PPK Rumah Sakit
PPK Rumah Sakit
TANJUNGSARI
NOMOR: /RSIAT/PER/DIR/XII/2018
TENTANG
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK TANJUNGSARI
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
IBU DAN ANAK TANJUNGSARI
TENTANG PANDUAN PRAKTEK KLINIS
DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
TANJUNGSARI.
Pasal 1
Panduan Praktek Klinis di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Tanjungsari sebagai
acuan dalam memberikan pelayanan yang terkoordinasi antara multidispliner
di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Tanjungsari.
Pasal 2
Ditetapkan di : Blitar
LAMPIRAN
Peraturan Direktur Rumah Sakit Ibu Dan Anak Tanjungsari Blitar
Nomor : / RSIAT/PER/DIR/XII/2018
Tentang : Panduan Praktek Klinis Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Tanjungsari Blitar
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
A. PNEUMONIA
6. Diagnosis Pneumonia
Kerja
7. Klasifikasi Berdasarkan klinis dan epidemiologis, pneumonia dibedakan menjadi:
1. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
2. Pneumonia nasokomial (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial
pneumonia)
3. Pneumonia aspirasi
4. Pneumonia pada penderita Immunocompromised
Berdasarkan bakteri penyebab dibedakan menjadi:
1. Pneumonia bakterial / tipikal.
2.Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan
Chlamydia.
3. Pneumonia virus
4. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder.
Berdasarkan predileksi infeksi dibedakan menjadi:
1. Pneumonia lobaris
2. Bronkopneumonia
3. Pneumonia interstisial
B.ASFIKSIA NEONATORUM
1.Pengertian Asfiksia neonatorum : adalah gagal napas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat sesudah lahir
2.Anamnesis 1.Saat lahir bayi mengalami keadaan tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur atau bayi tidak menangis
2. Tonus otot jelek
3. Bayi prematur
4. Air ketuban keruh bercampur mekonium, bayi tidak bugar
3.Pemeriksaan fisik 1. Bayi lemah, tidak bernapas atau menangis
2.Tonus otot lemah/jelek
3. Sianosis
4. Napas megap megap
4.Kriteria 1. Menurut AAP (American Academic of Pediatrics) dan AHA
diagnostik (American Heart Association) : bayi kurang bulan, bayi tidak
bernapas spontan/tidak menangis, tonus otot jelek.
2. Menurut Skor APGAR : yang dihitung sampai dengan menit ke
10:
Asfiksia ringan : 7
Asfiksia sedang : 4-6
Assfiksia berat : 1- 3
3. Menurut hasil GDA ( Analisis Gas Darah ) : pH< 7.25, paO2 < 50
mmHg, paCO2 > 55 mm Hg,
4. Menurut WHO : Skor Apgar plus gambaran HIE dan defisit
neurologis ( Menurut Sarnat and Sarnat )
5.Diagnostik Asfiksia Neonatorum
6.Diagnosis 1. Hipoksia
banding
2. Pulmonal :
1. Penyakit Membran Hialin
2. Pneumonia
3. Kelainan kongenital paru
3. Ekstra pulmonal :
1. Ensefalopati hipoksik iskemik / Hypoxic Ischemic
Encephalopathy (HIE )
2. Sepsis neonatorum
3. Penyakit Jantung bawaan
4. Asidosis metabolik dan Gangguan metabolik lain
7.Pemeriksaan 1. Analisis Gas Darah
penunjang 2. Foto toraks dada
1.Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan
lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang tanpa memandang
masa gestasi.
