Anda di halaman 1dari 6

NAMA : AMELIA ARYA AUDIA

KELAS : X AKL 4
NO ABSEN : 04

PROSES TERBENTUKNYA PULAU PULAU DI INDONESIA

Indonesia telah dikenal luas sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. 2/3 wilayah
negara ini adalah lautan, berjajar di atasnya belasan ribu pulau yang sambung menyambung dari
Sabang sampai Merauke. Terhampar garis pantai yang amat panjang, hutan tropis yang
senantiasa menghijau karena terguyur hujan sepanjang tahun dengan berbagai satwa cantik di
dalamnya dan puncak-puncak vulkanik yang mengintip di berbagai penjuru.

Dalam berbagai literatur keilmuan, disebutkan bahwa jumlah pulau yang dimiliki
Indonesia sekitar 17.500 pulau. Sebuah teori geologi kuno menyebutkan, proses terbentuknya
daratan yang terjadi di Asia belahan selatan adalah akibat proses pergerakan anak benua India ke
utara yang bertabrakan dengan lempeng bumi bagian utara. Pergerakan lempeng bumi inilah
yang kemudian melahirkan Gunung Himalaya. Konon proses yang terjadi pada 20-36 juta tahun
yang silam itu menyebabkan sebagian anak benua di selatan terendam air laut, sehingga yang
muncul di permukaan adalah gugusan-gugusan pulau (nusantara) yang merupakan mata rantai
gunung berapi.

Menurut ilmu kebumian yang lazim saat ini, pembentukan kepualuan Indonesia terkait
dengan teori tektonik lempeng. Teori tektonik lempeng (tectonic plate) adalah teori yang
menjelaskan pergerakan di kulit bumi sehingga memunculkan bentuk permukaan bumi seperti
yang sekarang kita diami.

Pergerakan diawali dengan menunjamnya lempeng dasar samudera yang disebabkan oleh
desakan lempeng benua yang lebih tebal dan keras dan di tempat inilah terbentuk palung laut
(dasar laut yang dalam dan memanjang). Dampak dari pergerakan lempeng terhadap wilayah
Indonesia membuat wilayah Indonesia rawan akan gempa bumi (namun juga kaya sumber daya
mineral). Padahal Indonesia terletak pada pertemuan empat lempeng besar dunia (Lempeng
Eurasia, Indo-Australia, Filipina dan Pasifik). Lempeng-lempeng itu selalu bergerak 5-9 cm per
tahun dan karena massa batuan yang bergerak besar maka energi yang dihasilkan besar pula. Hal
tersebut berdampak bukan hanya pada banyaknya aktivitas vulkanis dan tektonis di Indonesia,
tapi juga tenaga besar yang terjadi pada fenomena-fenomena tersebut.

Adanya pergerakan subduksi antara dua lempeng kemudian menyebabkan terbentuknya


deretan gunung berapi dan parit samudera. Demikian pula subduksi antara lempeng Indo-
Australia dan lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi yang tak lain
adalah Bukit Barisan di Pulau Sumatera dan deretan gunung berapi di sepanjang pulau Jawa,
Bali dan Lombok, serta parit samudera yang tak lain adalah Parit Jawa (Sunda).
Lempeng tektonik terus bergerak hingga suatu saat gerakannya mengalami gesekan atau
benturan yang cukup keras. Fenomena seperti inilah yang dapat menimbulkan gempa, tsunami
dan meningkatnya kenaikan magma ke permukaan bumi.

Dari tiga tipe batas lempeng yang dikenal (konvergen, divergen dan shear), terbentuknya
kepulauan Indonesia dapat dijelaskan sebagai batas lempeng konvergen dimana terjadi tumbukan
antara lempeng Indo-Australia dari selatan, lempeng Pasifik dari timur dan lempeng Asia dari
utara.

