Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Papeda: Vol 2, No.

1, Januari 2020
ISSN 2715 - 5110

Analisis Miskonsepsi Siswa Kelas V dalam Menyelesaikan


Masalah Bangun Ruang Berdasarkan Gender Di SD IT Mutiara
Insan Sorong

Lisa Dewi Ramadany


Guru SD IT Mutiara Insan Sorong, Indonesia

E-mail: lisadewiramadany09@gmail.com

Abstrak

Struktur kognitif yang ada pada diri siswa tidak sesuai dengan konsepsi yang dikemukakan para ahli di
bidangnya dapat dikategorikan sebagai miskonsepsi, sehingga antara miskonsepsi dengan gaya
kognitif siswa saling berkaitan. Setiap siswa memiliki gaya kognitif yang berbeda termasuk gender.
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menggambarkan miskonsepsi siswa dalam menyelesaikan
permasalahan bangun ruang berdasarkan gender serta faktor penyebab miskonsepsi. Jenis penelitian
ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan penelitian kulitatif. Sampel dalam penelitian ini
merupakan siswa kelas V SD IT Mutiara Insan Sorong tahun ajaran 2019/2020 sebanyak 6 orang.
Subjek dalam penelitian ini sebanyak 4 orang yang dipilih berdasarkan tes diagnostik. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes diagnostik dan wawancara untuk mengetahui penyebab
miskonsepsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa laki-laki tidak teridentifikasi miskonsepsi,
sedangkan siswa perempuan teridentifikasi sebanyak 3 orang. Siswa mengalami miskonsepsi bukan
pada materi bangun ruang, akan tetapi pada proses perhitungan perkalian dan pembagian. Penyebab
miskonsepsi yang dialami oleh siswa adalah prakonsepsi, pemikiran asosiatif siswa sendiri,
pengalaman belajar, dan kurangnya penekanan pada materi yang dibutuhkan siswa.

Kata Kunci: Miskonsepsi siswa; gender; bangun ruang.

Abstract

Cognitive structures that exist in students are not in accordance with the conceptions put forward by
experts in their fields can be categorized as misconceptions, so that the misconceptions with students'
cognitive styles are interrelated. Each student has a different cognitive style including gender. The
research conducted aims to describe the students' misconceptions in solving the problem of building
space based on gender and the causes of misconceptions. This type of research is a descriptive study
with a skinative research approach. The sample in this study were 6th grade students of SD IT
Mutiara Insan Sorong in the 2019/2020 school year as many as 6 people. Subjects in this study were 4
people selected based on diagnostic tests. The instruments used in this study were diagnostic tests and
interviews to find out the cause of misconception. The results showed that male students were not
identified as misconceptions, while female students were identified as many as 3 people. Students
experience misconceptions not in the material of building space, but in the process of calculating
multiplication and division. The causes of misconceptions experienced by students are preconceptions,
students' own associative thinking, learning experiences, and lack of emphasis on the material
students need.

Keywords: Student misconceptions; gender; bangun ruang.

