjadi endapan Ag2CrO4
➢ Tabung 4
Diketahui:
• Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10-12 dalam 25o C
• Molaritas AgNO3 = 0,01M
• Molaritas K2CrO4 = 0,05 M
• Volume AgNO3 = 10 mL
• Volume K2CrO4 = 3,0 mL
• Volume total = VAg2CrO4 + V K2Cr04
= 10 mL + 3,0 mL
= 13 mL
• n AgNO3 = Molaritas AgNO3 x V AgNO3
= 0,01M x 10 mL
= 0,1 mol
• n K2CrO4 = Molaritas K2CrO4 x V K2CrO4
= 0,05 M x 3,0 mL
= 0,15 mol
• [Ag+] = n AgNO3
Volume total
= 0,1 mol
13 mL
= 7,7 x 10-3 mol/L

• [CrO42-] = n K2CrO4
Volume total
= 0,15 mol
13 mL
= 1,1 x 10-2 mol/L
Q4 = [Ag+][CrO42-]
= 7,7 x 10-3 mol/L x 1,1 x 10-2 mol/L
= 8,5 x 10-5
Perbandingan Ksp Ag2CrO4 dan Q4 Ag2CrO4
Q4 Ag2CrO4 > Ksp Ag2CrO4
8,5 x 10-5 > 4 x 10-12
Karena nilai Q > Ksp.Maka, terjadi endapan Ag2CrO4
➢ Tabung 5
Diketahui:
• Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10-12 dalam 25o C
• Molaritas AgNO3 = 0,01M
• Molaritas K2CrO4 = 0,05 M
• Volume AgNO3 = 10 mL
• Volume K2CrO4 = 3,5 mL
• Volume total = VAg2CrO4 +V K2Cr04
= 10 mL + 3,5 mL
= 13,5 mL
• n AgNO3 = Molaritas AgNO3 x V AgNO3
= 0,01M x 10 mL
= 0,1 mol
• n K2CrO4 = Molaritas K2Cr04 x V K2Cr04
= 0,05 M x 3,5 mL
= 0,175 mol
• [Ag+] = n AgNO3
Volume total
= 0,1 mol
13,5 mL
= 7,4 x 10-3 mol/L
• [CrO42-] = n K2CrO4
Volume total
= 0,175 mol
13,5 mL
= 1,2 x 10-2 mol/L
Q5 = [Ag+][CrO42-]
= 7,4 x 10-3 mol/L x 1,2 x 10-2 mol/L
= 8,9 x 10-5
Perbandingan Ksp Ag2CrO4 dan Q5 Ag2CrO4
Q5 Ag2CrO4 > Ksp Ag2CrO4
8,9 x 10-5 > 4 x 10-12
Karena nilai Q > Ksp.Maka, terjadi endapan Ag2CrO
➢ Kesimpulan
1. Volume sangat berpengaruh terhadap konsentrasi
2. Pengaruh ion senama pada kesetimbangan mempengaruhi laju
kesetimbangan yang bergeser ke arah reaktan sehingga memperkecil
kelarutan
3. Dalam menghitung Ksp, harus mengetahui konsentrasi masing masing ion
penyusunnya.
4. Semakin tinggi suhu, maka semakin besar pula kelarutannya. Sehingga
mudah larut.
5. Pengaruh konsentrasi terhadap kesetimbangan Besi(III) Tiosianat yaitu
jika konsentrasi (volume) pereaksi ditambah maka kesetimbangan bergeser
ke arah produk maka warna larutan semakin pekat sebaliknya jika
konsentrasi pereaksi dikurangi (ditambah zat lain Na2HPO4, NH3) warna
larutan semakin pudar.
6. Semakin kecil konsentrasi larutan Fe(NO3)3, maka warna yang dihasilkan
dalam reaksi antara KSCN dan Fe(NO3)3 akan semakin pudar
DAFTAR PUSTAKA

- Day, R.A., dan Underwood A.L., (1999), Kimia Analitik, Erlangga


- Heltina,D. and Indriani,R.,2009.Biosorpsi Pb IIII Pada Jamur Trichoderma
Asperrellum TNJ-63. Jurnal Rekayasa Prosel, 311, pp.1-4.
- Keenan, W. Charles. 1984.Kimia Untuk Universitas.Jakarta : Erlangga.
Purwoko, Agus. 2006
- Kimia Dasar 1. NTB : Mataram University Press. Stephen, Bresnick.
2002. Istilah Kimia Umum. Jakarta: Erlangga
- liprot, G.F., Cs, (1985), “Modern Physical Chemistry”, Denmark: Bell &
Hyman Limited.
- Sukardjo, Dr., (1997), Kimia Fisika. Jakarta: Angkasa.
- Amaliah,WD.2014.Laporan Praktikum Titrasi Pengendapan.[dalam
jaringan] https://www.slideshare.net/wd_amaliah/laporan-praktikum-
titrasi-pengendapan Diakses pada tanggal 1 Februari 2021
- Lestari,Nabila Putri.2014.Acara V Kesetimbangan Kimia.[dalam jaringan]
https://www.academia.edu/30715261/ACARA_V_KESETIMBANGAN_
KIMIA. Diakses pada tanggal 1 Februari 2021
- Alenta,Risyanti.2015.Kesetimbangan (2) Praktikum.[dalam jaringan]
https://www.slideshare.net/risyantiALENTA/kesetimbangan-kimia-2-
praktikum. Diakses pada tanggal 1 Februari 2021
- https://www.studiobelajar.com/kelarutan-dan-hasil-kali-kelarutan-ksp/
- https://youtu.be/0jnYrh84I2U
- https://youtu.be/NYf_gQFC7Mo
- https://www.youtube.com/watch?v=5RjVjnCbKQM
- https://www.youtube.com/watch?v=5RjVjnCbKQM&t=90s
[Diakses pada tanggal 30 Januari 2021]

Anda mungkin juga menyukai