Setelah dijelaskan panjang lebar tentang dasar keilmuannya, selanjutnya mari kita masuk
ke pembahasan inti. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi dan Papua. Rangkaian pulau-pulau ini menjadi bagian utama dari kepulauan Nusantara.
Di dalamnya terdapat lebih dari 400 gunung berapi dan 130 di antaranya termasuk gunung berapi
aktif. Sebagian dari gunung berapi itu terletak di dasar laut dan tidak terlihat dari permukaan laut
(bahkan Indonesia merupakan tempat pertemuan 2 rangkaian gunung berapi aktif/Ring of Fire,
sehingga terdapat puluhan patahan aktif yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia).

Proses Pembentukan Pulau Pulau utama di Indonesia :

1. Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Lombok, Kepulauan Nusa Tenggara.
Pulau Pulau tersebut terbentuk karena adanya suatu aktivitas vulkanisme di bawah
permukaan bumi, hasil yang dapat dirasakan di wilayah permukaan bumi adalah adanya
lava (cairan larutan magma pijar yang mengalir keluar dari bumi). Lama Kelamaan lava
tersebut akan memadat bertambah besar membentuk sebuah busur pulau. Proses seperti
ini disebut sebagai Islad Arc.
2. Pulau Sulawesi.
Pulau Sulawesi terbentuk akibat suatu pertemuan lempeng Filipina, Eurasia dan
lempeng mikro lain di daerah tersebut.
3. Pulau Papua dan Kaimantan.
Keduanya terbentuk dari suatu pecahan super benua pada awal terbentuknya
permukaan bumi. Teori tektonik lempeng ini menyebautkan bahwa dahulu seluruh
daratan di muka bumi ini adalah satu daratan yang sangat luas bernama Pangea.
Kemudian induk yang ada di benua ini terpecah menjadi dua yaitu Godwana (di
utara) dan Laurasia (di Selatan). Seiring berjalannya waktu kedua lempeng besar tersebut
akan terpecah pecah kembali menjadi benua benua seperti sekarang
4. Pulau – Pulau Kecil.
Proses Terbentuknya pulau pulau ini juga lebih sederhan dibandingkan yang lain,
Mereka berasal dari suatu endapan pecahan kerang, koral dan binatang laut lainnya.
Semakin lama semakin besar dan akhirnya akan terbentuklah sebuah pulau baru.
Penyebaran Manusia Purba dalam Kepulauan Indonesia Dan Luar Wilayah Kepulauan

Di Indonesia, penelitian manusia purba pertama kali dilakukan oleh seorang


dokter yang berasal dari Belanda bernama Eugene Dubois. Penelitian tersebut dilakukan
dengan tujuan agar mengetahui jenis-jenis manusia purba yang terdapat di Indonesia. Hal
tersebut dibuktikan dengan adanya penemuan – penemuan fosil di daerah Pacitan, Solo,
Ngandong, Mojokerto, Sangiran, dan daerah lainnya. Setelah melakukan berbagai
penelitian mengenai manusia purba yang ada di beberapa daerah di Indonesia, kemudian
para ahli melakukan pembagian manusia purba di Indonesia, antara lain:

1. Meganthropus Palaeojavanicus
Jenis manusia purba Meganthropus Palaeojavanicus ditemukan sekitar
tahun 1936 di kawasan Sangiran. Jenis manusia ini diperkirakan hidup sekitar 1
sampai 2 juta tahun yang lalu. Fosil manusia Meganthropus ini ialah manusia
yang memiliki tubuh tinggi yang ditemukan oleh arkeolog asal Belanda bernama
Van Koenigswald. Ciri-ciri dari Meganthropus Palaeojavanicus ini yaitu memiliki
bentuk tubuh yang tegap, tulang pipi yang tebal, otot rahang kuat, tulang kening
yang menonjol, tidak memiliki dagu dan memiliki bentuk kepala dengan tonjolan
di belakang yang tajam.

2. Pithecanthropus Erectus
Manusia purba selanjutnya adalah Pithecanthropus Erectus yang oleh para
ahli diperkirakan hidup di Indonesia pada 1 hingga 2 juta tahun yang lalu. Fosil
Pithecanthropus Erectus pertamanya ialah fosil bagian geraham yang berhasil
ditemukan oleh Eugene Dubois (1890), di daerah Lembah Bengawan Solo, daerah
Trinil. Ciri-ciri Pithecanthropus Erectus ini ialah memiliki tengkuk dan geraham
(gigi) yang kuat, tubuhnya tidak terlalu tegap, hidungnya tebal, dahinya lebih
menonjol dan juga lebar, tingginya rata-rata 165 cm hingga 180 cm. Memiliki
otak sekitar 750 cc – 1350 cc.

3. Pithecanthropus Soloensis
Fosil Pithecanthropus Soloensis berhasil ini ditemukan di daerah
Ngandong, Solo. Nama manusia purba (Pithecanthropus Soloensis) di ambil dari
nama asal penemuannya yaitu Solo. Pithecanthropus Soloeinsis memiliki tinggi
sekitar 165 – 180 cm. Manusia yang satu ini merupakan pemakan tumbuhan dan
kerap juga berburu hewan. Fosilnya berhasil ditemukan sekitar tahun 1931 – 1933
oleh Van Koenigswald dan rekannya, Openorth. Ciri-ciri Pithecanthropus
Soloensis ini memiliki tulang belakang yang menonjol, rahang bawah yang kuat,
hidung lebar serta memiliki tulang pipi yang kuat dan menonjol.
4. Pithecanthropus Mojokertensis
Bukan hanya di Solo, di daerah Mojokerto juga ada ditemukan fosil
manusia purba. Van Koenigswald yang telah berhasil menemukan
Pithecanthropus Soloensis, kembali menemukan fosil pada tahun 1939 di
Mojokerto, Jawa Timur.Van Koenigswald pertama kali menemukan fosil manusia
purba yang diperkirakan berusia 6 tahun. Kemudian pada tahun 1936, Widenreich
menemukan kembali menemukan fosil di kota yang sama. Ciri-ciri
Pithecanthropus Mojokertensis ini yaitu memiliki tulang tengkorak yang tebal,
memiliki tinggi badan sekitar 165 – 180 cm, tidak memiliki dagu dan memiliki
badan yang tegap. Saat penemuan, fosil Pithecanthropus Mojokertensis hancur
saat sedang melakukan proses penggalian.
5. Homo Floresiensis
Disebut ‘homo’ karena manusia purba ini memiliki kebiasaan yang hampir
sama dengan manusia modern, seperti sekarang. Mereka sudah mengerti berbagai
akivitas dan disebut juga sebagai mahkluk ekonomi. Homo Floresiensis berhasil
ditemukan di Pulau Flores Nusa Tengara, manusia purba yang satu ini
diperkirakan hidup 12 ribu tahun yang lalu.Manusia purba ini sudah mampu hidup
berdampingan dengan jenis-jenis manusia purba yang lainnya. Ciri-ciri Homo
Floresiensis ini memiliki tinggi badan yang hanya 1 meter, bentuk dahinya sempit
dan tidak menonjol, tulang rahang nya menonjol, volume otak kira-kira 380 cc
dan memiliki tengkorak kepala yang kecil.

6. Homo Wajakensis
Manusia purba Homo Wajakensis ini hidup di zaman yang lebih modern
dari yang sebelumnya. Pendapat ini dibuktikan dengan adanya penemuan alat-alat
/ peralatan yang bersamaan dengan fosil ini. Fosil Homo Wajakensis ditemukan di
daerah Campur Darat Tulungagung Jawa Timur, oleh Eugene Dubois. Ciri-ciri
Homo Wajakensis ini memiliki bentuk wajah serta hidung yang datar dan lebar,
tulang pipi menonjol ke samping, letak hidung dengan mulut sedikit jauh, tinggi
badannya 130 – 210 cm serta mampu berjalan tegap.

7. Homo Soloensis
Selain Pitecanthropus, di Solo juga telah ditemukan fosil Homo Soloensis.
Masuk dalam kategori ‘homo’ karena manusia purba yang satu ini tergolong lebih
cerdas. Koenigswald dan Weidenrich menemukannya pada tahun 1931. Mereka
diperkirakan hidup sekitar 300.000 hingga 900.000 tahun yang lalu. Ciri-ciri
Homo Soloensis ini memiliki volume otak 1000cc hingga 1300 cc, memiliki
tinggi badan mencapai 130 – 210 cm, fostur tubuhnya tegap serta memiliki
struktur tulang wajah yang tidak sama dengan manusia kera.
8. Homo Sapiens
Untuk jenis manusia purba yang satu ini mungkin sudah tidak asing lagi
bagi kita. Jenis manusia purba ini merupakan jenis manusia purba yang usianya
paling muda yang ditemukan serta mendekati seperti manusia modern saat ini.
Homo Soloensis merupakan manusia purba yang telah mengenal kehidupan sosial
dan sudah mampu berpikir cerdas. Bentuknya pun mirip dengan manusia seperti
bentuk tengkuk yang kecil, tulang wajah tidak menonjol, memiliki tulang rahang
dan dagu yang tidak terlalu kuat serta memiliki volume otak antara 1000 hingga
1200 cc.

Tahun 60.000 hingga 50.000 SM, diketahui bahwa manusia purba melakukan
pergerakan dari Afrika Tengah ke Afrika Selatan. Sebelum akhirnya, di tahun 50.000
hingga 45.000 SM, mulai menyebar luas lagi ke Arab, India, dan Indonesia. Dari sini,
mereka lalu mencapai Australia,  Jepang, Cina, Alaska, hingga Amerika Utara.

Zaman Es, yang terjadi sekitar tahun 45.000 hingga 40.000 SM sedikit membuat
penyebaran manusia-manusia ini tersendat. Saat itu, penyebaran hanya terjadi di kawasan
Jazirah Arab. Baru di tahun 40.000 hingga 35.000 SM, pergerakan kembali terjadi. Kala
itu tujuannya adalah Iran, Afganistan, dan Pakistan. Sebelum akhirnya menuju
Pegunungan Himalaya dan sampai ke Myanmar. Dari Himalaya pula, yakni sekitar tahun
35.000 hingga 30.000 SM, manusia purba menyebar ke Kazakhstan dan Mongolia.

Dari Kazakhstan, manusia yang disebut Caucasoid ini lantas bergerak ke Eropa
dan Semenanjung Portugal. Diikuti oleh pergerakan kembali dari Afrika Tengah ke
Afrika Selatan di tahun 25.000 hingga 20.000 SM.Tahun 20.000 hingga 10.000 SM,
manusia jaman baheula ini telah menduduki seluruh benua Afrika kecuali wilayah utara
dan barat Gurun Sahara. Sementara itu, yang berasal dari Asia Tengah bergerak ke
Alaska.

Tahun 10.000 SM, persebaran ke berbagai wilayah kembali terjadi. Mereka yang
berada di Alaska berpindah ke Amerika dan dipercaya sebagai nenek moyang suku Maya
Tengah dan Selatan. Mereka yang berasal dari Arab mencapai Afrika Utara dan
Mediterania, dan dipercaya sebagai asal bangsa Yunani Kuno. Mereka yang ada di Eropa
Timur juga menyebar, pergi ke Kaspia. Sementara itu, yang berada di Himalaya pergi ke
Cina, Rusia, dan Skandinavia. Mereka yang berada di Vietnam juga bergerak ke Cina
Timur dan yang berasal dari Thailand menyebar ke Indonesia dan Pasifik.

Anda mungkin juga menyukai