Anda di halaman 1dari 15

Implementasi Tata Tertib Sekolah Dalam Membentuk Disiplin Siswa Di SMP Negeri 28 Surabaya

IMPLEMENTASI TATA TERTIB SEKOLAH DALAM MEMBENTUK DISIPLIN SISWA


DI SMP NEGERI 28 SURABAYA
Dewi Puspitaningrum
104254031 (Prodi S1 PPKn, FIS, UNESA) dewie.puspita19@yahoo.com
Totok Suyanto
0004046307 (Prodi S1 PPKn, FIS, UNESA) totoksuyantounesa@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendeskripsikan upaya pembentukan disiplin dan hambatan yang
dialami melalui implementasi tata tertib sekolah di SMP Negeri 28 Surabaya. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian ini diperoleh melalui
pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah mereduksi data,
menyajikan data, dan menyimpulkan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya pembentukan
disiplin siswa melalui implementasi tata tertib sekolah adalah pembiasaan tata tertib sekolah kepada
siswa yang berkaitan dengan hal masuk sekolah, kewajiban siswa, larangan siswa, hal pakaian dan
sanksi, guru menjadi model sehingga siswa meniru apa yang dilakukan guru, dan mengkondisikan siswa
untuk mematuhi tata tertib sekolah serta memberikan teguran dan sanksi bagi siswa yang melanggar tata
tertib sekolah.. Hambatan yang ditemui adalah guru yang tidak tega dalam memberikan hukuman kepada
siswa, kurangnya kesadaran siswa untuk mematuhi tata tertib sekolah, kurangnya perhatian dan
kepedulian orang tua kepada anak, serta ekonomi keluarga yang rendah.
Kata Kunci : Pembentukan disiplin, Implementasi tata tertib

Abstract

The goal of this research is describe the formation of discipline and the barriers to implementation of
order school at SMP Negeri 28 Surabaya. This research uses a qualitative approach with descriptive
method. Data from this research obtained through observation, interviews, and documentation. Data
analysis uses reduction of data, present of data and conclude of data. The result show that effort the
formation of discipline students through implementation of order school done by habituation in the
school that related to go inti school, student obigation, student prohibitation, uniform, and sanction, the
teacher be a model of student so that student imitate the teacher, and do condition student to submissive
of order school and give reprimand, sanction to student that break order school The barriers that
experienced teacher don’t brave when give a punishment to student, minimal awareness of student,
minimal care and concern of parents to children, and minimal economic of family.
Keywords : The formation of Dicipline, implementation of order

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,


PENDAHULUAN bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
semakin pesat menyebabkan arus globalisasi juga berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang
semakin cepat. Akibat dari adanya globalisasi adalah
demokratis serta bertanggung jawab.”
munculnya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan Melalui pendidikan nasional diharapkan mampu
diantaranya adalah di bidang pendidikan. Untuk membentuk generasi muda yang memiliki martabat
menghadapi arus globalisasi yang semakin cepat ini sehingga bisa menjadi warga negara yang demokratis dan
dibutuhkan pendidikan yang mampu menciptakan bertanggung jawab. Untuk dapat menjalankan fungsi
generasi muda yang berkualitas yang memiliki pendidikan nasional sebagaimana yang telah diuraikan
pengetahuan dan sikap yang didasari oleh nilai-nilai diatas dibutuhkan kerja sama yang baik antara
Pancasila. Berdasarkan pasal 3 UU No. 20 tahun 2003 lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa masyarakat. Sekolah sebagai salah satu lingkungan
“pendidikan nasional berfungsi mengembangkan pendidikan harus memperhatikan kedisiplinan siswa
kemampuan dan membentuk watak serta
dalam mengikuti proses pembelajaran.
peradaban bangsa yang bermartabat dalam

343
Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 2 Volume 2 Tahun 2014, hal 343-357

Sekolah merupakan tempat pendidikan lanjutan membimbing siswa untuk berperilaku yang baik sesuai
setelah lingkungan keluarga. Sekolah sebagai lembaga dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat. Guru
pendidikan mempunyai tanggung jawab besar untuk diharapkan mampu membentuk pribadi siswa yang
mencapai tujuan pendidikan. Di sekolah dikembangkan berbudi pekerti luhur dan meningkatkan disiplin siswa di
aturan yang berlaku untuk mengatur kedudukan dan sekolah. Dengan membiasakan siswa bersikap disiplin
peranan seseorang sesuai dengan tujuan pendidikan yang suasana sekolah akan menjadi teratur dan tertib sehingga
akan dicapai. Sekolah juga bertugas membentuk nantinya diharapkan apabila siswa sudah terbiasa
kepribadian siswa agar mempunyai kepribadian yang bersikap disiplin maka ini akan mewujudkan perubahan
luhur, mulia, serta berdisiplin yang tinggi. Sekolah yang lebih baik ke depannya.
menjadi sarana yang penting dalam memupuk sikap Pembentukan disiplin pada siswa sangat penting
disiplin siswa. Disiplin merupakan bagian dari solusi dilakukan. Hal ini dikarenakan kedisiplinan merupakan
yang mampu menjadikan norma-norma aturan dapat sikap yang menentukan keberhasilan siswa. Sikap
teraplikasi secara benar dan tepat sasaran, sehingga disiplin yang tertanam dalam diri siswa dapat membentuk
proses pendidikan dan pengajaran di sekolah menjadi sikap yang teratur sehingga segala sesuatu yang
kondusif. Peran sekolah dalam membentuk disiplin siswa dilakukan sesuai dengan rencana yang diinginkan.
menjadi kebutuhan pokok bagi sekolah yang Melalui kedisplinan yang dilakukan siswa dapat
mendambakan kemajuan. Sekolah yang selalu mewujudkan kondisi lingkungan belajar yang nyaman.
menegakkan disiplin kepada siswanya maka akan mampu Kelancaran proses belajar siswa sangat ditentukan pada
menjadi sekolah yang berkualitas. kedisiplinan siswa pada norma yang ada di sekolah.
Tu’u (2004:2) menjelaskan bahwa membudayakan Dengan melakukan pembiasaan kedisiplinan, anak
disiplin dalam kehidupan sekolah pada siswa dapat akan melakukan aktifitasnya sesuai dengan aturan yang
memberikan dampak yang positif bagi kehidupan siswa ada sehingga perilaku menyimpang dapat dikurangi.
di luar sekolah. Disiplin yang baik dapat menghasilkan Kedisiplinan dapat memberi kenyamanan pada siswa dan
kehidupan yang teratur, sebab disiplin dapat mengatur guru serta menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
perilaku dan menjadi unsur yang fundamental dari belajar serta perkembangan dari pengembangan diri
moralitas. Unsur fundamental tersebut akan berpengaruh sendiri dan pengarahan diri sendiri tanpa pengaruh atau
pada kemajuan pembangunan, martabat dan kendali dari luar. Untuk dapat membentuk disiplin siswa
mengantarkan pada kesejahteraan bangsa. dibutuhkan kerjasama yang baik antara guru, siswa dan
Menurut Tu’u (2004:34-35), alasan yang menjadi lingkungan sekolah.
dasar pentingnya disiplin dalam kegiatan di sekolah Pembentukan disiplin siswa dapat dilakukan melalui
adalah sebagai berikut : aktifitas intrakulikuler, kokulikuler maupun
Pertama, disiplin yang muncul karena kesadaran ekstrakulikuler. Pembentukan disiplin melalui
diri, maka siswa akan berhasil dalam belajarnya, intrakulikuler dapat dilakukan melalui pengintegrasian
sebaliknya siswa yang seringkali melanggar terhadap mata pelajaran dan tata tertib. Tata Tertib
ketentuan sekolah pada umumnya terhambat oleh
merupakan salah satu cara untuk membentuk disiplin
optimalisasi potensi dan prestasinya. Kedua,
tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah siswa. Tata tertib merupakan pedoman bagi sekolah
menjadi kurang kondusif bagi kegiatan untuk menciptakan suasana sekolah yang aman, nyaman
pembelajaran. Ketiga, disiplin merupakan cara dan tertib sehingga pembelajaran terhindar dari
bagi siswa untuk sukses dalam belajar. perbuatan-perbuatan yang menyimpang. Penegakan tata
Disiplin di sekolah sangat penting untuk mendidik tertib di sekolah sangat penting dilakukan. Hal ini
siswa berperilaku sesuai dengan norma yang telah dikarenakan dengan melakukan implementasi tata tertib
ditentukan. Disiplin siswa di sekolah merupakan di sekolah dapat mengurangi tindakan-tindakan negatif
cerminan langsung dari kepatuhan siswa dalam dari siswa seperti terlambat datang sekolah atau
melakukan peraturan yang ada di sekolah. Kepatuhan kebiasaan membolos. Dengan melakukan penegakan
siswa dalam menjalankan segala peraturan yang berlaku disiplin yang ketat melalui implementasi tata tertib dapat
dapat mendukung terciptanya kondisi belajar mengajar menjadikan siswa untuk terbiasa bersikap disiplin
yang nyaman, efektif dan berguna sehingga dapat sehingga pelanggaran-pelanggaran di sekolah dapat
mencapai hasil yang optimal. dikurangi. Oleh karena itu, sekolah harus menjalankan
Pembentuk disiplin siswa sangat dipengaruhi oleh tata tertib dengan konsisten baik dari guru maupun siswa
berbagai faktor antara lain adalah guru, siswa, dan sehingga mampu meningkatkan kualitas tingkah laku
kondisi sekolah. Guru memiliki peranan penting untuk siswa.
pembentukan disiplin siswa. Hal ini karena guru Berdasarkan hasil observasi awal di SMP Negeri 28
memiliki kewajiban untuk mendidik, mengajar dan Surabaya menunjukkan bahwa kedisiplinan siswa perlu

