Anda di halaman 1dari 7

KECELAKAAN KERJA

Tambang Batu Bara Meledak


Sepuluh Tewas, 32 Terkubur 

EVAKUASI -- Tim SAR mengusung jenazah pekerja yang terkubur di lubang tambang batu bara di
Sawahlunto, Sumbar, Selasa (16/6). Diperkirakan 35 pekerja dan lima pengawas berada dalam
lubang tambang tersebut saat terjadi ledakan pada pukul 10.30 WIB. (Antara/Fadil)

Rabu, 17 Juni 2009

SAWAHLUNTO (Suara Karya): Sedikitnya sepuluh orang pekerja tewas akibat meledaknya sebuah
pertambangan batu bara di Ngalau Cigak, Sawahlunto, Sumatera Barat (Sumbar), Selasa (16/6)
sekitar pukul 10.30 WIB. Jumlah korban tewas kemungkinan bisa bertambah karena masih ada 32
korban lainnya yang terperangkap di dalam lubang penambangan yang dekat dengan perbatasan
Kabupaten Sijunjung itu.

Seluruh korban tewas yang sudah ditemukan segera dievakuasi dari lokasi kejadian. Pada pukul
16.30 WIB ditemukan enam korban tewas, dan empat lagi beberapa jam kemudian.

Kepala Pusat Pengendalian Krisis Departemen Kesehatan (PPK Depkes), Rustam S Pakaya,
mengemukakan, hingga Selasa malam, 32 orang korban lain belum ditemukan.

Wali Kota Sawahlunto Amran Nur mengungkapkan, di antara korban yang belum ditemukan
terdapat anak kecil bernama Edi yang diduga turut menjadi korban. Bocah itu ikut bekerja di dalam
tambang bersama orangtuanya, Ipul.

Sementara itu, sembilan orang dinyatakan berhasil selamat. Dua di antaranya kritis, sementara tujuh
luka ringan. Umumnya korban menderita luka bakar di sekujur tubuh.

Korban selamat yang bernama Afriadi (19) dan Son (61) mengungkapkan, saat peristiwa terjadi
mereka hanya merasakan angin panas kuat menerjang. Saat itu mereka berada di pintu gua.
Terjangan angin yang kuat dan panas itu membuat mereka terlempar. "Kemudian saya mendengar
gemuruh dinding gua runtuh," kata Son.

Selain korban di dalam lubang, ada juga sejumlah korban yang saat terjadi ledakan berada di luar
lubang. Dua orang luka berat, seorang luka sedang, serta lima orang luka ringan. Semuanya dirawat
di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sawahlunto.
Tim SAR kesulitan memasuki lubang tambang sedalam sekitar 30 meter itu. Pasalnya, selain banyak
debu dan cuaca gelap, kekurangan oksigen juga menjadi persoalan. Sebelumnya, empat anggota SAR
dibantu dua warga sempat kehabisan oksigen dan memutuskan keluar dari lubang.

Upaya pencarian dan evakuasi korban dilakukan para pekerja tambang lainnya yang lebih
mengetahui seluk-beluk dalam lubang. Tim SAR gabungan, termasuk dari PT Tambang Batu Bara
Bukit Asam (TBA) wilayah Ombilin dan aparat kepolisian, juga ikut ambil bagian.

Menurut seorang mantan karyawan PT TBA, Indra Yosep, ledakan tambang batu bara yang menelan
sejumlah jiwa manusia itu diduga akibat arus pendek generator listrik yang digunakan untuk
penerangan lampu dan menghidupkan alat pengangkut batu bara dari dalam lubang.

Direktur Teknik dan Lingkungan Ditjen Minerba Pabum Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM), MS Marpaung di Jakarta, menjelaskan, dugaan sementara, ledakan tersebut akibat
gas metana. "Tambang batu bara ini merupakan KP (kuasa pertambangan) berjenis underground
(bawah tanah)," katanya.

Untuk sementara, operasi pertambangan tersebut ditutup untuk keperluan penyelidikan. "Kami
akan lihat apakah metode penambangan sudah sesuai ketentuan atau tidak. Kami juga akan lihat,
apakah ada ventilasi keluarnya gas metana," tutur Marpaung. (Antara/Budi Seno)
Kasus kecelakaan kerja di Yogya tinggi

Priyo Setyawan

Rabu,  30 Januari 2013  −  10:47 WIB

Ilustrasi (ist)

Sindonews.com - Kasus kecelakaan kerja di Yogyakarta masih relatif tinggi, walau secara kuantitatif
selama delapan tahun terakhir terus mengalami penurunan. 

