Anda di halaman 1dari 19

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1. Otonomi Daerah

2.1.1 Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi daerah berasal dari kata “autonomy” dimana “auto” artinya sedia

dan “nomy”artinya aturan atau undang-undang, jadi autonomy artinya hak untuk

mengatur dan memerintah daerah sendiri atas inisiatif sendiri dan kemampuan

sendiri dimana hak tersebut diperoleh dari pemerintah pusat.

Dalam ketentuan umum undang-undang no.22 tahun 1999, pengertian

otonomi daerah adalah pemberian kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung

jawab kepada daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan,

pembagian dan pemamfaatan sumberdaya nasional serta serta perimbangan

keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta

masyarakat, pemerataan dan keadilan serta potensi dan keanekaragaman daerah

yang dilaksanakan dalam kerangka negara kesatuan republik Indonesia.

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa otonomi daerah adalah

kewenangan daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2.1.2 Tujuan Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Tujuan desentralisasi dan otonomi berdasarkan dua sudut pandang

kepentingan, yaitu kepentingan pemerintah pusat dan kepentingan pemerintah

Universitas Sumatera Utara


daerah. Dilihat dari sudut pandang pemerintah pusat sedikitnya ada 4 (empat)

tujuan utama dari kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yaitu:

1. Pendidikan politik

2. Pelatihan kepemimpinan

3. Menciptakan stabilitas politik

4. Mewujudkan demokratisasi sistem pemerintahan di daerah.

Sementara bisa dilihat dari sisi kepentingan daerah otonomi daerah adalah

mewujudkan yang disebut dengan :

1. Politik quality, ini berarti bahwa melalui pelaksanaan desentralisasi dan

otonomi daerah, diharapkan akan lebih membuka kesempatan bagi

masyarakat untuk berpartisipasi dalam bebagai aktivitas politik ditingkat

lokal.

2. Local accountability, ini berarti akan meningkatkan kemampuan

pemerintah daerah dalam memperhatikan masyarakatnya.

3. Local responsiveness, pemerintah daerah dianggap lebih banyak

mengetahui berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakatnya, maka

kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah diharapkan akan

mempermudah antisipasi terhadap berbagai masalah yang muncul dan

sekaligus meningkatkan percepatan pembangunan Sosial dan ekonomi.

Dan lebih jauh lagi, tujuan utama dari konsep desentralisasi dan otonomi

daerah dengan tidak hanya membatasinya pada konteks hubungan kekuasaan

antara pemerintah pusat dan daerah, maka semuanya bermuara pada pengaturan

mekanisme hubungan antara Negara dan masyarakat. Kebijakan desentralisasi dan

otonomi daerah bertujuan untuk membuka akses yang lebih besar kepada

Universitas Sumatera Utara


masyarakat sipil untuk berpartisipasi baik pada proses pengambilan keputusan di

daerah maupun didalam pelaksanaannya.

Gambaran umum tentang tujuan ideal dari kebijakan desentralisasi dan

otonomi darah diatas, keberhasilan akan sangat bervariasi serta relative dan

konseptual sifatnya pada tiap-tiap daerah. Seperti dari perspektif ekonomi politik,

salah satu faktor penting yang dapat mengganggu pencapaian tujuan desentralisasi

dan otonomi daerah. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, karena potensi

sumberdaya, kelengkapan prasarana sosial ekonomi dan kemampuan

kelembagaan daerah (masyarakat) masih sangat terbatas. Kemajuan antar

daerah,antar kelompok pendapatan, dan antar sektor kegiatan ekonomi belum

sepenuhnya berimbang. Sehingga pemerintah daerah dalam hal ini harus tetap

berpegang pada koridor bahwa pembangunan daerah yang ada harus dilakukan

dari, untuk dan oleh pelaku-pelaku pembangunan daerah yang bersangkutan.

2.2 Derajat Otonomi Fiskal Daerah

Hubungan fiskal pemerintah daerah dan pusat dapat diartikan sebagai

suatu sistem yang mengatur bagaimana caranya sejumlah dana dibagi antar

berbagai tingkat pemerintah, serta bagaimana cara mencari sumber-sumber

pembiayaan daerah untuk menunjang kegiatan- kegiatan sector publiknya (Devas,

1989: 179). Menurut Davey (1989:14) ada empat criteria yang perlu diperhatikan

untuk menjamin adanya sistem hubungan pusat dan daerah, yaitu:

1. Sistem tersebut seharusnya memberikan kontribusi kekuasaan yang

rasional diantara tingkat pemerintahan mengenai penggaliaan sumber-

Universitas Sumatera Utara


sumber dana pemerintah dan kewenangannya, yaitu suatu pembagian

yang sesuai dengan pola umum desentralisasi.