344
Implementasi Tata Tertib Sekolah Dalam Membentuk Disiplin Siswa Di SMP Negeri 28 Surabaya

adanya peningkatan karena masih terdapat siswa yang proses pelaziman (pembiasaan). Hasil pembelajaran yang
melanggar tata tertib sekolah. Upaya guru untuk diharapkan adalah perubahan perilaku berupa kebiasaan.
membentuk disiplin siswa melalui implementasi tata Teori perilaku sering disebut stimulus – respon (S-R)
tertib sangat diperlukan untuk mengurangi kebiasaan psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia
buruk siswa yang masih melanggar peraturan sekolah. dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan
Pelanggaran yang masih sering dilakukan oleh siswa atau reinforcement dari lingkungan. Dalam tingkah laku
adalah terlambat masuk sekolah, tidak memakai atribut belajar terdapat jalinan erat antara reaksi-reaksi
sekolah lengkap, tidak tepat waktu dalam mengumpulkan behavioral dengan stimulinya. Guru yang menganut
tugas, sering keluar pada saat jam pelajaran berlangsung pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku peserta
dan lain sebagainya. Setiap pelanggaran yang dilakukan didik merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah
oleh siswa ditindaklanjuti dengan diberikan sanksi. laku adalah hasil belajar. Perilaku dalam pandangan
Sanksi yang diberikan digolongkan sesuai dengan behaviorisme dijelaskan melalui pengalaman yang dapat
kategori pelanggaran yang dilakukan. Di bawah ini ada diamati, bukan melalui proses mental.
jenis-jenis pelanggaran yang dilakukan oleh siswa : Tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran
Tabel 1. Jenis Pelanggaran yang dilakukan siswa atau reward dan penguatan atau reinforcement dari
Tahun Tahun lingkungan. Dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan
No. Jenis Pelanggaran erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulinya.
2012 2013
Guru yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa
1. Tidak mengenakan 40 anak 36
tingkah laku peserta didik merupakan reaksi terhadap
atribut lengkap anak
lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.
2. Terlambat masuk 16 anak 8 anak Perilaku dalam pandangan behaviorisme dijelaskan
sekolah melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan melalui
3. Keluar saat jam pelajaran 6 anak 5 anak proses mental.
berlangsung Menurut pandangan behaviorisme, perilaku adalah
Sumber data primer pelanggaran SMP Negeri 28 “segala sesuatu yang dilakukan dan dapat dilihat secara
Surabaya langsung”. Prespektif behaviorisme menekankan arti
Berdasarkan tabel jenis pelanggaran yang dilakukan penting bagaimana peserta didik membuat hubungan
siswa menunjukkan bahwa masih terdapat siswa yang antara pengalaman dan perilaku. Ciri teori perilaku
melakukan pelanggaran tata tertib sekolah seperti tidak adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil,
mengenakan atribut lengkap, datang terlambat, keluar menekankan peranan lingkungan, mementingkan
saat jam pelajaran berlangsung, membolos, dll. Upaya pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya
sekolah untuk membentuk disiplin siswa melalui latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, dan
implementasi tata tertib sekolah perlu dilakukan untuk mementingkan peranan kemampuan. Hasil belajar yang
mengurangi kebiasaan siswa yang melanggar tata tertib diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
sekolah. Sekolah dalam upaya membentuk disiplin siswa Pada teori Skinner menekankan pada pembelajaran
melalui implementasi tata tertib tidak dapat dipisahkan dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku yang
dengan berbagai hambatan. Hambatan dalam upaya menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu
membentuk disiplin siswa melalui implementasi tata akan diulangi. Konsekuensi-konsekuensi ini berupa hal
tertib sekolah tentu akan dijumpai. Hal ini karena tidak yang menyenangkan dan tidak menyenangkan.
semua siswa menerapkan tata tertib sekolah dengan baik. Bandura (dalam Satiningsih 2007:57) membedakan
Penelitian yang dilakukan tentang upaya perolehan pengetahuan (belajar) dan kinerja yang
pembentukan disiplin siswa melalui implementasi tata teramati berdasarkan perilaku. Dengan kata lain apa yang
tertib sekolah menggunakan teori Behavioristik Skinner kita ketahui dapat lebih banyak dari apa yang kita
dan teori Belajar Sosial Albert Bandura. Dalam perhatikan. Segala sesuatu yang terjadi di lingkungan
perspektif behaviorisme pembelajaran diartikan sebagai sekitar disebut faktor pribadi seperti berfikir dan
proses pembentukan hubungan antara rangsangan motivasi, sementara perilaku dipandang saling
(stimulus) dan balas (respon). Pembelajaran merupakan berinteraksi, masing-masing faktor saling mempengaruhi
proses pelaziman (pembiasaan). Hasil pembelajaran yang dalam proses pembelajaran. Suatu faktor yang terabaikan
diharapkan adalah perubahan perilaku berupa kebiasaan. oleh teori perilaku adalah fakta adanya pengaruh yang
Teori perilaku berakar pada pemikiran behaviorisme. amat kuat yang dimiliki dari pemodelan dan
Dalam perspektif behaviorisme pembelajaran diartikan pengimitasian pada proses belajar.
sebagai proses pembentukan hubungan antara rangsangan Inti dari teori Bandura adalah perilaku seseorang
(stimulus) dan balas (respon). Pembelajaran merupakan diperoleh melalui proses peniruan perilaku orang lain,

345
Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 2 Volume 2 Tahun 2014, hal 343-357

peniruan dilakukan karena perilaku dipandang positif secara seksama setiap penuturan informan yang berkaitan
misalnya jika ingin mensosialisasikan hidup secara dengan pembentukan disiplin siswa melalui implementasi
disiplin maka caranya adalah member contoh dan bisa tata tertib sekolah di SMP Negeri 28 Surabaya.
juga menciptakan model yang layak ditiru. Waktu penelitian dilakukan dari awal (pengajuan
Bandura (dalam Satiningsih, 2007:58) menyebutkan judul) sampai akhir (hasil penelitian) sekitar 8 bulan yaitu
bahwa ada empat proses yang mempengaruhi belajar dari bulan Oktober 2013 sampai dengan Mei 2014.
observasional yaitu : Arikunto (2006:145) mendefinisikan informan sebagai
Pertama, Proses Atensi (Perhatian) yaitu bagi orang yang memberikan informasi. Pada penelitian ini
seorang individu untuk belajar sesuatu, mereka yang dijadikan informan penelitian adalah orang yang
harus memperhatikan fitur dari perilaku yang mengetahui tentang pembentukan disiplin siswa melalui
dimodelkan. Sebelum sesuatu dapat dipelajari
implementasi tata tertib sekolah di SMP Negeri 28
dari model, model harus diperhatikan. Bandura
menganggap belajar adalah proses yang terus Surabaya yaitu wakil kurikulum, guru dan beberapa
berlangsung, tetapi dia menunjukkan bahwa siswa.
hanya yang diamati sajalah yang dapat dipelajari. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data
Subyek harus memperhatikan tingkah laku dalam penelitian ini adalah Pengamatan merupakan
model untuk dapat mempelajarinya. Subyek sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan
member perhatian tertuju kepada nilai, harga peneliti turun ke lapangan untuk mengamati hal-hal yang
diri, sikap dan lain-lain yang dimiliki.
terkait atau relevan dengan data yang diperlukan. Dalam
Pembelajaran hanya dapat dipelajari dengan
memperhatikan orang lain. Kedua, Proses penelitian ini pengamatan dilakukan untuk mengamati
Retensi (Ingatan) yaitu subyek yang pembentukan disiplin siswa melalui implementasi tata
memperhatikan harus merekam peristiwa itu tertib sekolah yang dimungkinkan terdapat pelanggaran
dalam system ingatannya. Hal ini seperti terlambat masuk sekolah, tidak berpakaian
memperbolehkan subyek melakukan peristiwa sebagaimana mestinya, keluar saat jam pelajaran
itu kelak apabila diperlukan. Kemampuan untuk berlangsung, tidak membuang sampah sembarangan.
menyimpan informasi juga merupakan bagian
Wawancara merupakan salah satu teknik
penting dari proses belajar. Ketiga, Proses
Produksi (Pembentukan Perilaku) yaitu proses pengumpulan data dengan cara mencari keterangan
pembentukan perilaku menentukan sejauh mana secara lisan kepada informan. Wawancara dilakukan
hal-hal yang telah dipelajari akan diterjemahkan secara mendalam. Sebelum melakukan pengumpulan data
ke dalam tindakan. Bandura berpendapat bahwa melalui kegiatan wawancara maka peneliti terlebih
jika seseorang diperlengkapi dengan semua dahulu menyusun pedoman wawancara berupa
apparatus fisik untuk memberikan respons yang
pertanyaan-pertanyaan terarah yang akan ditanyakan
tepat, dibutuhkan satu periode reherseal (latihan
repetisi) kognitif sebelum perilaku pengamat pada informan. Wawancara dalam penelitian ini
menyamai perilaku model. Keempat, Proses bertujuan untuk memperoleh data berkenaan dengan
Motivasi, hal ini penting dalam pemodelan gambaran upaya pembentukan disiplin siswa melalui
Bandura karena motivasi adalah penggerak implementasi tata tertib sekolah dan hambatan dalam
individu untuk terus melakukan sesuatu. Jadi pembentukan disiplin siswa melalui implementasi tata
subyek harus termotivasi untuk meniru perilaku tertib sekolah di SMP Negeri 28 Surabaya.
yang telah dimodelkan.
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai
Berdasarkan uraian yang sudah dipaparkan di atas,
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, foto,
bagaimana upaya pembentukan disiplin siswa melalui
dan dokumen-dokumen lainnya. Metode ini digunakan
implementasi tata tertib sekolah dan hambatan yang
untuk mengetahui sejarah berdirinya SMP 28 Negeri
dialami oleh sekolah dalam membentuk disiplin siswa
Surabaya, struktur sekolah dan tata tertib yang ada di
melalui implementasi tata tertib di SMP Negeri 28
SMP Negeri 28 Surabaya. Selain itu, metode
Surabaya.
dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data yang
METODE berkaitan dengan bentuk-bentuk pelanggaran dan jumlah
siswa yang melanggar menurut catatan bagian Bimbingan
Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan
Konseling.
kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian ini
Teknik analisis data. Analisa data dalam penelitian
bertujuan untuk mendeskripsikan pembentukan disiplin
ini mengacu pada model analisis interaktif yang diajukan
siswa melalui implementasi tata tertib sekolah di SMP
Huberman dan Miles. Huberman dan Miles (dalam
Negeri 28 Surabaya. Dalam penelitian ini dilakukan
Sugiyono,2011:246) mengemukakan bahwa langkah
penggalian data dengan mengamati dan mendengarkan
pertama model analisis interaktif adalah reduksi data