17
Lisa Dewi Ramadany / JPAPEDA (2) (1) (2020) : 17 - 26

PENDAHULUAN sifatnya sukar dirubah (Pesman & Eryilmaz,


Tujuan pembelajaran matematika di 2010). Keadaan dimana terjadinya
SD antara lain agar siswa memiliki ketidaksesuaian tersebut mengakibatkan
kemampuan untuk berpikir kritis, sistematis, siswa meyakini benar konsep yang salah atau
logis, analitis, dan kreatif (Rosmalia, 2016). disebut dengan miskonsepsi (Hidayat, 2014).
Pembelajaran matematika dengan tuntutan- (Pesman & Eryilmaz, 2010) mengemukakan
tuntutan tersebut memberikan dampak bahwa miskonsepsi memiliki dampak kepada
negatif tersendiri diantaranya kurangnya pemahaman konsep siswa, dan harus diatasi
minat belajar matematika di kelas. Salah satu agar siswa dapat memahami konsep ilmu
penyebab minimnya minat belajar siswa pengetahuan secara efektif. Tingkat
terhadap matematika adalah anggapan siswa pemahaman konsep berkaitan dengan hasil
bahwa matematika merupakan salah satu belajar siswa. Semakin baik tingkat
pelajaran yang sulit dimengerti sehingga pemahaman konsep, akan menghasilkan hasil
menjadi momok dalam pembelajaran (Farida, belajar yang baik pula.
2016). Hasil belajar matematika siswa kelas V
Anggapan negatif siswa terhadap SD IT Mutiara Insan Sorong secara umum
pelajaran matematika bukan tanpa sebab, hal berdasarkan observasi peneliti didapatkan
ini dikarenakan pembelajaran matematika bahwa sebagian besar siswa mendapatkan
yang menekankan pemahaman terhadap nilai matematika dibawah 60, atau dalam
konsep-konsep mulai dari konsep yang kata lain dibawah KKM. Guru sebelum
sederhana hingga pada konsep yang abstrak melaksanakan pembelajaran matematika,
(Asbar, 2017). Konsep-konsep dalam terlebih dahulu memberikan pertanyaan-
matematika saling berhubungan antara pertanyaan pembuka guna mengetahui
konsep yang satu dengan lainnya, sehingga konsepsi awal siswa terkait suatu konsep
apabila salah satu konsep tidak dipahami yang sedang dipelajari. Rendahnya hasil
dengan baik maka akan berpengaruh belajar yang didapatkan oleh siswa
terhadap pemahaman konsep lainnya. mengindikasikan bahwa terdapat
Pemahaman terhadap konsep-konsep dasar miskonsepsi pada siswa tersebut.
sangat diperlukan guna memahami konsep Pemahaman prakonsepsi yang salah
yang lebih rumit. diketahui setelah melakukan kegiatan
Menurut teori konstruktivistik konsep wawancara kepada guru, dimana sebagian
awal mengenai suatu fenomena telah besar siswa mempunyai pemahaman yang
dibangun oleh anak sebelum memasuki usia keliru terkait konsep yang sedang dipelajari.
sekolah berdasarkan pengalaman interkasi Analisis kesalahan matematis siswa kelas V
dengan lingkungan sekitarnya (Budiningsih, SD terkait pembelajaran Geometri yang
2015). Konsep awal yang dimiliki siswa dilakukan oleh Sutiarso & Coesamin (2012)
tentang suatu objek disebut prakonsepsi menunjukkan bahwa siswa mengalami
(Rosmalia, 2016). Teori konstruktivistik kesalahan baik prosedural maupun
didukung oleh para peneliti pendidikan yang konseptual. Analisis miskonsepsi siswa
sepakat bahwa konsepsi awal telah dimiliki terhadap pembelajaran bangun datar
dan dibawa siswa ketika memasuki kelas segiempat yang dilakukan oleh Cahyani
formal, dimana konsepsi awal tersebut (2018) menunjukkan bahwa siswa dengan
terkadang sama dan terkadang berbeda gaya kognitif field independent, mengalami
dengan konsep yang disepakati secara umum miskonsepsi secara klasifikasional maupun
(Pesman & Eryilmaz, 2010). teoritikal.
Ketidaksesuaian antara konsep awal Berdasarkan observasi dan wawancara
siswa dengan konsepsi sebenarnya akan peneliti terhadap guru kelas V SD IT Mutiara
mempengaruhi proses pembelajaran formal Insan Sorong didapatkan data bahwa dalam
dimana hal tersebut berdampak pada pembelajaran matematika, secara umum
interpretasi ilmu yang diajarkan guru dan siswa laki-laki lebih aktif dan memahami

18
Lisa Dewi Ramadany / JPAPEDA (2) (1) (2020) : 17 - 26

konsep lebih baik dibanding siswa 2014). Tes essay disertai TKJ
perempuan dengan persentase sebesar memungkinkan peneliti dapat
57,14% dimana dalam 7 kali kesempatan mengidentifikasi tingkat pemahaman konsep
menjawab pertanyaan atau soal matematika yang meliputi miskonsepsi serta paham dan
siswa laki-laki menjawab sebanyak 4 kali. tidaknya siswa terhadap suatu konsep yang
Keadaan tersebut berbeda dengan hasil dipelajari.
penelitian yang dikemukakan oleh Enggar
Saraswati (2015) dimana siswa perempuan METODE PENELITIAN
didalam kelas cenderung memiliki hasil Penelitian ini merupakan penelitian
belajar yang lebih baik dibanding siswa laki- deskriptif dengan pendekatan penelitian
laki. Peneliti lain yang memaparkan kualitatif, dimana dalam penelitian ini
pengaruh gender terhadap miskonsepsi mendeskripsikan atau menggambarkan
pernah dilakukan oleh Utami dkk. (2017) fenomena-fenomena yang ada dan bersifat
yang menunjukkan siswa laki-laki lebih naturalistik. Peneliti mengumpulkan data
banyak mengalami miskonsepsi dibanding mengenai suatu gejala yang terjadi akibat
siswa perempuan pada pembelajaran proses pembelajaran yang dalam hal ini
Matematika SMA dengan persentase laki- miskonsepsi. Subjek dalam penelitian ini
laki sebesar 36% dan siswa perempuan adalah siswa kelas V yang berjumlah 11
sebanyak 35%. Analisis miskonsepsi orang dimana siswa laki-laki sebanyak 6
berdasarkan gender pada pembelajaran orang dan siswa perempuan sebanyak 5
matematika kelas V SD materi bangun ruang orang. Dalam penelitian yang akan
belum pernah dilakukan sehingga penting dilakukan, jumlah siswa yang digunakan
untuk dilakukan guna mengetahui sebagai sumber data yaitu berjumlah 6 orang
miskonsepsi, faktor penyebab miskonsepsi, dimana siswa laki-laki sebanyak 3 orang dan
serta memperoleh solusi yang tepat untuk siswa perempuan sebanyak 3 orang. Data
mengatasi miskonsepsi. yang akan diambil oleh peneliti berupa data
Miskonsepsi pada umumnya dapat terkait miskonsepsi siswa dalam
didiagnosa menggunakan jenis tes essay menyelesaikan soal bangun ruang
disertai TKJ dan wawancara (Cetin-Dindar & berdasarkan gender. Sumber data dalam
Geban, 2011). Instrumen yang seringkali penelitian ini yaitu:
digunakan dalam mendiagnosa miskonsepsi Sumber data literature
yaitu tes pilihan ganda. Tes pilihan ganda Sumber data literatur merupakan
lebih banyak dipilih karena mudah sumber data yang digunakan untuk mencari
diaplikasikan, akan tetapi terdapat kajian teori permasalahan yang akan diteliti.
keterbatasan pada instrument essay dimana Dalam penelitian ini sumber data literatur
siswa terkadang memberikan jawaban benar berupa buku teks, hasil penelitian (skripsi),
secara kebetulan. Teknik wawancara hasil karya ilmiah yang diterbitkan dalam
memiliki keunggulan dapat memberikan bentuk jurnal maupun prosiding, serta
informasi yang lebih lengkap mengenai sumber lain yang berkaitan dengan
alternatif konsep siswa dan pemahaman pembelajaran bangun ruang.
siswa, akan tetapi memerlukan waktu yang Sumber data penelitian
lama untuk mewawancarai siswa dan Yaitu sumber data yang didapatkan
menggeneralisasikan konsep yang secara langsung oleh peneliti berupa :
dimilikinya. Permasalahan-permasalahan Data primer
tersebut dapat diatasi dengan pengembangan Data primer merupakan data yang
beberapa instrument tes dan salah satu yang didapatkan langsung dari subjek penelitian
digunakan peneliti dalam penelitian ini dimana dalam penelitian ini sebanyak 6
adalah tes essay disertai tingkat keyakinan orang (3 orang laki-laki dan 3 orang
jawaban (TKJ) yang dikembangkan dari perempuan) Data yang dimaksud berupa data
metode Certainty Respons Index (Hidayat, miskonsepsi siswa dalam menyelesaikan soal