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1jam setelah
lahir
2.Anamnesis Keadaan ibu selama hamil (sesuai dengan fator etiologi) usia gestasi
3.Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik lengkap bayi baru lahir.Pemerisaan score Ballard
untuk menilai usia gestasi,dan di plot pada kurva lubcencho untuk
menilai kesesuaian berat lahir dengan usia gestasi
Klasifikasi :
A. Berdasarkan Berat Lahir :
1. Berat lahir kurang dari 1000 g : bayi berat lahir amat sangat
rendah
2. Berat lahir kurang dari 1500 g : bayi berat lahir sangat rendah
3. Berat lahir kurang dari 2500 g : bayi berat lahir rendah
B. Berdasarkan usia gestasi BBLR dibedakan :
1. Kurang Bulan : usia gestasi kurang dari 37 minggu
2. Cukup bulan : usia gestasi ≥ 37 minggu atau lebih
C. Berdasarkan berat lahir dan usia gestasi maka BBLR dapat
diklasifikasikan menjadi :
1. SMK (sesuai masa kehamilan)
2. KMK ( kecil masa kehamilan)
3. BMK (besar masa kehamilan)
4.Kriteria diagnosis Berdasarkan berat lahir dan usia gestasi diklasifikasikan sesuai
dengan klasifikasi diatas
5.Diagnosis kerja Berat Badan Lahir Rendah
6.Pemeriksaan 1. Darah rutin
penunjang 2. Baby gram
3. Gula darah
4. USG jika diperlukan
7.Terapi Indikasi rawat :
Semua bayi barat lahir kurang dari 1500 g
Usia gestasi ≤ 35 minggu
Bayi dengan komplikasi
Perawatan :
Dirawat dalam incubator,jaga jangan sampai hipotermi suhu bayi
36,5 – 37,50C
Bayi dengan distress pernafasan pengobatan lihat pada bab
distress pernafasan
Tentukan usia gestasi
Bayi BB > 1500 g tanpa asfiksia dan tak ada tanda – tanda
distress pernafasan dirawat gabung
Bayi –bayi KMK (kecil masa kehamilan)diberi minum lebih dini
(2 jam setelah lahir)
Periksa gula darah dengan destrostik bila ada tand – tanda
hipoglikemi
Kebutuhan cairan setiap kgBB/24 jam
Hari ke 1 : 80 CC
Hari ke 2 : 100 CC
Hari ke 3 : 120 CC
Hari ke 4 : 130 CC
Hari ke 5 : 135 CC
Hari ke 6 : 140 CC
Hari ke 7 : 150 CC
Hari ke 8 : 160 CC
Hari ke 9 : 165 CC
Hari ke 10 : 170 CC
Hari ke 11 : 175 CC
Hari ke 12 : 180 CC
Hari ke 13 : 190 CC
Hari ke 14 : 200 CC
Jenis cairan IVFD
- BB> 2000 g : dektrose 10% 500 CC + Ca gluconas 10 %
- BB < 2000 g : dektrose 7 ½ 500 CC + Ca gluconas 10 %
Kebutuhan Ca gluconas//hari : 5 Cc/kgBB
- Mulai hari ke 3 baru ditambahkan NaCl dan Kcl sesuai
kebutuhan
- Hari ke 2 diberi protein 1 g/kg/hari,dinaikkan berlahan-
lahan
1 ½ g,2 g,2 ½ g,3 g/kgBB/hari
Pada bayi tanpa distress pernafasan ( RR , 60 X/menit) dapat
lansung diberi minum per oral dengan menghisap sendiri atau
dengan nasogastrik dripp.Bila bayi tidak mentolelirsemua
kebutuhan peroral, maka diberikan sebanyak yang dapat ditoleransi
8.Kompetensi Dokter Spesialis Anak
9.Edukasi Penjelasan mengenai komplikasi jangka panjang dan jangka pendek
dari BBLR dan perawatan metode kangguru
10.Indikator medis Berat badan, kondisi umum baik, kemampuan minum
E.DIARE AKUT
1. Pengertian Buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair
dan berlangsung kurang dari 1 minggu.
2. Anamnesis 1. Diare berlangsung lama, frekuensi diare dalam sehari, warna, dan
konsistensi tinja, lendir dan/darah dalam tinja.
2. Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang
air kecil terakhir, demam, sesak, kejang, kembung
3. Jumlah cairan yang masuk selama diare
4. Jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi selama diare,
riwayat mengkonsumsi makanan yang tidak biasa
3. Pemeriksaan 1. Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
Fisik 2. Penilaian tanda dehidrasi
a) Tanda utama: keadaaan umum, gelisah/ cengeng atau lemah/
letargi/ koma, rasa haus, turgor kulit abdomen menurun
b) Tanda tambahan: ubun-ubun cekung, kelopak mata terlihat
cowong, air mata menurun , mukosa bibir kering, mulut dan
lidah terlihat kering
Derajat dehidrasi:
a) Tanpa dehidrasi
Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
Keadaan umum baik, sadar
Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cowong,
air mata ada, mukosa mulut dan bibir basah
Turgor abdomen baik, bising usus normal
Akral hangat
b) Dehidrasi ringan sedang/tidak berat (kehilangan cairan 5-
10% berat badan)
Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau
lebih tanda tambahan
Keadaan umum gelisah atau cengeng
Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit
cowong, air mata kurang, mukosa mulut dan bibir
sedikit kering
Turgor kulit kurang, akral hangat
c) Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan
2 atau lebih tanda tambahan
Keadaan umum lemah, letargis, atau koma
Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cowong, air
mata tidak ada, mukosa mulut dan bibir sangat
kering.
Turgor sangat kurang dan akral dingin
Pasien harus rawat inap
4. Kriteria berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
Diagnosis penunjang
5. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali
Penunjang apabila ada tanda intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiaisis
8. Tatalaksana lintas diare: (1) Cairan, (2) Zinc, (3) Nutrisi, (4) Antibiotik yang tepat,
(5) Edukasi
1. Pemberian airan bergantung derajat dehidrasi:
Tanpa dehidrasi:
Cairan rehidrasi oral (CRO) dengan NEW ORALIT
5-10ml/kgbb setiap diare cair. Dpat diberikan
cairan rmah tangga sesuai kemauan anak. ASI tetap
harus diberikan.
Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila
terdapat komplikasi lain (tidak mau minum,
muntah terus menerus, diare frekuen and profus)
Dehidrasi ringan-sedang (kehilangan cairan 5-10%
berat badan):
CRO hipoosmolar 75ml/kgBB dalam 3 jam untuk
mengganti kehilangan cairan yang terjasi
Rehidrasi parenteral diberikan bila anak muntah
setiap diberi minum walaupun telah diberikan CRO
dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa
nasogastrik. Cairan yang diberikan adaah ringer
laktat
atau KaEN 3B atau NaCL dengan jumlah cairan
berdasarkan berat badan:
Berat badan 3-10kg: 200mL/KgBB/hari
Berat badan 10-15kg: 175mL/KgBB/hari
Berat badan >15kg: 135 mL/KgBB/hari
Dehidrasi berat:
Cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktak
atau ringer asetat 100Ml/KgBB dengan cara:
Umur<12 bulan: 30mL/kgBB dalam 1 jam
pertama, 70mL/KgBB dalam 5 jam berikutnya
Umur > 12 bulan: 30mL/KgBB dalam ½ jam
pertama, dilanjutkan 70mL/KgBB dalam 2,5
jam berikutnya.
Asupan cairan per oral diberikan bila pasien
sudah mau dan dapat minum, dimulai dengan
5ml/kgBB selama proses rehidrasi.
Koreksi apabila terdapat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit.
2. Zinc
Umur < 6 bulan: 10 mg per hari
Umur > 6 bulan: 20 mg per hari
3. Nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat
sesuai umur tetap diberikan untuk mencegah kehilangan
berat badan, berikan makanan sedikit tetapi sering, rendah
serat. Buah-buahan yang diberikan terutama pisang.
4. Medikamentosa
5. Edukasi
9. Terapi 1. Tidak boleh diberikan obat antidiare
Medikament 2. Antibiotik hanya bila ada indikasi, yaitu:
osa Patogen telah diidentifikasi )shigella, ditemukan
kista/trofozoid Giardia lamblia, Entamoeba histolytic
dalam tinja)
Bayi/anak dengan defek imun (imunokomromais)
Terapi kolera
Bayi kurang dari 3 bulan dengan biakan tinja positif.
3. Antiparasit: metronidazole 50 mg/KgBB dibagi dalam 3 dosis
merupakan obat pilihan untuk amoeba vegetatif.