Bahkan mulai 2011 kasusnya di bawah 100. Namun begitu tetap belum bisa mewujudkan zero
accident (nihil kecelakaan). 

Data pemerintah kota (pemkot) Yogyakarta pada tahun 2005, terjadi 252 kasus kecelakan kerja,
2006: 244 kasus, 2007: 229 kasus, 2008: 198 kasus, 2009: 111 kasus, 2010: 120 kasus, 2011: 23
kasus, dan 2012: 25 kasus.

Melihat kondisi tersebut pemerintah kota (Pemkot) Yogyakarta terus melakukan upaya dalam
menekan jumlah kasus kecelakaan kerja tersebut, termasuk menciptakan nihil kecelakaan. Untuk
mewujudkan hal tersebut, selain dengan himbauan, juga dengan melakukan pelatihan serta,
penyuluhan keselamatan dan penilaian kerja.

“Kami harapkan dengan kegiatan ini, dapat meningkatkan kesadaran terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) di perusahaan, sehingga pekerja tidak khawatir saat bekerja, baik yang
menyangkut kecelakaan dan penyakit, sehingga mereka dalam bekerja dapat tenang dan akhirnya
produktivitas meningkat,” papar Wakil Walikota Yogyakarta Imam Priyono saat upacara K3 tingkat
kota Yogyakarta, di halaman Balai Yasa, Yogyakarta, Rabu (30/1/2013).

Imam menjelaskan, selain keselamatan dan kesehatan kerja, hal lain yang perlu diperhatikan adalah
soal keamanan lingkungan, sebab permasalahan ini biasanya sering terabaikan. Padahal keamanan
lingkungan tersebut juga berkaitan erat dengan pekerja. 

Misalnya soal kebersihan dan kondisi tempat kerja juga harus representative. Bila ini tidak
menunjang tentunya akan menjadi ancaman keamanan dan keselatan pekerja. 
“Contohnya, jika di tempat kerja banyak debu, tentunya harus menyediakan masker atau yang
berisiko tinggi terhadap kecelakaan, perusahaan harus menyediakan peralatan keselamatan kerja
yang memadai,” tandasnya.

Menurut Imam, walau secara umum, rata-rata untuk pelaksanaan K3 di Yogyakarta sudah bagus,
namun tetap perlu ditingkatkan, terutama di perusahaan industri yang banyak mengaplikasikan kerja
pada sumber daya manusia (SDM).  

Iman sendiri menilai untuk keamanan lingkungan ini, di Yogyakarta masih memprihatinkan.

“Karena itu, selain sinergisitas, pegawasan dan pembinaan di setiap jajaran juga perlu ditingkatkan,” 
harapnya
Buruh Pabrik di Klaten Tewas Tergilas Mesin

 ADMIN NOVEMBER 12, 2012 SOSIAL

Klaten Nasib apes menimpa Listiyana Kurniawati (19), seorang buruh disebuah pabrik tekstil di
Pedan, Klaten. Ia tewas setelah lehernya tergilas mesin saat bekerja, Senin (12/11).

Korban yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan suami istri, Sukur (40) dan
Listiyorini Hanifah (40), warga Dukuh Ngawonggo, Desa Ngawonggo, Kecamatan Ceper, Klaten
tersebut baru tiga bulan bekerja setelah lulus MAN.

Kapolsek Pedan, AKP Kamiran mewakili Kapolres Klaten, AKBP Kalingga Rendra Raharja, menolak
memberikan keterangan kepada wartawan mengenai kejadian tersebut. Ia mengaku penanganan
sudah diambil alih oleh Polres Klaten. Silahkan tanya ke polres saja sana, katanya singkat.

Sementara itu informasi di Mapolres Klaten menyebutkan, peristiwa nahas itu bermula ketika
korban yang bekerja sebagai operator mesin di sebuah pabrik tekstil di Pedan, Klaten tersebut
berangkat bekerja pada sift malam sekitar pulul 23.00 WIB.