19
Lisa Dewi Ramadany / JPAPEDA (2) (1) (2020) : 17 - 26

bangun ruang berdasarkan gender yang yaitu dengan menganalisis miskonsepsi yang
didapatkan langsung dari siswa kelas V SD terjadi pada siswa berdasarkan hasil tes essay
IT Mutiara Insan Sorong. disertai TKJ dan hasil wawancara. Tingkat
Data sekunder pemahaman siswa digolongkan menjadi
Merupakan data yang didapatkan paham konsep (PK), miskonsepsi (M), dan
secara tidak langsung dari subjek penelitian tidak paham konsep (TPK). Kriteria
dan bersifat sebagai pelengkap. Dalam penentuan subjek yang miskonsepsi (M),
penelitian ini data sekunder yaitu data profil paham konsep (PK), dan tidak paham konsep
sekolah oleh kepala SD IT Mutiara Insan ditunjukkan pada tabel berikut.
Sorong, informasi terkait pembelajaran
matematika di kelas kepada guru kelas, dan Tabel 1. Kriteria Penentuan Siswa yang
data nilai raport subjek penelitian dari guru Paham Konsep, Miskonsepsi, dan
kelasnya. Tidak Paham Konsep
Pengumpulan data dilakukan dengan
Kriteria Tingkat Keyakinan Jawaban (TKJ)
teknik tes dan non tes yang diuraikan sebagai Jawaban
berikut: Teknik tes yang digunakan berupa Tidak yakin Kurang yakin Yakin benar
Jawaban Tidak tahu Tidak tahu Paham konsep
tes essay dilengkapi dengan tingkat benar konsep konsep
keyakinan jawaban (TKJ). Tes essay Jawaban Tidak tahu Tidak tahu Miskonsepsi
bertujuan untuk mengidentifikasi salah konsep konsep
miskonsepsi siswa pada pembelajaran Sumber: Hidayat, (2014)
bangun ruang. Wawancara dilakukan kepada
siswa yang teridentifikasi mengalami HASIL DAN PEMBAHASAN
miskonsepsi untuk mengetahui penyebab Berdasarkan analisis data penelitian
miskonsepsi. Tujuan wawancara yaitu untuk menggunakan cara TKJ didapatkan
melengkapi dan memperjelas hasil yang persentase siswa yang paham konsep,
diperoleh dari tes diagnosis. Jenis wawancara miskonsepsi, dan tidak paham konsep yang
yang digunakan adalah wawancara bebas disajikan pada diagram berikut.
terpimpin, dimana wawancara ini dilakukan
Miskonsepsi
berdasarkan pedoman wawancara.
22%
Data dalam penelitian ini divalidasi 45% Tidak Paham
menggunakan teknik triangulasi. Teknik 33% Konsep
triangulasi merupakan teknik yang mencari
Paham
pertemuan pada satu titik tengah informasi Konsep
dari data yang terkumpul guna pengecekan
dan pembandingan terhadap data yang telah
ada. Teknik triangulasi yang dilakukan Gambar 1. Diagram persentase siswa
dalam penelitian ini yaitu teknik triangulasi yang paham konsep, miskonsepsi, dan tidak
metode, dimana dalam menggali kebenaran paham konsep
informasi miskonsepsi siswa dilakukan Deskripsi data subjek penelitian
dengan beberapa metode yaitu, observasi, tes Deskripsi Data SA
tertulis, dan wawancara. dengan cara Jawaban tertulis SA nomor 1
mengecek data yang telah diperoleh melalui disajikan pada gambar 2.
beberapa sumber. Data yang diperoleh
kemudian dideskripsikan dan
dikategorisasikan sesuai dengan apa yang
diperoleh dari berbagai metode tersebut.
Data yang diperoleh di lapangan
kemudian dianalisis berupa reduksi data, Gambar 2. Jawaban tertulis SA Nomor 1
perangkuman data, serta difokuskan sesuai
dengan fokus penelitian. Analisis deskriptif Berdasarkan jawaban yang ditulis oleh

