Anda di halaman 1dari 15

KEBEBASAN YANG DIBANGUN ATAS REALITAS

BERSAMA
Dengan mempelajari materi ini peserta akan:

I. Memahami hakikat manusia sebagai makhluk individu.

II. Memahami hakikat manusia sebagai makhluk sosial.

III. Memahami implementasi konsep kebenaran ilmiah dalam kehidupan.


Kebebasan yang Dibangun Atas Realitas Bersama ........................................................ 6

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial ........................................................... 6

Manusia Sebagai Individu dan Hak yang Membatasinya............................................ 8

Batasan Manusia Sebagai Makhluk Sosial .................................................................. 9

Konsep Kebenaran Ilmiah ........................................................................................ 11


You become responsible forever for what you’ve tamed.
You’re responsible for your rose.”

― Antoine de Saint-Exupéry, The Little Prince

Banyak yang telah kamu pelajari: mulai dari identitasmu


hingga lingkunganmu. Saatnya melanjutkan perjalanan. Kini,
kamu bebas melangkah.

...tapi tunggu.

Bebas? Betulkah itu? Adakah hal-hal lain yang patut kita


pertimbangkan dan memengaruhi kebebasan kita?
KEBEBASAN YANG
DIBANGUN ATAS REALITAS
BERSAMA
Kebebasan yang Dibangun Atas Realitas Bersama

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial

Manusia di dalam hidupnya selalu mencari dan membutuhkan kebebasan.

Secara harfiah kebebasan adalah kemampuan untuk melakukan segala sesuatu

tanpa terbatasi apapun. Meski dalam kenyataannya tidak ada hal yang benar-

benar bebas, tidak ada kebebasan yang tidak terbatas.

[Ada 7,6 miliar manusia di muka bumi dan setiap orang menginginkan

kebebasan sehingga tidak mungkin ada “ruang” yang cukup agar kebebasan itu

tidak saling bergesekkan]

In philosophical discourse, freedom is discussed in the context of free will and self -

determination, balanced by moral responsibility.

(Jason Brennan. 2016)

Jika ditarik ke pandangan filosofis, diskusi soal kebebasan selalu berkaitan

dengan free-will dan self determination yang seimbang dengan beban moral.

Manusia cenderung menciptakan kondisi chaos (Hobbes) dan saling

menciptakan konflik (Locke) sehingga akhirnya butuh kontrak sosial agar ada

ruang bagi kebebasan untuk setiap individunya dan menciptakan keteraturan.

Adanya kebebasan artinya ada batasan untuk hal-hal yang dapat

menciptakan ketidakbebasan, ini yang dimaksud dengan kontrak sosial itu


sendiri. Kontrak sosial ini kemudian dijamin oleh institusi-institusi formal,

contohnya negara, yang kemudian mendefinisikan kebebasan sebagai hak.

Our lives go depends in part of individual choice. Still, the rules make a differen ce.

Nozick and Rawls both concluded that utilitarianism fails to respect the

“separateness of persons.” The idea here is that all people are ends in themselves

with separate lives to lead. They are not tools to be exploited for maximizing

aggregate utility. We cannot force people to suffer for the sake of others. (Jason

Brennan. 2016)

Sedikit mundur untuk kembali membahas kebebasan, kebebasan individu ini

didasari atas kehidupan yang bebas untuk dipilih oleh setiap individu (individual

freedom), tidak ada alasan untuk membuat bentuk-bentuk yang memaksa

seakan ada arah yang harus dicapai secara kolektif untuk meningkatkan

keuntungan bersama. Bahkan jika untuk bergerak sendiri, pencapaian tujuan

bersama tanpa adanya pilihan pribadi masih bukan hal yang benar untuk

meningkatkan keuntungan bersama, coba baca “The One Who Walk Away

from Omelas”. Namun perlu diketahui tetap ada aturan yang membatasi

kebebasan dan pilihan individu, selain hukum dan norma di institusi tempat

individu itu berada, yaitu hak itu sendiri.


