1, Januari 2020
ISSN 2715 - 5110
Abstrak
Struktur kognitif yang ada pada diri siswa tidak sesuai dengan konsepsi yang dikemukakan para ahli di
bidangnya dapat dikategorikan sebagai miskonsepsi, sehingga antara miskonsepsi dengan gaya
kognitif siswa saling berkaitan. Setiap siswa memiliki gaya kognitif yang berbeda termasuk gender.
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menggambarkan miskonsepsi siswa dalam menyelesaikan
permasalahan bangun ruang berdasarkan gender serta faktor penyebab miskonsepsi. Jenis penelitian
ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan penelitian kulitatif. Sampel dalam penelitian ini
merupakan siswa kelas V SD IT Mutiara Insan Sorong tahun ajaran 2019/2020 sebanyak 6 orang.
Subjek dalam penelitian ini sebanyak 4 orang yang dipilih berdasarkan tes diagnostik. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes diagnostik dan wawancara untuk mengetahui penyebab
miskonsepsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa laki-laki tidak teridentifikasi miskonsepsi,
sedangkan siswa perempuan teridentifikasi sebanyak 3 orang. Siswa mengalami miskonsepsi bukan
pada materi bangun ruang, akan tetapi pada proses perhitungan perkalian dan pembagian. Penyebab
miskonsepsi yang dialami oleh siswa adalah prakonsepsi, pemikiran asosiatif siswa sendiri,
pengalaman belajar, dan kurangnya penekanan pada materi yang dibutuhkan siswa.
Abstract
Cognitive structures that exist in students are not in accordance with the conceptions put forward by
experts in their fields can be categorized as misconceptions, so that the misconceptions with students'
cognitive styles are interrelated. Each student has a different cognitive style including gender. The
research conducted aims to describe the students' misconceptions in solving the problem of building
space based on gender and the causes of misconceptions. This type of research is a descriptive study
with a skinative research approach. The sample in this study were 6th grade students of SD IT
Mutiara Insan Sorong in the 2019/2020 school year as many as 6 people. Subjects in this study were 4
people selected based on diagnostic tests. The instruments used in this study were diagnostic tests and
interviews to find out the cause of misconception. The results showed that male students were not
identified as misconceptions, while female students were identified as many as 3 people. Students
experience misconceptions not in the material of building space, but in the process of calculating
multiplication and division. The causes of misconceptions experienced by students are preconceptions,
students' own associative thinking, learning experiences, and lack of emphasis on the material
students need.
17
Lisa Dewi Ramadany / JPAPEDA (2) (1) (2020) : 17 - 26
18
Lisa Dewi Ramadany / JPAPEDA (2) (1) (2020) : 17 - 26
konsep lebih baik dibanding siswa 2014). Tes essay disertai TKJ
perempuan dengan persentase sebesar memungkinkan peneliti dapat
57,14% dimana dalam 7 kali kesempatan mengidentifikasi tingkat pemahaman konsep
menjawab pertanyaan atau soal matematika yang meliputi miskonsepsi serta paham dan
siswa laki-laki menjawab sebanyak 4 kali. tidaknya siswa terhadap suatu konsep yang
Keadaan tersebut berbeda dengan hasil dipelajari.