2. Sistem tersebut seharusnya menyajikan suatu bagian yang memadai

dari sumber-sumber dana masyarakat secara keseluruhan untuk

membiayai pelaksanaan fungsi-fungsi penyediaan pelayanan dan

pembangunan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

3. Sistem tersebut seharusnya sejaur mungkin mendistribusikan

pengeluaran pemerintah secara adil diantara daerah – daerah atau

sekurang - kurangnya memberikan prioritas pada pemerataan

pelayanan kebutuhan dasar tertentu.

4. Pajak atau retribusi yang dikenakan oleh pemerintah daerah harus

sejalan dengan distribusi yang adil atas beban keseluruhan dari

pengeluaran pemerintah dalam masyarakat.

Ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonom mampu berotonomi

terletak pada kemampuan keuangan daerahnya. Artinya, daerah otonom harus

memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber- sumber keuangan

sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai

untuk membiayai penyelengaraan pemerintah daerahnya. Ketergantungan kepada

bantuan pusat harus seminimal mungkin, sehingga pendapatan asli daerahnya

(PAD) harus menjadi sumber keuangan yang lebih besar, yang didukung oleh

kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai prasyarat mendasar

dalam sistem pemerintahan negara. Kebijakan perimbangan keuangan pusat dan

daerah akan mengatur secara pasti pengalokasian “ dana perimbangan “ yaitu

Universitas Sumatera Utara


bagian dari penerimaan negara yang dihitung menurut kriteri atau formula

berdasarkan obyektifitas, pemerataan dan keadilan.

2.3 Keuangan Pusat dan Daerah

2.3.1 Teori Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah

Dalam undang-undang Nomor undang-undang 22 tahun 1999 terdapat

dasar dan sistem hubungan pusat dan daerah yang dirangkum dalam 3(tiga) hal

prinsip utama yaitu:

a. Desentralisasi yang mengandung arti penyerahan urusan pemerintah

dari pemerintah tingkat atas ke pemerintah daeh.

b. Dekonsentrasi yang berarti perlimpahan wewenang dari pemerintah

atau kepala wilayah atau kepala instansi vertical tingkat atasnya

kepada pejabat-pejabat daerah.

c. Tugas pembantuan yang berarti pengkoordinasian prinsip

desentralisasi dan dekonsentrasi oleh kepala daerah yang memiliki

fungsi ganda sebagai penguasa tunggal didaerah dan wakil pemerintah

pusat didaerah. Akibat prinsip ini dikenal daerah otonom dan wilayah

administratif.

Selanjutnya menurut Menurut Kuncoro (1997), berpijak pada tiga azas di atas

(desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan ), pengaturan hubungan

keuangan pusat dan daerah didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Urusan yang merupakan tugas-tugas pemerintah daerah dalam rangka

dekonsentrasi dibiayai dari dan atas APBN.

Universitas Sumatera Utara


b. Urusan yang merupakan tugas-tugas pemerintah daerah sendiri dalam

rangka desentralisasi dibiayai dari atas APBD.

c. Urusan yang merupakan tugas pemerintah pusat atau pemerintah daerah

tingkat atasnya, yang dilaksanakannya dalam rangka tugas pembantuan,

dibiayai oleh pemerintah pusat atas beban APBN atau pemerintah daerah

tingkat atasnya atas baban APBD-nya sebagai pihak yang menugaskan.

Sepanjang potensi sumbeer-sumber keuangan daerah belum mencukupi,

pemerintah pusat memberikan sejumlah sumbangan.

2.3.2 Kemandirian Keuangan daerah

Ketergantungan fiskal pemerintah daerah dari pemerintah pusat adalah

realitas yang tidak bisa dipungkiri, realitas tersebut ditandai dengan adanya

hubungan fiskal antara pusat dan daerah yang memberlakukan adanya control

pusat terhadap proses pembangunan daerah yang tinggi. Hubungan ini jelas

terlihat dari rendahnya proporsi PAD (Pendapatan Asli Daerah ) terhadap total

pendapatan daerah disbanding besarnya subsidi yang diterima dari pemerintah

pusat. Untuk mengukur indicator kemampuan fiskal daerah sebagai cara

mengetahui kemandirian pemerintah daerah dapat digunakan perbandingan antara

kemampuan dalam menggali dana melalui sumber-sumber PAD terhadap total

penerimaan daerah (kuncoro). Apabila rasio tersebut semakin besar.

Persoalan kecilnya PAD ini menjadi sangat relevan ketika dikaitkan

dengan otonomi daerah. Dengan kata lain, masih cukup banyak pemerintah

kabupaten yang tidak siap menghadapi otonomi, jika otonomi itu dimaknai

dengan kemampuan keuangan daerah membiayai pembangunan dari sumber-

Universitas Sumatera Utara


sumber penerimaan daerah (PAD). Tetapi ketergantugan tersebut justru semakin

tinggi terjadi pada daerah dimana titik berat otonomi dilaksanakan sesuai dengan

undang-undang Nomor 22/1999. Tingkat kemandirian yang rendah tersebut dapat

dicermati kembali dalam sumber-sumber pembiayaan pembangunan dalam suatu

daerah.

2.4 Sumber Pendapatan Pemerintah

Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai

penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang

bersangkutan. Pembentukan undang- undang tentang perimbangan keuangan

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dimaksudkan untuk mendukung

pendanaan atas penyerahan urusan kepada pemerintah daerah. Pendanaan tersebut

menganut prinsip money follows function, yang mengandung makna bahwa

pendanaan mengikuti fungsi pemerintahan yang menjadi kewajiban dan tanggung

jawab masing-masing tingkat pemerintahan. Kadjatmiko (dalam Halim,

2007:194) mengatakan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan

pelayanan kepada masyarakat yang didasarkan pada azas desentralisasi, daerah

diberikan kewenangan untuk memungut pajak dan retribusi (tax assignment) serta

bantuan keuangan (grant transfer) atau dikenal dengan dana perimbangan. Undang

– undang no 33tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah

pusat dan pemerintah daerah, pasal 5 ayat 2 menjelaskan, pendapatan daerah

bersumber dari: 1) pendapatan asli daerah ;2) dana perimbangan.

Universitas Sumatera Utara


2.4.1 Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan asli daerah yang disebut dengan PAD adalah pendapatan yang

diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan

peraturan perundang undangan (uu no. 33 tahun 2004 pasal 1 ayat 18). Sumber

pendapatan asli daerah, di peroleh dari:

a) pajak daerah

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah tanpa

memberikan timbal balik langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan

berdasarkan undang – undang yang berlaku yang digunakan untuk membiayai

penyeleggaraan pemerintah dalam pembangunan daerah. Selain itu Davey

mengemukakan pendapatnya tentan pajak daerah yaitu:

1. pajak yang dipungut oleh pemerintah daerahdengan peraturan pemerintah

daerah sendiri.

2. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan nasional tapipendapatan

tarifnyadilakukan oleh pemda.

3. Pajak yang dipungut atau ditetapkan oleh pemda.

4. Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat tetapi

pungutannya kepada, dibagi hasilkan dengan atau dibebani

pungutantambahan(opsen) oleh pemda.

b) Retribusi daerah

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa

pemberian ijin tertentu terkhusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah

daerah untuk kepentingan pribadi atau badan. Jenis – jenis dari retribusi daerah

adalah pajak jasa umum, pajak jasa usaha, retribusi perijinan tertentu.

Universitas Sumatera Utara


Pembayaran retribusi oleh masyarakat menurut davey adalah:

1. Dasar untuk mengenakan retribusi biasanya harus didasarkan pada

total cost daripada pelayanan pelayanan yang disediakan.

2. Dalam beberapa hal retribusi biasanya harus didasarkan pada total cost

daripada pelayanan-pelayanan yang disediakan.

Disamping itu menurut kaho, ada beberapa cirri-ciri retribusi yaitu:

1. Retribusi dipungut oleh Negara.

2. Dalam pungutan terdapat pemaksaan secara ekonomis.

3. Adanya kontraprestasiyang secara langsung dapat ditunjuk.

4. Retribusi yang dikenakankepada setiap orang atau badan yang

menggunakan atau mengenyam jasa-jasa yang dikeluarkan oleh

Negara.

Pendapatan asli daerah tidak seluruhnya memiliki kesamaan terdapat pula

sumber-sumber pendapatan lain yaitu penerimaan lain-lain yang sah, namun

walaupun demikian sumber penerimaan daerah sangat bergantungpada potensi

daerah itu sendiri.

2.4.2 Dana Perimbangan sebagai salah satu kesatuan

Menurut undang – undang No 33 Tahun 2004 pasal 1 ayat 19, 20, 21, dan

23 dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan pada daerah untuk menandai kebutuhan Daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi. Dapat digaris bawahi bahwa seyogianya semua pihak

melihat dana perimbangan sebagai suatu kesatuan, yakni transfer pusat untuk

Universitas Sumatera Utara


mengatasi sekaligus ketimpangan vertikal (pusat-daerah) dan ketimpangan

horizontal (antar-daerah).

Dana perimbangan terdiri dari:

1. Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN

yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk

menandai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

2. Bagi hasil sumber daya alam, yang meliputi sector kehutanan,

pertambangan umum, perikanan, minyak bumu, gas alam, dan panas

bumi.

3. Dana alokasi umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang

bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan

pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai

pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU suatu

daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar.

4. Dana alokasi khusus(DAK), selanjutnya disebut DAK adalah dana yang

bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah

tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus

yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

Daerah penerima DAK wajib menyediakan dana pendamping

sekurang–kurangnya 10% dari alokasi DAK (UU Otonomi Daerah

2004:221-222 ).

Universitas Sumatera Utara


2.4.3. Dana Alokasi Umum

Diera otonomi daerah, distribusi DAU adalah transfer bersifat umum yang

jumlahnya sangat signifikan, dimana penggunaannya menjadi kewenangan

daerah. Oleh karena itu DAU dapat dilihat sebagai respon pemerintah terhadap

aspirasi daerah untuk mendapatkan bagian dan control yang lebih besar terhadap

keuangan Negara. Jumlah yang sangat signifikan itu menyebabkab DAU menjadi

sumber penerimaan terpenting bagi hampir semua pemerintah daerah di

Indonesia.

2.5 Teori Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila

telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran

pemerintah mencerminkan Biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk melakukan

kebijakan tersebut. Teori mengenai pengeluaran pemerintah dapat digolongkan

menjadi dua bagian yaitu teori makro dan teori mikro (Guritno, 2001).

1. Teori Mikro

Tujuan teori mikro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah

adalah untuk menganalisa faktor-faktor yang menimbulkan permintaan akan

barang publik dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyediaan barang publik

tersebut. Interaksi antara permintaan dan penawaran barang public untuk

menentukan jumlah barang publik yang harus disediakan melalui anggaran

belanja. Jumlah barang publik yang harus disediakan selanjutnya akan

menimbulkan permintaan akan barang lain.

Sebagai contoh apabila pemerintah menetapkan akan membangun sebuah

pelabuahan yang baru. Pembangunan pelabuhan akan menghasilkan permintaan

Universitas Sumatera Utara


barang lain yang dihasilkan oleh sector swasta seperti, semen, baja, alat-alat

angkutan dan sebagainya.

Perkembangan pengeluaran pemerintah dapat dijelaskan dengan beberapa

factor:

a. Perubahan pemerintah akan barang publik

b. Perubahan aktivitas pemerintah dalam menghasilkan barang public

dan juga perubahan dari kombinasi yang digunakan dalam proses

produksi.

c. Perubahan kualitas barang public

d. Perubahan harga-harga faktor-faktor produksi.

2. Teori Makro

a) Model Pembangunan Tentang Pembangunan Pemerintah

Model ini dikembangkan oleh W.W Rostow dan RA Musgrave yang

menghubungkan pengeluaran pemerintah dengan tahapan-tahapn ekonomi. Pada

tahap awal perkembangan ekonomi, menurut mereka pengaruh pengeluaran

pemerintah terhadap pendapatan nasional cukup besar. Hal ini dikarenakan pada

tahap ini pemerintah harus menyediakan berbagai sarana dan prasarana. Pada

tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi penbangunan tetap diperlukan

guna memacu pertumbuhan dan mencapai tahap lepas landas. Bersamaan dengan

itu porsi investasi yang dilakukan swasta juga akan meningkat. Tetapi besarnya

peranan pemerintah adalah pada tahap ini tidak seimbang dengan adanya banyak

kegagalan pasar yang ditimbulkan oleh perkembangan pasar itu sendiri, yaitu

kasus eksternalitas yang ditimbulkan misalnya pwencemaran lingkungan. Dalam

suatu proses pembangunan, menurut Musgrave rasio investasi total terhadap

Universitas Sumatera Utara


pendapatan nasional semakin besar, tetapi rasio antara investasi pemerintah dan

pendapatan nasional akan semakin kecil.

a. Hukum Wagner

Pengamatan Adolf Wagner terhadap Negara-negara Eropa Amerika, dan

Jepang pada abad ke -19 menunjukkan bahwa aktivitas pemerintah dalam

perekonomian semakin meningkat. Wangner mengukur perbandingan pengeluaran

pemerintah terhadap produk nasional. Wagner menamakan hukum aktivitas

pemerintah yang selalu meningkat(the Low of increasing state of activity).

Wagner mengemukakan pendapatnya dalam bentuk hukum, akan tetap

dalam pandangannya tidak disebutkan dengan jelas apa yang dimaksud dengan

pertumbuhan pengeluaran pemerintah dan GNP, apakah dalam pertumbuhan

secara relative ataukah secara absolute. Apabila yang dimaksud oleh wagner

adalah perkembangan pengeluaran secara relative sebagaimana teori Musgrae,

maka hukum wagner adalah sebagai berikut “ dalam suatu perekonomian, apabila

pendapat perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan

menigkat.

Wagner menyadari bahwa dengan bertumbuhnya perekonomian hubungan

antara industri dengan industri, hubungan industri dan masyarakat dan sebagainya

akan semakin kompleks. Dalam hal ini wagner menerangkan mengapa peranan

pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul bagi masyarakat , hokum

pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya.

Kelemahan hukum Wangner adalah karena hukum tersebut didasarkan

pada suatu teori mengenai pemilihan barang-barang publik hokum wagner dapt di

formulasikan sebagai berikut(Guritno,2001):

Universitas Sumatera Utara


< <…..<

Hukum wagner dapat ditunjukkan dengan kurva sebagai berikut:

PkPP
PPK
Kurve 1

Kurve 2

0 1 2 3 4

Gambar 2.1 Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Menurut Wagner

c. Teori Peacock dan Wiseman

Peacock dan Wiseman adalah dua ahli yang mengemukakan teori

perkembangan pengeluaran pemerintah yang terbaik. Pandangan mereka

mengenai pengeluaran pemerintah adalah bahwa pemerintah senantiasa berusaha

untuk memperbesar pengeluarannya sedangkan masyarakat tidak suka membayar

pajak yang lebih besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin

besar tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Peacock dan Wiseman, perkembangan ekonomi menyebabkan

pungutan pajak akan semakin besar meskipun tariff pajaknya tetap (tidak

berubah)yang pada gilirannya mengakibatkan peningkatan pengeluaran

pemerintah pula. Jadi dalam keadaan normal, kenaikan pendapatan nasional akan

menaikkan pula penerimaan dan pengeluaran pemerintah (Guritno, 2001).

Apabila jadi terganggu, katakanlah karena perang eksternalitas lain, maka

pemerintah-pemerintah terpaksa harus memperbesar pengeluarannya untuk

mengatasi gangguan tersebut. Konsekuensinya timbul tuntutan untuk memperoleh

penerimaan pajak yang lebih besar. Pungutan pajak yang lebih besar

menyebabkan dan swasta ikut untuk investasi dan modal kerja menjadi berkurang.

Efek ini disebut efek pengalihan (Displacement effect), yaitu adanya gangguan

sosial dalam perekonomian menyebabkan aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas

pemerintah.

Jika pada saat terjadi gangguan sosial dalam perekonomian timbul efek

penggantian,maka sesudah gangguan berakhir akan timbul efek lain yang disebut

efek infeksi (inspection effect), yang menyatakan gangguan sosial menumbuhkan

kesadaran masyarakat akan adanya hal-hal yang perlu ditangani oleh pemerintah

sesudah redanya gangguan sosial tersebut. Kesadaran semacam inilah menggugah

kesadaran masyarakat untuk membayar pajak lebih besar, sehingga

memungkinkan pemerintah untuk memperoleh penerimaan yang lebih besar pula.

Inilah yang dimaksud dengan analisis sialetika pengeluaran pemerintah.

Universitas Sumatera Utara


Pengeluaran
Pemerintah (GDP)

1)
D
C B
2)
G
A

Tahun
t t-1

Gambar 2.2 Teori Peacock dan Wiseman

1) Pengeluaran pemerintah

2) Pengeluaran Swasta

23

Universitas Sumatera Utara


Wagne, Solow,
Musgrave

Peacock and
wiseman

Gambar 2.3 kurva perkembangan pengeluaran pemerintah

Hipotesis Peacock dan Wiseman ini dikritik oleh Bird. Bird mengatakan

bahwa selama ada gangguan sosial memang ada peralihan aktivitas pemerintah

dari sebelum gangguan kreativitas yang berhubungan dengan gangguan tersebut.

Hal menyebabkan kenaikan pengeluaran pemerintah dalam presentasenya dalam

GNP, akan tetap setelah terjadinya gangguan. Jadi menurut Bird efek pengalihan

merupakan hanya gejala jangka pendek. Tetapi tidak terjadi dalam jangka

panjang. Suatu hal yang perlu diperhatikan dalm teori Peacock dan Wiseman

adalah mereka mengemukakan adanya toleransi pajak, yaitu suatu limit

perpajakan akan tetap mereka tidak mengatakan pada tingkat berapakah toleransi

perpajakan tersebut.

24

Universitas Sumatera Utara


2.5.1 Klasifikasi pengeluaran pemerintah

Sebelum tahun 2004 belanja daerah dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Pengeluaran rutin

Pengeluaran rutin untuk pemeliharaan atau penyelenggaraan roda

pemerintahan sehari-hari, meliputi: belanja pegawai, belanja barang, berbagai

macam subsidi (subsidi daerah dan subsidi harga), angsuran dan bunga utang

pemerintah, serta sejumlah pengeluaran pemerintah lainnya.

Anggaran belanja rutin memegang peranan penting untuk menunjang

kelancaran mekanisme sistem pemerintahan serta upaya peningkatan efisien dan

produktivitas pada gilirannya akan menunjang tercapainya sasaran dan tujuan

tiap tahap pembangunan. Penghematan dan efisiensi pengeluaran rutin perlu

dilakukan untuk menambah besarnya tabungan pemerintah yang diperlukan

untuk pembiayaan pembangunan nasional. Penghematan dan efisiensi itu antara

lain diupayakan melalui penjaminan lokasi pengeluaran rutin, pengendalian dan

koordinasi pelaksanaan dan pembelian barang dan jasa kebutuhan/departemen/

lembaga Negara non departemen, dan pengurangan berbagai macam subsidi

secara bertahap.

2. Pengeluaran Pembangunan

Pengeluaran pembangunan yaitu pengeluaran yang bersifat menambah

modal masyarakat dalam bentuk pembangunan baik prasarana fisik dan non

fisik. Dibedakan atas pengeluaran pembangunan yang dibiayai dengan dana

rupiah dan bantuan proyek. Pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran

yang ditujukan untuk membiayai program-program pembangunan sehingga

anggaranya selalu disesuaikan dengan mobilisasi. Dana ini kemudian

Universitas Sumatera Utara


dialokasikan pada berbagai bidang sesuai dengan prioritasyang telah

direncanakan.

Namun setelahtahun 2004, pada periode 2004-2006 belanja daerah terdiri

dari :

1. Belanja Aparatur Daerah

Belanja aparatur daerah adalah bagian belanja administrasi umum, belanja

operasi dan pemeliharaan, serta belanja modal yang dialokasikan untuk

membiayai kegiatan yang hasil, mamfaat dan dampaknya tidak secara langsung

dinikmati oleh masyarakat.

2. Belanja Pelayanan Publik

Belanja pelayanan publik adalah bagian belanja administrasi, belanja

operasi dan pemeliharaan, serta belanja modal yang dialokasikan untuk

membiayai kegiatan yang hasil, mamfaat dan dampaknya secara langsung

dinikmati oleh masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai