Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN

“ BETON “

DISUSUN OLEH :

FEBRI IRAWAN

05091002006

KELOMPOK 5

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDERALAYA

2010
I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan,


tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan
batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya.
Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi
Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda
menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam
sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan
kuno yang dijumpai di Pulau Buton

Benar atau tidak, cerita, legenda tadi menunjukkan dikenalnya fungsi


semen sejak zaman dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat
dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan
abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di
Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana.
Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang
artinya kira-kira "memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan". Meski
sempat populer di zamannya, nenek moyang semen made in Napoli ini tak
berumur panjang. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad
pertengahan (tahun 1100 - 1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang
dari peredaran.Baru pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar
tahun 1700-an M), John Smeaton - insinyur asal Inggris - menemukan kembali
ramuan kuno berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan
memanfaatkan campuran batu kapur dan tanah liat saat membangun menara suar
Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris.

Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan proses pembuatan


cikal bakal semen ini. Adalah Joseph Aspdin, juga insinyur berkebangsaan
Inggris, pada 1824 mengurus hak paten ramuan yang kemudian dia sebut semen
portland. Dinamai begitu karena warna hasil akhir olahannya mirip tanah liat
Pulau Portland, Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang banyak
dipajang di toko-toko bangunan.Sebenarnya, adonan Aspdin tak beda jauh dengan
Smeaton. Dia tetap mengandalkan dua bahan utama, batu kapur (kaya akan
kalsium karbonat) dan tanah lempung yang banyak mengandung silika (sejenis
mineral berbentuk pasir), aluminium oksida (alumina) serta oksida besi. Bahan-
bahan itu kemudian dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi sampai terbentuk
campuran baru.

Selama proses pemanasan, terbentuklah campuran padat yang


mengandung zat besi. Nah, agar tak mengeras seperti batu, ramuan diberi bubuk
gips dan dihaluskan hingga berbentuk partikel-partikel kecil mirip
bedak.Lazimnya, untuk mencapai kekuatan tertentu, semen portland berkolaborasi
dengan bahan lain. Jika bertemu air (minus bahan-bahan lain), misalnya,
memunculkan reaksi kimia yang sanggup mengubah ramuan jadi sekeras batu.
Jika ditambah pasir, terciptalah perekat tembok nan kokoh. Namun untuk
membuat pondasi bangunan, campuran tadi biasanya masih ditambah dengan
bongkahan batu atau kerikil, biasa disebut concrete atau beton.

Beton bisa disebut sebagai mahakarya semen yang tiada duanya di dunia.
Nama asingnya, concrete - dicomot dari gabungan prefiks bahasa Latin com, yang
artinya bersama-sama, dan crescere (tumbuh). Maksudnya kira-kira, kekuatan
yang tumbuh karena adanya campuran zat tertentu. Dewasa ini, nyaris tak ada
gedung pencakar langit berdiri tanpa bantuan beton.

Meski bahan bakunya sama, "dosis" semen sebenarnya bisa disesuaikan


dengan beragam kebutuhan. Misalnya, jika kadar aluminanya diperbanyak,
kolaborasi dengan bahan bangunan lainnya bisa menghasilkan bahan tahan api. Ini
karena sifat alumina yang tahan terhadap suhu tinggi. Ada juga semen yang cocok
buat mengecor karena campurannya bisa mengisi pori-pori bagian yang hendak
diperkuat.
Masa-masa gencarnya pembangunan di Indonesia yang dulu biasa disebut
jaman pembangunan, telah lama lewat. Tetapi hal ini tidak akan pernah
menyurutkan kebutuhan material-material bahan bangunan seperti baja, kayu, dan
tentu saja beton. Kebutuhan akan beton tentu saja tidak terlepas dari berbagai
kelebihan yang dimilikinya sehingga beton seringkali menjadi pilihan utama
untuk struktur bangunan.

Sebagai seorang calon insinyur teknik sipil, kebutuhan pengetahuan teknologi


beton mutlak diperlukan karena hampir seluruh bangunan yang didirikan memilih
beton (baik beton bertulang maupun beton tidak bertulang) sebagai material utama
untuk strukturnya. Contoh bangunan yang memakai beton sebagai material
utamanya adalah rumah tinggal (baik bertingkat ataupun tidak), gedung-gedung
perkantoran, jembatan, bendungan, dermaga, bandara, jalan raya, bangunan
industri, dan lain-lain.

