Anda di halaman 1dari 27

SKRIPSI

‘’Analisis Teori Kepribadian B. F. Skinner’’

Dosen Pengampu: Dewi Kartika, M.Pd

DISUSUN OLEH:

Selpita Sari (18641033)

PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP

TAHUN AJARAN

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan, kesempatan, dan kasih sayang yang di curahkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas kelompok yang berupa makalah. Yang mana diharapkan
dapat memberikan manfaat dan dapat mendukung perkembangan pembelajaran
mengenai ‘’Analisis Teori Kepribadian B. F. Skinner’’.

Harapan penulis, semoga makalah ini memberikan manfaat yang berarti


bagi pembaca pada umumnya dan bagi penyusun pada khususnya. Tiada gading
yang tak retak, kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk kebaikan di
kemudian hari.

Curup , Desember 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR......................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I KAJIAN TEORI

A. Biografi B. F. Skinner............................................................................. 1

B. Teori Behavioristik................................................................................... 5

C. Eksperiment Skinner................................................................................. 7

D. Teori Operant Conditioning.................................................................... 8

E. Prosedur Tingkah Laku........................................................................... 8

F. Respon..................................................................................................... 9

G. Pola Respon dan Pngendalian Konsekuensi........................................... 13

H. Kelebihan dan Kekurangan.................................................................... 15

BAB II ANALISIS PENULIS

A. Hasil Analisis....................................................................................... 16

B. Pendapat S-R........................................................................................... 20

C. Keunggualan dan Kelemahan................................................................. 22

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................. 23

B. Saran....................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA.................................................................. ...................... 24

3
BAB I

KAJIAN TEORI

A. Biografi Burrhus Frederic Skinner

Burrhus Frederic Skinner dilahirkan pada tanggal 20 Maret 1904 di


Susquehanna, Pensylvania, Amerika Serikat. Ayahnya adalah seorang pengacara
yang menjadi General Counsel di sebuah perusahaan batu bara besar, dan ibunya
adalah seorang ibu rumah tangga yang cerdas. Dia dididik oleh orang tuanya
dengan didikan model kuno dan disiplin. Skinner merupakan anak yang kreatif, ia
banyak menghasilkan waktu untuk merancang dan membuat berbagai alat
permainan seperti gerobak, sumpit, layang-layang dan model-model pesawat
terbang. Skinner tumbuh dalam keluarga yang hangat dan harmonis. Ia pun
mengenang masa kanak-kanaknya sebagai kehidupan yang penuh kehangatan
namun cukup ketat dalam kedisiplinan. Skinner lebih suka hidup di luar rumah, ia
pun sangat menikmati sekolahnya dan menciptakan sesuatu. Dalam hidupnya
pernah terjadi suatu tragedi, yaitu saudara laki-lakinya meninggal dunia pada usia
1 tahun, karena pembengkakan pembuluh darah pada otak.

Teori belajar menurut B.F Skinner  yaitu Operant Conditioning merupakan


suatu bentuk belajar yang mana kehadiran respon berulang-ulang dikendalikan
oleh konsekuensinya, dimana individu cenderung mengulang-ulang respon yang
diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan. Adanya hukuman dan hadiah yang
diberikan akan membuat individu lebih mudah untuk belajar. Menurut Skinner
unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement )
dan hukuman (punishment).Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang
meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya,
hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas
terjadinya suatu perilaku.1

Skinner (1958) memberikan definisi belajar “ Laerning is a process of


progressive behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa
belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Ini
1
Djiwandono, Sri Esti Muryani. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grasindo. Hlm. 99

4
berarti bahwa sebagai akibat dari belajar adanya sifat progresifitas, adanya
tendensi kearah yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.

Skinner ingin sekali menjadi seorang penulis dan ia pun mencobanya


dengan mengarang lalu mengirim puisi dan cerita pendek. Skinner terus saja
menulis dan selalu berkarya sampai akhir hayatnya. Dan Skinner pun meninggal
pada tanggal 18 Agustus 1990, karena Leukimia. Ia telah berhasil menjadi seorang
tokoh psikologi yang paling terkenal sejak Sigmund Freud.

Skinner kecil adalah seorang anak yang selalu aktif. Sehingga ia pun tetap
aktif ketika beranjak remaja. Keinginannya untuk menjadi seorang penulis
membuat ia selalu berkarya melalui tulisan. Selama menuntut ilmu di sekolah
menengah, ia didorong oleh guru bahasa Inggrisnya agar mengambil jurusan
sastra di perguruan tinggi. Di sekolah menengah, Skinner berusaha mencari uang
sendiri dengan berbagai cara antara lain dengan membuat iklan
pertunjukan¬pertunjukan, bermain jazz band dan bersama temannya
mengorganisasi pertunjukan musik. Setelah lulus dari sekolah menengah, ia pun
melanjutkan belajarnya di Hamilton College, di dekat Uthica. Pada masa itu ia
menunjukkan minat seni dan intelektual yang besar pada seni sastra. Di Hamilton
College, Skinner menjadi editor surat kabar mahasiswa sastra, menulis puisi,
berlatih musik, menjadi pelukis dan permain saksofon.

Setelah lulus dari Hamilton College tahun 1926, Skinner ingin menjadi
seorang penulis. Tetapi ayahnya tetap saja melarang dan menganjurkan untuk
meninggalkan karir potensial ini. Skinner muda tetap saja tidak menghiraukan
ayah dan kemudian ia menghabiskan waktu satu tahun untuk menulis cerita fiksi
di Greenwich Village, tempat berkumpulnya para sastrawan di New York. Namun
masa ini tidak produktif, kemudian Skinner berhenti menulis dan mengikuti
kuliah psikologi di Harvard pada tahun 1928 dengan mengkhususkan diri pada
bidang tingkah laku hewan. Sebelum mengambil keputusan untuk kuliah jurusan
psikologi, Skinner telah membaca karya dari Ivan Pavlov seorang fisiologi, dari
Rusia yang telah mengadakan eksperimen dengan anjing yang refleks
dikondisikan. Selain itu, Skinner juga membaca karya J.B Watson tentang

5
behaviorisme dan Skinner pun tertarik. Dan Skinner berhasil meraih gelar doctor
pada tahun 1931.

Setelah Skinner memperoleh gelar doktornya, ia bekerja di laboratorium


Crozier, dimana tiga tahun ia menjadi Junior Fellow yakni suatu jabatan yang
sangat bergengsi di Harvard bagi seorang sarjana yang masih muda. Skinner
bekerja di tempat tersebut selama lima tahun. Penelitian yang dikerjakannya
difokuskan pada penelitian sistem syaraf hewan. Beberapa tokoh yang
mempengaruhi pemikiran Skinner yaitu Crozier, Jacques Loeb, C.S. Sherington,
Ivan Pavlov, J.B. Watson dan E.L. Thorndike.

Pada tahun 1936 sampai 1945, Skinner menjalani karir sebagai pengajar di
Universitas Minnesota. Selama ini Minnesita, Skinner sangat produktif dan
mengukuhkannya sebagai salah seorang psikolog eksperimental yang terkemuka
saat itu. Selain itu, Skinner juga sempat menulis novel berjudul Walden Two pada
tahun 1948. Di tengah¬tengah kesibukannya mengajar, pada tahun 1942 sampai
1943 Skinner melibatkan diri dalam kegiatan penelitian mengenai perang yang
disponsori oleh General Mills dan juga menjadi anggota Guggenheim.

Mulai tahun 1945 sampai 1947, Skinner ditunjuk sebagai dekan Fakultas
Psikologi Universitas Indiana. Setelah itu, ia kembali ke Harvard dan di sana
menerima jabatan guru besar psikologi di Universitas Harvard. Skinner juga
menjadi anggota sejumlah perhimpunan professional serta menerima banyak
medali penghormatan diantaranya yaitu Warren medali dari perhimpunan para
ahli psikologi eksperiman pada tahun 1942, Distinguished Scientific Contribution
Award dari American Psychological Association (APA) tahun 1958, medali
presiden untuk ilmu pengetahuan dan medali emas dari APA pada tahun 1971.

Selama tahun 1930-an dan 1940-an, Skinner mengembangkan teorinya


dengan melakukan eksperimen-eksperiman pengondisian operan (operant
conditioning). Dan pada tahun 1954, Skinner ikut serta dalam sebuah symposium
tentang kecenderungan-kecenderungan modern dalam psikologi. Skinner
menggunakan media ketika proses belajar mengajar Berdasarkan prinsip-prinsip
yang mengaturnya. Presentasi tersebut dipublikasikan dalam Harvard Educational

6
Review pada tahun 1954 dan menobatkan Skinner sebagai “pencipta teknologi
pendidikan”.

Istilah“ Living is Learning”, merupakan sepenggal kalimat yang


dikemukakan oleh Havighurst (1953). Dengan kalimat tersebut memberikan
gambaran bahwa belajar merupakan hal yang sangat penting, sehingga tidaklah
mengherankan bahwa banyak orang ataupun ahli yang membicarakan masalah
belajar. Hampir semua pengetahuan, sikap, ketrampilan, perilaku manusia
dibentuk, diubah dan berkembang melalui belajar. Kegiatan belajar dapat
berlangsung dimana dan kapan saja. Di rumah, di sekolah, di pasar, di toko, di
masyarakat luas, pagi, sore dan malam. Karena itu, belajar merupakan masalah
bagi setiap manusia. Oleh sebab itu dibutuhkan cara belajar yang tepat untuk
menghasilkan perubahan sikap yang baik pula.

Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19


sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat
dan memberi banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar
tingkah laku (behaviorisme) yang awal mulanya dikembangkan oleh psikolog
Rusia Ivan Pavlov (tahun 1900-an) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah
pengkondisian klasik (classical conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah
laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward
Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt. Teori belajar behaviorisme ini berorientasi
pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan
supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan
dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang
diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku
yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau Penilaian
didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak
memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik dilakukan
sendiri maupun melalui simulasi.

Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu
keluarnya teori S-R. Pada waktu keluarnya teori-teori S-R. Pada waktu itu model

7
kondisian klasik dari Pavlov telah memberikan pengaruh yang kuat pada
pelaksanaan penelitian. Istilah-istilah seperti cues (pengisyaratan), purposive
behavior (tingkah laku purposive) dan drive stimuli (stimulus dorongan)
dikemukakan untuk menunjukkan daya suatu stimulus untuk memunculkan atau
memicu suatu respon tertentu. Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R
dan penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat
kekuatan yang tidak mengendur.

Menurut Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan tingkah laku


tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana organisme berinteraksi dengan
lingkungannya. Bukan begitu,banyak tingkah laku menghasilkan perubahan atau
konsekuensi pada lingkungan yangmempunyai pengaruh terhadap organisme dan
dengan begitu mengubah kemungkinan organisme itu merespon nanti. Asas-asas
kondisioning operan adalah kelanjutan dari tradisi yang didirikan oleh John
Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah laku
harus dijadikan fokus penelitian psikologi. Tidak seperti halnya teoritikus-
teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari kontradiksi yang ditampilkan oleh
model kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning instrumental dari
Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua jenis respon itu
dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas
munculnya respons atau tingkah laku operan.

B. Teori behavioristik

Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai


hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984). Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori
ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang

8
diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak
penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur.
Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang
diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus
dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran
merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan
tingkah laku tersebut.2

Teori belajar behavioristik yang dicetuskan oleh Gagne dan Berliner tentang


perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang
menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan
teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar.3

Teori behavioristik memandang individu hanya dari sisi jasmaniah, dan


mengabaikan aspek – aspek  mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak
mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat  dan perasaan individu dalam suatu
belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih siswa sedemikian rupa sehingga
menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Beberapa prinsip dalam teori belajar
behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and
Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency
Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of
Responses. Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses
perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus
untuk merangsang pembelajar dalam berperilaku.

2
Gredler, Margaret E. Bell. 1994. Belajar dan pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada. Hlm. 21

3
Ibid. Hlm. 27

9
Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu
menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal
yang berkaitan dengan pendidikan dan belajar yang dapat diubah menjadi sekedar
hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.
Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat
emosi siswa, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama.
Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai
kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya
terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda
tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus
dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh
pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.4

C. Eksperimen Skinner

            Dalam eksperimen Skinner (Muhibbin Syah, 2003: 99), Skinner


menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti yang kemudian
terkenal dengan “Skinner Box”. Peti sangkar ini terdiri atas dua komponen yaitu:
manipulandum dan alat pemberi reinforcement yang antara lain berupa wadah
makanan. Manipulandum adalah komponen yang dapat dimanipulasi dan
gerakannya berhubungan dengan reinforcement. Komponen ini terdiri dari
tombol, batang jeruji, dan pengungkit. (Rober, 1988).5

            Dalam eksperimen ini, mula-mula tikus mengeksplorasi pati sangkar


dengan berlari-lari atau mencakari dinding. Aksi ini disebut “”emitted behavior”
(tingkah laku yang terpancar tanpa mempedulikan stimulus tertentu). Sampai pada
suatu ketika secara kebetulan salah satu “emitted behavior” tersebut dapat
4
Mahmud, Drs. M. Dimyati. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud. Hlm. 117

5
Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Hlm.
85

10
menekan pengungkit yang menyebabkan munculnya butir-butir makanan ke
dalam wadahnya sehingga tikus dapat mendapatkan makanan.

            Butir-butir makanan ini merupakan reinforce bagi penekanan pengungkit.


Penekanan pengungkit inilah yang disebut tingakah laku operant yang akan terus
meningkat apabial diiringi dengan reinforcement, yakni pengauatan berupa butir-
butir makanan yang muncul.

D. Teori Operant Conditioning

Teori ini dikembangkan oleh B.F Skinner. Menurut Skinner dalam (Dimyati
Mahmud, 1989: 123) tingkah laku bukanlah sekedar respon terhadap stimulus,
tetapi suatu tindakan yang disengaja atau operant. Operant ini dipengaruhi oleh
apa yang terjadi sesudahnya. Jadi operant conditioning atau operant learning itu
melibatkan pengendalian konsekuensi. Tingkah laku ialah perbuatan yang
dilakukan seseorang pada situasi tertentu. Tingkah laku ini terletak di antara dua
pengaruh yaitu pengaruh yang mendahuluinya (antecedent) dan pengaruh yang
mengikutinya (konsekuensi). 6

Dengan demikian, tingkah laku dapat diubah dengan cara mengubah


antecedent, konsekuensi, atau kedua-duanya. Menurut Skinner, konsekuensi itu
sangat menentukan apakah seseorang akan mengulangi suatu tingkah laku pada
saat lain di waktu yang akan datang.7

E. Prosedur Pembentukan Tingkah laku

6
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Hlm.
132

7
Ibid. Hlm. 139

11
Prosedur pembentukan tingkah laku dalam operant
conditioning (kondisioning operan) secara sederhana adalah sebagai berikut:

A. Mengidentifikasi hal-hal yang merupakan reinforcer (hadiah) bagi tingkah laku


yang akan dibentuk.
B. Menganalisis, kemudian mengidentifikasi aspek-aspek kecil yang membentuk
tingkah laku yang dimaksud. Aspek-aspek tersebut lalu disususn dalam urutan
yang tepat untuk menuju pada terbentuknya tingkah laku yang dimaksud.
C. Berdasarkan urutan aspek-aspek itu sebagai tujuan sementara,
mengidentifikasi reinforcer (hadiah) untuk masing-masing daerah itu.
D. Melakukan pembentukan tingkah laku, dengan menggunakan urutan aspek-
aspek yang telah tersusun itu. Kalau aspek pertama telah dilakukan maka
hadiahnya diberikan; hal ini akan mengakibatkan aspek itu makin cenderung
untuk sering dilakukan. Kalau itu sudah terbentuk, dilakukannya aspek kedua
yang diberi hadiah (aspek pertama tidak lagi memerlukan hadiah); demikian
berulang-ulang, sampai aspek kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan
aspek ketiga, keempat dan selanjutnya, sampai seluruh tingkah laku yang
diharapkan terbentuk.8

E. Respon

Tingkah laku adalah hubungan antara perangsang dan respon. Tingkah laku
terjadi apabila ada stimulus khusus. Skinner berpendapat, pribadi seseorang
terbentuk dari akibat respon terhadap lingkungannya, untuk itu hal yang paling
penting untuk membentuk sebuah kepribadian adalah adanya penghargaan dan
hukuman. Penghargaan akan diberikan untuk respon yang diharapkan sedangkan
hukuman untuk respon yang salah. Pendapat skinner ini memusatkan hubungan
antara tingkah laku dan konsekuen. Contoh, jika tingkah laku individu segera
diikuti oleh tingkah laku menyenangkan, individu akan menggunakan tingkah
laku itu lagi sesering mungkin.

8
Syah M.Ed., Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 71

12
1. Respondent response (reflexive response), yaitu respom yang ditimbulkan
oleh suatu perangsang-perangsang tertentu. Misalnya, keluar air liur saat
melihat makanan tertentu. Perangsang-perangsang yang demikian itu
disebut eliciting stimuli, menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. Pada
umumnya, perangsang-perangsang yang demikian mendahului respon yang
ditimbulkannya.
2. Operant response (instrumental response), yaitu respon yang timbul dan
berkembangnya diikuti oleh perangsang-peerangsang tertentu. Perangsang
yang demikian itu disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena
perangsang itu memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi,
perangsang yang demikian itu mengikuti (dan karenanya memperkuat) sesuatu
tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Jika seorang anak belajar (telah
melakukan perbuatan), lalu mendapat hadiah, maka ia akan menjadi lebih
giatbelajar (intensif/ kuat).
Pada kenyataannya, respon jenis pertama (respondent/reflexive
response/behavior) sangat terbatas adanya pada manusia. Sebaliknya operant
response/behavior merupakan bagian terbesar dari tingkah laku manusia dan
kemungkinan untuk memodifikasinya hampir tak terbatas. Oleh karena itu, fokus
teori Skinner adalah pada respons atau jenis tingkah laku yang kedua ini.
Persoalannya adalah bagaimana menimbulkan, mengembangkan dan
memodifikasi tingkah laku-tingkah laku tersebut (dalam belajar atau dalam
pendidikan). 

1. Meningkatkan perilaku yang diharapkan


Ada lima strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk
meningkatkan perilaku anak yang diharapkan yaitu:

a. Memilih Penguatan yang efektif


Tidak semua penguatan akan sama efeknya bagi anak. Analisis
perilaku terapan menganjurkan agar guru mencari tahu penguat apa yang
paling baik untuk anak, yakni mengindividualisasikan penggunaan penguat

13
tertentu. Untuk mencari penguatan yang efektif bagi seorang anak,
disarankan untuk meneliti apa yang memotivasi anak dimasa lalu, apa yang
dilakukan murid tapi tidak mudah diperolehnya, dan persepsi anak terhadap
manfaat dan nilai penguatan. Penguatan alamiah seperti pujian lebih
dianjurkan ketimbang penguat imbalan materi, seperti permen, mainan dan
uang.
b. Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu
Agar penguatan dapat efektif, guruharus memberikan hanya setelah
murid melakukan perilaku tertentu. Analisis perilaku terapan seringkali
menganjurkan agar guru membuat pernyataan “jika…maka”. penguatan
akan lebih efektif jika diberikan tepat pada waktunya, sesegera mungkin
setelah murid menjalankan tindakan yang diharapkan. Ini akan membantu
anak melihat hubungan kontingensi antar-imbalan dan perilaku mereka. Jika
anak menyelesaikan perilaku sasaran (seperti mengerjakan sepuluh soal
matematika) tapi guru tidak memberikan waktu bermain pada anak, maka
anak itu mungkin akan kesulitan membuat hubungan kontingensi.
c. Memilih jadwal penguatan terbaik
Menyusun jadwal penguatan menentukan kapan suatu respons akan
diperkuat. Empat jadwal penguatan utama adalah:
1) Jadwal rasio tetap: suatu perilaku diperkuat setelah sejumlah respon.
2) Jadwal rasio variabel : suatu perilaku diperkuat setelah terjadi
sejumlahrespon, akan tetapi tidak berdasarkan basis yang dapat
diperidiksi.
3) Jadwal interval – tetap : respons tepat pertama setelah beberapa waktu
akan diperkuat.
4) Jadwal interval – variabel : suatu respons diperkuat setelah sejumlah
variabel waktu berlalu.
d. Menggunakan Perjanjian (contracting)
Adalah menempatkan kontigensi penguatan dalam tulisan. Jika
muncul problem dan anak tidak bertindak sesuai harapan, guru dapat
merujuk anak pada perjanjian yang mereka sepakati. Analisis perilaku

14
terapan menyatakan bahwa perjanjian kelas harus berisi masukan dari guru
dan murid. Kontrak kelas mengandung pernyataan “jika… maka” dan di
tandatangani oleh guru dan murid, dan kemudian diberi tanggal.
e. Menggunakan penguatan negatif secara efektif
Dalam penguatan negatif, frekuensi respons meningkat karena respon
tersebut menghilangkan stimulus yang dihindari seorang guru mengatakan
“Fika, kamu harus menyelesaikan PR mu dulu diluar kelas sebelum kamu
boleh masuk kelas ikut pembelajaran” ini berarti seorang guru
menggunakan penguatan negatif.
2. Menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukkan (shaping).
Prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan atau isyarat tambahan yang
diberikan sebelum respons dan meningkatkan kemungkinan respon tersebut
akan terjadi. Shapping (pembentukan) adalah mengajari perilaku baru dengan
memperkuat perilaku sasaran.
3. Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan.
Ketika guru ingin mengurangi perilaku yang tidak diharapkan (seperti
mengejek, mengganggu diskusi kelas, atau sok pintar) yang harus dilakukan
berdasarkan analisis perilaku terapan adalah

a. Menggunakan Penguatan Diferensial.


b. Menghentikan penguatan (pelenyapan)
c. Menghilangkan stimuli yang diinginkan.
d. Memberikan stimuli yang tidak disukai (hukuman).

F. Pola-pola respon
Apabila reinforcement didasarkan pada prinsip interval tetap, dapat diduga
pola respon yang bakal muncul. Tetapi dengan menggunakan prinsip interval
bervariasi, pola respon yang muncul akan berbeda. Penggunaan reinforcement
secara beragam dapat juga mempengaruhi cepat lambatnya murid melakukan
tugas-tugas belajar. Kalau reinforcement iu didasarkan atas banyaknya respon
yang diberikan seseorang, murid akan lebih cermat mengendalikan waktu yang

15
digunakan untuk reinforcement. Semakin cepat murid mengumpulkan respon
yang benar, semakin cepat pula reinforcement diperolehnya.
Aspek lain yang dikenakannya reinforcement adalah kegigihan berusaha.
Kalau reinforcement sama sekali tidak diberikan, orang akan kendur semangat dan
akhirnya tidak merespon sama sekali atau tingkah laku itu akan menghilang.
Apabila reinforcement diberikan setiap kali, seseorang akan cepat berhenti
merespon manakala reinforcement itu berhenti, demikian pula kalau yang
diberikan pola reinforcement tetap. Agar murid terus tetap aktif, yang palingtepat
adalah menggunakan pola reinforcement bervariasi.

G. Mengendalikan konsekuensi
Konsekuensi yang timbul dari tingkah laku tertentu dapat menyenangkan
dan atau pun tidak menyenangkan bagi yang bersangkutan. Ada dua hal yang
perlu disinggung sehubungan dengan pengendalian konsekuensi, yaitu:
1. Reinforcement
Dalam pergaulan sehari-hari, reinforcement kurang lebih berarti
“hadiah”. Dalam dunia psikologi, reinforcement adalah konsekuensi yang
memperkuat tingkah laku. Setiap konsekuensi itu adalah pemberi
reinforcement (reinforcer) kalau dia memperkuat tingkah laku berikutnya.
Tingkah laku-tingakah laku yang diikuti dengan reinforcement akan diulang-
ulang di waktu yang akan datang.
2. Reinforcement positif
Disebut reinforcement positif apabila suatu stimulus terentu
(menyenangkan) ditunjukkan atau diberikan sesudah suatu perbuatan
dilakukan. Misalnya, uang atau pujian diberikan kepada seorang anak yang
memperoleh nilai A pada mata pelajaran tertentu.
3. Reinforcement negativ
Dinamakan reinforcement negative apabila suatu stimulus tertentu (tidak
menyenangkan) ditolak atau dihindari. Reinforcement negative memperkuat
tingkah laku dengan cara menghindari stimulus yang tidak menyenangkan.
Kalau suatu perbuatan tertentu menyebabkan seseorang menghindari sesuatu

16
yang tidak menyenangkan, ayng bersangkutan cenderung mengulangi
perbuatan yang sama apabila pada suatu saat menghadapi situasi yang serupa.
Misalnya, murid yang berungkali dipanggil menghadap Kepsek, pelanggaran
disiplin yang dilakukannya itu menjadi bertambah kuat karena dia tetap saja
melakukannya.
4. Hukuman
Reinforcement negative seringkali dikacaukan dengan hukuman. Proses
reinforcement selalu berupa memperkuat tingkah laku. Sebaliknya, hukuman
mengandung pengurangan atau penekanan tingkah laku.  Suatu perbuatan yang
diikuti hukuman, kecil kemungkinannya diulangi lagi pada situasi-situasi yang
serupa di saat lain. Hukuman dibedakan menjadi dua:
a. Presentation punishment, Terjadi apabila stimulus yang tidak
menyenangkan ditunjukkan atau diberikan. Misalnya, guru memberikan
tugas-tugas tambahan karena kesalahan-kesalanan yang dibuat murid.
b. Removal punishment, Terjadi apabila stimulus tidak ditunjukkan atau
diberikan, artinya menghilangkan sesuatu yang menyenangkan atau
diinginkan. Misalnya anak-anak tidak diperkenankan nonton tv selama
seminggu sehingga lalu tidak mau belajar.

H. Kelebihan dan kekurangan Teori B.F. Skinner


Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak
didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu
didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga
dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan. Tanpa adanya
sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi
kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan
lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning,
tugas guru akan menjadi semakin berat. Beberapa Kekeliruan dalam
penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara
untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah
anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu

17
mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan.
Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan,
cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.

I. Aplikasi Teori Skinner Terhadap Pembelajaran.


Dari penjelasan terperinci diatas tentang operant conditioning dapat
diambil kesimpulan bahwa operant conditioning merupakan teori belajar yang
menjelaskan bahwa sesuatu yang diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan
akan cenderung diulang-ulang. Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
2. Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan
dan jika benar diperkuat.
3. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
4. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
5. Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
6. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
7. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
8. •Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari
pelanggaran agar tidak menghukum.
9. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
10. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
11. Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat
mencapai tujuan
12. Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
13. Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
14. Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
15. Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas
menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya.
Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas
guru berat,administrasi kompleks.

18
BAB II

ANALISIS PENULIS

A. Hasil Analisis

Menurut penulis tentang teori Skinner ini lebih terkenal dengan teori belajar,
seperti yang kita ketahui bahwa belajar adalah sebuah proses, proses dimana dari
apa yang tidak kita kethui menjadi tahu, dari yang tidak mngerti menjadi
mengerti, dari yang tidak paham menjadi paham. Itulah kiranya defenisi dari kata
belajar, maka adapun kaitan hal tersebut dengan teori Skinner adalah bahwa
keduanya sama-sama membahas tentang teori belajar. Seperti yang sudah
disampaikan bahwa belajar adalah proses. Sehingga dapat ditarik pendapat bahwa
belajar juga merupakan sebuah kajian tentang sebuah teori dalam belajar. Belajar
sendiri mencakup lingkup belajar, proses belajar dan hasil belajar. Maka dari itu
ada salah satu teori belajar yang terkenal dan salah satu tokohnya adalah B. F.
Skinner adalah teori belajar behavioristik.

19
Selain itu menurut penulis belajar merupakan akibat
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini
dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak
penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur.
Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang
diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon)
harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab
pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya
perubahan tingkah laku tersebut.

Behavior secara etimologis berarti tingkah laku, maka teori belajar


behavioristik memandang bahwa tingkah laku pada manusia merupakan hasil dari
proses belajar seseorang, semakin ia tahusemakin ia akan lebih baik dalam
berprilaku. Cakupan katagorisasi baik itu dari sisi nilai, norma yang termaktum
dalam kajian bagaimana etika atau adab orang yang berilmu dari hasil belajar.
Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan
diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan
dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik
ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan
mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat
penghargaan negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah,tetapi instruksi
singkat yang diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.

Pandangan pemakalah berdasarkan literasi kajian teori yang ada bahwa Di


awal abad 20 sampai sekarang ini teori belajar behaviorisme mulai ditinggalkan
dan banyak ahli psikologi yang baru lebih mengembangkan teori belajar kognitif
dengan asumsi dasar bahwa kognisi mempengaruhi prilaku. Penekanan kognitif

20
menjadi basis bagi pendekatan untuk pembelajaran. Walaupun teori belajar tigkah
laku mulai ditinggalkan diabad ini, namun mengkolaborasikan teori ini dengan
teori belajar kognitif dan teori belajar lainnya sangat penting untuk menciptakan
pendekatan pembelajaran yang cocok dan efektif, karena pada dasarnya tidak ada
satu pun teori belajar yang betul-betul cocok  untuk menciptakan sebuah
pendekatan pembelajaran yang pas dan efektif.

Selain itu juga dapat penulis sampaikan bahwa salah satu keunggulan teori
ini memberikan penjelasan logis tentang sesuatu yang disebut dengan stimulus-
respon yakni kita menerima suatu bentuk rangsangan dan memberikan balasan
terhadap rangsangan itu dengan melakukan sesuatu atau merespon. Skinner tidak
sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana
stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut
Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap
untuk menjelaskan bagaimana organisme berinteraksi dengan lingkungannya.
Bukan begitu, banyak tingkah laku menghasilkan perubahan atau konsekuensi
pada lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap organisme dan dengan
begitu mengubah kemungkinan organisme itu merespon nanti.

Asas-asas kondisioning atau pembiasaan operan adalah kelanjutan dari


tradisi yang didirikan oleh John Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi
suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan fokus penelitian psikologi.
Tidak seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari
kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan
kondisioning instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang
mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi
yang bertanggung jawab atas munculnya respons atau tingkah laku operan.

Menurut penulis bahwa inti dari teori behaviorisme Skinner adalah


Pengkondisian operan (kondisioning operan). Pengkondisian operan adalah
sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari prilaku

21
menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. Ada 6
asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning operan (Margaret E. Bell
Gredler, hlm 122). Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:

1. Belajar itu adalah tingkah laku.


2. Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan
adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi
lingkungan.
3. Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya
dapat di tentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di
devinisikan menurut fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang
di control secara seksama.
4. Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya
sumber informasi yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah
laku.
Menurut anggapan atau asumsi penulis bahwa teori behavioristik banyak
dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang
kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan
dan belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon.
Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
dalam hubungan stimulus dan respon. Pandangan behavioristik juga kurang dapat
menjelaskan adanya variasi tingkat emosi siswa, walaupun mereka memiliki
pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan
mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang
relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam
memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik
hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak
memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan
unsur-unsur yang diamati tersebut.

22
Selain itu juga teori behavioristik juga cenderung mengarahkan siswa untuk
berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini
bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa
siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan siswa tidak
bebas berkreasi dan berimajinasi. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang
pasif. Demikian halnya dalam pembelajaran, siswa dianggap sebagai objek pasif
yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu,
para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan
standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para
pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada
hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati
kurang dijangkau dalam proses evaluasi.

Menurut Skinner yang penulis rangkum tentang penguatan-penguatan.


penguatan berarti memperkuat, penguatan dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi


respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung
(rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen,
kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk
menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai
A, Juara 1 dan sebagainya).
2. Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi
respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang
merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara
lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau
menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka
kecewa dan lain-lain).
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan
penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan
atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di

23
hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar
istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas
terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya
perilaku.