penelitian yang dikemukakan oleh Enggar
Saraswati (2015) dimana siswa perempuan METODE PENELITIAN
didalam kelas cenderung memiliki hasil Penelitian ini merupakan penelitian
belajar yang lebih baik dibanding siswa laki- deskriptif dengan pendekatan penelitian
laki. Peneliti lain yang memaparkan kualitatif, dimana dalam penelitian ini
pengaruh gender terhadap miskonsepsi mendeskripsikan atau menggambarkan
pernah dilakukan oleh Utami dkk. (2017) fenomena-fenomena yang ada dan bersifat
yang menunjukkan siswa laki-laki lebih naturalistik. Peneliti mengumpulkan data
banyak mengalami miskonsepsi dibanding mengenai suatu gejala yang terjadi akibat
siswa perempuan pada pembelajaran proses pembelajaran yang dalam hal ini
Matematika SMA dengan persentase laki- miskonsepsi. Subjek dalam penelitian ini
laki sebesar 36% dan siswa perempuan adalah siswa kelas V yang berjumlah 11
sebanyak 35%. Analisis miskonsepsi orang dimana siswa laki-laki sebanyak 6
berdasarkan gender pada pembelajaran orang dan siswa perempuan sebanyak 5
matematika kelas V SD materi bangun ruang orang. Dalam penelitian yang akan
belum pernah dilakukan sehingga penting dilakukan, jumlah siswa yang digunakan
untuk dilakukan guna mengetahui sebagai sumber data yaitu berjumlah 6 orang
miskonsepsi, faktor penyebab miskonsepsi, dimana siswa laki-laki sebanyak 3 orang dan
serta memperoleh solusi yang tepat untuk siswa perempuan sebanyak 3 orang. Data
mengatasi miskonsepsi. yang akan diambil oleh peneliti berupa data
Miskonsepsi pada umumnya dapat terkait miskonsepsi siswa dalam
didiagnosa menggunakan jenis tes essay menyelesaikan soal bangun ruang
disertai TKJ dan wawancara (Cetin-Dindar & berdasarkan gender. Sumber data dalam
Geban, 2011). Instrumen yang seringkali penelitian ini yaitu:
digunakan dalam mendiagnosa miskonsepsi Sumber data literature
yaitu tes pilihan ganda. Tes pilihan ganda Sumber data literatur merupakan
lebih banyak dipilih karena mudah sumber data yang digunakan untuk mencari
diaplikasikan, akan tetapi terdapat kajian teori permasalahan yang akan diteliti.
keterbatasan pada instrument essay dimana Dalam penelitian ini sumber data literatur
siswa terkadang memberikan jawaban benar berupa buku teks, hasil penelitian (skripsi),
secara kebetulan. Teknik wawancara hasil karya ilmiah yang diterbitkan dalam
memiliki keunggulan dapat memberikan bentuk jurnal maupun prosiding, serta
informasi yang lebih lengkap mengenai sumber lain yang berkaitan dengan
alternatif konsep siswa dan pemahaman pembelajaran bangun ruang.
siswa, akan tetapi memerlukan waktu yang Sumber data penelitian
lama untuk mewawancarai siswa dan Yaitu sumber data yang didapatkan
menggeneralisasikan konsep yang secara langsung oleh peneliti berupa :
dimilikinya. Permasalahan-permasalahan Data primer
tersebut dapat diatasi dengan pengembangan Data primer merupakan data yang
beberapa instrument tes dan salah satu yang didapatkan langsung dari subjek penelitian
digunakan peneliti dalam penelitian ini dimana dalam penelitian ini sebanyak 6
adalah tes essay disertai tingkat keyakinan orang (3 orang laki-laki dan 3 orang
jawaban (TKJ) yang dikembangkan dari perempuan) Data yang dimaksud berupa data
metode Certainty Respons Index (Hidayat, miskonsepsi siswa dalam menyelesaikan soal
19
Lisa Dewi Ramadany / JPAPEDA (2) (1) (2020) : 17 - 26
bangun ruang berdasarkan gender yang yaitu dengan menganalisis miskonsepsi yang
didapatkan langsung dari siswa kelas V SD terjadi pada siswa berdasarkan hasil tes essay
IT Mutiara Insan Sorong. disertai TKJ dan hasil wawancara. Tingkat
Data sekunder pemahaman siswa digolongkan menjadi
Merupakan data yang didapatkan paham konsep (PK), miskonsepsi (M), dan
secara tidak langsung dari subjek penelitian tidak paham konsep (TPK). Kriteria
dan bersifat sebagai pelengkap. Dalam penentuan subjek yang miskonsepsi (M),
penelitian ini data sekunder yaitu data profil paham konsep (PK), dan tidak paham konsep
sekolah oleh kepala SD IT Mutiara Insan ditunjukkan pada tabel berikut.