Beton adalah campuran antara agregat kasar, agregat halus, semen dan air
serta kadang–kadang ditambahkan zat–zat additive (admixture) sebagai bahan
tambahan. Beton merupakan bahan struktur bangunan yang sangat populer dalam
abad ini karena penggunannya yang sangat luas dalam bidang kontruksi bangunan
sipil.
Dipilihnya beton dalam struktur didorong oleh beberapa faktor di antaranya :
1. Dapat dibentuk sesuai dengan selera kita.
2. Bahan dasarnya banyak tersedia di permukaan bumi.
3. Awet dan tahan terhadap cuaca serta api.
4. Ekonomis.

Beton dalam penggunaannya dalam bidang kontruksi tidak berdiri sendiri,


sering digabungkan dengan yang lain seperti baja yang sering disebut dengan
beton bertulang.

Beberapa aspek yang dibahas dalam teknologi beton adalah :


1. Komponen–komponen utama pembentuk beton yang terdiri dari :
- Semen (Portland cemen ).
- Bahan isian (Agregat kasar dan halus).
- Air.
2. Rencana campuran (Mix Design).
3. Cara mencampur, menuang dan memelihara beton.
4. Pengujian kualitas beton.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa perlu diadakan Praktikum Teknologi Beton
agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami, dan merencanakan beton sesuai
dengan teori dan ketentuan-ketentuan yang telah diterapkan oleh dosen pengajar
mata kuliah yang bersangkutan.

2. Tujuan

Tujuan percobaan mortar ini adalah :

 Sebagai penerapan teori yang telah diberikan dalam kuliah tatap


muka.

 Agar mahasiswa mengetahui tata cara dalam menentukan rencana


campuran beton.

 Agar mahasiswa mampu membuat beton sesuai dengan rencana


campuran beton yang telah ditetapkan.

Dari percobaan ini juga kita dapat mengetahui beberapa sifat beton dan
juga bahan penyusunnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh
mengandung minyak, asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang dapat
merusak beton atau tulangan. Sebaiknya dipakai air tawar yang dapat diminum.
Air yang digunakan dalam pembuatan beton pra-tekan dan beton yang akan
ditanami logam almunium (termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat)
tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan (ACI
318-89:2-2). Untuk perlindungan terhadap korosi, konsentrasi ion klorida
maksimum yang terdapat dalam beton yang telah mengeras pada umur 28 hari
yang dibasilkan dari bahan campuran termasuk air, agregat, bahan bersemen dan
bahan campuran tambahan tidak boleh melampaui nilai batas diberikan pada
Tabel 3.2.

Tabel Batas Maksimum Ion Klorida

Jenis Beton Batas (%)


Beton pra-tekan 0,06
Beton bertulang yang selamanya berhubungan dengan klorida 0,15
Beton bertulang yang selamanya kering atau terlindung dari basah 1,00
Konstruksi beton bertulang lainnya 0,30

Sumber: PB 1989:23
2.2 Semen

Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam
pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan
menjadi pasta semen. Jika ditarnbah agregat halus, pasta semen akan menjadi
mortar yang jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton
segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (concrete). Semen yang
digunakan untuk pekerjaan beton harus disesuaikan dengan rencana kekuatan dan
spesifikasi teknik yang diberikan.

Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah


berhubungan dengan air. Agregat tidak memainkan peranan yang penting dalam
reaksi kimia tersebut, tetapi berfungsi sebagai bahan pengisi mineral yang dapat
mencegah perubahan-perubahan volume beton setelah pengadukan selesai dan
memperbaiki keawetan beton yang dihasilkan.

Pada umumnya, beton mengandung rongga udara sekitar 1% - 2% pasta


semen (semen dan air) sekitar 25% - 40%, dan agregat (agregat halus dan agregat
kasar) sekitar 60% - 75%. Untuk mendapatkan kekuatan yang baik, sifat dan
karakteristik dari masing-masing bahan penyusun tersebut perlu dipelajari.