346
Implementasi Tata Tertib Sekolah Dalam Membentuk Disiplin Siswa Di SMP Negeri 28 Surabaya

(data reduction), yaitu merangkum, memilih hal-hal yang “Disiplin itu penting sekali bagi anak-anak mbak
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan karena disiplin dapat membuat anak menjadi
mencari tema serta polanya. Reduksi data dalam terarah dan teratur dalam pekerjaannya dan
dikemudian hari mereka dapat menjadi anak-
penelitian ini dilakukan setelah diperoleh data dari hasil
anak yang lebih baik yang bisa berguna bagi
pengamatan, wawancara, dan dokumentasi, kemudian bangsa dan Negara.”
dipilih data-data pokok dan difokuskan pada hal-hal yang Juga senada dengan penuturan Rifki selaku salah
penting, sehingga data menjadi jelas dan sistematis. satu siswa di SMP Negeri 28 Surabaya :
Langkah kedua dalam model analisis interaktif “Iya mbak disiplin itu sangat penting untuk
adalah penyajian data (data display). Miles (dalam diterapkan kepada kami karena dengan disiplin
Indrawati, 2011:28) mengemukakan bahwa penyajian kami dapat menjadi teratur dan kami tidak
data merupakan analisis merancang deretan dan kolom- menjadi anak yang urakan.”
kolom dalam sebuah matriks untuk data kualitatif dan Terdapat indikator secara tertulis yang ditetapkan di
menentukan jenis dan bentuk data yang dimasukkan SMP Negeri 28 Surabaya dalam membentuk kedisiplinan
dalam kotak-kotak matriks. Dalam penelitian ini, data siswa. Secara tersirat dikatakan bahwa indikator
disajikan berupa teks naratif yang mendeskripsikan kedisiplinan siswa dapat dilihat dari kepatuhan siswa
mengenai subjek penelitian yaitu menggambarkan dalam mematuhi tata tertib sekolah. Apabila siswa
tentang pembentukan disiplin siswa melalui implementasi mematuhi tata tertib di dalam maupun di luar kelas.
tata tertib sekolah di SMP Negeri 28 Surabaya. Berikut penuturan Ibu Dra. Darjatiningsih, M.Si
Langkah ketiga dalam model analisis interaktif mengenai hal tersebut :
adalah verifikasi data (data verification). Dalam “Di SMP Negeri 28 ada mbak indikator tertulis
kedisiplinan siswa. Apabila siswa mematuhi
penelitian ini, verifikasi data dilakukan dengan
semua tata tertib di dalam maupun di luar kelas,
menghubungkan data dengan teori Skinner dan Bandura mereka sudah bisa dikatakan disiplinnya
untuk penarikan kesimpulan. terbentuk. Indikatornya ya seperti datang tepat
waktu sebelum pukul 06.30. Mematuhi semua
HASIL DAN PEMBAHASAN tata tertib sekolah itu saja mbak.”
Lokasi Penelitian Menurut Ibu Dra. Darjatiningsih, M.Si, peraturan
tata tertib sekolah dibuat oleh pihak-pihak yang
SMP Negeri 28 Surabaya merupakan salah satu berkepentingan :
Sekolah Menengah Pertama yang berdiri pada tahun 1986 “Kalau tata tertib di SMP Negeri 28 Surabaya
yang bertepat di jalan Lidah Wetan 23 B Kota Surabaya. dibuat oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Pihak-pihak yang berkepentingan itu terdiri dari
Kemudian sekolah menengah pertama ini berpindah
bapak kepala sekolah, komite sekolah, wali
tempat tidak jauh dari tempat semula, tepatnya di jalan kelas, dan tim budi pekerti.”
Menganti Lidah Wetan No. 29 B Kecamatan Lakarsantri Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Dra. Agustin
Kota Surabaya. Sekolah ini merupakan sekolah negeri Suswati dan Ibu Alfi Suriyawati, S.Pd bahwa pembuatan
favorit yang mendapatkan akreditasi A. SMP Negeri 28 tata tertib sekolah dilakukan oleh kepala sekolah dan
Surabaya terdiri dari 26 ruang belajar yang memiliki semua guru di SMP Negeri 28 Surabaya :
sarana prasarana pembelajaran yang lengkap di masing- “Pembuatan tata tertib di SMP 28 ini dibuat oleh
masing ruang kelas seperti white board, matriks board, bapak kepala sekolah, semua guru beserta wali
papan pengumuman, dan tata tertib sekolah. Satu kelas kelas dari kelas VII sampai kelas IX. Semua guru
terdiri dari 37 siswa sehingga daya jangkau ketika proses dan kepala sekolah bersama-sama berdiskusi
belajar mengajar lebih efektif. Sarana belajar penunjang dalam membuat tata tertib sekolah.”
Pembentukan disiplin siswa dapat dilakukan melalui
lainnya yang terdapat di SMP Negeri 28 Suarabaya
pengimplementasian tata tertib sekolah. Tata tertib
antara lain perpustakaan, laboratorium IPA, multimedia,
sekolah menjadi salah satu alat yang dapat digunakan
laboratorium bahasa, laboratorium computer, dan aula.
untuk membentuk disiplin siswa. Hal ini dikarenakan tata
HASIL PENELITIAN tertib bersifat memaksa dan harus dilakukan oleh siswa
Pembentukan disiplin melalui implementasi tata tanpa kecuali. Berikut penuturan Ibu Dra. Agustin
tertib penting untuk dilakukan kepada siswa. Hal ini Suswati yang mengemukakan bahwa pelaksanaan tata
dikarenakan dengan disiplin siswa akan menjadi teratur tertib sekolah dilakukan dengan membiasakan tata tertib
sehingga ke depannya pribadi siswa akan menjadi lebih kepada siswa untuk dipatuhi dan memberikan teladan
baik. Hal ini sesuai dengan penuturan Ibu Dra. kepada siswa :
Darjatiningsih, M.Si sebagai berikut : “Pelaksanaan tata tertib kami selalu
membiasakan anak-anak untuk mematuhi tata

347
Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 2 Volume 2 Tahun 2014, hal 343-357

tertib sekolah. Seperti datang tepat waktu Gambaran senada juga dikemukakan oleh Ibu Alfi
sebelum pukul 06.30. Apabila ada yang Suriyawati, S.Pd selaku Guru BK mengenai cara sekolah
terlambat anak-anak akan mendapat teguran lisan dalam mensosialisasikan tata tertib :
dan mendapatkan hukuman seperti menyapu dan
“Sosialisasinya ya dilakukan dengan cara orang
menyiram tanaman. Anak-anak bisa masuk kelas
tua dan siswa menandatangani peraturan tata
dengan membawa surat ijin terlebih dahulu.
tertib yang ada di dalam buku penghubung yang
Kalau dapat tugas dari sekolah orang tua nerima
nantinya dipegang oleh orang tua dan siswa
surat tugas dan siswa yang bersangkutan
tetapi sebelum itu setelah ditandatangani sekolah
dianggap masuk sekolah. Selain itu apabila anak-
melakukan pengecakan terhadap buku
anak ketahuan bawa handphone, handphone
penghubung siswa apakah benar sudah
kami sita dan ditaruh di ruang kepala sekolah.
ditandatangani oleh orang tua dan siswa.
Tapi masing-masing hp itu sudah ada
Sehingga apabila sudah ditandatangani orang tua
identitasnya. Kadang ada orang tua yang kesini
dan siswa harus siap menjalankan semua aturan
untuk mengambil tapi kami tidak
di SMP Negeri 28.”
memperbolehkan karena baru bisa diambil waktu
Berdasarkan temuan di lpangan menunjukkan bahwa
kenaikan kelas. Ini supaya mereka jera tidak
mengulangi lagi. Kalau misalnya anak-anak cara sekolah dalam melakukan sosialisasi tata tertib
membutuhkan berkomunikasai dengan orang tua dilakukan dengan masuk ke dalam kelas-kelas yang
sekolah sudah menyiapkan telepon di ruang TU kosong yang belum diisi guru mata pelajaran. Kepala
yang bisa digunakan sehingga anak-anak tidak sekolah selalu meminta siswa untuk senantiasa mematuhi
perlu bawa hp. Semua siswa wajib mentaati tata tata tertib sekolah lebih-lebih kepada siswa kelas IX.
tertib sekolah dengan mengikuti segala aturan Mengingat bahwa siswa kelas IX merupakan calon
dalam tata tertib baik itu pakaian, atribut sekolah,
peserta ujian nasional maka kepala sekolah selalu
maupun larangan yang tidak boleh dilakukan
siswa.” mengingatkan siswa untuk masuk sekolah tidak
Di dalam membentuk disiplin siswa melalui membolos sehingga bisa didaftarkan sebagai peserta
implementasi tata tertib perlu adanya sosialisasi terhadap ujian nasional.
tata tertib kepada siswa. Sosialisasi yang dilakukan Pelaksanaan tata tertib sekolah melibatkan seluruh
sekolah yakni dengan memanggil orang tua secara komponen sekolah baik kepala sekolah, guru, karyawan,
bertahap untuk menandatangani lembaran tata tertib. dan seluruh siswa. Hal ini sesuai dengan penuturan Ibu
Berikut petikan wawancara dengan salah satu informan Dra. Agustin Suswati :
yaitu Ibu Dra. Agustin Suswati selaku guru PKN : “Semua komponen sekolah terlibat dalam
“Ya cara sekolah dalam melakukan sosialisasi pelaksanaan tata tertib baik itu kepala sekolah,
dengan memanggil orang tua siswa secara guru, karyawan, dan seluruh siswa. Semuanya
bertahap kemudian dikumpulkan di aula lalu harus mematuhi tata tertib yang ada.”
masing-masing orang tua mendapatkan lembaran Melalui implementasi tata tertib di sekolah
tata tertib yang harus ditanda tangani dan pembentukan disiplin siswa dapat terbentuk. Berikut
kemudian dipegang oleh siswa. Selain itu, penuturan Ibu Dra. Darjatiningsih, M.Si :
biasanya bapak kepala sekolah berkeliling dan “Sangat terbentuk dengan adanya implementasi
masuk ke dalam kelas-kelas yang kosong tata tertib. Anak-anak jadi disiplin karena
memberi pengarahan tata tertib kepada siswa pelaksanaan tata tertib sekolah. Tata tertib
agar tidak keluar kelas saat jam kosong. Ini sekolah kan sifatnya memaksa jadi mau tidak
dilakukan bapak kepala sekolah salah satunya mau mereka harus mematuhi. Tetapi lama
dalam melakukan sosialisasi tata tertib.” kelamaan mereka akan terbiasa dan disiplin
Hal senada juga dikemukakan oleh Ibu Dra. anak-anak menjadi terbentuk.”
Darjatiningsih, Msi sebagai berikut : Senada dengan penuturan di atas, Ibu Alfi
“Cara sekolah dalam melakukan sosialisasi Suriyawati, S.Pd mengemukakan bahwa dengan
dengan memanggil orang tua siswa ketika melakukan implementasi tata tertib kepada siswa disiplin
penerimaan siswa baru. Orang tua siswa siswa menjadi terbentuk. Meskipun karena adanya unsur
dikumpulkan di aula untuk mendapatkan paksaan :
pengarahan dari bapak kepala sekolah terkait tata
“Yang jelas dengan mengimplementasikan tata
tertib SMP Negeri 28. Masing-masing orang tua
tertib sekolah kepada siswa ini dapat membentuk
diberi buku penghubung yang di dalamnya
disiplin mereka. Meskipun pembentukan disiplin
terdapat berbagai aturan sekolah yang wajib
ini awalnya karena unsur paksaan tetapi
ditandatangani oleh orang tua dan siswa.
kelamaan ini akan menjadi kesadaran bagi siswa
Selanjutnya buku penghubung ini dipegang oleh
untuk selalu mematuhi tata tertib sekolah yang
orang tua dan siswa.”
ada.”