Sorong, informasi terkait pembelajaran
matematika di kelas kepada guru kelas, dan Tabel 1. Kriteria Penentuan Siswa yang
data nilai raport subjek penelitian dari guru Paham Konsep, Miskonsepsi, dan
kelasnya. Tidak Paham Konsep
Pengumpulan data dilakukan dengan
Kriteria Tingkat Keyakinan Jawaban (TKJ)
teknik tes dan non tes yang diuraikan sebagai Jawaban
berikut: Teknik tes yang digunakan berupa Tidak yakin Kurang yakin Yakin benar
Jawaban Tidak tahu Tidak tahu Paham konsep
tes essay dilengkapi dengan tingkat benar konsep konsep
keyakinan jawaban (TKJ). Tes essay Jawaban Tidak tahu Tidak tahu Miskonsepsi
bertujuan untuk mengidentifikasi salah konsep konsep
miskonsepsi siswa pada pembelajaran Sumber: Hidayat, (2014)
bangun ruang. Wawancara dilakukan kepada
siswa yang teridentifikasi mengalami HASIL DAN PEMBAHASAN
miskonsepsi untuk mengetahui penyebab Berdasarkan analisis data penelitian
miskonsepsi. Tujuan wawancara yaitu untuk menggunakan cara TKJ didapatkan
melengkapi dan memperjelas hasil yang persentase siswa yang paham konsep,
diperoleh dari tes diagnosis. Jenis wawancara miskonsepsi, dan tidak paham konsep yang
yang digunakan adalah wawancara bebas disajikan pada diagram berikut.
terpimpin, dimana wawancara ini dilakukan
Miskonsepsi
berdasarkan pedoman wawancara.
22%
Data dalam penelitian ini divalidasi 45% Tidak Paham
menggunakan teknik triangulasi. Teknik 33% Konsep
triangulasi merupakan teknik yang mencari
Paham
pertemuan pada satu titik tengah informasi Konsep
dari data yang terkumpul guna pengecekan
dan pembandingan terhadap data yang telah
ada. Teknik triangulasi yang dilakukan Gambar 1. Diagram persentase siswa
dalam penelitian ini yaitu teknik triangulasi yang paham konsep, miskonsepsi, dan tidak
metode, dimana dalam menggali kebenaran paham konsep
informasi miskonsepsi siswa dilakukan Deskripsi data subjek penelitian
dengan beberapa metode yaitu, observasi, tes Deskripsi Data SA
tertulis, dan wawancara. dengan cara Jawaban tertulis SA nomor 1
mengecek data yang telah diperoleh melalui disajikan pada gambar 2.
beberapa sumber. Data yang diperoleh
kemudian dideskripsikan dan
dikategorisasikan sesuai dengan apa yang
diperoleh dari berbagai metode tersebut.
Data yang diperoleh di lapangan
kemudian dianalisis berupa reduksi data, Gambar 2. Jawaban tertulis SA Nomor 1
perangkuman data, serta difokuskan sesuai
dengan fokus penelitian. Analisis deskriptif Berdasarkan jawaban yang ditulis oleh
20
Lisa Dewi Ramadany / JPAPEDA (2) (1) (2020) : 17 - 26
21
Lisa Dewi Ramadany / JPAPEDA (2) (1) (2020) : 17 - 26
22
Lisa Dewi Ramadany / JPAPEDA (2) (1) (2020) : 17 - 26
pada gambar 4.6. akan tetapi jawabannya P : Kalau diminta menentukan volume
masih salah) balok dan sudah diketahui pada soal
P : Jawabannya begitu ya? bahwa volume balok merupakan
SB : Iya setengah dari volume kubus dan
P : Kalau cara menghitung perkalian diketahui panjang sisi, gimana ya
begitu siapa yang ajari? Atau pernah caranya?
membaca buku? SC : Setengah dikali panjang sisi
SB : Pikiran sendiri P : Coba tolong hitung ulang untuk
Berdasarkan wawancara bersama SB, menentukan volume balok soal nomor 1
untuk soal nomor 3 SB mejelaskan cara (sambil memberikan jawaban yang
menentukan volume balok jika diketahui sudah ditulis sebelumnya dan selembar
panjang, lebar, dan tinggi dengan cukup kertas untuk menghitung ulang)
tepat. Akan tetapi terdapat kesalahan pada SC : (menghitung ulang perkalian dan
proses perhitungan pembagian volume hasilnya sama seperti jawaban SC
dengan luas alasnya. Pada proses perhitungan pada gambar 4.7.)
perkalian, SB kurang memahami konsep P : Jawabannya begitu ya?
perkalian. Hal tersebut menunjukkan bahwa SC : Iya
SB mengalami miskonsepsi pada konsep P : Kalau cara menghitung perkalian
bangun ruang dimana ditandai dengan begitu siapa yang ajari? Atau pernah
pemahaman yang salah terhadap konsep membaca buku?
perkalian pada soal nomor 3. SC : Pikiran sendiri
Deskripsi Data SC
Soal yang dialami miskonsepsi oleh SC Berdasarkan petikan wawancara SC di
berdasarkan hasil analisis miskonsepsi yaitu atas, untuk soal nomor 1 SC mejelaskan
soal nomor 1. Jawaban tertulis SC untuk soal konsep menentukan volume balok dimana
nomor 1 dapat dilihat pada gambar 6. merupakan ½ dari volume kubus dengan
cukup tepat. Akan tetapi ketika diminta
untuk menghitung ulang masih belum tepat
cara kerja perkalian yang dimaksud pada soal
nomor 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa
SA mengalami miskonsepsi pada konsep
bangun ruang yang ditandai dengan
Gambar 6. Jawaban tertulis SC nomor 1 pemahaman yang salah pada konsep
perkalian walaupun sudah cukup tepat
Pada gambar 6. ditunjukkan bahwa SC menyebutkan cara menentukan volume balok
yakin dengan hasil perhitungan yang salah. pada soal nomor 1.
Seharusnya nilai dari ½ dikali panjang sisi Deskripsi Data SF
yaitu sebesar 8.788 dm3 sehingga sesuai Berdasarkan hasil penelitian, SF
dengan tabel 3.1. dapat digolongkan dalam mengalami miskonsepsi pada ketiga nomor
miskonsepsi. Pada jawaban tertulis gambar 6. soal. Berikut deskripsi masing-masing soal
SC telah menuliskan cara menentukan yang dialami miskonsepsi. Jawaban tertulis
volume dengan soal yang diketahui bahwa SF untuk soal nomor 1 sebagaimana
volume balok merupakan ½ dari volume dicantumkan pada gambar 8.
kubus. Untuk memperjelas jawaban SC
serta menggali penyebab miskonsepsi,
dilakukan wawancara yang diperlihatkan
pada kutipan wawancara berikut:
P : Kalau soal nomor 1 yang ditanyakan
apa ya? (a)
SC : Volume balok?
23
Lisa Dewi Ramadany / JPAPEDA (2) (1) (2020) : 17 - 26
24
Lisa Dewi Ramadany / JPAPEDA (2) (1) (2020) : 17 - 26
telah dilakukan, berbeda dengan penelitian dengan teori belajar konstruktivisme, siswa
sebelumnya oleh Utami dkk., (2017) dimana dalam hal ini membangun konsepnya sendiri
persentase siswa laki-laki yang mengalami ketika penanaman konsep berlangsung di
miskonsepsi lebih besar dibandingkan siswa dalam kelas, sehingga terkadang konsep yang
perempuan pada pembelajaran kimia SMA. dibangun siswa berbeda dengan konsep
Miskonsepsi yang terjadi di SD IT Mutiara sebenarnya dan jika tidak segera diluruskan
Insan berdasarkan gender disebabkan oleh konsep tersebut akan menimbulkan
pemikiran asosiatif siswa sendiri, hal ini miskonsepsi.
diperkuat dengan hasil wawancara bersama Siswa yang teridentifikasi miskonsepsi
guru kelas V SD IT Mutiara Insan yang menyatakan bahwa hanya belajar matematika
menyatakan bahwa proses pembelajaran di di sekolah tanpa ada tambahan pembelajaran
kelas sudah memaksimalkan segala sumber matematika di luar sekolah seperti belajar
daya yang ada untuk meminimalisir bersama orang tua maupun melalui
kesalahan pemahaman yang terjadi pada bimbingan belajar (bimbel), sehingga konsep
siswa, akan tetapi masih terdapat beberapa yang dibangun tidak sempat diluruskan dan
siswa yang belum maksimal pemahamannya. menjadi penyebab miskonsepsi. Oleh karena
Proses pembelajaran matematika di kelas itu perlu bagi setiap guru untuk mengetahui
juga tidak hanya terfokus pada siswa tertentu miskonsepsi yang terjadi pada peserta
maupun jenis kelamin tertentu, sehingga didiknya, sehingga paling tidak dapat
berbeda dengan fenomena permasalahan meluruskan konsep yang dibangun serta
pendidikan terkait gender yang dikemukakan menyiapkan strategi khusus agar konsep
oleh Yuniarti, (2014) dimana sebagian besar yang diajarkan dapat dipahami dengan baik
kebiasaan guru dalam mengajar lebih oleh siswa.
terfokus pada jenis kelamin tertentu.
Berdasarkan deskripsi dan analisis data KESIMPULAN
penelitian didapatkan hasil bahwa dari empat Berdasarkan penelitian yang telah
siswa yang teridentifikasi miskonsepsi dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
menggunakan analisis TKJ, hanya 3 orang Miskonsepsi teridentifikasi pada semua
siswa yang benar-benar miskonsepsi setelah konsep yang diuji, sedangkan subjek yang
dicek kembali dengan wawancara. Satu mengalami miskonsepsi sebanyak 3 orang
orang siswa yang teridentifikasi miskonsepsi dari 6 orang siswa yang dijadikan subjek
dengan analisis TKJ setelah diwawancara penelitian.
didapatkan informasi bahwa siswa tersebut Berdasarkan gender, miskonsepsi
hanya mengarang jawaban dan memilih terjadi pada siswa perempuan sedangkan
tingkat keyakinan “yakin”, sehingga dapat siswa laki-laki tidak teridentifikasi
disimpulkan bahwa siswa tersebut tidak miskonsepsi akan tetapi lebih pada tidak
paham konsep. memahami konsep.
Miskonsepsi yang dialami siswa SD IT Miskonsepsi terjadi pada proses
Mutiara Insan Sorong terdapat pada proses berhitungan perkalian dan pembagian,
perkalian dan pembagiannya bukan pada sedangkan pada konsep bangun ruang tidak
konsep penentuan volume balok (materi terjadi miskonsepsi.
bangun ruang), hal ini ditandai dengan Miskonsepsi yang dialami siswa
jawaban tertulis yang menyertakan rumus disebabkan oleh prakonsepsi siswa,
penentuan volume balok dengan tepat. pemikiran asosiatif siswa, pengalaman
Miskonsepsi pada proses perhitungan belajar matematika yang rendah, serta
perkalian dan pembagian diperkuat dengan kurangnya penekanan guru pada materi
jawaban wawancara oleh subjek penelitian, tertentu.
dimana ketika menghitung ulang soal yang
teridentifikasi miskonsepsi, siswa tidak dapat DAFTAR RUJUKAN
menghitungnya dengan benar. Sejalan
Asbar. (2017). Analisis Miskonsepsi Siswa pada
25
Lisa Dewi Ramadany / JPAPEDA (2) (1) (2020) : 17 - 26
26