2.2.1 Jenis semen

Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran dan
susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:

a. semen non-hidrolik semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan


mengeras dalam air, akan tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama
dari semen non-hidrolik adalah kapur.
b. Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras
dalam air. Contoh semen hidrolik adalah semen pozollan, semen terak,
semen alam, semen protland, semen portland-pozollan, dll.

2.3 Agregat

Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi.


Berdasarkan pengalaman, komposisi agregat tersebut berkisar 60%-70% dari berat
campuran beton. Walaupun fungsinya hanya sebagai pengisi, tetapi karena
komposisinya yang cukup besar, agregat inipun menjadi penting. Karena itu perlu
dipelajari karakteristik agregat yang akan menentukan sifat mortar atau beton
yang akan dihasilkan.

Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam
atau agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum, agregat dapat dibedakan
berdasarkan ukurannya, yaitu, agregat kasar dan agregat halus. Batasan antara
agregat halus dan agregat kasar berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan
yang lainnya. Meskipun demikian, dapat diberikan batasan ukuran antara agregat
halus dengan agregat kasar yaitu 4,80 mm, (British Standard) atau 4,75 mm
(Standar ASTM). Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar
dari 4,80 mm (4,75 mm) dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari
4,80 mm (4,75 mm). Agregat dengan ukuran lebih besar dari 4,80 mm dibagi lagi
menjadi dua: yang berdiameter antara 4,80-40 mm, disebut kerikil beton dan yang
lebih dari 40 mm, disebut kerikil kasar.

Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih


kecil dari 40 mm. Agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan
untuk pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul
penahan tanah, bronjong, atau bendungan, dan lainnya. Agregat halus biasanya
dinamakan pasir dan agregat kasar dinamakan kerrikil, spilit, batu pecah, kricak,
dan lainnya.
2.3.1 Pemeriksaan Mutu Agregat & Syarat Mutu Agregat

Pemeriksaan mutu agregat dimaksudkan untuk mendapatkan bahan

bahan campuran beton yang memenuhi syarat, sehingga beton yang dihasilkan
nantinya sesuai dengan yang diharapkan. Agregat yang digunakan harus
memenuhi spesifikasi teknik yang telah ditetapkan di dalam kontrak kerja. Jika
dilihat dari volume agregat dalam campuran beton, agregat memberikan
kontribusi yang besar terhadap campuran.

Agregat normal harus memenuhi syarat mutu sesuai dengan SII.0052-80, "Mutu
dan Cara Uji Agregat Beton" dan jika tidak tercantum dalam syarat ini harus
memenuhi syarat ASTM C.33-82, "Standard Spesification for Concrete
Aggregates". Agregat ringan harus memenuhi syarat yang diberikan oleh ASTM
C.330-80, "Spesificatioii for Lightweight for Struclural Concrete".

2.3.1.1 Agregat Normal Menurut SII.0052

2.3.1.1.1 Agregat Halus

1. Modulus halus butir 1,5 sampai 3,8


2. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm)
maksimum 5%.
3. Kadar zat organik yang terkandung yang ditentukan dengan
mencampur agregat halus dengan larutan natrium sulfat (NaS04) 3%,
jika dibandinglcan dengan warna standar/pembanding tidak lebih tua
dari pada warna standar.
4. Kekerasan butiran jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir
pembanding yang berasal dari pasir kwarsa bangka memberikan
angka, tidak lebih dari 2,20.
5. Kekekalan (jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur
maksimum 10%, dan jika di pakai magnesium sulfat, maksimum 15%)
2.3.1.1.2 Agregat Kasar

1. Modulus halus butir 6,0 sampai 7,1.


2. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074mm)
maksimum 1%.
3. Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga
maksimum 5%.
4. Kekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur
maksimum 12%, dan jika dipakai magnesium sulfat bagian yang
hancur maksimum 18%.
5. Tidak bersifat reaktif terhadap alkali jika kadar alkali dalam semen
sebagai Na20 lebih besar dari 0,6%.
6. Tidak rnengandung butiran yang panjang dan pipih lebih dari 20%.
7. Kekerasan agregat harus memenuhi syarat seperti Tabel 4.4 di atas.

2.3.1.2 Agregat Normal Menurut ASTM C.33

Agregat normal yang dipakai dalam campuran beton sesuail dengan ASTM, berat
isinya tidak boleh kurang dari 1200 kg/m3.