348
Implementasi Tata Tertib Sekolah Dalam Membentuk Disiplin Siswa Di SMP Negeri 28 Surabaya

Upaya SMP Negeri 28 Surabaya dalam membentuk tidak melakukan pelanggaran. Dan juga bagi
disiplin siswa melalui implementasi tata tertib sekolah kami yang melakukan pelanggaran bapak ibu
dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan tata tertib guru juga memberikan sanksi yang tegas kepada
kami. Kalau ada yang ketahuan membawa hp
yang ada. Berikut penuturan Ibu Dra. Agustin Suswati :
maka hp kami dirampas dan tidak akan
“Begini mbak, kalau upaya sekolah dalam dikembalikan meskipun orang tua datang ke
membentuk disiplin siswa melalui implementasi sekolah. Jadi kami tidak berani membawa hp
tata tertib itu dilakukan dengan membiasakan takut dirampas bapak ibu guru.”
tata tertib yang ada. Pembiasaan itu seperti Melalui pembiasaan kepada siswa merupakan salah
waktu anak-anak datang guru piket sudah datang
satu upaya sekolah dalam membentuk disiplin siswa
dan siap menjemput serta menyalami siswa
sebelum masuk sekolah. Siswa yang terlambat melalui implementasi tata tertib. Selain itu, dengan
nanti dicacat dalam buku pelanggaran setelah itu memberikan teladan atau contoh kepada siswa juga salah
boleh masuk kelas tetapi harus membawa surat satu upaya sekolah dalam membentuk disiplin siswa.
ijin terlebih dahulu. Selain itu, pada saat Siswa akan meniru apa yang telah dicontohkan oleh guru
menyalami siswa guru piket mengecek pakaian di SMP Negeri 28 Surabaya. Berikut penurutan
dan atribut yang digunakan oleh siswa.
informan:
Mengawasi siswa agar tidak keluar masuk kelas,
melakukan razia dadakan untuk memeriksa siswa “Berpengaruh sekali implementasi tata tertib
membawa hp atau majalah. ” sekolah terhadap displin siswa. Karena bapak ibu
Senada dengan penuturan di atas, Ibu Dra. guru juga membiasakan tata tertib sekolah untuk
selalu dipatuhi oleh siswa sehingga pelanggaran
Darjatiningsih, M.Si mengemukan bahwa upaya sekolah
tata tertib bisa berkurang.”
dalam membentuk disiplin siswa melalui implementasi Berdasarkan temuan di lpangan menunjukkan bahwa
tata tertib juga dilakukan melalui pembiasaan: pembentukan disiplin siswa melalui implementasi tata
“Pembiasaan ini itu perlu mbak supaya anak- tertib adalah guru datang lebih awal daripada siswa-
anak terbiasa untuk disiplin mematuhi tata tertib
siswi, ketika menjemput siswa guru memeriksa pakaian
sekolah sehingga mereka melaksanakan tata
tertib sekolah yang ada di SMP Negeri 28. Salah dan atribut yang dikenakan oleh siswa, guru tidak
satu pembiasaan yang dilakukan sekolah melalui menggunakan handphone ketika berada di luar kelas
implementasi tata tertib dengan membiasakan maupun di dalam kelas. Serta melakukan kegiatan rutin
budaya semut mbak. Budaya semut itu yakni pembiasaan sekolah secara teratur.
budaya sejenak memungut sebelum doa berakhir. Ada beberapa budaya yang diterapkan sekolah
Siswa memungut sampah yang ada di sekitarnya dalam membentuk disiplin siswa melalui implementasi
dan membuangnya di tempat sampah.”
tata tertib. Budaya sekolah itu antara lain budaya semut 5
Hal ini berbeda dengan Ibu Alfi Suriyawati, S.Pd,
menit sebelum doa akhir pelajaran, doa yang dipimpin
bahwa pembentukan disiplin siswa melalui implementasi
pusat sebelum dan sesudah pelajaran, budaya 6S, budaya
tata tertib juga dilakukan dengan memberikan teladan
8+ dan -1, serta budaya lainnya. Berikut penuturan salah
kepada siswa :
satu informan yaitu Ibu Dra. Agustin Suswati :
“Upaya sekolah dalam membentuk disiplin siswa
melalui implementasi tata tertib dilakukan “Ada budaya semut (sejenak memungut) 5 menit
dengan memberikan teladan atau contoh kepada sebelum doa berakhir, budaya 6S (senyum, sapa,
siswa mbak. Semua guru harus datang lebih pagi salam, salim, sopan dan santun. Budaya 8+ dan -
sebelum bel masuk pukul 06.30. Untuk guru 1. Yaitu menyalakan kipas angin setelah pukul
yang bertugas sebagai guru piket harus datng 08.00 dan mematikan satu menit sebelum doa
lebih pagi lagi karena mereka punya tugas pulang.”
masing-masing untuk menjemput siswa Penuturan lain dari Ibu Alfi Suriyawati, S.Pd selaku
bersalaman, memimpin do’a, dan mengawasi guru BK menambahkan budaya yang ada di SMP Negeri
siswa ketika do’a berlangsung.” 28 Surabaya yakni membawa peralatan makanan sendiri
Senada dengan informan tersebut, informan lain juga ketika membeli makan di kantin, doa yang dipimpin dari
mengemukakan bahwa upaya sekolah dalam membentuk pusat, jemput siswa, memakai sandal ketika masuk
disiplin siswa melalui implementasi tata tertib dilakukan kamar mandi dan mematikan kran air sebelum keluar
dengan memberikan contoh dan memberikan sanksi tegas kamar mandi. Berikut penuturan informan :
kepada siswa yang melanggar sehingga takut dan tidak “Semut (sejenak memungut) 5 menit sebelum
mengulangi pelanggaran. Berikut penuturan informan : doa pulang sekolah, membawa peralatan makan
“Kalau disini mbak upaya sekolah untuk pribadi waktu membeli makan di kantin. Doa
membentuk disiplin siswa bapak ibu guru yang dipimpin dari pusat oleh bapak ibu guru
memberikan contoh kepada kami seperti bapak piket sebelum pelajaran berlangsung dan
ibu guru yang selalu datang lebih pagi dari kami sebelum pulang. Budaya jemput siswa. Budaya
sehingga hal itu yang memotivasi kami untuk

349
Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 2 Volume 2 Tahun 2014, hal 343-357

menggunakan sandal dan mematikan kran air anak-anak yang terlambat hanya sedikit satu atau
sebelum keluar dari kamar mandi.” dua anak saja.”
Pelaksanaan budaya sekolah yang diterapkan untuk Selain itu, pelaksanaan budaya sekolah dalam
membentuk disiplin siswa melalui implementasi tata membentuk disiplin siswa melalui implementasi tata
tertib dilakukan dengan membiasakan siswa untuk tertib juga dilakukan dengan memberikan contoh kepada
melakukan budaya yang ada di sekolah. Seperti siswa. Semua guru datang tepat waktu sebelum pukul
membiasakan budaya semut (sejenak memungut) 5 menit 06.30 dan untuk guru piket wajib datang lebih pagi
sebelum pelajaran berakhir, membiasakan untuk karena akan bertugas untuk menjemput siswa dan
menyalakan kipas angin setelah pukul 08.00 dan memimpin doa. Berikut wawancara dengan informan :
mematikan satu menit sebelum doa pulang, membiasakan “Kalau budaya disini ada budaya semut mbak.
siswa untuk melakukan budaya 6S di lingkungan Semut itu sejenak memungut. Ketika 5 menit
sekolah, dan membiasakan siswa menggunakan sandal sebelum pulang sekolah bapak ibu guru
memberitahu kami untuk membersihkan
jika masuk kamar mandi dan mengembalikan di rak
samapah yang ada di sekitar tempat duduk.
dengan rapi dan mematikan kran air sebelum Bapak ibu guru juga sma-sama membuang
meninggalkan kamar mandi. Serta membuat poster- sampah. Budaya 8+ dan -1. Kami diperbolehkan
poster yang terdapat di dalam kelas maupun di luar kelas. untuk menyalakan kipas angin setelah pukul
Berikut penuturan informan terkait pelaksanaan budaya 08.00 dan mematikannya satu menit sebelum
sekolah : pulang. Ya untuk menghemat energi. Kalau ada
“Kalau budaya ya banyak, termasuk budaya yang menyalakan sebelum pukul 08.00 biasanya
semut (sejenak memungut) 5 menit sebelum doa akan dapat teguran dari bapak ibu guru. Tapi
akhir pelajaran. Anak-anak dibiasakan untuk jarang sekali yang melanggar. Selalu lebih dari
mengambil sampah yang ada di sekitar tempat jam 08.00 kami baru nyalain. Budaya 6S. Ini
duduk mereka. Kami guru juga memberikan dilakukan pas kami dijemput bapak ibu guru
contoh kepada mereka untuk sama-sama masuk sekolah. Kami menyapa mengucapkan
membuang sampah. Disini anak-anak dibiasakan salam dan bersalaman dengan bapak ibu guru
untuk berdoa sebelum dan sesudah pelajaran piket. Kalo ada yang pakaiannya tidak rapi
yang dipimpin dari pusat oleh salah satu guru biasanya guru piket akan menegur dan meminta
piket yang bertugas. Budaya 6S senyum, sapa, anak yang berpakaian kurang sopan untuk
salam, salim, sopan dan santun. Budaya ini kami merapikan sebelum masuk kelas. Selalu ada
lakukan ketika menjemput siswa. Budaya 8+ dan pengecekan sepatu dan perlengkapan lainnya.
-1 anak-anak yang ingin menyalakan kipas angin Jadi kalo ada yang sepatunya tidak hitam nanti
diwajibkan menghidupkan setelah pukul 08.00 akan dispet sama bapak ibu guru. Dan juga disini
dan mematikan satu menit sebelum pulang ada poster-poster yang ditempel di kelas atau di
sekolah. Ini supaya anak-anak hemat energi tidak luar kelas. Semuanya kita yang bikin.”
buang-buang listrik.” Berdasarkan temuan di lapangan menunjukkan
Menurut Ibu Dra. Darjatiningsih budaya sekolah bahwa pembiasaan budaya 6S ini memang sangat terasa,
dalam pelaksanaan budaya dalam membentuk disiplin sebagian besar siswa-siswi ketika bertemu dengan guru
siswa melalui implementasi tata tertib sebagai berikut : melakukan budaya 6S. Bahkan sesama guru pun
“Budaya membawa peralatan makanan pribadi melakukan hal tersebut. Ini merupakan wujud
ketika membeli makanan di kantin. Karena keteladanan yang baik yang diberikan guru kepada siswa
sekolah ini kan adiwiyata maka kantin sekolah di SMP Negeri 28 Surabaya. Selain itu, di sudut sekolah
tidak diperbolehkan memakai plastik sebagai maupun di dalam kelas terdapat poster-poster yang
pembungkus makanan. Jadi anak-anak harus membangun untuk mengajak siswa mematuhi tata tertib
membawa peralatan makan sendiri. Kemudian
sekolah.
peralatan makanan anak-anak disimpan di
lemari. Selain itu, budaya wajib memakai sandal Berkenaan dengan pembentukan disiplin siswa
yang telah disediakan saat masuk kamar mandi. melalui implementasi tata tertib tidak dapat dipisahkan
Dan mematikan kran ketika akan meninggalkan dengan adanya pelanggaran. Hal ini karena tidak semua
kamar mandi. Jika anak-anak sudah selesai siswa mau mematuhi tata tertib yang adan sehingga
mereka berganti sepatu, dan menaruh kembali pelanggaran masih saja muncul. Pelanggaran yang paling
sandal di rak dan ditata rapi. Bapak ibu guru
sering dilakukan oleh siswa adalah terlambat datang ke
disini selalu memberikan contoh dan model
kepada siswa dengan datang sebelum pukul sekolah. Berikut penuturan informan :
06.30. Lebih-lebih kepada guru piket maka “Biasanya anak-anak itu yang paling sering
bapak ibu guru akan datang lebih pagi lagi. Ini terlamabat, ya walopun hanya satu dua orang
kami lakukan supaya anak-anak dapat meniru saja tetapi itu masih saja terjadi. Penyebabnya
apa yang telah kami lakukan sehingga mereka ada yang bangunnya kesiangan, ada yang
dapat disiplin mematuhi tata tertib. Terbukti juga angkutan nya mogok dan belum terbiasa masuk

350
Implementasi Tata Tertib Sekolah Dalam Membentuk Disiplin Siswa Di SMP Negeri 28 Surabaya

pagi bagi kelas VII. Karena anak-anak biasanya namanya poin-poin. Tetapi itu tidak semua
masuk siang. Mereka baru masuk pagi tanggal dijalankan sesuai aturan, kami melihat situasi
13 Januari 2014.” dan kondisi siswa. Karena kalo semuanya
Senada dengan informan tersebut, informan lain juga dikasih poin sikap anak bisa kurang malahan.”
mengemukakan bahwa jenis pelanggaran yang paling Hal yang sama juga disampaikan oleh Ahmad Rifki
sering dilakukan yakni terlambat. Alasannya karena terkait dengan sanksi yang diberikan kepada siswa yang
bangun kesiangan dan tidak ada yang mengantar. Berikut melanggar :
penuturan informan : “Kalo sanksinya sudah ada di buku penghubung
“Pelanggaran yang paling sering ya terlambat. mbak, kayak teguran lisan, peringatan tertulis,
Anak-anak itu biasanya bangun kesiangan karena dan dikembalikan kepada orang tua. Di buku
nonton tv kesukaan samapai malam. Trus penghubung juga ada poin-poin bagi siswa yang
biasanya antar jemputnya mengalami masalah melanggar tapi itu semua tidak berlaku secara
kayak mogok, ban bocor. Kalo gak gitu ya orang umum. Hanya tertentu saja yang berlaku. Tapi
tua yang mengantar mengalami trouble. kalo ada yang dikeluarkan itu poinnya sudah
Hal berbeda disampaikan oleh salah satu siswa yaitu mencapai 200 lebih.”
Dengan memberikan sanksi yang tegas kepada siswa
Anastasya Elok mengenai pelanggaran yang paling
dapat merubah sikap siswa menjadi lebih disiplin. Ini
sering dilakukan :
terbukti dengan sedikit demi sedikit pelanggaran tata
“Saya hampir tidak pernah melakukan
pelanggaran di sekolah ini. Soalnya takut mbak tertib berkurang. Hal ini sesuai dengan penuturan salah
kalo misalnya mau melanggar. Hukumannya satu informan :
juga sangat tegas. Jadi gak berani ngelanggar. “Insyaallah dengan sanksi yang tegas itu anak-
Tapi dulu pernah terlambat. Itu juga gara-gara anak jadi disiplin, pelanggaran tata tertib sedikit
ayah saya yang nganter sepedanya kehabisan demi sedikit berkurang.”
bensin. Setelah itu udah ndak pernah lagi. Kalo Senada dengan penuturan informan di atas, Ibu Alfi
yang saya amati kebanyakan itu terlambat tapi ya Suriyawati, S.Pd mengemukakan bahwa dengan sanksi
cumin dikit gak banyak. Malah kadang gak tegas anak-anak dapat disiplin. Berikut penuturan
pernah ada yang terlambat.”
informan :
Berkenaan dengan sanksi yang diberikan bagi siswa
“Anak-anak itu kalo dikasih teguran lisan itu
yang melanggar tata tertib Ibu Dra. Darjatiningsih, M.Si
sudah takut mbak. Disawang tok ae wes
menyebutkan ada sanksi berat, sanksi sedang, dan sanksi keweden apa lagi dikasih peringatan tertulis.
ringan. Berikut penuturan informan: Jadinya penerapan sanksi yang itu bisa jadi kunci
“Sanksinya ada tiga macam yaitu sanksi berat, supaya anak-anak mau disiplin.”
sedang dan sanksi ringan. Kalo sanksi berat itu Selanjutnya, hal yang sama juga dikemukakan oleh
panggilan orang tua, kalo sanksi sedang berupa Anastasya Elok terkait penerapan sanksi yang tegas bagi
peringatan tertulis. Dan sanksi ringan berupa siswa yang melanggar tata tertib. Beikut penuturan
diingatkan secara lisan. Kalo yang sanksi sedang
informan :
ini anak-anak melanggar tata tertib 3x berturut-
turut. Kan setiap pelanggaran dicatat di buku “Di sekolah ini sanksinya sangat tegas. Jadi
penghubung. Jadi baik orang tua, siswa dan guru jarang ada yang melanggar paling yang
bisa mengetahui semua pelanggaran yang melanggar hanya satu dua orang saja. Penerapan
dilakukan siswa selama berada di sekolah. Kalo sanksi yang tegas bagi yang melakukan
ada anak yang dikeluarkan mereka harus nyari pelanggaran ini yang membuat saya jadi takut
sekolah pengganti dulu baru sekolah ngasih surat untuk ngelanggar tata tertib sekolah. Hal ini yang
biar anak-anak tetap sekolah tidak jadi anak bikin saya jadi disiplin. Soalnya pernah kejadian
jalanan.” temen saya ketahuan bawa hp. Sama guru hpnya
Selanjutnya informan lain juga mengemukakan hal disita dan baru kemarin pas kenaikan kelas VIII
baru dibalikin kan ya saying ma hpnya kalo
yang sama bahwa sanksi yang diberikan kepada siswa
disampek disita mending gak usah dibawa.
yang melanggar tata terib sekolah terdiri dari teguran Disamping itu pelaksanaan tata tertib sekolah
lisan, peringatan tertulis, dan pemanggilan orang tua. yang ketat juga membuat saya jadi lebih
Berikut penuturan informan : disiplin.”
“Sanksi bagi anak-anak yang melanggar dikasih Peran guru dalam membentuk disiplin siswa melalui
hukuman berupa teguran lisan, peringatan implementasi tata tertib dapat dilakukan dengan
tertulis, dan pemanggilan orang tua. Kalo mereka memberikan motivasi kepada siswa untuk mematuhi tata
melanggar 3x berturut-turut akan dikasih surat tertib sekolah dan memberikan wawasan bahwa disiplin
peringatan yang diberikan kepada orang tua.
adalah tolak ukur untuk meraih kesuksesan. Berikut
Sedangkan bagi anak-anak yang ketahuan bawa
hp, hp nya dirampas dan dikembalikan waktu penuturan Ibu Dra. Darjatiningsih, M.Si mengenai hal
kenaikan kelas. Di dalam tata tertib ada yang tersebut :

351
Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 2 Volume 2 Tahun 2014, hal 343-357

“Peran guru dalam membentuk disiplin itu anak- keluarga. Orang tua yang bercerai dan ekonomi keluarga
anak dimotivasi untuk melaksanakan tata tertib yang rendah menyebabkan pembentukan disiplin siswa
sekolah dan memberikan wawasan bahwa melalui implementasi tata tertib mengalami hambatan.
disiplin adalah tolak ukur untuk meraih
Berikut penuturan Ibu Dra. Agustin Suswati mengenai
kesuksesan. Dengan begitu anak akan terbiasa
disiplin dengan kesadaran masing-masing. hal tersebut:
Mereka juga senang sekali jika diberi pujian, itu “Hambatannya itu karena faktor siswa, faktor
salah satu peran kami untuk buat mereka ekonomi, dan faktor keluarga. Siswa disini kan
senang.” banyak jadi kami gak bisa fokus pada satu anak
Senada dengan hal ini Ibu Alfi Suriyawati saja tetapi pada semua siswa. Kesadaran anak
mengemukakan bahwa peran guru dalam membentuk kan beda-beda. Saat guru belum masuk kelas
anak-anak ramai sendiri. Ini yang menjadi salah
disiplin siswa adalah dengan memberikan teladan kepada
satu hambatannya. Terus ekonomi yang rendah.
siswa sehingga siswa akan mengikuti apa yang dilakukan Keluarga yang ekonominya rendah tidak bisa
guru di sekolah. Berikut penuturan informan : membelikan anak baju yang seharusnya sehingga
“Kami sebagai guru harus memberikan contoh pakaian dan perlengakapan yang dipakai ya
kepada anak-anak supaya mereka dapat disiplin. seenaknya sendiri. Tapi untuk mengantisipasi hal
Karena kami disini jadi panutan maka kami juga itu sekolah sudah memberi bantuan kepada siswa
harus membiasakan diri untuk disiplin juga. yang tidak mampu jadi mereka dapat disiplin
Kami disini digugu lan ditiru sama anak-anak.” dalam berpakaian. Dan juga kalo orang tua
Temuan di lapangan menunjukkan bahwa upaya bercerai ini juga merupakan hambatan yang
pembentukan disiplin siswa melalui implementasi tata dialami. Anak kadang jadi sering membolos
tertib sekolah dilakukan dengan membiasakan siswa karena orang tua gak peduli dan perhatian sama
anak. ”
untuk mematuhi tata tertib sekolah. Guru selalu datang
Selanjutnya, Ibu Alfi Suriyawati, S.Pd menuturkan
lebih awal dibandingkan siswa. Guru tidak pernah
hambatan yang dialami dalam membentuk disiplin siswa
menggunakan handphone ketika berada di lingkungan
melalui implementasi tata tertib. Berikut penuturan Ibu
sekolah. Dan selalu membiasakan siswa untuk mematuhi
Alfi Suriyawati, S.Pd :
tata tertib sekolah secara teratur dan mencatat semua
“Ada guru yang tidak tega ketika memberikan
pelnaggaran yang dilakukan ke dalam buku penghubung. sanksi kepada siswa yang melanggar. Hal ini
Pembentukan disiplin siswa melalui implementasi tata menjadi keuntungan bagi siswa dan
tertib dilakukan dengan membiasakan siswa untuk memanfaatkan guru-guru yang tidak tega ini
menjalankan budaya-budaya yang telah menjadi tata untuk melanggar tata tertib. Kadang yang ini
tertib di sekolah. Serta bapak ibu guru selalu menjadi meminta untuk memberi hukuman, guru yang
model untuk siswa sehingga siswa meniru apa yang lainnya meminta untuk tidak memberikan
hukuman karena kasian. Terus biasanya anak-
dilakukan oleh guru. Modelling itu dilakukan dengan
anak itu keluar kelas pas jam kosong kalo gak ya
selalu datang lebih awal sebelum pukul 06.30 dan selalu pas gak ada gurunya. Kadang juga bajunya juga
masuk kelas tepat waktu. Biasanya sebelum pergantian masih ada yang keluar dan atributnya gak
jam pelajaran guru yang akan mengajar ke kelas lengkap.”
selanjutnya akan menunggu di depan kelas sehingga pada Temuan di lapangan terlihat bahwa hambatan yang
saat jam pergantian pelajaran guru yang bersangkutan dialami oleh sekolah dalam membentuk disiplin siswa
segera masuk dan siswa tidak berkeliaran di luar kelas. adalah dari faktor internal. Faktor internal ini meliputi
Apabila ada kelas yang kosong biasanya guru bimbingan guru yang memberikan sanksi yang berbeda-beda pada
konseling segera masuk ke dalam kelas yang tidak ada siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib. Ketika ada
gurunya dan memberikan tugas kepada siswa supaya siswa yang terlambat ada guru yang memberikan
siswa tidak ramai dan berkeliaran di luar kelas. hukuman pada siswa berupa teguran untuk tidak boleh
Hambatan yang dialami sekolah dalam membentuk terlambat bagi siswa yang terlambat sebanyak 2x. Akan
disiplin siswa melalui implementasi tata tertib bersumber tetapi guru kadang juga memberikan sanksi kepada siswa
dari faktor internal dan eksternal. Hambatan dari faktor berupa menyuruh siswa untuk menyapu lantai kelas.
internal yaitu faktor dari guru. Hal ini karena ada guru Sedangkan hambatan dari faktor eksternal adalah
yang tidak tega memberi sanksi kepada siswa sehingga kesadaran siswa untuk mematuhi tata tertib sekolah
sanksi yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang ada masih kurang. Hal ini terbukti dari beberapa peristiwa
di dalam buku penghubung siswa. Sedangkan faktor yang terjadi di sekolah, diantaranya : masih ada siswa
eksternal adalah dari siswa. Kurangnya kesadaran siswa yang tidak menggunakan atribut sekolah yang sesuai,
untuk mematuhi tata tertib sekolah merupakan faktor masih ada siswa yang membuang sampah sembarangan,
penghambat dalam pembentukan disiplin siswa. Faktor dan masih ada siswa yang ketika guru belum datang ke
eksternal lainnya adalah faktor keluarga dan ekonomi luar kelas. Kemudian masih ditemui ada beberapa siswa

352
Implementasi Tata Tertib Sekolah Dalam Membentuk Disiplin Siswa Di SMP Negeri 28 Surabaya

yang terlambat datang ke sekolah meskipun jumlahnya dan berganti sandal ketika masuk kamar mandi dan
tidak banyak hanya 1 atau 2 saja. Hambatan dari faktor mematikan kran air sebelum meninggalkan kamar mandi.
eksternal lainnya adalah ketika ada siswa yang terlambat Serta menaruh kembali sandal yang telah disediakan di
datang ke sekolah karena orang tua siswa tersebut rak dengan rapi. Dan tidak menggunakan handphone
membiarkan anaknya menonton televisi sampai larut ketika berada di dalam atau di luar kelas. Ikut serta
malam sehingga siswa tersebut bangun kesiangan dan membuang sampah sebelum doa akhir pelajaran. (3)
terlambat masuk sekolah. Pengkondisian, wujud pengkondisian yang dilakukan di
SMP Negeri 28 Surabaya dalam membentuk disiplin
PEMBAHASAN siswa melalui implementasi tata tertib sekolah adalah
Seorang guru tidak hanya sekedar mentransfer ilmu dengan melarang siswa untuk membawa handphone ke
pengetahuan, tetapi juga mensosialisasikan nilai dan sekolah. Ketika siswa masuk kamar mandi harus
norma. Perpaduan ini yang akan mengokohkan bangunan menggunakan sandal yang telah disediakan dan
pengetahuan, moral, dan kepribadian siswa dalam mematikan kran air sebelum meninggalkan kamar mandi.
menyongsong masa depan. Adanya buku penghubung yang di dalamnya berisi tata
Berkenaan dengan upaya sekolah dalam membentuk tertib yang harus dijalankan oleh siswa. Siswa diwajibkan
disiplin siswa melalui implementasi tata tertib sekolah, untuk membawa peralatan makan pribadi ketika membeli
menurut Subini terdapat 3 peran guru di sekolah. Ketiga makan di kantin. Adanya tempat sampah dengan dua
peran yang nampak dalam pembentukan disiplin siswa kriteria, serta poster kata-kata bijak baik di sekolah
melalui implementasi tata tertib sekolah di SMP Negeri maupun di dalam kelas. (4) Kegiatan spontan, kegiatan
28 Surabaya adalah sebagai berikut : 1) Pendidik, spontan dapat diberikan oleh guru pada saat mengetahui
wujudnya adalah guru berperan untuk memberikan tugas- adanya perbuatan yang kurang baik dari siswa misalnya
tugas ketika pembelajaran berlangsung. Peranan guru ketika guru menjemput siswa guru melihat pakaian yang
dalam upaya pembentukan disiplin siswa dilakukan dikenakan siswa apabila kurang rapi dan sopan maka
dengan membiasakan siswa untuk mengumpulkan tugas guru akan memberikan teguran kepada siswa. Selain itu,
tepat waktu. 2) Model atau contoh bagi peserta didik, guru menegur siswa yang membuang sampah
wujudnya adalah guru memberikan teladan kepada siswa sembarangan, keluar kelas ketika guru tidak ada di kelas,
dengan datang lebih pagi dibandingkan siswa. Ketika melanggar tata tertib seperti kerapian atau berperilaku
pembelajaran di kelas guru bersama-sama dengan siswa kurang sopan. Melakukan razia dadakan untuk
menjalankan budaya semut (sejenak memungut) 5 menit memeriksa siswa apakah membawa barang-barang yang
sebelum doa akhir pelajaran. 3) Pengajar dan dilarang oleh sekolah seperti handphone, rokok, majalah,
pembimbing dalam pengalaman belajar, wujudnya adalah dll.
guru membiasakan siswa untuk merawat lingkungan Buku penghubung siswa merupakan wujud nyata
sekitar dengan tidak membuang sampah sembarangan pembentukan disiplin siswa melalui implementasi tata
dan merusak tanaman yang ada di hutan sekolah. tertib di SMP Negeri 28 Surabaya. Pembiasaan-
Berdasarkan temuan di lapangan, upaya pembiasaan disiplin siswa yang terdapat di dalam buku
pembentukan disiplin siswa melalui implementasi tata penghubung yang dilakukan di SMP Negeri 28 Surabaya
tertib sekolah dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut: menunjukkan adanya proses pembelajaran yang berkaitan
(1) Kegiatan rutin, kegiatan rutin yang dilakukan SMP dengan teori B.F Skinner (pemberian reward and
Negeri 28 Surabaya dalam upaya pembentukan disiplin punishment). Pemberian penguatan dan hukuman ini
siswa melalui implementasi tata tertib adalah dengan dilakukan untuk menangani hambatan yaitu mengatasi
menjemput siswa sebelum siswa memasuki gerbang siswa yang tidak melakukan perbuatan sesuai dengan
sekolah sehingga bapak ibu guru bisa mengecek siswa- aturan misalnya terlambat datang ke sekolah, keluar
siswi yang terlambat datang ke sekolah. Bagi siswa yang ketika jam kosong, dan lain sebagainya.
terlambat masuk sekolah mendapatkan teguran lisan dari Penguatan dan hukuman membuat siswa belajar dan
guru piket. Sebelum siswa masuk kelas harus mengubah tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
mendapatkan surat ijin terlebih dahulu. Memeriksa dengan lingkungan sehingga jika dilakukan terus
kerapian dan kelengkapan atribut yang dikenakan oleh menerus membentuk kebiasaan dalam perilaku siswa.
siswa baik itu pakaian, rambut maupun sepatu yang Adanya penguatan dan hukuman yang bersifat eksternal
dipakai. Ketika bel berbunyi guru piket mengajak semua tersebut lebih dominan dan menjadi unsur penting dalam
siswa untuk berdoa bersama yang dipimpin dari pusat. membiasakan perilaku disiplin siswa.
Sementara guru piket lainnya mengawasi sisw agar tidak Secara umum pemberian penguatan dan hukuman
ramai ketika doa berlangsung. (2) Modelling yakni guru terbukti cukup berhasil dan dapat meningkatkan perilaku
datang lebih awal dibandingkan siswa. Melepas sepatu disiplin siswa dan mengurangi perilaku negatif siswa.

353
Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 2 Volume 2 Tahun 2014, hal 343-357

Dikatakan cukup berhasil karena hukuman yang sehingga siswa dapat belajar dari guru karena guru itu
diberikan kepada siswa yang melanggar telah sesuai digugu lan ditiru dan guru itu ing ngarso sung tulodho
dengan apa yang ada di dalam buku penghubung. Tetapi yang secara umum berarti bahwa guru adalah contoh bagi
terkadang hukuman yang diberikan guru kepada siswa siswanya. Seperti guru selalu datang lebih awal daripada
berbeda misalnya dengan menyuruh siswa untuk siswa, tepat waktu ketika masuk kelas jika hal ini
menyapu kelas, atau menyiram bunga. Hukuman ini dilakukan terus menerus siswa akan merekam dalam hati
diberikan kepada siswa yang telah melakukan dan pikirannya secara tajam bentuk keteladanan ini.
pelanggaran sebanyak 3x berturut-turut. Hal ini dilakukan Sehingga di dalam memorinya tersimpan satu karakter
agar siswa jera dan tidak akan mengulangi perbuatan itu yakni disiplin yang patut untuk ditiru dan hal ini
kembali. Dalam upaya tersebut, penguatan positif yang merupakan titik awal untuk merubah perilaku siswa
nampak berupa pujian. Pemberian hukuman menjadi supaya lebih baik lagi.
lebih variatif sedangkan untuk penguatan positif sebatas Sejalan dengan hal tersebut, Bandura
pujian kepada siswa. Hal ini akan mengakibatkan disiplin mengemukakan bahwa banyak perilaku yang ditampilkan
yang dilakukan siswa cenderung didasarkan atas rasa oleh individu dipelajari atau dimodifikasi dengan
takut atas hukuman dan bukan dari kesadaran diri untuk memperhatikan dan meniru model melakukan tindakan-
melakukan. tindakan (lingkungan berpengaruh). Secara teknis, proses
Lebih lanjut, berikut analisis wujud pembelajaran pengamatan itu dilakukan melalui indra penglihatan
berupa pemberian reward dan punishment menurut teori (untuk perilaku fisik) dan melalui pendengaran untuk
pengkondisian operan Skinner (dalam Satiningsih, perilaku verbal atau bahasa tubuh. Pengembangan
2007:54) adalah upaya pembentukan disiplin siswa kepribadian menurut social learning berlangsung dalam
melalui implementasi tata terib dilakukan dengan interaksi social, dimana individu-individu saling
memberikan pembiasaan kepada siswa. Pemberian mencontoh dan memberikan reward dan punishment
penghargaan dan hukuman sebagai penguatan positif terhadap perilaku masing-masing siswa.
maupun negatif harus selalu menyertai perbuatan siswa di Analisis upaya sekolah dalam membentuk disiplin
sekolah agar siswa mengerti bahwa setiap perbuatan ada siswa melalui implementasi tata tertib dengan teori
konsekuensinya. Sanksi atau hukuman dan penghargaan pembelajaran social yang dikembangkan oleh Bandura
yang diberikan sangat berkontribusi terhadap upaya (dalam Satiningsih, 2007:58) yang menyebutkan bahwa
sekolah dalam membentuk disiplin siswa. Hal ini ada empat proses yang mempengaruhi belajar sosial
dikarenakan tanpa sanksi atau hukuman dan penghargaan adalah sebagai berikut : (a) Proses Atensi (Perhatian) :
maka kehidupan sekolah tidak akan kondusif. Pada proses atensi, siswa harus menaruh perhatian
Berkenaan dengan pembiasaan yang dilakukan oleh kepada guru sebagai seseorang yang dinilai berwibawa,
sekolah sebagai upaya pembentukan disiplin siswa menarik, popular, kompeten atau dikagumi dalam kelas.
melalui implementasi tata tertib dalam realitanya Misalnya guru selalu datang lebih awal dibandingkan
pemberian hukuman berupa point di SMP Negeri 28 siswa, guru selalu tepat waktu ketika masuk kelas maka
Surabaya tidak serta merta digunakan dalam semua hal tersebut akan menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa
pelanggaran hanya pada situasi dan kondisi tertentu saja. terhadap guru yang bersangkutan. (b) Proses Retensi :
Pemberian hukuman kepada siswa diberikan dengan Pada proses retensi, siswa mengingat atau meyimpan
memberikan sanksi lisan berupa teguran, pemberian perilaku yang sudah diperoleh dari observasi. Dalam hal
sanksi peringatan tertulis jika siswa telah melanggar tata ini misalnya terdapat guru yang selalu datang lebih awal
tertib sebanyak 3x dan pengembalian siswa kepada orang dibandingkan siswa maka siswa akan secara optimis akan
tua dilakukan jika siswa telah melanggar tata tertib dan mengingat bahwa guru tersebut selalu datang tepat
mendapatkan poin sebanyak 200 lebih. Untuk itu, waktu. Dalam hal ini siswa tidak langsung mengikuti
pemberian hukuman di SMP Negeri 28 Surabaya lebih guru yang selalu datang tepat waktu namun siswa hanya
beragam tergantung guru piket yang bersangkutan mengingat dan mengetahui bahwa guru tersebut selalu
misalnya siswa dihukum menyapu, menyiram tanaman datang tepat waktu lebih awal dibandingkan siswa. (c)
dan lain sebagainya. Proses Produksi : Pada proses ini, siswa menerjemahkan
Dalam upaya pembentukan disiplin siswa melalui apa yang telah dilihat dan dikethui ke dalam tindakan.
implementasi tata tertib sekolah maka guru selalu Selama proses ini, setelah siswa tertarik dan mengetahui
membiasakan siswa untuk melaksanakan apa yang ada di guru tersebut selalu datang tepat waktu maka tercipta
dalam buku penghubung siswa. Hal ini dikarenakan di umpan balik yang memungkinkan siswa akan melakukan
dalam buku penghubung terdapat berbagai tata tertib tersebut yakni siswa juga masuk tepat waktu. (d) Proses
yang harus dilakukan siswa selama berada di sekolah. Motivasi : Apa yang telah dipelajari siswa melalui
Dengan memberikan model keteladan kepada siswa observasi akan tetap tersimpan sampai siswa mempunyai

354
Implementasi Tata Tertib Sekolah Dalam Membentuk Disiplin Siswa Di SMP Negeri 28 Surabaya

alas an atau penguatan untuk menggunakan informasi itu. mendapatkan sanksi sesuai dengan pelanggaran yang
Misalnya ketika guru selalu datang tepat waktu memiliki telah dilakukan.
aturan bahwa siswa yang masuk kelas terlambat tidak Kedua, hambatan eksternal yang dialami sekolah
boleh mengikuti pelajaran selama setengah jam hal ini dalam membentuk disiplin siswa melalui implementasi
akan menjadi motivasi bagi siswa untuk masuk kelas tata tertib adalah kesadaran siswa yang masih kurang
tepat waktu. Siswa akan meniru perilaku orang lain jika dalam mematuhi tata tertib sekolah. Kesadaran siswa
menimbulkan konsekuensi positif bagi siswa dalam hal pada umumnya berbeda antara siswa satu dengan yang
ini jika siswa tidak ingin terlambat. lain dan pada dasarnya kesadaran lahir dari niat yang
Berkenaan dengan teori Bandura, dalam upaya sungguh-sungguh dalam hati siswa masing-masing.
pembentukan disiplin siswa melalui implementasi tata Siswa dikatakan sadar nilai jika telah memiliki kesadaran
tertib sekolah maka analisis langkah sebaiknya dilakukan dalam dirinya dan perbuatan mana yang baik atau buruk,
dengan membiasakan siswa untuk mematuhi tata tertib diperbolehkan atau dilarang untuk dilakukan. Kurangnya
agar siswa terbiasa untuk disiplin. Dan semua guru harus kesadaran diri siswa SMP Neegeri 28 Surabaya akan
mampu menjadi model/teladan/panutan bagi siswa tanpa pentingnya disiplin dalam mematuhi peraturan terlihat
kecuali sehingga memberikan pengalaman berarti bagi dari masih ada beberapa siswa yang terlambat masuk
kognitif siswa. Selain itu, juga diberikan motivasi baik sekolah, kerapian pakaian dan kelengkapan atributnya,
berupa penguat maupun hukuman guna memperkuat keluar kelas ketika jam kosong atau belum ada guru di
perilaku siswa. dalam kelas, suasana kelas ramai ketika guru belum
Jika dipersandingkan antara teori Skinner dan masuk kelas. Hal ini terjadi karena jumlah siswa yang
Bandura dalam upaya pembentukan disiplin siswa terlalu banyak menyebabkan guru tidak bisa mengontrol
melalui implementasi tata tertib sekolah maka teori semua siswa sehingga pelanggaran tata tertib masih saja
Bandura terlihat lebih dominan berperan dalam terjadi.
pembentukan disiplin siswa melalui implementasi tata Ketiga, faktor eksternal lainnya adalah orang tua
tertib. Hal ini dikarenakan teori Skinner hanya mencakup yang telah bercerai. Orang tua yang bercerai
pada bagaimana mempengaruhi tingkah laku siswa menyebabkan siswa menjadi kurang perhatian dan
melalui reinforcement sehingga akan cenderung kepedulian sehingga siswa mudah melakukan
meminimalkan kesadaran diri siswa untuk disiplin. pelanggaran tata tertib seperti membolos atau sering
Sedangkan, teori dari Bandura lebih menekankan pada terlambat. Berkenaan dengan pembentukan disiplin siswa
bagaimana individu, lingkungan, tingkah laku saling melalui implementasi tata tertib yang dilakukan di
mempengaruhi dalam membentuk perilaku disiplin sekolah, keluarga tetap menjadi pihak yang sangat
sehingga teori Bandura lebih efektif dalam membentuk berperan dalam keberhasilan pembentukan disiplin siswa.
disiplin siswa. Teori Bandura tidak hanya memberikan Hal ini dikarenakan di luar lingkungan sekolah siswa
penguatan dan hukuman tetapi juga menekankan menjadi tanggung jawab orang tua sehingga orang tua
bagaimana proses kognitif mempengaruhi perilaku siswa. memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk
Hal ini dapat dilihat dari siswa yang termotivasi untuk disiplin anak selain guru di sekolah. Guru di sekolah
disiplin tepat waktu masuk sekolah dengan diberikan hanya mendapatkan sebagian tanggung jawab untuk
model dari guru yang selalu datang tepat waktu. membentuk disiplin siswa yang diserahkan kepadanya.
Hambatan yang dialami dalam membentuk disiplin Berhasil atau tidaknya pembentukan disiplin pada anak
siswa melalui implementasi tata tertib sekolah di SMP sangat dipengaruhi oleh pendidikan yang diterima di
Negeri 28 Surabaya antara lain : keluarga. Pendidikan keluarga merupakan pondasi dasar
Pertama, faktor internal yaitu dari faktor guru. Hal dari pendidikan selanjutnya, jika di keluarga dan di
ini merupakan hambatan dari faktor internal. Di sekolah sekolah sama-sama membiasakan anak untuk disiplin
guru memiliki peran yang sangat penting dalam dalam berbagai hal maka akan semakin mudah dalam
membentuk disiplin siswa. Guru selalu memberikan membentuk disiplin siswa. Dan sebaliknya, jika hanya di
contoh dan teladan sehingga menjadi panutan untuk sekolah saja pembentukan disiplin itu dilakukan maka
siswa agar mematuhi tata tertib di sekolah. Akan tetapi siswa akan sulit membiasakan untuk disiplin. Disiplin di
ketika ada siswa yang melakukan pelanggaran terhadap sekolah dapat tercermin dari bagaimana siswa dibiasakan
tata tertib sekolah justru ada guru yang tidak tega untuk untuk mematuhi semua tata tertib sekolah dan
memberikan hukuman kepada siswa. Seorang guru yang menjalankan pembiasaan budaya yang ada di sekolah.
menjadi panutan untuk siswa harus menjalankan tata Orang tua yang kurang memperhatikan dan membentuk
tertib sekolah dengan tegas. Apabila siswa melakukan perilaku serta sikap anak di rumah secara tidak langsung
pelanggaran sudah seharusnya siswa tersebut akan berpengaruh ketika anak tersebut berada di
lingkungan masyarakat terutama di lingkungan sekolah.

355
Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 2 Volume 2 Tahun 2014, hal 343-357

Kurangnya perhatian dan kepedulian orang tua akan arti pentingnya disiplin dalam mematuhi tata tertib
dalam membentuk disiplin siswa dimungkinkan sekolah. 4) Bagi Orang Tua Siswa : (a) Diharapkan anak
dilatarbelakangi oleh keadaan orang tua yang tidak sama dibiasakan untuk disiplin di lingkungan keluarga. (b)
satu dengan yang lain. Keadaan ekonomi keluarga yang Diharapkan lebih meningkatkan pengawasan kepada anak
berbeda-beda yang mempengaruhi pembentukan disiplin dan menjalin komunikasi yang baik dengan guru di
siswa di sekolah. Siswa yang berasal dari keluarga sekolah.
kurang mampu ada yang melakukan pelanggaran tata
tertib seperti terlambat masuk sekolah karena tidak DAFTAR PUSTAKA
memiliki uang saku untuk berangkat ke sekolah. Keadaan Arikunto, Suharsimi. 2006 . Prosedur Penelitian Suatu
ini membawa pengaruh terhadap pembentukan disiplin Pendekatan Praktis. Jakarta : PT Asdi Mahasetya
siswa. Asmani, Jamal. 2011. Tips Menjadi Guru Inspiratif,
Kreatif, dan Inovatif. Yogyakarta : Diva Press
PENUTUP Asrori, Muhammad. 2007. Psikologi Pembelajaran.
Simpulan Bandung : Wacana Prima
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka Aunillah, Murla Isna. 2011. Panduan Menerapkan
dapat diperoleh simpulan bahwa : Pertama, Pembentukan Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta :
disiplin siswa melalui implementasi tata tertib sekolah di Laksana
SMP Negeri 28 Surabaya dilakukan melalui pembiasaan Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Sosial.
tata tertib sekolah kepada siswa, guru menjadi model Surabaya : Airlangga University Press
sehingga siswa meniru apa yang dilakukan guru, dan Creswell., John W. 2010. Research Design (Pendekatan
mengkondisikan siswa untuk mematuhi tata tertib Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed). Yogyakarta :
sekolah serta memberikan teguran dan sanksi bagi siswa Pustaka Pelajar
yang melanggar tata tertib sekolah. Kedua, Hambatan Hurlock, E.B. 1978. Perkembangan Anak Edisi Keenam
yang ditemui dalam pembentukan disiplin siswa melalui Jilid 2. Jakarta : Erlangga
implementasi tata tertib sekolah di SMP Negeri 28 Kusuma, Vika Rissa. 2011. Peranan Guru dalam Upaya
Surabaya adalah terdiri atas faktor internal dan faktor Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Kelas VIII A di
eksternal. Faktor internal adalah guru yang tidak tega SMP Negeri 2 Pungging Mojokerto, Skripsi tidak
dalam memberikan hukuman kepada siswa. Sedangkan diterbitkan. Surabaya: Program Studi Sarjana
faktor eksternal adalah pertama, kurangnya kesadaran Universitas Negeri Surabaya
siswa untuk mematuhi tata tertib sekolah. Kedua, dari Langgulung, Hasan. 2003. Pendidikan Islam dalam Abad
faktor keluarga yang disebabkan karena kurangnya ke 21. Jakarta : Pustaka Al Husna Baru
perhatian dan kepedulian orang tua kepada anak, serta Mansur. 2001. Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta :
ekonomi keluarga yang rendah sehingga siswa tidak Rineka Cipta
dapat mematuhi tata tertib sekolah. Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Saran Pratama, Anika Herman. 2013. Strategi Pembentukan
Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh pada saat Disiplin Siswa Melalui Pelaksanaan Tata Tertib di
penelitian, maka saran yang peneliti berikan sebagai SMA Negeri 1 Krian Kabupaten Sidoarjo, Skripsi
masukan adalah sebagai berikut : 1) Bagi SMP Negeri 28 tidak diterbitkan. Surabaya: Program Studi Sarjana
Surabaya : (a) Berkenaan dengan buku penghubung, Universitas Negeri Surabaya
sekolah diharapkan menyediakan poin penghargaan Poerwadarminta, W.J.S. 2002. Kamus Umum Bahasa
kepada siswa yang tidak pernah melanggar tata tertib Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
agar dapat memberikan penguatan positif kepada siswa Satiningsih. 2011. Psikologi Pendidikan. Surabaya :
berupa motivasi. (b) Sebaiknya sekolah melakukan Unesa Press
komunikasi secara rutin agar siswa mengetahui dan Slameto, Niti. 1992. Interaksi dan Motivasi belajar
mengingat sanksi yang akan diterima jika melakukan Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
pelanggaran terhadap tata tertib sekolah. 2) Bagi Guru : Subini, Nini. 2012. Awas, Jangan Jadi Guru Karbitan.
(a) Diharapkan lebih meningkatkan keteladanan kepada Yogjakarta : Javalitera
siswa dalam mematuhi tata tertib sekolah. (b) Diharapkan Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
lebih meningkatkan berbagai bentuk pembiasaan dalam dan R & D. Bandung : Alfabeta
keseharian siswa di sekolah. 3) Bagi Siswa yakni Suprijono, Agus. 2009. Teori dan Aplikasi Paikem.
diharapkan lebih meningkatkan kesadaran dalam diri Yogyakarta : Pustaka Pelajar

356
Implementasi Tata Tertib Sekolah Dalam Membentuk Disiplin Siswa Di SMP Negeri 28 Surabaya

Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan


Prestasi Siswa. Jakarta : Grasindo
UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Wijaya, Cece dan Rusyan. 1992. Kemampuan Dasar
Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya

357

Anda mungkin juga menyukai