10. Diet ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat
sesuaiumur tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan,
berikan makanan sedikit tetapi sering, rendah serat. Buah-buahan
yang diberikan terutama pisang
12. Edukasi Penjelasan diagnosis, rencana dan tujuan terapi, resiko terapi,
komplikasi, dan prognosis. Edukasi cara menyiapkan oralit secara
benar. Langkah pencegahan
1. ASI tetap diberikan,
2. kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan,
3. kebersihan lingkungan, buang air besar di jamban,
4. imunisasi campak
5. memberikan makanan penyapihan yang benar,
6. penyediaan air minum yang bersih,
7. selalu memasak makanan.
13. Indikasi Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang dan dehidrasi berat
Rawat Inap
F. HIPERBILLIRUBINEMIA
1. Pengertian Hiperbilirubinemia adalah terjadinya peningkatan kadar serum
bilirubin 2 standar deviasi atau lebih dari kadar yang diharapkan
berdasarkan umur bayi atau lebih dari persentil 90.Sedangkan ikterus
neonatorum adalah keadaan klinis bayi yang ditandai oleh pewarnaan
kuning pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak
terkonjugasi yang berlebih.Ikterus tampak secara lkinis bila kadar
bilirubin darah 5 – 7 mg/dl
2. Anamnesis Riwayat ikterus pada anak sebelumnya
Riwayat keluarga anemi dan pembesaran hati dan limpa
Riwayat penggunaan obat selama hamil
Riwayat infeksi maternal
Riwayat trauma persalinan
3. Pemeriksaan Umum :
fisik Keadaan umum (gangguan nafas,apnea, instabilitas suhu, dll)
Khusus:
Dengan cara menekan kulit ringan dengan memakai jari tangan
dan dilakukan dengan pencahayaan yang memadai
Berdasarkan Kramer dibagi menjadi :
D. Transfusi tukar
Dilakukan bila kadar total serum bilirubin melampaui garis
seperti pada gambar 3
Gambar 3. Guideline transfusi tukar pada bayi usia gestasi 35 minggu
atau lebih.Transfusi tukar segera bila bayi menunjukkan tanda
ensefalopati bilirubin akut (hipertonia,opistotonus,panas,menangis
melengking) atau TSB ≥ 5 di atas garis . Faktor resiko : isoimun
hemolitik,defisiensi G6PD,Asfiksia,letargi,instabilitas temperature
,sepsis asidosis.
G. ISPA
1. Pengertian Peradangan dinding saluran pernafasan atas yang disebabkan oleh
virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain
5. Diagnosis ISPA
Kerja
6. Diagnosis Bronkitis
Banding
1. Istirahat cukup
10. Edukasi 2. Minum air putih yang cukup
3. Makan makanan bergizi
4. Olah raga teratur
11. Indikator Klinis dan Laboratorium
I.KEJANG DEMAM
1. Pengertian Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
di atas 380 C) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat ,gangguan
elektrolit atau metabolik lain. Kejang disertai demam pada bayi
berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam.
Kejang demam sederhana adalah kejang yang berlangsung kurang
dari 15 menit, bersifat umum serta tidak berulang dalam 24 jam.
Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang
demam.
Kejang demam disebut kompleks jika kejang berlangsung lebih dari
15 menit, bersifat fokal atau parsial 1 sisi kejang umum didahului
kejang fokal dan berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
6. Diagnosis ◦ Meningitis
Banding ◦ Ensefalitis
◦ Epilepsi
◦ Gangguan metabolik, seperti: gangguan elektrolit.
10. Edukasi Konseling dan edukasi dilakukan untuk membantu pihak keluarga
mengatasi pengalaman menegangkanakibat kejang demam dengan
memberikan informasi mengenai:
Prognosis dari kejang demam.
◦ Tidak ada peningkatan risiko keterlambatan sekolah atau
kesulitan intelektual akibat kejang demam.
◦ Kejang demam kurang dari 30 menit tidak
mengakibatkan kerusakan otak.
◦ Risiko kekambuhan penyakit yang sama di masa depan.