2.3.1.2.1 Agregat Halus

1. Modulus halus butir 2,3 sampai 3,1


2. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm
atau No.200) dalam persen berat maksimum,
 Untuk beton yang mengalarni abrasi sebesar 3,0%
 Untuk beton jenis lainnya sebesar 5%.
3. Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah dirapikan
maksimum 3%.
4. Kandungan arang dan lignit.
 Bila tampak permukaan beton dipandang penting (beton akan
diekspos), maksimurn 0,5%.
 Beton jenis lainnya,maksimum l,0%
5. Kadar zat organik yang ditentukan dengan mencampur agregat halus
dengan larutan natrium sulfat (NaSO4) 3%, tidak menghasilkan warna
yang lebih tua dibanding warna standar. Jika warnanya lebih tua maka
ditolak kecuali :
 Warna lebih tua timbul karena sedikit adanya arang lignit atau
yang sejenis
 Ketika diuji dengan uji perbandingan kuat tekan beton yang dibuat
dengan pasir standar silika hasilnya menunjukan nilai lebih besar
dari 95%. Up kuat tekan sesuai dengan cara ASTM C.87.
6. Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton
yang berhubungan dengan basah dan lembab atau yang berhubungan
dengan bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, dimana
penggunaan semen yang mengandung natrium oksida tidak lebih dari
0,6%.
7. Kekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur
maksimum 10%, dan jika dipakai magnesium sulfat, maksimum 15%.

2.3.1.2.2 Agregat Kasar

1. Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton
yang berhubungan dengan basah dan lembab atau yang berhubungan
dengan bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, di mana
penggunaan semen yang mengandung natrium oksida tidak lebih dari
0,6%.
2. Sifat fisika yang mencakup kekerasan agregat diuji dengan bejana Los
Angeles. Batas ijin partikel yang berpengaruh buruk terhadap beton
dan sifat fisika yang diijinkan untuk agregat kasar. (Limits for Agregat
Deleterious Substances and Physical Requirement of Coarse
Aggregates for Concrete)
Keunggulan dan Kelemahan Bahan Beton

Seringnya bahan beton menjadi pilihan material utama dalam


pembangunan, tidak terlepas dari berbagai kelebihan yang dimilikinya. Dari sisi
ekonomis, selain mudah dibuat dan mudah dibentuk, bahan beton juga memiliki
keunggulan lain yaitu agregat pengisi (pasir dan kerikil/batu pecah) sangat
berlimpah di alam sehingga mudah didapat. Dari segi kekuatan, bahan beton
memiliki kekuatan tekan (strength) yang sangat tinggi, artinya beton sangat ideal
untuk menerima beban tekan.

Sebaliknya, selain memiliki kelebihan, beton juga memiliki keterbatasan-


keterbatasan tertentu seperti menentukan keseragaman dan ke-homogen-an bahan
beton di lapangan yang sulit sesuai dengan kondisi lingkungan sekitarnya seperti
keadaan cuaca yang tidak terduga, kelalaian pekerja, kualitas material lapangan
yang tidak seragam, dan sebagainya. Semua hal diatas akan mempengaruhi sifat
dan mutu beton, sehingga diperlukan pengawasan yang ketat baik saat di lab
maupun saat di lapangan.

Jadi, dapat disimpulkan beberapa keunggulan bahan beton adalah:

a. Material pengisi (agregat) mudah diperoleh.


b. Dapat dibentuk di tempat dan mudah pembuatannya.
c. Mempunyai kuat tekan (compressive strength) yang tinggi.
d. Awet dan relatif murah biaya operasionalnya.
e. Tahan pada suhu ekstrim.
Sedangkan keterbatasan bahan beton adalah:

a. Memiliki kuat tarik yang rendah, dengan kata lain beton sangat rapuh.
b. Memiliki BJ yang besar, artinya beton sangat berat.
c. Memiliki sifat susut (creep).
Macam dan Pengaruh Bahan-Bahan Pengisi pada Beton

Bahan beton dibuat dari beberapa bahan yang dicampur menjadi satu. Oleh
karena itu, mutu beton akan sangat dipengaruhi oleh mutu bahan-bahan itu
sendiri. Bila mutu agregat, semen, dan airnya bagus, disertai perhitungan yang
tepat sesuai kebutuhan dan pelaksanaan mix design yang teliti dapat dilaksanakan
dengan baik, beton yang dihasilkan akan sangat berkualitas. Tetapi bila salah satu
komponen penyusun beton mempunyai mutu yang kurang baik, maka akan
mempengaruhi mutu beton itu sendiri dan bila dibuat suatu struktur, akan dapat
membahayakan.

Agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah dan
kerak tungku besi yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk
membentuk sebuah beton hidrolik atau adukan. Cara menilai agregat yang akan
digunakan untuk bahan campuran beton tergantung pada :

a. Ukuran serta gradasinya


b. Kebersihannya
c. Kekerasannya
d. Bentuk butirannya
e. Bentuk permukaannya
f. Berat jenisnya.
III. METODOLOGI

1. Tempat dan Waktu

Tempat dilakukannya percobaan mortar ini dilaksanakan di Jurusan


Teknologi Pertanian Universitas Sriwijaya.

Hari : Selasa

Tanggal : 30 November 2010

Pukul : 08.30 WIB s.d. selesai

2. Alat dan Bahan

Alat e. Centong semen

a. Timbangan Bahan

b. Kotak kubus 20 cm x 20 cm x a. Semen


20 cm b. Pasir
c. Air
c. Palu
d. Kerikil 20 mm
d. Cangkul

3. Cara Kerja

1. Buat kotak kayu ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm sebanyak 3 kotak, dimana


pada praktikum ini akan membuat tiga jenis beton dengan masing-masing
jenis dua sampel.
2. Timbang bahan-bahan yang terdiri dari koral ( agregat 20 mm), pasir,
semen, dan air yang digunakan sesuai dengan jenis beton yang dibuat
dengan perbandingan 1 semen : 2 kerikil : 3 air ( untuk setiap komponen
ditambah sekitar 10-15%.
3. Buat adonan beton dengan mencampurkan pasir dan semen terlebih dahulu
kemudian air, diaduk sampai homogen kemudian masukan koral dalam
adonan dan aduk kembali hingga homogeny dengan perbandingan
tertentu.
4. Masukan dalam adonan beton dalam cetakan kayu dengan memberi label
masing jenis tiga sampel.
5. Ulangi kegiatan 1-4 untuk jenis beton lain yang akan dibuat.
6. Kemudian kotak berisi adonan beton dikeringkan dengan cara dianginkan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

Jenis Kondisi Faktor air Kandungan semen minimum


beton lingkungan semen ( Kg/m3 )
Ukuran agregat minimum ( mm )
maksimu
m beton 40 20 14 10
normal
Pratekan Ringan 0,65 300 300 300 300

Pratekan Sedang 0,55 300 300 320 340

Tidak
Ringan 0,65 200 220 250 270
bertulang

1. Beton Pratekan ( ukuran agregat 20 mm)


a. Ringan :
 Kandungan semen min, Kg/m3
300 Kg/m3 = 300 x 10-6 Kg/cm3

= 3 x 10-4 Kg/cm3

 Volume 1 kotak 20 cm x 20 cm x 20 cm = 8000 cm3


 Kebutuhan semen per kotak
= kandungan semen minimum x volume
= 3 x 10-4 Kg/cm3 x 8000 cm3 = 2,4 Kg
 Kebutuhan air per kotak
= 2,4 Kg x 0,65 = 1,56 Kg = 1,56 liter

b. Sedang :
 Kandungan semen min, Kg/m3
300 Kg/m3 = 300 x 10-6 Kg/cm3

= 3 x 10-4 Kg/cm3

 Volume 1 kotak 20 cm x 20 cm x 20 cm = 8000 cm3


 Kebutuhan semen per kotak
= kandungan semen minimum x volume

= 3 x 10-4 Kg/cm3 x 8000 cm3 = 2,4 Kg

 Kebutuhan air per kotak


= 2,4 Kg x 0,55 = 1,32 Kg = 1,32 liter

2. Beton Tidak Bertulang Ringan ( ukuran agregat 20 mm)


 Kandungan semen min, Kg/m3
220 Kg/m3 = 220 x 10-6 Kg/cm3

= 22 x 10-5 Kg/cm3

 Volume 1 kotak 20 cm x 20 cm x 20 cm = 8000 cm3


 Kebutuhan semen per kotak
= kandungan semen minimum x volume

= 22 x 10-5 Kg/cm3 x 8000 cm3 = 1,76 Kg

 Kebutuhan air per kotak


1,76 Kg x 0,65 = 1,144 Kg = 1,144 liter

2. Pembahasan
Dalam konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang
terbuat dari kombinasi aggregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari
beton adalah beton semen Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya
kerikil dan pasir), semen dan air.