20
Lisa Dewi Ramadany / JPAPEDA (2) (1) (2020) : 17 - 26

SA pada gambar 2. ditunjukkan bahwa SA SA : Tidak ada


menuliskan jawaban akhir 78 dm3 yang Berdasarkan petikan wawancara SA di
seharusnya jawaban pada soal nomor satu atas, untuk soal nomor 1 SA mejelaskan
yaitu 8.788dm3 dan SA memilih tingkat konsep menentukan volume balok dimana
keyakinan jawaban “yakin” jika jawabannya merupakan ½ dari volume kubus dengan
benar. Menurut metode identifikasi cukup tepat. Akan tetapi ketika diminta
miskonsepsi dengan cara CRI yang telah untuk menghitung ulang, cara
disederhanakan menjadi TKJ sebagaimana menghitungnya sama persis seperti gambar
pada tabel 1., jika subjek penelitian 2., dimana SA tidak mengalikan tetapi
menuliskan jawaban yang salah akan tetapi menjumlahkan sisi sisinya. Hal tersebut
meyakini benar jawaban tersebut maka menunjukkan bahwa SA mengalami
digolongkan sebagai miskonsepsi. miskonsepsi pada konsep bangun ruang yang
Wawancara dilakukan pada SA untuk ditandai dengan pemahaman yang salah pada
memastikan kembali jawaban yang telah konsep perkalian walaupun sudah cukup
ditulis dan menggali penyebab dari tepat menyebutkan cara menentukan volume
miskonsepsi yang dialami. Berikut adalah balok pada soal nomor 1.
kutipan hasil wawancara SA terkait dengan Jawaban tertulis SA nomor 2 disajikan
miskonsepsi dan faktor penyebab pada gambar 3.
miskonsepsi :
P : Menurut SA apakah yakin bahwa
jawabanmu ini benar?
SA : Yakin benar
P : Coba SA perhatikan soal nomor 1,
apa yang ditanyakan?
SA : Volume balok dari ½ volume kubus Gambar 3. Jawaban tertulis SA nomor 2
yang panjang sisinya 26 dm3 adalah?
P : Jadi menurut SA cara menentukan Pada soal nomor 2, jawaban yang
volume balok dari ½ volume kubus ditulis oleh SA pada gambar 3. ditunjukkan
tersebut bagaimana ya? bahwa SA menuliskan jawaban akhir 3.380
SA : Setengah kali panjang sisi-sisi dm yang seharusnya jawaban pada soal
P : Hanya itu saja ya? nomor dua yaitu 12 dm dan SA memilih
SA : Iya tingkat keyakinan jawaban “yakin” jika
P : Kalau cara mengalikan sisi-sisinya jawabannya benar. Sebagaimana menurut
bagaimana ya? (sambil menunjukkan metode identifikasi miskonsepsi dengan cara
kembali jawaban SA dan meminta CRI yang telah disederhanakan menjadi TKJ
untuk menunjukkan cara menghitung pada tabel 1., maka subjek digolongkan
perkaliannya) sebagai miskonsepsi.
SA : (Menghitung manual perkalian (26 Selanjutnya, wawancara dilakukan
dm3 x 26 dm3 x 26 dm3) x ½) sama pada SA untuk memastikan kembali jawaban
persis seperti pada gambar 4.1. yang telah ditulis dan menggali penyebab
P : Baik, kalau jawaban seperti ini SA dari miskonsepsi yang dialami. Berikut
dapat informasinya dari mana ya? adalah kutipan hasil wawancara SA terkait
Apakah
baca buku, pernah diajarkan dengan miskonsepsi dan faktor penyebab
sama guru, atau berdasarkan miskonsepsi :
pemahaman SA sendiri? P : Menurut SA untuk soal nomor 2 apa
SA : Berdasarkan pemahaman saya sudah benar ya?
sendiri SA : Iya
P : Baik, terus biasanya kalau belajar P : Kalau soal nomor 2, apa yang
matematika selain di sekolah SA ditanyakan?
belajar dimana? SA : Tinggi balok tersebut adalah?

21
Lisa Dewi Ramadany / JPAPEDA (2) (1) (2020) : 17 - 26

P : Jadi menurut SA kalau menentukan memastikan kembali jawaban yang telah


tinggi balok yang diketahui volume dan ditulis oleh SA. Berdasarkan wawancara
luas alasnya bagaimana? pada soal ketiga dengan jawaban kurang
SA : Volume dibagi luas alas lebih sama dengan soal nomor 1 dan 2, SA
P : Kalau cara membagi volume dengan mengalami miskonsepsi pada proses
luas alasnya bagaimana ya? (sambil perhitungan perkalian dan pembagian.
menunjukkan kembali jawaban SA dan Sedangkan pada konsep penentuan
meminta untuk menunjukkan cara rumus sudah cukup baik.
menghitung pembagiannya) Deskripsi Data SB
SA : (Menghitung manual pembagian Hasil analisis menunjukkan bahwa SB
volume dibagi luas alas) mengalami miskonsepsi pada soal nomor 3.
P : Baik, kalau jawaban seperti ini SA Berikut jawaban tertulis maupun wawancara
dapat informasinya dari mana ya? SB pada soal nomor 3 yang teridentifikasi
Apakah baca buku, pernah diajarkan miskonsepsi.
sama guru, atau
berdasarkan pemahaman SA sendiri?
SA : Pemahaman sendiri

Berdasarkan petikan wawancara SA di


atas, untuk soal nomor 2 SA mejelaskan cara
menentukan tinggi balok yang telah Gambar 5. Jawaban tertulis SB Nomor 3
diketahui volume dan luas alasnya dengan
tepat. Akan tetapi terdapat kesalahan pada Gambar 5. menunjukkan bahwa SB
proses perhitungan pembagian volume meyakini benar atas jawaban yang salah
dengan luas alasnya. Pada proses perhitungan sehingga dapat digolongkan ke dalam
pembagian, SA kurang memahami miskonsepsi. Pada jawaban tersebut juga SB
pembagian dengan angka lebih dari 2 digit. tidak menuliskan rumus untuk menentukan
Hal tersebut menunjukkan bahwa SA volume balok. Selanjutnya dilakukan
mengalami miskonsepsi pada konsep bangun wawancara untuk memastikan kembali
ruang dimana ditandai dengan pemahaman jawaban yang telah ditulis oleh SB, serta
yang salah terhadap konsep pembagian pada menggali informasi terkait faktor penyebab
soal nomor 2. miskonsepsinya. Berikut merupakan kutipan
Jawaban tertulis SA nomor 3 disajikan hasil wawancara bersama SB:
pada gambar 4 berikut. P : Gimana soal matematika yang tadi?
Susah atau gampang ya?
SB : Lumayan susah
P : Kalau soal nomor 3 yang ditanyakan
apa ya?
SB : Volume balok
P : Kalau diminta menentukan volume
Gambar 4. Jawaban tertulis SA nomor 3 balok gimana ya caranya?
SB : Itu dikalikan angka-angka nya yang
Berdasarkan gambar 4. SA menuliskan di gambar soal
jawaban akhir yang salah, akan tetapi P : Coba kamu hitung ulang untuk
meyakini jawabannya secara benar. perkalian angka-angka yang di soal itu
Sebagaimana metode identifikasi (sambil memberikan jawaban yang
miskonsepsi dengan cara CRI pada tabel 1., sudah ditulis sebelumnya dan selembar
maka disimpulkan bahwa SA mengalami kertas untuk menghitung ulang)
miskonsepsi pada soal nomor 3. Wawancara SB : (menghitung ulang perkalian dan
juga dilakukan untuk mendukung dan hasilnya berbeda dengan jawaban

22
Lisa Dewi Ramadany / JPAPEDA (2) (1) (2020) : 17 - 26

pada gambar 4.6. akan tetapi jawabannya P : Kalau diminta menentukan volume
masih salah) balok dan sudah diketahui pada soal
P : Jawabannya begitu ya? bahwa volume balok merupakan
SB : Iya setengah dari volume kubus dan
P : Kalau cara menghitung perkalian diketahui panjang sisi, gimana ya
begitu siapa yang ajari? Atau pernah caranya?
membaca buku? SC : Setengah dikali panjang sisi
SB : Pikiran sendiri P : Coba tolong hitung ulang untuk
Berdasarkan wawancara bersama SB, menentukan volume balok soal nomor 1
untuk soal nomor 3 SB mejelaskan cara (sambil memberikan jawaban yang
menentukan volume balok jika diketahui sudah ditulis sebelumnya dan selembar
panjang, lebar, dan tinggi dengan cukup kertas untuk menghitung ulang)
tepat. Akan tetapi terdapat kesalahan pada SC : (menghitung ulang perkalian dan
proses perhitungan pembagian volume hasilnya sama seperti jawaban SC
dengan luas alasnya. Pada proses perhitungan pada gambar 4.7.)
perkalian, SB kurang memahami konsep P : Jawabannya begitu ya?
perkalian. Hal tersebut menunjukkan bahwa SC : Iya
SB mengalami miskonsepsi pada konsep P : Kalau cara menghitung perkalian
bangun ruang dimana ditandai dengan begitu siapa yang ajari? Atau pernah
pemahaman yang salah terhadap konsep membaca buku?
perkalian pada soal nomor 3. SC : Pikiran sendiri
Deskripsi Data SC
Soal yang dialami miskonsepsi oleh SC Berdasarkan petikan wawancara SC di
berdasarkan hasil analisis miskonsepsi yaitu atas, untuk soal nomor 1 SC mejelaskan
soal nomor 1. Jawaban tertulis SC untuk soal konsep menentukan volume balok dimana
nomor 1 dapat dilihat pada gambar 6. merupakan ½ dari volume kubus dengan
cukup tepat. Akan tetapi ketika diminta
untuk menghitung ulang masih belum tepat
cara kerja perkalian yang dimaksud pada soal
nomor 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa
SA mengalami miskonsepsi pada konsep
bangun ruang yang ditandai dengan
Gambar 6. Jawaban tertulis SC nomor 1 pemahaman yang salah pada konsep
perkalian walaupun sudah cukup tepat
Pada gambar 6. ditunjukkan bahwa SC menyebutkan cara menentukan volume balok
yakin dengan hasil perhitungan yang salah. pada soal nomor 1.
Seharusnya nilai dari ½ dikali panjang sisi Deskripsi Data SF
yaitu sebesar 8.788 dm3 sehingga sesuai Berdasarkan hasil penelitian, SF
dengan tabel 3.1. dapat digolongkan dalam mengalami miskonsepsi pada ketiga nomor
miskonsepsi. Pada jawaban tertulis gambar 6. soal. Berikut deskripsi masing-masing soal
SC telah menuliskan cara menentukan yang dialami miskonsepsi. Jawaban tertulis
volume dengan soal yang diketahui bahwa SF untuk soal nomor 1 sebagaimana
volume balok merupakan ½ dari volume dicantumkan pada gambar 8.
kubus. Untuk memperjelas jawaban SC
serta menggali penyebab miskonsepsi,
dilakukan wawancara yang diperlihatkan
pada kutipan wawancara berikut:
P : Kalau soal nomor 1 yang ditanyakan
apa ya? (a)
SC : Volume balok?

23
Lisa Dewi Ramadany / JPAPEDA (2) (1) (2020) : 17 - 26

P : Kalau tentang materi ini bu guru


sudah mengajarkan atau belum ya?
SF : Sudah tapi masih bingung
Berdasarkan petikan wawancara SF di
(b) atas, untuk soal nomor 1 sampai dengan 3 SF
menyampaikan bahwa belum memahami
konsep tentang bangun ruang, hal tersebut
ditandai dengan tidak dapat menentukan
volume dari balok seperti yang ditanyakan di
soal. Berdasarkan wawancara dapat
(c) dipastikan bahwa SF belum memahami
Gambar 8. (a) Jawaban tertulis soal nomor 1, (b) konsep tentang bangun ruang, sehingga tidak
Jawaban tertulis nomor 2, dan (c) Jawaban tertulis digolongkan sebagai miskonsepsi.
nomor3
Sebanyak 6 orang subjek penelitian
Berdasarkan gambar 4.8. SF
(siswa) yang berasal dari kelas V SD IT
memberikan jawaban tanpa menuliskan cara
Mutiara Insan Sorong diuji untuk
mendapatkan jawaban tersebut. Ketiga
mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada
jawaban yang tertulis salah, akan tetapi SF
konsepsi yang terdapat pada materi bangun
meyakini bahwa jawabannya benar.
ruang. Tes diagnosis dan wawancara
Berdasarkan tabel 3.1. maka pada ketiga
dilakukan untuk mendapatkan data dalam
jawaban tersebut dapat digolongkan ke
penelitian ini. Penyusunan instrumen tes
dalam miskonsepsi. Wawancara selanjutnya
diagnosis dilakukan berdasarkan validitas isi
dilakukan untuk memastikan kembali
melalui validasi ahli (expert judgement)
jawaban SF serta faktor penyebab
sehingga sebanyak 3 soal konsep yang
miskonsepsi. Berikut kutipan wawancara SF
dijadikan sebagai instrumen tes dinyatakan
terkait jawaban soal yang telah dituliskan:
valid dan dapat digunakan sebagai instrumen
P : Bagaimana dengan soal tadi? Mudah
penelitian. Soal tes diagnostik berupa soal
atau susah ya?
essay disertai uraian jawaban dan tingkat
SF : Lumayan susah
keyakinan jawaban (TKJ).
P : Dari tiga soal yang dikerjakan kamu
Tes diagnosis dilakukan pada tanggal 21
yakin sudah benar semua?
Oktober 2015 dengan alokasi waktu 30
SF : Iya
menit. Analisis data hasil penelitian
P : Kenapa jawaban yang kamu tulis
kemudian dilakukan dengan menganalisis
tidak mencantumkan langkah-
jawaban tertulis maupun wawancara dan
langkahnya?
kriteria TKJ siswa sebagaimana terdapat
SF : Kerjakan di kertas
pada tabel 3.1. Berdasarkan deskripsi dan
P : Boleh lihat kertas cakarannya?
analisis data miskonsepsi siswa SD IT
SF : Sudah dibuang
Mutiara Insan, dapat diambil kesimpulan
P : Kalau begitu coba dikerjakan ulang
bahwa secara umum siswa sebagai subjek
soal nomor 1 nya. Itu yang ditanyakan
penelitian sebanyak 6 orang dengan konsep
apa ya?
yang diujikan sebanyak 3 soal mengalami
SF : Volume balok
miskonsepsi dengan rata-rata persentase
P : Untuk mencari volume balok yang
sebesar 45%. Sebanyak 22% lainnya
diketahui bahwa volumenya setengah
memahami konsep dengan baik, sedangkan
kubus berarti gimana caranya?
33% lainnya tidak paham konsep.
SF : Tidak bisa
Berdasarkan gender, siswa laki-laki sebagai
P : Terus jawaban yang ditulis di kertas
subjek penelitian teridentifikasi miskonsepsi
darimana ?
sebanyak 1 orang, sedangkan semua siswa
SF : Cuma tulis saja
perempuan teridentifikasi miskonsepsi.
P : Kalau nomor 2 dan 3 bagaimana ya?
Hasil analisis berdasarkan gender yang
SF : Sama

24
Lisa Dewi Ramadany / JPAPEDA (2) (1) (2020) : 17 - 26

telah dilakukan, berbeda dengan penelitian dengan teori belajar konstruktivisme, siswa
sebelumnya oleh Utami dkk., (2017) dimana dalam hal ini membangun konsepnya sendiri
persentase siswa laki-laki yang mengalami ketika penanaman konsep berlangsung di
miskonsepsi lebih besar dibandingkan siswa dalam kelas, sehingga terkadang konsep yang
perempuan pada pembelajaran kimia SMA. dibangun siswa berbeda dengan konsep
Miskonsepsi yang terjadi di SD IT Mutiara sebenarnya dan jika tidak segera diluruskan
Insan berdasarkan gender disebabkan oleh konsep tersebut akan menimbulkan
pemikiran asosiatif siswa sendiri, hal ini miskonsepsi.
diperkuat dengan hasil wawancara bersama Siswa yang teridentifikasi miskonsepsi
guru kelas V SD IT Mutiara Insan yang menyatakan bahwa hanya belajar matematika
menyatakan bahwa proses pembelajaran di di sekolah tanpa ada tambahan pembelajaran
kelas sudah memaksimalkan segala sumber matematika di luar sekolah seperti belajar
daya yang ada untuk meminimalisir bersama orang tua maupun melalui
kesalahan pemahaman yang terjadi pada bimbingan belajar (bimbel), sehingga konsep
siswa, akan tetapi masih terdapat beberapa yang dibangun tidak sempat diluruskan dan
siswa yang belum maksimal pemahamannya. menjadi penyebab miskonsepsi. Oleh karena
Proses pembelajaran matematika di kelas itu perlu bagi setiap guru untuk mengetahui
juga tidak hanya terfokus pada siswa tertentu miskonsepsi yang terjadi pada peserta
maupun jenis kelamin tertentu, sehingga didiknya, sehingga paling tidak dapat
berbeda dengan fenomena permasalahan meluruskan konsep yang dibangun serta
pendidikan terkait gender yang dikemukakan menyiapkan strategi khusus agar konsep
oleh Yuniarti, (2014) dimana sebagian besar yang diajarkan dapat dipahami dengan baik
kebiasaan guru dalam mengajar lebih oleh siswa.
terfokus pada jenis kelamin tertentu.
Berdasarkan deskripsi dan analisis data KESIMPULAN
penelitian didapatkan hasil bahwa dari empat Berdasarkan penelitian yang telah
siswa yang teridentifikasi miskonsepsi dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
menggunakan analisis TKJ, hanya 3 orang Miskonsepsi teridentifikasi pada semua
siswa yang benar-benar miskonsepsi setelah konsep yang diuji, sedangkan subjek yang
dicek kembali dengan wawancara. Satu mengalami miskonsepsi sebanyak 3 orang
orang siswa yang teridentifikasi miskonsepsi dari 6 orang siswa yang dijadikan subjek
dengan analisis TKJ setelah diwawancara penelitian.
didapatkan informasi bahwa siswa tersebut Berdasarkan gender, miskonsepsi
hanya mengarang jawaban dan memilih terjadi pada siswa perempuan sedangkan
tingkat keyakinan “yakin”, sehingga dapat siswa laki-laki tidak teridentifikasi
disimpulkan bahwa siswa tersebut tidak miskonsepsi akan tetapi lebih pada tidak
paham konsep. memahami konsep.
Miskonsepsi yang dialami siswa SD IT Miskonsepsi terjadi pada proses
Mutiara Insan Sorong terdapat pada proses berhitungan perkalian dan pembagian,
perkalian dan pembagiannya bukan pada sedangkan pada konsep bangun ruang tidak
konsep penentuan volume balok (materi terjadi miskonsepsi.
bangun ruang), hal ini ditandai dengan Miskonsepsi yang dialami siswa
jawaban tertulis yang menyertakan rumus disebabkan oleh prakonsepsi siswa,
penentuan volume balok dengan tepat. pemikiran asosiatif siswa, pengalaman
Miskonsepsi pada proses perhitungan belajar matematika yang rendah, serta
perkalian dan pembagian diperkuat dengan kurangnya penekanan guru pada materi
jawaban wawancara oleh subjek penelitian, tertentu.
dimana ketika menghitung ulang soal yang
teridentifikasi miskonsepsi, siswa tidak dapat DAFTAR RUJUKAN
menghitungnya dengan benar. Sejalan
Asbar. (2017). Analisis Miskonsepsi Siswa pada

25
Lisa Dewi Ramadany / JPAPEDA (2) (1) (2020) : 17 - 26

Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Development of a three-tier test to assess


Variabel dengan Menggunakan Three Tier misconceptions about simple electric
Test. Skripsi Tidak Dipublikasikan. circuits. Journal of Educational Research,
Cahyani, F. N. I. (2018). Analisis Miskonsepsi 103(3), 208–222.
Siswa Materi Bangun Datar Segiempat https://doi.org/10.1080/0022067090338300
dibedakan dari Gaya Kognitif Siswa. 2
Skripsi Tidak Dipublikasikan. Purba, J. P. & Depari, G. (2008). Konsep Dalam
Cetin-Dindar, A., & Geban, O. (2011). Rangkaian Listrik Menggunakan Certainty
Development of a three-tier test to assess of Response Index Dan Interview. Artikel.
high school students’ understanding of Rosmalia, L. P. (2016). Miskonsepsi
acids and bases. Procedia - Social and Pembelajaran Matematika Kelas IV
Behavioral Sciences, 15, 600–604. Semester II di Sekolah Dasar. Skripsi Tidak
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.03.14 Dipublikasikan, 2016.
7 Sutiarso, S., & Coesamin, M. (2012). Identifikasi
Enggar saraswati. (2015). Perbedaan Hasil Kesalahan Matematis Siswa Kelas V
Belajar Siswa Laki-Laki dan Perempuan Sekolah Dasar dalam Geometri. Pendidikan
dalam Mata Pelajaran Matematika Kelas III MIPA, 14(1), 33–38.
Semester 2 Materi Sudut dan Pecahan di SD Tayubi, Y. R. (2005). Identifikasi Miskonsepsi
Negeri Se-Desa Caturharjo, Kecamatan Pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan
Sleman, Kabupaten Sleman. Skripsi Tidak Certainty of Response Index (CRI). Jurnal
Dipublikasikan. UPI, 24(3), 4–9.
Farida, A. (2016). Analisis miskonsepsi siswa https://doi.org/10.1093/pasj/65.2.47
pada persamaan dan pertidaksamaan linear Utami dkk., D. R. (2017). Analisis Pengaruh
satu variabel dengan menggunakan three Gender Terhadap Miskonsepsi Siswam
tier test, (Knpmp I), 286–295. SMAN di Kota Depok dengan
Fibrianto, A. S. (2016). Kesetaraan Gender Menggunakan Tes Diagnostik Two-Tier.
Dalam Lingkup Organisasi Mahasiswa Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun FKIP UNTIRTA, 93–102.
2016. Jurnal Analisa Sosiologi, 5(1), 10– Yuniarti, D. Y. (2014). Pengaruh Sikap dan
27. Gender Terhadap Prestasi Belajar Bahasa
Hamka, D., Sobri, M., & Rizal, S. (2013). Indonesia pada Siswa SMP Negeri Kelas
Aplikasi Kamus Inggris – Indonesia VII di Kecamatan Sleman Yogyakarta
Indonesia – Inggris Pada Platform Android. 2013/2014. Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Universitas Bina Darma. Retrieved from
Hidayat, F. A. (2014). analisis miskonsepsi siswa http://eprints.uny.ac.id/20691/1/Rohmah
kelas XA pada materi struktur atom di SMA Dwi Yuniarti 09201244082.pdf
muhammadiyah kota jayapura tahun ajaran
2013/2014. Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Pesman, H., & Eryilmaz, A. (2010).

26

Anda mungkin juga menyukai