Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat
terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent) . Kelarutan juga di
gunakan secara kuantitatif untuk menyatakan komposisi dari larutan. Kelarutan
bergantung pada jenis zat terlarut, ada zat yang mudah larut tetapi banyak juga zat
yang sukar larut. Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang
larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh.
Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.
Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih
tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat
berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan
lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air,
hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble)
sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada
sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam
beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk
menghasilkan suatu larutan yang disebutlewat jenuh (supersaturated) yang
metastabil.
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda.
Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut.
Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda.
Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk
perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi
atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut.
Aplikasi kelarutan dalam dunia industri adalah pada pembuatan reaktor
kimia, pada proses pemisahan dengan cara pengkristalan integral, selain itu juga
dapat digunakan untuk dasar atau ilmu dalam proses pembuatan granul -granul
pada industri baja. Oleh karena itu praktikum kelarutan zat padat dalam cairan
perlu dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelarutan
Kelarutan merupakan banyaknya suatu zat yang dapat larut secara
maksimum dalam suatu pelarut pada konsidi tertentu. Kelarutan biasanya
dinyatakan dalam satuan mol/liter. Jadi bila batas kelarutan tercapai, maka zat
yang dilarutkan itu dalam batas kesetimbangan, artinya bila zat terlarut dikurangi,
maka akan terjadi larutan yang belum jenuh, bila zat terlarut ditambah, maka akan
terjadi larutan jenuh. Dan kesetimbangan tergantung pada suhu pelarutan
(Hoedijono, 1990).
Larutan mempunyai dua komponen yaitu solute dan solvent. Solute
merupakan zat terlarut, sedangkan solvent merupakan substansi yang melarutkan.
Contoh sebuah larutan NaCl. NaCl merupakan zat terlarutnya dan air merupakan
pelarutnya. Dalam kelarutan terdapat tiga materi yaitu gas, padat, dan cair. Dari
ketiga materi tersebut dimungkinkan memiliki sembilan tipe larutan yang
berbeda: padat dalam padat, padat dalam cairan, padat dalam gas, cairan dalam
cairan, cairan dalam padatan, cairan dalam gas, gas dalam gas, gas dalam cairan,
dan gas dalam padat. Namun dari berbagai macam tipe larutan yang harus kita
kenal adalah padatan dalam cairan, cairan dalam cairan, gas dalam cairan serta gas
dalam gas.
Kelarutan suatu zat akan bertambah seiring dengan meningkatnya suhu.
Kelarutan dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu sifat alami dari solute dan solvent,
efek dari temperatur terhadap tekanan, efek tekanan pada temperatur, dan
kelarutan dari zat terlarut. Pada percobaan kali ini akan dipelajari tentang
kelarutan suatu zat terhadap suhu. Pada umumnya suatu zat mempunyai kelarutan
pada pelarut tertentu dan temperatur tertentu pula. Temperatur kelarutan dari
pelarut akan mempengaruhi kelarutan zat yang dilarutkan. Untuk kebanyakan
padatan yang bisa larut dalam liquid, maka kenaikan temperatur akan sangat
berdampak pada kenaikan kelarutan (Sukardjo, 1997).
110˚C, termasuk asam yang sangat beracun. Asam oksalat memiliki berat molekul
(BM) sebesar 90,05 gr/mol (Daintith, 1994).
2.7 Indikator PP
Indikator PP merupakan suatu indikator yang umum digunakan dalam tittasi
asam-basa. Indikator PP sangat mudah larut dalam alkohol dan pelarut organik
lainnya. C2H14O4 tidak memberikan perubahan warna pada kondisi di bawah pH =
8 dan memberikan warna di atas pH = 9,6 (Daintith, 1994).
2.8 Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida mudah larut dalam etanol maupun pelarut air. NaOH
berwarna putih, lembab dan dapat menyerap gas CO2 dari udara bebas. NaOH
50% pada temperatur tertentu dapat sebagai media oksida anodik yang tumbuh
pada baja (Daintith, 1994).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Skema Percobaan
3.1.1 Skema Percobaan Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu
Gambar 3.6
BAB IV
DATA HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan
Tabel 4.1.1 Data Hasil Percobaan Penentuan Densintas Larutan Asam
Oksalat
Massa Densitas
Suhu (℃ Massa Larutan +
Larutan Larutan
) Piknometer (gram)
(gram) (gram/ml)
25 20,23 10,74 1,074
20 20,21 10,72 1,072
15 20,18 10,69 1,069
10 20,17 10,68 1,068
5 20,16 10,67 1,067
0 20,10 10,61 1,061
Tabel 4.1.2 Data Hasil Percobaan Titrasi Larutan Asam Oksalat dengan
Larutan NaOH
Rata-
Suhu ( Titrasi 1 Titrasi Warna Warna
rata
℃) (ml) 2 (ml) Awal Akhir
(ml)
Putih
25 3,2 3,6 3,4 Ungu
bening
Putih
20 3,1 3,1 3,1 Ungu
bening
Putih
15 4 2,7 3,35 Ungu
bening
Putih
10 3,2 3,1 3,15 Ungu
bening
Putih
5 2 2,5 2,25 Ungu
bening
Putih
0 1,4 1,5 1,45 Ungu
bening
larutan tersebut sudah mencapai pH tertentu. Hal ini terjadi ketika larutan asam
ditetesi indikator PP sebanyak 2-3 tetes kemudian larutan tersebut dititrasi
menggunakan larutan standar basa yang memiliki konsentrasi besar maka warna
larutan tersebut akan berubah menjadi merah muda. Kemudian indikator PP ini
akan menunjukkan perubahan warna menjadi merah muda ketika pH larutan yang
dititrasi sudah mencapai 8 atau lebih.
1.08
1.08
1.07
Densitas
1.07
1.06
1.06
1.05
0 5 10 15 20 25 30
Suhu
Berdasarkan data pada gambar 4.1 grafik antara suhu dengan densitas dapat
diketahui bahwa, densitas larutan asam oksalat berbanding lurus dengan suhu
larutan. Semakin tinggi suhu suatu larutan maka semakin besar pula densitas
larutan tersebut. Hal ini terjadi karena ketika suhu larutan tinggi makajumlah berat
asam oksalat yang terlarut dalam larutan semakin besar.
0.16
0.14
0.12
0.1
Kelarutan (s)
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 5 10 15 20 25 30
Suhu
Berdasarkan data pada gambar 4.2 grafik antara suhu dengan kelarutan
dapat diketahui bahwa kelarutan larutan asam oksalat berbanding lurus dengan
suhu larutan. Semakin tinggi suhu larutan, maka semakin besar pula kelarutan
larutan tersebut. Hal ini dapat terjadi karena jarak antar partikel asam oksalat
semakin merenggang, sehingga partakel-partikel asam oksalat mudah menyatu
dengan partikel-partikel air. Oleh karena itu hal ini menyebabkan asam oksalat
menjadi lebih mudah larut.
25
20
f(x) = 42806.31 x − 137.74
15
1/S
10
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1/T
Berdasarkan data pada gambar 4.3 grafik antara l/S dengan 1/T (K) di atas
dapat diketahui bahwa 1/S berbanding lurus dengan 1/T dalam satuan kelvin.
Semakin besar nilai 1/T larutan asam oksalat, maka semakin besar pula 1/S
larutan asam oksalat. Dari grafik tersebut diperoleh persamaan y = 42806x -
137.74. Persamaan ini digunakan untuk menghitung panas pelarutan. Persamaan
grafik ini digunakan untuk menghitung panas pelarutan yaitu entalpi dari suatu
larutan yang mengandung 1 mol zat terlarut, relatif terhadap zat terlarut atau
pelarutan murni pada suhu dan tekanan yang sama.. Berdasarkan perhitungan,
panas pelarutan yang dihasilkan adalah 355,88KJ/gmol.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dari percobaan yang kami lakukan didapatkan kelarutan asam oksalat
paling besar adalah 0,14 pada suhu 25℃ dan yang paling kecil adalah 0,044
pada suhu 0℃.
2. Panas pelarutan yang didapat adalah 355,88KJ/gmol.
3. Semakin tinggi suhu larutan, maka semakin besar kelarutan larutan tersebut.
5.2 Saran
1. Mengkalibrasi piknometer sebelum digunakan.
2. Memperhatikan suhu dengan seksama agar hasil yang didapat akurat.
3. Membuang es yang mencair pada ice bath karena dapat mengganggu
penurunan suhu.
DAFTAR PUSTAKA
Alberty, Robert. 1992. Kimia Fisika jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
Atkins, P.W. 1994. Kimia Fisika Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisika Jilid II. Jakarta : Erlangga.
Brady, J. E. 1992. Kimia Universitas Asas dan Srtuktur. Binarupa Aksara. Jakarta.
Daintith, J, 1994. Kamus Lengkap Kimia. Alih bahasa : Suminar Achmadi.
Erlangga. Jakarta
Ismarwanto, Hoedjiono. 1990. Diktat Kuliah Kimia Analisa Bag. 1. Surabaya:
FTI ITS
Keenan,W. Charles. 1992. Kimia Untuk Universitas Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Rineka Cipta. Yogyakarta.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung : ITB Press.
APPENDIKS
Penentuan Densitas Larutan Asam Oksalat
Diketahui :
Volume larutan = 10 ml
Massa piknometer kosong = 9,49 gram
Densitas pada suhu 25℃
Massa larutan + piknometer = 20,23 gram
Massa larutan = (massa larutan + piknometer) – massa piknometer kosong
= 20,23 – 9,49
= 10,74 gram
Massalarutan 10,74
ρ=
Volume larutan
= 10
= 1,074 gram/ml
Massalarutan 10,68
ρ=
Volume larutan
= 10
= 1,068 gram/ml
Massa
0,00775 =
126
Massa = 0,9765 gram
Massa asam oksalat pada suhu 15℃
n = 0,008375 mol
Massa
n =
Mr
Massa
0,008375 =
126
Massa = 1,05 gram
Massa asam oksalat pada suhu 10℃
n = 0,007875mol
Massa
n =
Mr
Massa
0,007875=
126
Massa = 0,99 gram
Massa asam oksalat pada suhu 5℃
n = 0,005625 mol
Massa
n =
Mr
Massa
0,005625 =
126
Massa = 0,71 gram
Massa asam oksalat pada suhu 0℃
n = 0,003625 mol
Massa
n =
Mr
Massa
0,003625 =
126
Massa = 0,45 gram
Penentuan Massa Zat Pelarut (Air)
Massa air pada suhu 25℃