Dari perhitungan di atas kita dapat membahas pembuatan beton dengan


perbandingan yang telah ditentukan. Jika kita melihat pada bagian beton pratekan
pada konsumsi semen per kotak itu adalah sama yaitu 2.4 kg yang menjadi
perbedaan di sini adalah kebutuhan air dalam kondisi beton pratekan ringan dan
pratekan sedang. Kondisi konsumsi air pada beton pratekan ringan menggunakan
air yang cukup banyak yang mengakibatkan proses pengeringan jauh lebih lama
dari kondisi beton pratekan sedang yang konsumsi airnya lebih sedikit dari yang
pertama.

Kemudian jika melihat kondisi ketiga dimana kondisi ketiga ini beton tak
bertulang ringan memiliki konsumsi semen dan air yang berbeda dari kondisi
pertama dan kedua. Dimana konsumsi semen jauh lebih sedikit dari kondisi
pertama dan kedua dan juga dengan penggunaan airnya, jauh lebih sedikit dari
keadaan kedua. Jika kita lihat kondisi ketiga maka dapat kita ramalkan bahwa
proses pengeringan jauh lebih cepat karena kita melihat konsumsi air dan semen
yang digunakan.

Kelebihan beton dibanding dengan bahan bangunan lain adalah harga


relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari bahan lokal. Beton
termasuk bahan aus dan tahan terhadap kebakaran, sehingga biaya perawatan
termasuk rendah. Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi, serta
mempunyai sifat tahan terhadap pengkaratan/pembusukan oleh kondisi alam.
Kekurangan beton dibanding dengan bahan bangunan lain adalah beton
mempunyai kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak, oleh karena itu
diperlukan baja tulangan untuk menahannya.

V. KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan yaitu;
 Beton merupakan bahan struktur bangunan yang sangat populer
dalamabad ini karena penggunannya yang sangat luas dalam bidang
kontruksi bangunan sipil.
 Beton pratekan pada konsumsi semen per kotak itu adalah sama yaitu
2.4 kg yang menjadi perbedaan di sini adalah kebutuhan air dalam
kondisi beton pratekan ringan dan pratekan sedang.
 Kemudian jika melihat kondisi ketiga dimana kondisi ketiga ini beton
tak bertulang ringan memiliki konsumsi semen dan air yang berbeda
dari kondisi pertama dan kedua.
 Kelebihan beton dibanding dengan bahan bangunan lain adalah harga
relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari bahan lokal.
Beton termasuk bahan aus dan tahan terhadap kebakaran, sehingga
biaya perawatan termasuk rendah dll.
 Kekurangan beton dibanding dengan bahan bangunan lain adalah beton
mempunyai kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak, oleh karena
itu diperlukan baja tulangan untuk menahannya

DAFTAR PUSTAKA
chestofbooks.com/crafts/popular...5/Cement-Mortar.html ( diakses 26 November
2010 ).

http://id.wikipedia.org/wiki/Beton ( diakses 01 Desember 2010 ).


id.wikipedia.org/wiki/Semen ( diakses 26 November 2010 ).

Locher, Friedrich W. (2006). Cement: Principles of production and use.


Duesseldorf, Germany: Verlag Bau + Technik GmbH. ISBN 3-7640-
0420-7.
Mindess, S.; Young, J.F. (1981). Concrete. Englewood, NJ, USA: Prentice-Hall.
ISBN 0-1316-7106-5.
Prof. Ir. Tata Surdia MS. Met. E. - Prof. DR. Shinroku Saito.1985. Pengetahuan
Bahan Teknik. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

LAMPIRAN GAMBAR
1. Alat dan bahan

2. Penimbangan bahan

3. Pembuatan mortar
4. Hasil pembuatan beton

Anda mungkin juga menyukai