Rendahnya risiko terkena epilepsi dan kurangnya manfaat
menggunakan terapi obat antiepilepsi dalam mengubah risiko itu.
11. Syarat Pasien dapat dipulangkan apabila tidak kejang dan tidak demam
Pulang selama 24 jam tanpa antipiretik, nafsu makan membaik, klinis
Untuk Pasien perbaikan, dan tidak dijumpai komplikasi. Pengobatan dapat
Rawat Inap dilanjutkan di rumah.
J. SEPSIS NEONATORUM
1. Pengertian Sindrom klinik yang terjadi akibat invasi mikroorganisme ke dalam
aliran darah dan timbul pada satu bulan pertama kehidupan.
Dibedakan menjadi sepsis neonatorum awitan dini (SNAD) yang
terjadi pada usia ≤ 72 jam dan sepsis neonatorum awitan lambat
(SNAL) terjadi pada usia ≥ 72 jam.
2. Anamnesis Faktor risiko mayor infeksi :
1. Ketuban pecah > 24 jam
2. Ibu demam saat intrapartum suhu > 380C
3. Korioamnionitis
4. Denyut jantung janin menetap > 160x/menit
5. Ketuban berbau
Faktor risiko minor infeksi :
1. Ketuban pecah > 12 jam
2. Ibu demam saat intrapartum suhu > 37,50C
3. Nilai Apgar rendah ( menit ke-1 < 5 , menit ke-5 < 7 )
4. Bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR ) < 1500 gr
5. Usia gestasi < 37 minggu
6. Kehamilan ganda
7. Keputihan yang tidak diobati
Infeksi Saluran Kemih (ISK) / tersangka ISK yang tidak diobati
3. Pemeriksaan Tanda klinis sepsis neonatorum tidak spesifik dan berhubungan
Fisik dengan karakteristik kuman penyebab dan respon tubuh terhadap
masuknya kuman, seperti:
1.Iregularitas temperatur: hipertermi, hipotermi,
2.Perubahan perilaku: letargi, iritabel
3.Perubahan tonus
4.Kelainan pada kulit: perfusi perifir buruk, sianosis, mottling,
pucat, petikie, rash, ikterus, sklerema
5. Masalah minum: intoleransi minum
6. Masalah saluran cerna: muntah, diare, kembung Masalah
kardiopulmoner: takipnea, takikardia, hipotensi, distress
pernafasan (sesak, retraksi, grunting, sianosis sentral)
Masalah metabolik: hipoglikemia, hiperglikemia, metabolik asidosis
4. Kriteria 1. Adanya faktor risiko infeksi (minimal 1 risiko infeksi mayor atau
Diagnosis 2 risiko infeksi minor)
2. Klinis dan pemeriksaan fisik
a. RR > 60 x/menit, dengan atau tanpa retraksi
b. Instabilitas suhu
c. Capillary reffil time> 3 detik
3. Laboratorium (didapatkan minimal positif pada 2 pemeriksaan
dengan atau tanpa hasil kultur darah yang positif) :
a. Hitung leukosit < 5 atau > 35 x103/L
b. Neutropenia <1,5 x103/L atau Neutrofilia.
c. Procalcitonin ≥ 0,05 ng/mL
d. IT ratio > 0,2
e. Blood smear: vakuolisasi dan atau toxic granule positif
f. Kultur darah dua sisi
5. Diagnosis Sepsis Neonatal
Kerja
6. Diagnosis 1. Meningitis
Banding 2. respiratory distress syndrome
3. pneumonia
K. ABORTUS
1. Pengertian Abortus ialah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan,dan sebagai batasan digunakan
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 500
gram.
2. Anamnesis 1. Abortus imminens
Riwayat terlambat haid dengan hasil B HCG (+)
dengan usia kehamilan dibawah 20 minggu
Perdarahan pervaginam yang tidak terlalu banyak,
berwarna kecoklatan dan bercampur lendir
Tidak disertai nyeri atau kram
2. Abortus insipiens
Perdarahan bertambah banyak, berwarna merah segar
disertai terbukanya serviks
Perut nyeri ringan atau spasme (seperti kontraksi saat
persalinan)
3. Abortus inkomplit
Perdarahan aktif
Nyeri perut hebat seperti kontraksi saat persalinan
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi
Mulut rahim terbuka dengan sebagian sisa konsepsi
tertinggal
Terkadang pasien datang dalam keadaan syok akibat
perdarahan
4. Abortus komplit
Perdarahan sedikit
Nyeri perut atau kram ringan
Mulut rahim sudah tertutup
Pengeluaran seluruh hasil konsepsi
3. Pemeriksaan 1. Penilaian tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
Fisik 2. Penilaian tanda-tanda syok
3. Periksa konjungtiva untuktanda anemia
4. Mencari ada tidaknya massa abdomen
5. Tanda-tanda akut abdomen dan defans musculer
6. Pemeriksaan ginekologi
4. Kriteria Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
Diagnosis pemeriksaan penunjang.
5. Diagnosis • Kehamilan ektopik
Banding • Mola hidatidosa
• Missed abortion
6. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan USG.
Penunjang 2. Pemeriksaan tes kehamilan (BHCG): biasanya masih positif
sampai 7-10 hari setelah abortus.
3. Pemeriksaan darah perifer lengkap
7. Terapi Penatalaksanaan Umum
Pada keadaan abortus kondisi ibu bisa memburuk dan menyebabkan
komplikasi. Hal pertama yang harus dilakukan adalah penilaian cepat
terhadap tanda vital (nada, tekanan darah, pernasapan dan suhu).
Pada kondisi di jumpai tanda sepsis atau dugaan abortus dengan
komplikasi, berikan antibiotika dengan kombinasi:
1. Ampicilin 2 gr IV/IM kemudian 1 gr setiap 6 jam
2. Gentamicin 5 mg/KgBB setiap 24 jam
3. Metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam
4. Segera melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan
Sekunder/RS
3. Abortus inkomplit
a. Lakukan konseling.
b. Observasi tanda vital (tensi, nadi, suhu, respirasi).
c. Evaluasi tanda-tanda syok, bila terjadi syok karena
perdarahan, pasang IV line (bila perlu 2 jalur) segera berikan
infus cairan NaCl fisiologis atau cairan ringer laktat disusul
dengan darah.
d. Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan <16
minggu, gunakan jari atau forcep cincin untuk mengeluarkan
hasil konsepsi yang mencuat dari serviks. Jika perdarahan
berat dan usia kehamilan < 16 minggu, lakukan evakuasi isi
uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) merupakan metode
yang dianjurkan. Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan
apabila AVM tidak tersedia. Jika evakuasi tidak dapat
dilakuka segera: berikan ergometrin 0.2 mg IM (dapat diulang
15 menit kemudian bila perlu).
e. Jika usia kehamilan > 16 minggu berikan infus oksitosin 40
IU dalam 1 L NaCl 0,9% atau RL dengan kecepatan 40 tetes
per menit.
f. Lakukan pemantauan paska tindakan setiap 30 menit selama 2
jam, Bila kondisi baik dapat dipindahkan ke ruang rawat.
g. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan
kirimkan untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium.
h. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda
akut abdomen, dan produksi urin tiap 6 jam selama 24 jam.
Periksa kadar Hb setelah 24 jam. Bila kadar Hb > 8gr/dl dan
keadaan umum baik, ibu diperbolehkan pulang.
4. Abortus komplit
Tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila menderita
anemia perlu diberikan sulfas ferosus dan dianjurkan supaya
makanannya mengandung banyak protein, vitamin dan mineral.
