ASKEP Anak Dengan Autisme Modul TM 10 Kep Anak 2
ASKEP Anak Dengan Autisme Modul TM 10 Kep Anak 2
DENGAN AUTISME
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Neutrologis
2. Test neupsikologis
3. Test pendengaran
4. MRI(Magnetic resonance imaging)
5. EEG(elektro encepalogram)
6. Pemeriksaan darah
7. Pemeriksaan urine.
F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis
Kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah serotonin 5-
Hydroxytryptamine(5HT) yaitu neurotransmitter atau penghantar singnal ke sel-sel
saraf.Sekitar 30-50% penyandang autis mempunyai kadar serotonin dalam darah.
Kadar norepinefrin,dopamin,dan serotonin 5-HT pada anak normal dalam keadaan
stabil dan saling berhubungan.Akan tetapi,tidak demikian pada penyandang
autis.Terapi psikofarmakologi tidak mengubah riwayat keadaan atau perjalanan autis
tetapi efektif mengurangi perilaku autistic seperti hiperaktivitas,penarikan
diri,stereotipik,menyakiti diri sendiri,agresifsifitas dan gangguan tidur. Risperidone
bias digunakan sebagai antagonis reseptor dopamine D2 dan seroton 5-HT untuk
mengurangi agresifitas,hiperaktivitas,dan tingkalaku yang menyakiti diri sendiri.
2. Penatalaksanaan keperawatan:
a. Terapi wicara: membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga membantu
anak berbicara yang lebih baik.
b. Terapi okupasi: untuk melatih motorik halus anak
c. Terapi perilaku:anak autis sringkali merasa frustasi.teman-temannya sringkali
tidak memahami mereka.mereka merasa sulit mengekspresikan
kebutuhannya,mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara,cahaya dan
sentuhan.Maka tak heran mereka sering mengamuk.Seorang terapis perilaku
terlatih untuk mencari latarbelakang dari perilaku negative tersebut dan mencari
solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak
tersebut untuk memperbaiki perilakunya.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian data focus pada anak dengan gangguan perkembangan pervasive menurut
Isaac, A (2005) dan Townsend, M.C (1998) antara lain:
1. Tidak suka dipegang
2. Rutinitas yang berulang
3. Tangan digerak-gerakkan dan kepala diangguk-anggukan
4. Terpaku pada benda mati
5. Sulit berbahasa dan berbicara
6. 50% diantaranya mengalami retardasi mental
7. Ketidakmampuan untuk memisahkan kebutuhan fisiologis dan emosi diri sendiri
dengan orang lain
8. Tingkat ansietas yang bertambah akibat dari kontak dengan dengan orang lain
Ketidakmampuan untuk membedakan batas-batas tubuh diri sendiri dengan orang
lain Mengulangi kata-kata yang dia dengar dari yang diucapkan orang lain atau
gerakkan- gerakkan mimik orang lain
9. Penolakan atau ketidakmampuan berbicara yang ditandai dengan ketidakmatangan
stuktur gramatis, ekolali, pembalikan pengucapan, ketidakmampun untuk menamai
benda-benda, ketidakmampuan untuk menggunakan batasan-batasan abstrak, tidak
adanya ekspresi nonverbal seperti kontak mata, sifat responsif pada wajah, gerak
isyarat.
B. Masalah keperawatan
1. Gangguan identitas diri b.d gangguan peran sosial
2. Gangguan interaksi sosial b.d perubahan konsep diri
3. Gangguan komunikasi verbal b.d hambatan individu
C. Rencana Tindakan
Diagnosa kep Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan identitas Setelah dilakukan tindakan Orientasi Realita
diri b.d gangguan keperawatan selama 3x24 jam
peran sosial Observasi
Identitas Diri Meningkat - Monitor perubahan
orientasi
dengan Kriteria Hasil: - Monitor
● Penilaian diri positif perubahan kognitif
meningkat dan perilaku
● Perasaan memiliki kelebihan
atau kemampuan positif Terapeutik
meningkat - Perkenalkan nama
● Minat mencoba hal baru saat memulai interaksi
meningkat - Orientasikan orang,
● Berjalan menampakan wajah tempat, dan waktu
meningkat - Hadirkan realita
● Perasaan malu menurun - Atur stimulus sensorik
● Perasaan bersalah menurun dan lingkungan
● Perasaan tidak mampu - Gunakan simbol
melakukan apapun menurun dalam
● Meremehkan kemampuan mengorientasikan
mengatasi masalah menurun lingkungan
- Libatkan dalam terapi
kelompok orientasi
- Berikan waktu
istirahat yg cukup
- Fasilitasi akses
informasi
Edukasi
- Anjurkan perawatan
diri secara mandiri
- Anjurkan penggunaan
alat bantu
- Ajarkan keluarga
dalam perawatan
orientasi realita
Gangguan interaksi Setelah dilakukan tindakan Modifikasi perilaku
sosial b.d perubahan keperawatan selama 3x24 jam keterampilan sosial
konsep diri
Interaksi sosial Meningkat dengan Observasi
kriteria Hasil : - Identifikasi penyebab
● Perasaan nyaman dengan kurangnya
situasi sosial meningkat keterampilan sosial
● Perasaan mudah menerima - Identifikasi fokus
atau mengkomunikasikan pelatihan
perasaan meningkat keterampilan sosjal
● Responsif pada orang lain
meningkat Terapeutik
● Perasaan tertarik pada orang - Motivasi untuk
lain berlatih keterampilan
● Minat melakukan kontak sosial
emosi meningkat - Beri umpan balik
positif
- Libatkan keluarga
selama latihan
keterampilan sosial
Edukasi
- Jelaskan tujuan
melatih keterampilan
sosial
- Jelaskan respon dan
konsekuensi
keterampilan sosial
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan akibat
masalah yg dialami
- Anjurkan
mengevakuasi
pencapaian setiap
interaksi
- Edukasi keluarga
untuk dukungan
keterampilan sosial
- Latih
keterampilan sosial
secara betahap
Gangguan komunikasi Setelah dilakukan tindakan Promosi komunikasi :
verbal b.d hambatan keperawatan selama 3x24 jam Defisit Bicara
individu
Komunikasi verbal meningkat Observasi
dengan kriteria hasil: - Monitor kecepatan,
● Kemampuan berbicara tekanan, kuantitas,
meningkat volume, dan diksi
● Kemampuan mendengar bicara
meningkat - Monitor proses
● Kesesuaian ekspresi kognitif, anatomis dan
meningkat fisiologis yg berkaitan
dengan bicara
- Monitor frustuasi,
marah, defresi atau
hal yg mengganggu
bicara
- Idenfifikasi perilaku
emosional dan fisik
sebagai benfuk
komunikasi
Terapeutik
- Gunakan metode
komunikasi alternatif
- Sesuai kan gaya
komunikasi demgan
kebutuhan
- Modifikasi
lingkungan untuk
meminimalkan
bantuan
- Ulangi apa yang
disampaikan
- Berikan dukungan
psikologis
- Gunakan jurus bicara
Edukasi
- Ajarkan berbicara
perlahan
- Ajarkan pasien dan
keluarga proses
kognitif, anatomis,
dan fisiologis yg
berhubungan dengan
kemampuan bicara
Kolaborasi
- Rujuk ke ahli patologi
bicara atau terapis