Manusia Sebagai Individu dan Hak yang Membatasinya

To say a person has rights is to say other people have enforceable duties toward that

person. (Jason Brennan, 2016)

Hak individu tiba-tiba seakan menciptakan tanggung jawab secara tidak

langsung untuk individu lainnya. Untuk seseorang yang memiliki hak hidup

berarti setiap orang lainnya memiliki tanggung jawab untuk tidak mengganggu

hak hidup tersebut. Artinya ketika kita sudah mendefinisikan kebebasan dalam

sebuah institusi, kita sedang berbicara soal hak dan hak setiap orang selalu

dibatasi oleh hak orang lain dan untuk setiap hak individu lahir tanggung jawab

bagi individu lainnya untuk menjaga hak tersebut. Maka untuk saat ini kita dapat

menyimpulkan bahwa tanggung jawab sebagai kondisi tidak melanggar hak

orang lain. Ketika tanggung jawab ini tidak terlaksana akan ada konsekuensi

yang harus diambil.

Kembali soal hak, hak mungkin bukan muatan yang absolut dan mungkin

saja pro tanto, artinya akan ada konsiderasi yang dapat mengakibatkan

seseorang dapat kehilangan haknya. Soal pro tanto ini berarti adanya presumsi

moral yang menegaskan untuk tidak melanggar hak, namun dalam situasi

tertentu justru dapat menghilangkan tanggung jawab untuk menjaga hak

tersebut untuk menghindari bencana yang lebih besar. Contohnya saat kondisi

pandemi ini dan semua orang diimbau untuk melakukan self quarantine, ada

pembatasan hak individu, namun berdasarkan presumsi moral dan menimbang

kerugian yang mungkin ditimbulkan, maka mungkin hal ini dapat menjadi

justifikasi.
To say a right is alienable is to say it can be transferred to others—that is, that one

person can lose the right and another person can acquire it. To say a right is

forfeitable is to say that if people act in certain ways they can lose that right. (Jason

Brennan, 2016)

Hak dapat diberikan kepada orang lain artinya dengan consent hak dapat

diganti kepemilikannya, seperti pada saat proses jual beli barang. Tetapi hal ini

mungkin tidak berlaku untuk semua hak, seperti soal mendedikasikan diri untuk

organisasi illuminati atau human trafficking, yang seperti ini tidak terlihat benar

untuk dilakukan. Hak dapat dibatasi atau dihilangkan artinya

ketidakabsolutan hak berlaku sehingga individu dapat kehilangan haknya,

seperti ketika melakukan kejahatan maka beberapa hak dapat dihilangkan,

dalam kasus pelanggaran berat bahkan hak hidup dapat dihilangkan dengan

hukuman mati.

Batasan Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Dalam realita kehidupan, batasan-batasan atas ketidakbebasan didasari karena

manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk

bersosialisasi dengan sesamanya, karena sejatinya manusia selalu ingin

berhubungan dengan manusia lain sehingga menunjukkan kondisi yang

interdependensi. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu

mengandung konsekuensi berupa batasan-batasan yang terangkum dalam

norma-norma yang ada dan menyesuaikan pada kebenaran ilmiah.


Menurut Soerjono, norma adalah perangkat dalam masyarakat agar hubungan

bisa terjalin baik; Isworo mengatakan bahwa norma adalah sebuah petunjuk

atau peraturan dalam hidup yang mampu memberikan ancar-ancar tentang

perbuatan mana saja yang harus dilakukan atau dihindari. Dari pemaparan dua

ahli tersebut, tercermin bahwa dalam menjalani kehidupan bersosial penting

untuk memahami norma-norma yang ada, baik itu norma susila, kesopanan,

agama, dan hukum agar kebebasan yang dipaparkan sebelumnya dapat

dipahami batasannya sehingga hubungan antaraksi dan interdependensi dapat

berjalan dengan baik dan benar. Apabila norma yang berlaku tidak dijalankan

sebagaimana mestinya, maka konsekuensi berupa sanksi pelanggaran akan

diterapkan sesuai aturan yang berlaku. Perlu dipahami pula bahwasannya

norma dapat berbeda-beda menyesuaikan kondisi dan lingkungan tempat

berlakunya norma tersebut.

Contoh :

• (untuk norma agama akan diperdalam di mentoring agama)

• Di suatu sore, Ali sedang berjalan-jalan di suatu mall mewah. Lalu ia

melihat smartphone yang canggih dan berkeinginan untuk memilikinya.

Ali tidak bekerja dan memiliki penghasilan sehingga memutuskan untuk

pulang ke rumahnya dan mengambil harta ayahnya yang bukan haknya.

Lalu dia tersadarkan bahwa di negaranya terdapat undang-undang

terkait larangan mencuri dan pelaku yang melarang peraturan

tersebut dijerat pasal pidana dan berpotensi untuk dimasukkan ke

dalam penjara sehingga ia memutuskan untuk tidak mencuri harta

ayahnya karena bertentangan dengan norma hukum negaranya.


• Pada zaman penjajahan, perempuan tidak dapat mengakses pendidikan

karena berdasarkan norma sosial yang ada pada saat itu, perempuan

hanya diperbolehkan untuk berada di dalam rumah dan mengatur

urusan rumah tangga. Namun akhirnya R.A. Kartini berani untuk

menentang norma tersebut dengan dilandasi atas konsep pendidikan

yang bertujuan untuk mendidik manusia terlepas dari apapun

identitasnya.

Konsep Kebenaran Ilmiah

Human is inherently in favor of Order and Structure.

Hans Kelsen, “What is Justice”,

(London: Cambridge University Press 1957)

Sebagai insan akademis, ada peran yang akan muncul dengan sendirinya

apabila mengikuti watak ilmu itu sendiri—mencari dan membela kebenaran

ilmiah. Kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang diperoleh atau ditemukan

berdasarkan fakta, hasil riset, dan penelitian yang melalui proses penalaran

atau logika penelitian ilmiah karena dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah dan tanpa terikat oleh kondisi dan lingkungan.

Dalam mendefinisikan kebebasan kita juga harus berada dalam konsep

tersebut. Konsep kebenaran ilmiah yang dimaksud adalah adanya proses

berpikir dengan framework yang seminimalnya dapat menggambarkan sebab-

akibat dari pilihan. Proses berpikir yang sesuai dengan konsep kebenaran
ilmiah dengan memiliki pengetahuan atas hak individu, tanggung jawab,

dan norma penting untuk diterapkan agar kebebasan yang dijelaskan

sebelumnya dapat diaplikasikan secara bijaksana dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Contoh :

• Akhir-akhir ini di Indonesia sedang viral isu tentang kalung eukaliptus

yang dibuat oleh Kementrian Pertanian yang dilansir dapat menjadi

antivirus corona. Sebagai insan akademis, perlu untuk mencari dan

membela kebenaran ilmiah dari pernyataan tersebut. Karena kalung

tersebut sampai saat ini belum bisa dibuktikan secara sains sehingga

dipertanyakan kebenarannya.

• Dahulu sempat ada isu di berita yang mengatakan bahwa

perempuan yang berenang dengan laki-laki di satu kolam yang sama

dapat menyebabkan kehamilan. Seorang insan akademis tidak boleh

menerima pernyataan tersebut secara spontan. Karena dalam ilmu

biologi sendiri dijelaskan bagaimana reproduksi dan kehamilan itu dapat

terjadi yang bertolak belakang dengan pernyataan tersebut, sehingga

tidak sesuai dengan kebenaran ilmiah yang ada.

• Indonesia sedang dihebohkan dengan seseorang yang mengaku pakar

mikrobiologi dan menemukan obat herbal anticorona yang dapat

sembuh dalam waktu 3 hari. Dan juga mengatakan bahwa Covid-19 akan

mati pada temperature diatas 350 C. Dan juga mengatakan bahwa besi

meleleh pada temperature tersebut. Sebagai insan akademis yang

mengedepankan konsep kebenaran ilmiah, tidak sepatutnya percaya

dengan isu cari sensasi seperti itu. Karena menurut sains itu sendiri,
protein akan mulai mengalami denaturasi pada temperature 70-80 C, dan

besi sendiri meleleh pada temperature diatas 1500 C.

• Pandangan soal adanya konsekuensi dari pakaian seseorang dengan

kasus kekerasan seksual yang dialami merupakan hasil dari kurangnya

penerapan konsep kebenaran ilmiah akibat masyarakat yang terbawa

dari konstruksi sosial soal bagaimana “seharusnya” seseorang

berpakaian.

Gambar 1 Persentase Data Terkait Cara Berpakaian dan Kekerasan Seksual

Catatan penting : Norma yang berlaku dan juga konsep kebenaran ilmiah yang

ada, keduanya bersifat tidak mutlak. Artinya dapat berubah suatu waktu.

Adapun norma berubah bersesuaian dengan kondisi dan lingkungan,

kebenaran ilmiah merupakan kebenaran yang sifatnya universal dan dapat

berubah sesuai dengan perkembangan ilmu itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai