DISUSUN OLEH:
TAHUN AJARAN
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan, kesempatan, dan kasih sayang yang di curahkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas kelompok yang berupa makalah. Yang mana diharapkan
dapat memberikan manfaat dan dapat mendukung perkembangan pembelajaran
mengenai ‘’Analisis Teori Kepribadian B. F. Skinner’’.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
A. Biografi B. F. Skinner............................................................................. 1
B. Teori Behavioristik................................................................................... 5
C. Eksperiment Skinner................................................................................. 7
F. Respon..................................................................................................... 9
A. Hasil Analisis....................................................................................... 16
B. Pendapat S-R........................................................................................... 20
A. Kesimpulan............................................................................................. 23
B. Saran....................................................................................................... 23
3
BAB I
KAJIAN TEORI
4
berarti bahwa sebagai akibat dari belajar adanya sifat progresifitas, adanya
tendensi kearah yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Skinner kecil adalah seorang anak yang selalu aktif. Sehingga ia pun tetap
aktif ketika beranjak remaja. Keinginannya untuk menjadi seorang penulis
membuat ia selalu berkarya melalui tulisan. Selama menuntut ilmu di sekolah
menengah, ia didorong oleh guru bahasa Inggrisnya agar mengambil jurusan
sastra di perguruan tinggi. Di sekolah menengah, Skinner berusaha mencari uang
sendiri dengan berbagai cara antara lain dengan membuat iklan
pertunjukan¬pertunjukan, bermain jazz band dan bersama temannya
mengorganisasi pertunjukan musik. Setelah lulus dari sekolah menengah, ia pun
melanjutkan belajarnya di Hamilton College, di dekat Uthica. Pada masa itu ia
menunjukkan minat seni dan intelektual yang besar pada seni sastra. Di Hamilton
College, Skinner menjadi editor surat kabar mahasiswa sastra, menulis puisi,
berlatih musik, menjadi pelukis dan permain saksofon.
Setelah lulus dari Hamilton College tahun 1926, Skinner ingin menjadi
seorang penulis. Tetapi ayahnya tetap saja melarang dan menganjurkan untuk
meninggalkan karir potensial ini. Skinner muda tetap saja tidak menghiraukan
ayah dan kemudian ia menghabiskan waktu satu tahun untuk menulis cerita fiksi
di Greenwich Village, tempat berkumpulnya para sastrawan di New York. Namun
masa ini tidak produktif, kemudian Skinner berhenti menulis dan mengikuti
kuliah psikologi di Harvard pada tahun 1928 dengan mengkhususkan diri pada
bidang tingkah laku hewan. Sebelum mengambil keputusan untuk kuliah jurusan
psikologi, Skinner telah membaca karya dari Ivan Pavlov seorang fisiologi, dari
Rusia yang telah mengadakan eksperimen dengan anjing yang refleks
dikondisikan. Selain itu, Skinner juga membaca karya J.B Watson tentang
5
behaviorisme dan Skinner pun tertarik. Dan Skinner berhasil meraih gelar doctor
pada tahun 1931.
Pada tahun 1936 sampai 1945, Skinner menjalani karir sebagai pengajar di
Universitas Minnesota. Selama ini Minnesita, Skinner sangat produktif dan
mengukuhkannya sebagai salah seorang psikolog eksperimental yang terkemuka
saat itu. Selain itu, Skinner juga sempat menulis novel berjudul Walden Two pada
tahun 1948. Di tengah¬tengah kesibukannya mengajar, pada tahun 1942 sampai
1943 Skinner melibatkan diri dalam kegiatan penelitian mengenai perang yang
disponsori oleh General Mills dan juga menjadi anggota Guggenheim.
Mulai tahun 1945 sampai 1947, Skinner ditunjuk sebagai dekan Fakultas
Psikologi Universitas Indiana. Setelah itu, ia kembali ke Harvard dan di sana
menerima jabatan guru besar psikologi di Universitas Harvard. Skinner juga
menjadi anggota sejumlah perhimpunan professional serta menerima banyak
medali penghormatan diantaranya yaitu Warren medali dari perhimpunan para
ahli psikologi eksperiman pada tahun 1942, Distinguished Scientific Contribution
Award dari American Psychological Association (APA) tahun 1958, medali
presiden untuk ilmu pengetahuan dan medali emas dari APA pada tahun 1971.
6
Review pada tahun 1954 dan menobatkan Skinner sebagai “pencipta teknologi
pendidikan”.
Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu
keluarnya teori S-R. Pada waktu keluarnya teori-teori S-R. Pada waktu itu model
7
kondisian klasik dari Pavlov telah memberikan pengaruh yang kuat pada
pelaksanaan penelitian. Istilah-istilah seperti cues (pengisyaratan), purposive
behavior (tingkah laku purposive) dan drive stimuli (stimulus dorongan)
dikemukakan untuk menunjukkan daya suatu stimulus untuk memunculkan atau
memicu suatu respon tertentu. Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R
dan penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat
kekuatan yang tidak mengendur.
B. Teori behavioristik
8
diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak
penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur.
Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang
diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus
dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran
merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan
tingkah laku tersebut.2
2
Gredler, Margaret E. Bell. 1994. Belajar dan pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada. Hlm. 21
3
Ibid. Hlm. 27
9
Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu
menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal
yang berkaitan dengan pendidikan dan belajar yang dapat diubah menjadi sekedar
hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.
Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat
emosi siswa, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama.
Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai
kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya
terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda
tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus
dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh
pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.4
C. Eksperimen Skinner
5
Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Hlm.
85
10
menekan pengungkit yang menyebabkan munculnya butir-butir makanan ke
dalam wadahnya sehingga tikus dapat mendapatkan makanan.
Teori ini dikembangkan oleh B.F Skinner. Menurut Skinner dalam (Dimyati
Mahmud, 1989: 123) tingkah laku bukanlah sekedar respon terhadap stimulus,
tetapi suatu tindakan yang disengaja atau operant. Operant ini dipengaruhi oleh
apa yang terjadi sesudahnya. Jadi operant conditioning atau operant learning itu
melibatkan pengendalian konsekuensi. Tingkah laku ialah perbuatan yang
dilakukan seseorang pada situasi tertentu. Tingkah laku ini terletak di antara dua
pengaruh yaitu pengaruh yang mendahuluinya (antecedent) dan pengaruh yang
mengikutinya (konsekuensi). 6
6
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Hlm.
132
7
Ibid. Hlm. 139
11
Prosedur pembentukan tingkah laku dalam operant
conditioning (kondisioning operan) secara sederhana adalah sebagai berikut:
E. Respon
Tingkah laku adalah hubungan antara perangsang dan respon. Tingkah laku
terjadi apabila ada stimulus khusus. Skinner berpendapat, pribadi seseorang
terbentuk dari akibat respon terhadap lingkungannya, untuk itu hal yang paling
penting untuk membentuk sebuah kepribadian adalah adanya penghargaan dan
hukuman. Penghargaan akan diberikan untuk respon yang diharapkan sedangkan
hukuman untuk respon yang salah. Pendapat skinner ini memusatkan hubungan
antara tingkah laku dan konsekuen. Contoh, jika tingkah laku individu segera
diikuti oleh tingkah laku menyenangkan, individu akan menggunakan tingkah
laku itu lagi sesering mungkin.
8
Syah M.Ed., Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 71
12
1. Respondent response (reflexive response), yaitu respom yang ditimbulkan
oleh suatu perangsang-perangsang tertentu. Misalnya, keluar air liur saat
melihat makanan tertentu. Perangsang-perangsang yang demikian itu
disebut eliciting stimuli, menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. Pada
umumnya, perangsang-perangsang yang demikian mendahului respon yang
ditimbulkannya.
2. Operant response (instrumental response), yaitu respon yang timbul dan
berkembangnya diikuti oleh perangsang-peerangsang tertentu. Perangsang
yang demikian itu disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena
perangsang itu memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi,
perangsang yang demikian itu mengikuti (dan karenanya memperkuat) sesuatu
tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Jika seorang anak belajar (telah
melakukan perbuatan), lalu mendapat hadiah, maka ia akan menjadi lebih
giatbelajar (intensif/ kuat).
Pada kenyataannya, respon jenis pertama (respondent/reflexive
response/behavior) sangat terbatas adanya pada manusia. Sebaliknya operant
response/behavior merupakan bagian terbesar dari tingkah laku manusia dan
kemungkinan untuk memodifikasinya hampir tak terbatas. Oleh karena itu, fokus
teori Skinner adalah pada respons atau jenis tingkah laku yang kedua ini.
Persoalannya adalah bagaimana menimbulkan, mengembangkan dan
memodifikasi tingkah laku-tingkah laku tersebut (dalam belajar atau dalam
pendidikan).
13
tertentu. Untuk mencari penguatan yang efektif bagi seorang anak,
disarankan untuk meneliti apa yang memotivasi anak dimasa lalu, apa yang
dilakukan murid tapi tidak mudah diperolehnya, dan persepsi anak terhadap
manfaat dan nilai penguatan. Penguatan alamiah seperti pujian lebih
dianjurkan ketimbang penguat imbalan materi, seperti permen, mainan dan
uang.
b. Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu
Agar penguatan dapat efektif, guruharus memberikan hanya setelah
murid melakukan perilaku tertentu. Analisis perilaku terapan seringkali
menganjurkan agar guru membuat pernyataan “jika…maka”. penguatan
akan lebih efektif jika diberikan tepat pada waktunya, sesegera mungkin
setelah murid menjalankan tindakan yang diharapkan. Ini akan membantu
anak melihat hubungan kontingensi antar-imbalan dan perilaku mereka. Jika
anak menyelesaikan perilaku sasaran (seperti mengerjakan sepuluh soal
matematika) tapi guru tidak memberikan waktu bermain pada anak, maka
anak itu mungkin akan kesulitan membuat hubungan kontingensi.
c. Memilih jadwal penguatan terbaik
Menyusun jadwal penguatan menentukan kapan suatu respons akan
diperkuat. Empat jadwal penguatan utama adalah:
1) Jadwal rasio tetap: suatu perilaku diperkuat setelah sejumlah respon.
2) Jadwal rasio variabel : suatu perilaku diperkuat setelah terjadi
sejumlahrespon, akan tetapi tidak berdasarkan basis yang dapat
diperidiksi.
3) Jadwal interval – tetap : respons tepat pertama setelah beberapa waktu
akan diperkuat.
4) Jadwal interval – variabel : suatu respons diperkuat setelah sejumlah
variabel waktu berlalu.
d. Menggunakan Perjanjian (contracting)
Adalah menempatkan kontigensi penguatan dalam tulisan. Jika
muncul problem dan anak tidak bertindak sesuai harapan, guru dapat
merujuk anak pada perjanjian yang mereka sepakati. Analisis perilaku
14
terapan menyatakan bahwa perjanjian kelas harus berisi masukan dari guru
dan murid. Kontrak kelas mengandung pernyataan “jika… maka” dan di
tandatangani oleh guru dan murid, dan kemudian diberi tanggal.
e. Menggunakan penguatan negatif secara efektif
Dalam penguatan negatif, frekuensi respons meningkat karena respon
tersebut menghilangkan stimulus yang dihindari seorang guru mengatakan
“Fika, kamu harus menyelesaikan PR mu dulu diluar kelas sebelum kamu
boleh masuk kelas ikut pembelajaran” ini berarti seorang guru
menggunakan penguatan negatif.
2. Menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukkan (shaping).
Prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan atau isyarat tambahan yang
diberikan sebelum respons dan meningkatkan kemungkinan respon tersebut
akan terjadi. Shapping (pembentukan) adalah mengajari perilaku baru dengan
memperkuat perilaku sasaran.
3. Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan.
Ketika guru ingin mengurangi perilaku yang tidak diharapkan (seperti
mengejek, mengganggu diskusi kelas, atau sok pintar) yang harus dilakukan
berdasarkan analisis perilaku terapan adalah
F. Pola-pola respon
Apabila reinforcement didasarkan pada prinsip interval tetap, dapat diduga
pola respon yang bakal muncul. Tetapi dengan menggunakan prinsip interval
bervariasi, pola respon yang muncul akan berbeda. Penggunaan reinforcement
secara beragam dapat juga mempengaruhi cepat lambatnya murid melakukan
tugas-tugas belajar. Kalau reinforcement iu didasarkan atas banyaknya respon
yang diberikan seseorang, murid akan lebih cermat mengendalikan waktu yang
15
digunakan untuk reinforcement. Semakin cepat murid mengumpulkan respon
yang benar, semakin cepat pula reinforcement diperolehnya.
Aspek lain yang dikenakannya reinforcement adalah kegigihan berusaha.
Kalau reinforcement sama sekali tidak diberikan, orang akan kendur semangat dan
akhirnya tidak merespon sama sekali atau tingkah laku itu akan menghilang.
Apabila reinforcement diberikan setiap kali, seseorang akan cepat berhenti
merespon manakala reinforcement itu berhenti, demikian pula kalau yang
diberikan pola reinforcement tetap. Agar murid terus tetap aktif, yang palingtepat
adalah menggunakan pola reinforcement bervariasi.
G. Mengendalikan konsekuensi
Konsekuensi yang timbul dari tingkah laku tertentu dapat menyenangkan
dan atau pun tidak menyenangkan bagi yang bersangkutan. Ada dua hal yang
perlu disinggung sehubungan dengan pengendalian konsekuensi, yaitu:
1. Reinforcement
Dalam pergaulan sehari-hari, reinforcement kurang lebih berarti
“hadiah”. Dalam dunia psikologi, reinforcement adalah konsekuensi yang
memperkuat tingkah laku. Setiap konsekuensi itu adalah pemberi
reinforcement (reinforcer) kalau dia memperkuat tingkah laku berikutnya.
Tingkah laku-tingakah laku yang diikuti dengan reinforcement akan diulang-
ulang di waktu yang akan datang.
2. Reinforcement positif
Disebut reinforcement positif apabila suatu stimulus terentu
(menyenangkan) ditunjukkan atau diberikan sesudah suatu perbuatan
dilakukan. Misalnya, uang atau pujian diberikan kepada seorang anak yang
memperoleh nilai A pada mata pelajaran tertentu.
3. Reinforcement negativ
Dinamakan reinforcement negative apabila suatu stimulus tertentu (tidak
menyenangkan) ditolak atau dihindari. Reinforcement negative memperkuat
tingkah laku dengan cara menghindari stimulus yang tidak menyenangkan.
Kalau suatu perbuatan tertentu menyebabkan seseorang menghindari sesuatu
16
yang tidak menyenangkan, ayng bersangkutan cenderung mengulangi
perbuatan yang sama apabila pada suatu saat menghadapi situasi yang serupa.
Misalnya, murid yang berungkali dipanggil menghadap Kepsek, pelanggaran
disiplin yang dilakukannya itu menjadi bertambah kuat karena dia tetap saja
melakukannya.
4. Hukuman
Reinforcement negative seringkali dikacaukan dengan hukuman. Proses
reinforcement selalu berupa memperkuat tingkah laku. Sebaliknya, hukuman
mengandung pengurangan atau penekanan tingkah laku. Suatu perbuatan yang
diikuti hukuman, kecil kemungkinannya diulangi lagi pada situasi-situasi yang
serupa di saat lain. Hukuman dibedakan menjadi dua:
a. Presentation punishment, Terjadi apabila stimulus yang tidak
menyenangkan ditunjukkan atau diberikan. Misalnya, guru memberikan
tugas-tugas tambahan karena kesalahan-kesalanan yang dibuat murid.
b. Removal punishment, Terjadi apabila stimulus tidak ditunjukkan atau
diberikan, artinya menghilangkan sesuatu yang menyenangkan atau
diinginkan. Misalnya anak-anak tidak diperkenankan nonton tv selama
seminggu sehingga lalu tidak mau belajar.
17
mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan.
Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan,
cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.
18
BAB II
ANALISIS PENULIS
A. Hasil Analisis
Menurut penulis tentang teori Skinner ini lebih terkenal dengan teori belajar,
seperti yang kita ketahui bahwa belajar adalah sebuah proses, proses dimana dari
apa yang tidak kita kethui menjadi tahu, dari yang tidak mngerti menjadi
mengerti, dari yang tidak paham menjadi paham. Itulah kiranya defenisi dari kata
belajar, maka adapun kaitan hal tersebut dengan teori Skinner adalah bahwa
keduanya sama-sama membahas tentang teori belajar. Seperti yang sudah
disampaikan bahwa belajar adalah proses. Sehingga dapat ditarik pendapat bahwa
belajar juga merupakan sebuah kajian tentang sebuah teori dalam belajar. Belajar
sendiri mencakup lingkup belajar, proses belajar dan hasil belajar. Maka dari itu
ada salah satu teori belajar yang terkenal dan salah satu tokohnya adalah B. F.
Skinner adalah teori belajar behavioristik.
19
Selain itu menurut penulis belajar merupakan akibat
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini
dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak
penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur.
Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang
diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon)
harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab
pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya
perubahan tingkah laku tersebut.
20
menjadi basis bagi pendekatan untuk pembelajaran. Walaupun teori belajar tigkah
laku mulai ditinggalkan diabad ini, namun mengkolaborasikan teori ini dengan
teori belajar kognitif dan teori belajar lainnya sangat penting untuk menciptakan
pendekatan pembelajaran yang cocok dan efektif, karena pada dasarnya tidak ada
satu pun teori belajar yang betul-betul cocok untuk menciptakan sebuah
pendekatan pembelajaran yang pas dan efektif.
Selain itu juga dapat penulis sampaikan bahwa salah satu keunggulan teori
ini memberikan penjelasan logis tentang sesuatu yang disebut dengan stimulus-
respon yakni kita menerima suatu bentuk rangsangan dan memberikan balasan
terhadap rangsangan itu dengan melakukan sesuatu atau merespon. Skinner tidak
sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana
stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut
Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap
untuk menjelaskan bagaimana organisme berinteraksi dengan lingkungannya.
Bukan begitu, banyak tingkah laku menghasilkan perubahan atau konsekuensi
pada lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap organisme dan dengan
begitu mengubah kemungkinan organisme itu merespon nanti.
21
menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. Ada 6
asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning operan (Margaret E. Bell
Gredler, hlm 122). Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:
22
Selain itu juga teori behavioristik juga cenderung mengarahkan siswa untuk
berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini
bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa
siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan siswa tidak
bebas berkreasi dan berimajinasi. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang
pasif. Demikian halnya dalam pembelajaran, siswa dianggap sebagai objek pasif
yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu,
para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan
standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para
pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada
hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati
kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
23
hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar
istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas
terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya
perilaku.
Tentu penulis mengetahui bahwa setiap teori memiliki suatu kelebihan dan
juga kekurangan namundisitulah juga kita memahami perbedaan pandangan.
Khusunya pandangan tentang teori belajar behavior dari Skinner ini, tentu juga
ada keunggulan dan juga kelemahan walau tidak menepis bahwa teori ini banyak
24
digunakan dalam melihat proses pembelajaran. Salah satu keunggulan pada teori
ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini
ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan
adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan
meminimalkan terjadinya kesalahan. Teori belajar operan kondisioning Skinner
memberi banyak kontribusi untuk praktik pengajaran. Konsekuensi penguatan dan
hukum an adalah bagian dari kehidupan dan murid. Jika dipakai secara efektif,
pandangan teori ini akan mendapat membantu para guru dalam pengelolaan kelas.
Demikian pula prinsip-prinsip dan hukum-hukum belajar yang tertuang dalam
teori ini akan membantu guru dalam menggunakan pendekatan pengajaran yang
cocok untuk mencapai hasil belajar dan perubahan tingkah laku yang positif bagi
anak didik.
Serta beberapa kekurangan atau kelemahan dari teori ini menurut penulis
berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa teknologi
untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang berhasil bergantung
pada keterampilan teknologis. Selain itu keseringan respon sukar diterapkan pada
tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian. Disamping itu pula,
tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak
didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan
menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery
learning, tugas guru akan menjadi semakin berat. Kritik terhadap teori
pengkondisian operan Skinner adalah seluruh pendekatan itu terlalu banyak
menekankan pada control eksternal atas perilaku murid. Teori ini berpandangan
bahwa strategi yang lebih baik adalah membantu murid belajar mengontrol
perilaku mereka sendiri dan menjadi termotivasi secara internal. Beberapa kritikus
mengatakan bahwa bukan ganjaran dan hukuman yang akan mengubah perilaku,
namun keyakinan atau ekspektasi bahwa perbuatan tertentu akan diberi ganjaran
atau hukuman. atau dengan kata lain teori behaviorisme tidak memberi cukup
perhatian pada proses kognitif dalam proses belajar.
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.
26
DAFTAR PUSTAKA
27