Laporan Tonsilitis
Laporan Tonsilitis
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KASUS TONSILITIS
DISUSUN OLEH:
HASNA
CI LAHAN CI INSTITUSI
(…………….….………) (…………….………..)
A. Pengertian
1. Tonsillitis Akut
a. Tonsilitis Viral
Ini lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorokan
Penyebab paling tersering adalah virus Epstein Barr.
b. Tonsilitis Bakterial
a. Tonsilitis Difteri
B. Anatomi Fisiologi
Tonsil terbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing – masing tonsil
mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam yang meluas ke jaringan tonsil. Tonsil
tidak mengisi seluruh fosa tonsil, daerah kosong di atasnya dikenal sebagai
fosa supratonsilaris. Bagian luar tonsil terikat longgar pada mushulus
kontriktor faring superior, sehingga tertekan setiap kali makan.
Walaupun tonsil terletak di orofaring karena perkembangan yang berlebih
tonsil dapat meluas kearah nasofaring sehingga dapat menimbulkan insufiensi
velofaring atau obstruksi hidung, walau jarang di temukan. Arah perkembangan tonsil
tersering adalah kearah hipofaring, sehingga sering menyebabkan terganggunya saat
tidur karena gangguan pada jalan nafas. Secara mikroskopik mengandung 2 unsur
utama:
1. Jaringan ikat / trabekula sebagai rangka penunjang pembuluh darah saraf.
Abses peri tonsil terjadi setalah serangan akut tonsilitis. Kira-kira seminggu
setelah permulaan sakit, penderita mulai merasa tidak sehat dan demam, serta
disfagia timbul kembali. Gejala karakteristik abses peri tonsil ialah adanya trimus,
tanpa gejala ini diagnosis abses peri tonsil mungkin salah.
Tonsil (amandel) dan adenoid merupakan jaringan limfoid yang terdapat pada
daerah faring atau tenggorokan. Keduanya sudah ada sejak lahirkan dan mulai
berfungsi sebagai bagian dari sistem imunitas tubuh setelah imunitas “warisan” dari
ibu mulai menghilang dari tubuh. Tonsil dan adenoid merupakan organ imunitas
utama. Sistem imunitas ada 2 macam yaitu imunitas seluler dan humoral. Imunitas
seluler bekerja dengan membuat sel (limfoid T) yang dapat “memakan“ kuman dan
virus serta membunuhnya. Sedangakan imunitas humoral bekerja karena adanya sel
(limfoid B) yang dapat menghasilkan zat immunoglobulin yang dapat membunuh
kuman dan virus. Kuman yang “dimakan” oleh imunitas seluler tonsil dan adenoid
terkadang tidak mati dan tetap bersarang disana serta menyebabklan infeksi amandel
yang kronis dan berulang (Tonsilitis kronis). Infeksi yang berulan ini akan
menyebabkan tonsil dan adenoid “bekerja terus “ dengan memproduksi sel-sel imun
yang banyak sehingga ukuran tonsil dan adenoid akan membesar dengan cepat
melebihi ukuran yang normal. Tonsil dan adenoid yang demikian sering dikenal
sebagai amandel yang dapat menjadi sumber infeksi (fokal infeksi).
C. Etiologi
D. Patofisiologi
Bakteri atau virus menginfeksi pada lapisan epitel. Bila epitel terkikis, maka
jaringan limpofid superficial menandakan reaksi, terdapat pembendungan radang
dengan infiltrasi leukosit polimorfonukuler. Proses ini secara klinis tampak pada
kriptus tonsil yang berisi bercak kuning disebut detritus. Detritus merupakan
kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas. Akibat dari proses ini akan
terjadi pembengkakan atau pembesaran tonsil ini, nyeri menelan, disfalgia. Kadang
apabila terjadi pembesaran melebihi uvula dapat menyebabkan kesulitan bernafas.
Apabila kedua tonsil bertamu pada garis tengah yang disebut kidding tonsil
dapat terjadi penyumbatan pengaliran udara dan makana. Komplikasi yang sering
terjadi akibat disflagia dan nyeri saat menelan, klien akan mengalami malnutrisi yang
ditandai dengan gangguan tumbuh kembang, malaise, mudah mengantuk. Pembesaran
adenoid mungkin dapat menghambat ruang samping belakang hidung yang membuat
kerusakan lewat udara dari hidung ke tenggorokan, sehingga akan bernafas melalui
mulut. Bila bernafas terus lewat mulut maka mukosa membarne dari orofaring menjadi
kering dan teriritasi, adenoid yang mendekati tuba eustachus dapat meyumbat saluran
mengakibatkan berkembangnya otitis media (Nanda, 2008 ).
E. Manifestasi Klinik
F. Komplikasi
1. Abses pertosil
2. Mastoiditis akut
4. Laringitis
5. Sinusitis
6. rhinitis
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan umum menurut Soepardi, 2001:
4. Obat kumur
Penatalaksanaan tonsilitis akut :
1. Antibiotik golongan peneliti anti sulfanamid selama 5 hari.
1. Wawancara :
2. Pengkajian pola :
a. Data dasar pengkajian :
Intergritas ego
Gejala : perasaan takut, khawatir bila pembedahan mempengaruhi
kemampuan kerja.
Tanda : ansietas, depresi, menolak.
b. Makanan cair
c. Nyeri / keamanan
Pemeriksaan Penunjang :
1. Usap tonsilar dikultur untuk menentukan adanya infeksi bakteri. Usapan bias
teenggorokan, hidung.
2. Biopsy dilakukan pada semua kasus dengan pembesaran tonsil unuilateral.
5. Thorak.
I. Pathways
Bakteri (dlm udara & makanan) Virus (dlm udara & makanan)
Epitel terkikis
Kurang pengetahuan Darah disaluran nafas Resiko perub. Nutrisi kurang dari kebutuhan
2. Post Operasi :
1. Pre Operasi :
2. Post Operasi :
Dericon, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi 9.
Jakarta : EGC.
EGC;1999
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
www.google.co.id