Selang beberapa jam kemudian, atau sekitar pukul 03.00 WIB, korban mematikan mesin karena ingin
membetulkan benang yang putus pada mesin tersebut. Namun setelah benang tersambung, korban
bergegas untuk menyalakan kembali mesin tenun yang dioperasikanna itu.

Namun nahas, korban tidak menyadari saat mesin tersebut menyala, ternyata kain kerudung yang
dikenakannya masuk ke dalam mesin. Akibatnya, kain kerudungnya ikut tertarik ke dalam mesin dan
menjerat leher korban hingga nyawanya tidak tertolong.

Terpisah, Kabid Tenaga Kerja Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Klaten,
Giyanta, mengatakan baik terjadi kecelakaan atau tidak, setiap perusahaan harus mengadakan
evaluasi terkait keselamatan atau kecelakaan kerja. Tujuannya tak lain agar kecelakaan tidak terjadi
dan menimpa para pekerja.

Perusahaan harus mengevaluasi apa penyebab kecelakaan yang menimpa karyawannya, apakah
mesin atau kelalaian. Hal itu agar kejadian serupa tidak terjadi lagi, ujarnya.

Sumber: http://www.timlo.net/baca/45085/buruh-pabrik-di-klaten-tewas-tergilas-mesin/

.
Kecelakaan Kerja di PT SG, 1 Tewas 2 Luka 

Rabu, 06 Januari 2010 19:15:57 WIB 


Reporter : Abdul Qohar 

Tuban (beritajatim.com) - Kecelakaan kerja


diduga terjadi di lingkup pabrik semen PT Semen
  Gresik (SG) yang ada di Kabupaten Tuban. Kali
ini, tiga orang pekerja diduga kuat tersiram
serbuk panas bahan produksi semen ketika
sedang menjalankan tugasnya. Bahkan, seorang
korban tewas di lokasi dan dua lainya
mengalami luka serius di bagian kaki.

Informasi yang diperoleh beritajatim.com, Rabu


(6/1/2010) menyebutkan, kalau peristiwa ini terjadi sekitar pukul 15.00 WIB di area proses
pembakaran serbuk bahan baku semen di pabrik semen yang berada di Desa Sumberarum,
Kecamatan Kerek,
Kabupaten Tuban.

Seorang korban tewas bernama Rakhmat Setiawan (23) warga Jl Kawi, Desa Kauman, Kecamatan
Ngoro, Kabupaten Jombang. Sedangkan dua korban luka adalah Akhmat Zubaidi (24) asal Kabupaten
Sidoarjo dan Akhmat Zulaikhan (23) warga Kudus, Jawa Tengah.

Data lapangan menyebutkan, kalau peristiwa itu terjadi saat ketiga karyawan yang bertugas di
bagian pembakaran bahan baku ini sedang membersihkan gumpalan serbuk yang menempel di
dinding alat pembakaran hingga, mengganggu proses produksi.
 "Pada waktu itulah, tiba-tiba serbuk halus dan basah yang sangat panas itu menyiram ketiga
korban," kata seorang pegawai yang namanya minta tidak dikorankan kepada wartawan.

Seorang karyawan nahas, akhirnya meninggal dunia. Sementara dua karyawan lainnya berhasil
melompat untuk menyelamatkan diri. Sehingga, mereka hanya mengalami luka dan tidak sampai
meninggal. "Yang jelas, serbuk itu panas sekali, sampai-sampai saat memberi pertolongan, petugas
harus menyiramkan air ke tubuh korban dan area
yang tersiram serbuk panas," terangnya.

Setelah berhasil dievakuasi, korban tewas langsung dilarikan ke kamar mayat RSUD dr R Koesma
Kabupaten Tuban dengan kondisi mengenaskan. Yakni mayat melepuh dan masih dengan kondisi
terlentang dengan tangan dan kaki sama-sama terbukanya.

Untuk korban luka-luka juga dievakuasi untuk mendapatkan perawatan di Poli kesehatan pabrik dan
kemudian dilarikan ke Rumah Sakit (RS) PT SG di Gresik. "Korban meninggal sudah berada di kamar
mayat RSUD Tuban untuk dilakukan outopsi. Sedangkan korban luka dalam perawatan medis," kata
Kapolsek Kerek AKP Elis.
.

Anda mungkin juga menyukai