8. Edukasi a. Pemeriksaan rutin antenatal
b. Makan makanan yang bergizi (sayuran, susu,ikan,
daging,telur).
c. Menjaga kebersihan diri, terutama daerah kewanitaan dengan
tujuan mencegah infeksi yang bisa mengganggu proses
implantasi janin.
d. Hindari rokok, karena nikotin mempunyai efek vasoaktif
sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta.
e. Apabila terdapat anemia sedang berikan tablet Sulfas Ferosus
600 mg/hari selama 2 minggu,bila anemia berat maka berikan
transfusi darah.
f. Melakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional
g. Menganjurkan penggunaan kontrasepsi pasca keguguran
karena kesuburan dapat kembali kira-kira 14 hari setelah
keguguran. Untuk mencegah kehamilan, Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim (AKDR) umumnya dapat dipasang secara aman
setelah aborsi spontan atau diinduksi. Kontraindikasi
pemasangan AKDR pasca keguguran antara lain adalah infeksi
pelvik, abortus septik, atau komplikasi serius lain dari abortus.
h. Follow up dilakukan setelah 2 minggu
9. Prognosis Bonam
L. HIPEREMESIS GRAVIDARUM
1. Pengertian Mual dan muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur
kehamilan 16 minggu. Mual dan muntah yang berlebihan, dapat
mengakibatkan dehidrasi, gangguan asam-basa dan elektrolit dan
ketosis keadaan ini disebut sebagai keadaan hiperemesis. Mual
biasanya terjadi pada pagi hari, tapi dapat pula timbul setiap saat dan
malam hari.
2. Anamnesis Keluhan
1. Mual dan muntah hebat
2. Ibu terlihat pucat
3. Kekurangan cairan
Gejala klinis
1. Muntah yang hebat
2. Mual dan sakit kepala terutama pada pagi hari (morning sickness)
3. Nafsu makan turun
4. Beratbadan turun
5. Nyeri epigastrium
6. Lemas
7. Rasa haus yang hebat
8. Gangguan kesadaran
3. Pemeriksaan Pemeriksaan fisik
Fisik 1. Pemeriksaan tanda vital: nadi meningkat 100x/mnt, tekanan
darah menurun (pada keadaan berat), subfebris, dan gangguan
kesadaran (keadaan berat).
2. Pemeriksaan tanda-tanda dehidrasi: mata cekung, bibir kering,
turgor berkurang.
4. Kriteria Diagnosis klinis
Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
O. LETAK SUNGSANG
1. Pengertian Janin dalam presentasi bokong. Bokong kaki atau kaki
7. Pemeriksaan USG.
Penunjang
1. Darah Lengkap
4. Pemeriksaan 2. Golongan Darah
Penunjang 3. Skrining HIV
4. Skrining HbsAg
5. Persiapan Pemeriksaan Dokter dr SpOG
Prosedur Konsul Dokter dr SpAn
Persetujuan
1. Inform Connsent SC
Tindakan
2. Inform Consent Anasthesi
Persiapan Operasi 1. Identifikasi Pasien
2. Puasa minimal 6 jam sebelum operasi
3. Pemasangan Infus Farhest 500ml grojok
4. Pemasangan Cateter no 16
5. Mencukur Pubis
Q. PREEKLAPMSIA BERAT (PEB) ATERM
1. Pengertian Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg yang terjadi pada kehamilan lebih
dari 20 mgg, dengan proteiuria ≥ 2 gr/ 24 jam
4. Kriteria Hamil usia lebih dari 37 minggu dengan disertai peningkatan tekanan
Diagnosis darah mulai pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu dengan salah
satu atau lebih gejala dan tanda di bawah ini :
1. Tekanan darah sistolik ≥ 160/110 mmHg
atau diastolik ≥ 110 mmHg dalam dua kali pengukuran dengan
jarak 6 jam setelah usia kehamilan 20 minggu
2. Proteinuria 2,0 gr/24 jam atau +2 atau
lebih
3. Oligouri, produksi urine <500 cc/24 jam
4. Kenaikan kreatinin serum
5. Gangguan cerebral atau penglihatan,
gangguan kesadaran, nyeri kepala, skotoma
6. Edema paru dan cyanosis
7. Nyeri epigastrium atau kuadran kanan
atas abdomen
8. Gangguan fungsi hati tanpa adanya
etiologi lain
9. Hemolisis mikroangiopatik
10. Trombositopenia < 100.000
11. HELLP Syndrome
5. Diagnosa Severe Preeclampsia (Preeklampsia Berat/Peb) Aterm
Kerja
R. SECTIO CESAREA
1. Pengertian Persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding perut dan dinding Rahim