B. Pendapat Tentang Stimulus-Respon


Rangsangan atau stimulus adalah istilah yang digunakan
oleh psikologi untuk menjelaskan suatu hal yang merangsang terjadinya  tertentu.
Rangsangan merupakan informasi yang dapat diindera oleh panca indra.
Sementara respon adalah balasan atau tanggapan dari pemberian stimulus itu
sendiri. Teori Behaviorisme menggunakan istilah rangsang yang dipasangkan
dengan respon dalam menjelaskan proses terbentuknya tingkah laku . Rangsang
adalah suatu hal yang datang dari lingkungan yang dapat menyebabkan respon
tertentu pada tingkah laku.
Jika rangsang dan respon dipasangkan atau dikondisikan maka akan
membentuk tingkah laku baru terhadap rangsang yang dikondisikan. Artinya bagi
orang normal dan tidak memiliki hambatan teori ini berlaku.
Contoh sederhananya adalah saat guru mengabsen siswanya dikelas dan
menyebutkan nama siswanya satu persatu maka saat giliran siswa tersebut
dipanggil maka ia akan menjawab hadir untuk merespon atau memebri tanggapan
dari guru yang sedang mengabsen tersebut. Itu sudah menjadi mutlak bagi orang-
orang yang normal untuk segera menjawab rangsangan atau stimulus sebagai
timbal balik yang tidak dapat dipisahkan antara adanya stimulus dan respon,
karena jika ada stimulus pasti selalu ada respon, normalnya begitu.

C. Kelebihan dan Kekurangan

Tentu penulis mengetahui bahwa setiap teori memiliki suatu kelebihan dan
juga kekurangan namundisitulah juga kita memahami perbedaan pandangan.
Khusunya pandangan tentang teori belajar behavior dari Skinner ini, tentu juga
ada keunggulan dan juga kelemahan walau tidak menepis bahwa teori ini banyak

24
digunakan dalam melihat proses pembelajaran. Salah satu keunggulan pada teori
ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini
ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan
adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan
meminimalkan terjadinya kesalahan. Teori belajar operan kondisioning  Skinner
memberi banyak kontribusi untuk praktik pengajaran. Konsekuensi penguatan dan
hukum an adalah bagian dari kehidupan dan murid. Jika dipakai secara efektif,
pandangan teori ini akan mendapat membantu para guru dalam pengelolaan kelas.
Demikian pula prinsip-prinsip dan hukum-hukum belajar yang tertuang dalam
teori ini akan membantu guru dalam menggunakan pendekatan pengajaran yang
cocok untuk mencapai hasil belajar dan perubahan tingkah laku yang positif bagi
anak didik.

Serta beberapa kekurangan atau kelemahan  dari teori ini menurut penulis
berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa teknologi
untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang berhasil bergantung
pada keterampilan teknologis. Selain itu keseringan respon sukar diterapkan pada
tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian. Disamping itu pula,
tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak
didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan
menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery
learning, tugas guru akan menjadi semakin berat. Kritik terhadap teori
pengkondisian operan Skinner adalah seluruh pendekatan itu terlalu banyak
menekankan pada control eksternal atas perilaku murid. Teori ini berpandangan
bahwa strategi yang lebih baik adalah membantu murid belajar mengontrol
perilaku mereka sendiri dan menjadi termotivasi secara internal. Beberapa kritikus
mengatakan bahwa bukan ganjaran dan hukuman yang akan mengubah perilaku,
namun keyakinan atau ekspektasi bahwa perbuatan tertentu akan diberi ganjaran
atau hukuman. atau dengan kata lain teori behaviorisme tidak memberi cukup
perhatian pada proses kognitif dalam proses belajar.

25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa teori Skinner


ini lebih terkenal dengan teori belajar, seperti yang kita ketahui bahwa belajar
adalah sebuah proses, proses dimana dari apa yang tidak kita kethui menjadi tahu,
dari yang tidak mngerti menjadi mengerti, dari yang tidak paham menjadi paham.
Itulah kiranya defenisi dari kata belajar, maka adapun kaitan hal tersebut dengan
teori Skinner adalah bahwa keduanya sama-sama membahas tentang teori belajar.
Seperti yang sudah disampaikan bahwa belajar adalah proses. Sehingga dapat
ditarik pendapat bahwa belajar juga merupakan sebuah kajian tentang sebuah teori
dalam belajar. Belajar sendiri mencakup lingkup belajar, proses belajar dan hasil
belajar. Maka dari itu ada salah satu teori belajar yang terkenal dan salah satu
tokohnya adalah B. F. Skinner adalah teori belajar behavioristik.

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.

26
DAFTAR PUSTAKA

Djiwandono, Sri Esti Muryani. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grasindo

Gredler, Margaret E. Bell. 1994. Belajar dan pembelajaran. Jakarta : PT. Raja


Grafindo Persada.

Mahmud, Drs. M. Dimyati. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud

Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda


Karya

Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Syah M.Ed., Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada

27

Anda mungkin juga menyukai