Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA 1


(STK2212)

PERCOBAAN 3
ANALISA GRAVIMETRI
DOSEN PEMBIMBING: RINNY JELITA, S.T., M.Eng

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV (EMPAT)

ANDI AKABAR YAQUB 2010814210015


M.ZIQRI 2010814210023
RAHMIATI 2010814220009

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA
BANJARBARU

2021
ABSTRAK

Gravimetri merupakan salah satu metode pemisahan larutan dengan endapannya.


Gravimetri selalu disertai penimbangan yang mana sebelumnya bahan tersebut diendapkan terlebih
dahulu dengan larutan elektrolit untuk mempengaruhi kelarutan bahan. Metode gravimetri
digunakan agar berat suatu unsur atau senyawa dapat dengan mudah ditentukan dengan ketelitian
dan keakuratan yang tinggi. Adapun tujuan dari percobaan analisa gravimetri ini adalah
menentukan berat endapan CuO dan kadar (%) Cu2+ dari hasil CuSO4 dan NaOH. Metode
percobaan gravimetri dimulai dengan menimbang padatan CuSO4 sebanyak 1,2470 gram dan
dilarutkan dengan akuades di dalam gelas beker 250 mL, lalu diencerkan dalam labu ukur 250 mL
dengan akuades. Larutan CuSO4 dimasukkan ke dalam gelas beker 500 mL dan ditambahkan
H2SO4 sebanyak 3 tetes, kemudian larutan tersebut dipanaskan hingga mendidih. Setelah larutan
mendidih, ditambahkan NaOH 0,05 M sebanyak 12 mL sedikit demi sedikit sambil diaduk.
Larutan didiamkan dan didinginkan sampai terbentuk endapan dan mencapai suhu ruangan.
Endapan disaring sebanyak 6 kali dengan kertas saring. Endapan tersebut kemudian dimasukkan
ke dalam oven selama 10 menit pada suhu 80◦C. Endapan didinginkan kemudian ditimbang
menggunakan neraca o’hauss. Berdasarkan percobaan diketahui massa endapan CuO sebesar
1,37459 gram dan kadar (%) Cu2+ dalam sampel CuO adalah 72,44 %.

Kata kunci : CuO, CuSO4, endapan, gravimetri, penimbangan

III-i
PERCOBAAN 3
ANALISA GRAVIMETRI

3.1 PENDAHULUAN

3.1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah untukmenentukan berat endapan CuO
dan kadar (%) Cu2+dari hasil CuSO4 dan NaOH.

3.1.2 Latar Belakang


Gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau
senyawa tertentu. Bagian besar dari penentuan secara analitis gravimetri meliputi
transformasi unsur atau radikal ke senyawa murni stabil menjadi bentuk yang
dapat ditimbang dengan teliti.Pengukuran dalam metode gravimetri adalah
penimbangan dari endapan.
Pada analisa gravimetri analitnya secara fisik dipisahkan dari semua
komponen lain. Zat yang telah diendapkan, disaring, dikeringkan serta ditimbanh
dan diusahakan endapan tersebut harus semurni mungkin. Metode untuk
mengetahui kadar zat atau unsur yang diinginkan dari suatu senyawa dapat
dilakukan dengan cara menghitung faktor gravimetri dari senyawa tersebut.
Kelebihan dari analisa gravimetri adalah pengotor yang terdapat di dalam sampel
dapat diketahui dan untuk menghilangkan pengotor pada sampel tersebut
dilakukan dengan proses pencucian endapan.
Aplikasi gravimetri dalam bidang industri yaitu untuk mengukur kadar zat
dalam sampel. Salah satu contoh analisis gravimetri yaitupenetapan kalium (K)
dalam air laut dengan senyawa natrium tetra fenil boron (NaB(C6H5)4). Hal
tersebut membuat percobaan analisa gravimetri dengan cara pengendapan ini
perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kadar kaliumnya. Pengetahuan
dan teknik untuk memisahkan endapan dengan metode gravimetri sangat
dibutuhkan dalam dunia industri.

III-1
3.2 DASAR TEORI

Analisa gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur
atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri
meliputi transformasi unsur atau radikal ke senyawa murni stabil yang dapat
segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur
dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur-unsur yang
menyusunnya. Pemisahan unsur-unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan
dengan beberapa cara, seperti metode pengendapan, metode penguapan, metode
elektroanalisis atau berbagai macam metode lainnya. Pada praktiknya dua metode
pertama adalah yang terpenting. Metode gravimetri memerlukan waktu yang
lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor
reaksi dapat digunakan (Khopkar, 2010).
Suatu cara analisa gravimetri biasanya berdasarkan reaksi kimia seperti
(Day dan underwood, 1980) :
aA + rR → AaRr …(3.1)

Dengan ketentuan a adalah molekul analit A, bereaksi dengan r molekul pereaksi


R. Hasil AaRr biasanya merupakan zat dengan kelarutan yang kecil yang dapat
ditimbang dalam bentuk yang itu setelah dikeringkan atau yang dapat di bakar
menjadi senyawa lain dengan susunan yang diketahui dan kemudian ditimbang
misalnya kalsium dapat ditentukan secara gravimetrik dengan pengendapan dari
Kalsium Oksalat dan pembakaran Oksalat menjadi Kalsium Oksida.
Dalam gravimetri, endapan brasanya dikumpukan dengan penyaringan
cairan induknya melalui kertas saring atau alat penyaring kaca masir. Kertas
saring yang digunakan dalam gravimetri terbuat dari selulosa yang sangat murni
sehingga Jika dibakar hanya meninggalkan sisa abu sangat sedikit. Lazımnya
kertas saring itu dibagi 3 kelompok yakni kertas saring yang berpori besar,
sedang, dan kecil. Pemilihan kertas Saring itu bergantung pada sifat endapan yang
akan disaring. Sebaiknya, alat penyaring kaca masir digunakan bola endapan yang
disaring tidak akan dipijar setelah penyaringan, tetapi hanya dikeringkan saja.

III-2
III-3

Selain itu dengan penyaringan, endapan dapat pula dipisahkan dengan cara
pengenap-tuangan. Dengan Cara ini, endapan yang berada dalam cairan induknya
diendapkan beberapa saat. Kemudian cairan bagian atasya dituangkan ke dalam
wadah lain. Pekerjaan inii dilakukan berulang-ulang sampai semua cairan terpisah
dari endapan (Rivai, 1995).
Tujuan utama dan reaksi pengendapan adalah untuk memisahkan suatu
fase padat murni dalam bentuk yang kompak dan dapat disaring dengan mudah.
Pentingnya derajat keadaan lewat jenuh yang kecil telah sejak lama dipahami, dan
karena alasan inilah larutan zat pengendap yang encer ditambahkan dengan
perlahan-lahan dari larutan homogen, zat perngendap tidak ditambahkan sebagai
zat pengendap itu sendiri, melainkan dibentuk dengan perlahan dan suatu reaksi
kimia homogen di dalam larutan itu. Dengan demikian endapan dibentuk pada
kondisi yang tak mengandung efek konsentrasi yang tak dihendaki, sesuatu yang
akan terletakan terkait dengan proses pengendapan konvensional. Endapan akan
rapat dan mudah disaring, kopresipitasi berkurang sampai minimum. Terlebih lagi
dengan mengubah-ubah laju reaksi kimia yang membentuk zat mengendap dalam
larutan homogen itu adalah mungkin untuk mengubah lebih lanjut perampilan
fasik endapan maka lambat bereaksi (umumnya) makin besar kristal-kristal yаng
terbentuk. Faktor-faktor yang menentukan analisis dengan pengendapan yang
berhasil adalah (basset, 1994) :
1. Endapan harus begitu tak dapat larut, sehingga tak akan terjadi kehilangan
yang berarti, bila endapan dikumpulkan dengan penyaringnya. Dalam praktek
ini, biasanya berarti dalam jumlah itu yang tetap tinggal dalam larutan, tidak
melalui jumlah minimum yang terdeteksi oleh neraca analitik biasa, yaitu 0,1
mg.
2. Sifat fisika endapan harus sedemikian sehingga endapan dapat dengan mudah
dipisahkan dari larutan dengan penyaringan dan dapat dicuci sampai bebas dari
zat pengotor yang larut. Kondisi ini menuntut bahwa partikelnya berukuran
sedemikian sehingga tak lolos melalui medium penyaringan dan bahwa ukuran
partikel tak dipengaruhi (atau sedikitnya tak berkurang oleh proses pencucian).
III-4

3. Endapan harus dapat diubah menjadi suatu zat yang murni dengan komposisi
kimia yang tertentu. Ini dapat dicapai dengan pemijaran atau dengan operasi-
operasi kimia yang sederhana seperti penguapan bersama cairan yang sesuai.
Pereaksi organik yang digunakan pada analisis gravimetri dikenal sebagai
endapan organik. Pemisahan Satu atau lebih ion-ion organik dari campurannya
dilakukan dengan menambahkan pereaksi organik. Karena senyawa-senyawa
organik tersebut. mempunyai berat molekul yang besar. Endapan organik yang
baik harus mempunyai sifat spesifik. Endapan yang terbentuk oleh perealsi, pH
larutan dan penggunaan reagen pelindung untuk mengurangi gangguan ion-ion
asing. Pereaksi organik banyak digunakan adalah pereaksi pembentuk khelat,
maka dapat ditentukan sejumlah kecil ion dengan pembentukan endapan dalam
jumlah yang besar. Bila ligan polifungsional dapat menempat lebih dari dua posisi
koordinasi dengan struktur cincin yang disebut sebagai khelat (Rivai, 1995).
Pemisahan endapan dan larutan induk tidak selalu menghasilkan zat
murni, kontaminasi endapan oleh zat yang larut dalam pelarut disebut
kopresiptasi. Hal ini berhubungan dengan adsorpsi banyak pada permukaan
partikel dan terperangkapnya (okjusi) zat asing selama proses pertumbuhan kristal
dari partikel primernya. Adsorpsi banyak terjadi pada endapan gelatih dan sedikit
pada endapan mikrokristal, misalkan Ag pada perak asetat dan endapan BaSO4
pada alkoli nitrat. Pengotoran dapat juga disebabkan oleh postpresipitasi, yaitu
pengendapan yang terjadi pada permukaan endapan pertama. Hal ini terjadi pada
zat yang sedikit larut kemudian membentuk larutan yang lewat jenuh (Khopker,
1990).
Persyaratan berikut haruslah dipenuhi agar metode gravimetrik berhasil
(Day dan Underwood, 2002).
1. Proses Pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit
yang tak-terendapkan secara analitis tak dapat di deteksi (biasanya 0,1 mg
atau kurang, dalam menetapkan penyusunan utama dari suatu makro).
2. Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan
hendaknya murni, atau sangat hampir murni. Bila tidak akan diperoleh
hasil yang gelat.
III-5

Umumnya pengendapan dilakukan pada larutan yang panas sebab


kelarutan bertambah dengan bertambahnya temperatur. Pengendapan dilakukan
dalam larutan encer yang ditambahkan reaksi perlahan-lahan dengan pengadukan
yang teratur, partikel yang terbentuk lebih dahulu berperan sebagai pusat
pengendapan. Untuk memperoleh pusat pengendapan yang besar suatu reagen
ditambahkan agar kelarutan endapan bertambah besar (Khopkar, 2010).
Dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan menimbang langsung
massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain. Pada dasarnya pemisahan zat
dilakukan dengan cara sebagai berikut, mula-mula cuplikan zat dilarutkan dalam
pelarut yang sesuai, lalu ditambahkan zat pengendap. Endapan yang terbentuk
disaring, dicuci, dikeringkan atau dipijarkan dan setelah dingin ditimbang.
Kemudian jumlah zat yang ditentukan dihitung dari faktor Stoikiometrinya. Galat-
galat yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti kelarutan endapan umumnya
dapat diminimumkan dan barang menimbulkan galat yang signifikan. (Day dan
Underwood, 2002).
Tembaga (11) Sulfat atau CuSO4 memiliki sifat fisik dan kimia yaitu
berbentuk padat (Kristal), berwarna biru, tidak berbau, dan memiliki rentan pH
3,5-4,5. CuSO4 merupakan senyawa garam yang berharga apabila tertelan akan
menyebabkan kerusakan organ, genetik bahkan sampai merusak kesuburan janin.
CuSO4 juga sangat toksik pada kehidupan perairan dengan efek jangka panjang
(Carloth, 2019).
Asam Sulfat atau H₂SO4 memiliki sifat fisik dan kimia tidak memiliki
warna serta tidak berbau. Titik didih dan titik beku pada titik 295-315 °C dan -15
°C. H₂SO4 adalah senyawa anorganik yang merupakan asam kuat (Carloth, 2015).
Barium Klorida atau BaCl2 memiliki sifat fisik dan kimia yaitu berbentuk
padat, berwarna putih dan tidak berbau. Memiliki rentang pH 5,2-8,0 dan suhu
penguraian > 100 °C. BaCl2 adalah senyawa organik yang memiliki nama Produk
Barium dihidrat Chlorida (Smartlab, 2017).
Natrium hidroksida atau NaOH memiliki sifat fisika dan kimia Yaitu
berbentuk padat tembus cahaya serta tidak ber bau. Titik didih dan titik lebur pada
III-6

titik 1,390 °C pada 1.013 hPa dan 319-322 °C. Kontak fisik secara langsung akan
menyebabkan sensasi kulit terbakar dan kerusakan mata (Carloth, 2015).
Akuades merupakan air dari hasil destilasi air hasil penyaringan. H₂O ini
hampir tak mengandung mineral didalamnya. Sifat fisik dan kimia akuades adalah
berbentuk cair, tidak berwarna, tidak berbau, pH pada suhu 20 °C adalah netral,
dan memiliki titik lebur 0 °C (Smartlab, 2017).
3.3 METODOLOGI PERCOBAAN

3.3.1 Alat dan Rangkaian Percobaan


Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas beker (250 mL
dan 500 mL), labu ukur 250 mL, Elenmeyer 250 mL, gelas arloji, propipet, pipet
ukur 10 mL, pipet tetes, sudip, desikator, oven, corong, cawan porselin, pengaduk
kaca, neraca o’hauss, hotplate, botol semprot, dan aluminium foil.

Rangkaian Alat:
Keterangan:
6
1. Pengaduk kaca
1
2. Gelas beker 250 mL
2
3. Hotplate
4. Pengatur suhu
5
5. Aluminium foil
6. Pipet tetes
4 3
\

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Pemanas dan Pencampuran Larutan

Keterangan:
1
1. Gelas beker 250 mL
2. Kertas saring
2
3. Corong
3
4. Erlenmeyer 250 mL

Gambar 3.2 Rangkaian Alat Penyaringan

III-7
III-8

3.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah CuSO4 0,102 M,
BaCl2 0,1 M, H2SO 0,05 M, akuades, dan kertas saring.

3.3.3 Prosedur Kerja


Pertama alat-alat gelas dicuci hingga bersih dan dilap hingga kering. Lalu,
cawan porselin dan kertas saring dipijarkan dalam oven dengan suhu 800C selama
15 menit. Kemudian didinginkan dalam desikator selama 10 menit. Setelah itu,
cawan porselin dan kertas saring ditimbang menggunakan neraca o’hauss hingga
konstan. Selanjutnya, padatan CuSO4 ditimbang menggunakan neraca o’hauss
sebanyak 1,2470 gram dan dimasukkan ke dalam gelas beker 250 mL. Lalu
dilarutkan dengan akuades dan diaduk dengan pengaduk kaca hingga homogen.
Kemudian larutan CuSO4 dipindahkan ke dalam labu ukur 250 mL dengan
corong dan ditambahkan akuades hingga tanda tera. Setelah itu, dikocok hingga
homogen. Kemudian larutan CuSO4 0,02 M,dipindahkan ke dalam gelas beker
500 mL. H2SO4 0,05 M, ditambahkan sebanyak 3 tetes ke dalam gelas beker dan
diaduk hingga homogen. Selanjutnya larutan tersebut dipanaskan diatas hotplate
hingga mendidih. Setelah mendidih, larutan NaOH 0,5 M ditambahkan sebanyak
12 mL dengan cara setetes demi setetes sambil diaduk. Lalu didiamkan hingga
dingin dan terbentuk endapan. Selanjutnya kertas saring dimasukkan ke dalam
corong dan diletakkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL. Lalu larutan disaring
sebanyak 7 kali dan pada penyaringan ke-6 ditambahkan BaCl 2 0,1 M sebanyak 1
tetes. Kemudian kertas saring yang berisi endapan diletakkan di atas cawan
porselin dan dipijarkan dalam oven selama 15 menit dengan suhu 800C. Lalu
dimasukkan ke dalam desikator selama 10 menit agar dingin. Lalu, cawan porselin
dan kertas saring berisi endapan ditimbang dengan neraca ohauss dan massa
endapannya dihitung.
III-9

3.3.4 Diagram Alir


Alat-alat Gelas
- Alat-alat gelas dicuci dan dikeringkan
- Dipijarkan dengan oven pada suhu 80°C selama 15 menit.
- Didinginkan dengan desikator selama 10 menit.
Cawan Porselin + Kertas Saring

- Ditimbang menggunakan neraca o’hauss sampai beratnya konstan.

Padatan CuSO4 0,02 M

- Ditimbang sebanyak 1,2470 gram.


- Dimasukkan ke dalam gelas beker 250 mL.
- Dilarutkan dengan akuades.
- Diencerkan dengan akuades sampai tanda tera pada labu ukur 250
mL
- Dikocok hingga homogen.
- Dituangkan ke dalam gelas beker 500 mL.
- Ditambahkan 2 tetes H2SO4 0,05 M
- Dipanaskan dengan hotplate.
Larutan NaOH 0,5 N
- Diambil dengan pipet ukur sebanyak 12 mL.
- Ditambahkan ke dalam gelas beker 500 mL yang berisilarutan CuSO4
sedikit demi sedikit
.
Endapan CuO
- Disaring dengan kertas saring sebanyak 7 kali.
- Ditambahkan BaCl2 0,1 M sebanyak 1 tetes
- Dimasukkan kedalam oven dengan cawan poselin selama 15 menit
pada suhu 80 oC.
- Didinginkan dengan desikator selama 10 menit.
- Ditimbang dengan neraca o’hauss.
Hasil
Gambar 3.3 Diagram Alir Percobaan Analisa Gravimetri
3.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Analisa Gravimetri
No. Langkah Percobaan Hasil
1. Alat-alat gelas dicuci sampai bersih
Cawan porselin dan kertas saring
2. T = 800 C , t = 15 menit
dimasukkan ke dalam oven
Cawan porselin dan kertas saring
3. t = 10 menit
didinginkan dalam desikator
Cawan porselin dan kertas saring
4. m = 50, 0154 gram
ditimbang
Padatan CuSO4 ditimbang dengan
5. m = 1,2470 gram
neraca o’hauss
CuSO4 dilarutkan dengan akuades di
6. V = 50 mL
dalam gelas beker 250 mL
CuSO4 diencerkan di labu ukur 250
7. V = 250 mL
mL
H2SO4 0,05 M ditambahkan ke dalam
8. Sebanyak 3 tetes
larutan CuSO4
Larutan CuSO4 dipanaskan hingga
9.
mendidih
NaOH 0,5 M ditambahkan ke dalam
V = 12 mL
10. larutan CuSO4 0,02 M setetes demi
Warna = biru muda keruh
setetes
Warna larutan menjadi bening
Larutan didinginkan hingga mencapai
11. dan terbentuk endapan berwarna
suhu ruang
biru muda keruh
Endapan disaring dengan kertas
12. Sebanyak 7 kali
saring
Ditambahkan BaCl2 0,1 M pada
13. Sebanyak 1 tetes
penyaringan ke 6
14. Endapan dipijarkan dalam oven T = 800C , t = 15 menit
15. Endapan didinginkan dalam desikator t = 10 menit
Endapan, kertas saring dan cawan
15. mtotal = 51,3899 gram
porselin ditimbang

III-10
III-11

m = 51,3899 – 50,0154
14. Massa endapan dihitung
= 1,3749 gram
2+
15. Kadar Cu dihitung % kadar Cu2+ = 72,44%

3.4.2 Pembahasan
Analisa gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran Berat suatu unsur
atau senyawa tertentu. Bagian terbatas dari penentuan secara analisa gravimetri
meliputi transformasi unsur atas radikal kesenyawaan murni stabil yang dapat
segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur
dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur-unsur yang
menyusunnya (Khopkar,2010). Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
menentukan berat endapan CuO dan kadar % Cu2+ dari hasil CuSO4 dan NaOH.
Sebelum menggunakan alat-alat laboratorium yang perlu dilakukan yaitu
mencuci alat-alat tersebut pencucian alat ini dimaksudkan agar hasil yang didapat
akan lebih baik dan optimal. Karena alat-alat yang kotor akan dapat menyebabkan
pengukuran yang kurang akurat. Alat-alat gelas dipijarkan menggunakan oven
yang berfungsi untuk mensterilkan alat-alat gelas dari pengotor. Zat pengotor
dapat menambah berat alat-alat gelas dari masa alat-alat gelas tidak konstan.
Setelah dipijarkan, kan alat-alat gelas dimasukkan ke dalam desikator untuk
didinginkan kemudian cawan porselin dan kertas saring ditimbang dengan neraca
ohauss dan didapatkan 50,0154 gram.
Pengenceran CuSO4 dilakukan untuk memperkecil konsentrasinya
sehingga akan lebih cepat bereaksi dengan NaOH dan menghasilkan endapan,
serta memperkecil adanya kontaminan disebut juga kopresipitasi. Kontaminasi
endapan oleh zat-zat yang secara normal larut dalam cairan induk dinamakan
koperasi (Wizul, 2013). Pada percobaan ini CuSO4 berperan sebagai zat yang
direaksikan. CuSO4 ditimbang terlebih dahulu sebesar 1,2470 gram menggunakan
neraca ohauss. Kemudian, dilarutkan dengan akuades hingga volume 250 mL.
Kemudian larutan CuSO4 0,02M ditambahkan H2SO4 0,5 M sebanyak 3 tetes.
Reaksi yang terjadi yaitu :
III-12

CuSO4(aq) Cu2+(aq) + SO4²-(aq) ...(3.2)

Selanjutnya pemanasan dilakukan pada larutan bertujuan untuk


mempercepat reaksi. pemanasan dilakukan hingga larutan mendidih. Secara
umum pengendapan dilakukan pada larutan yang panas kelarutan bertambah
dengan bertambahnya temperatur (Rusdirman, 2010). NaOH ditambahkan pada
larutan yang sudah mendidih sebanyak 12 mL dan ditambahkan setetes demi
setetes agar proses pengendapannya berlangsung cepat. Penambahan NaOH juga
diikuti dengan diaduk nya larutan, pengadukan ditujukan untuk membantu
pembentukan blok-blok dengan ukuran yang lebih besar. Hingga saat
pengendapan dapat mengendap secara sempurna (Yulianti, 2006). yang terjadi
antara larutan CuSO4 dan larutan NaOH adalah sebagai berikut :

CuSO4(aq) + 2NaOH(aq) Cu(OH)2(s)+ Na2SO4(aq) ...(3.3)

Warna kemudian berubah menjadi biru muda keruh, hal ini menunjukkan
bahwa ion CO2+ bereaksi dengan OH- untuk membentuk endapan. Partikel yang
terbentuk lebih dahulu berperan sebagai pusat pengendapan yang terbentuk yaitu
endapan cuo. Reaksi yang terjadi yaitu :

CuO(aq)+ H2O(aq) Cu(OH)2(s) ...(3.4)

Kemudian larutan tersebut didinginkan. tujuan dari pendinginan agar


terjadi penyempurnaan endapan yang mana partikelnya berukuran besar dan
mengurangi zat pengotornya yang mana akan terendap ke dasar wadah (Henky,
2005).Terbentuknya endapan dalam gelas beker karena adanya gaya gravitasi.
gaya gravitasi adalah gaya tarik karena masa depannya yang lebih berat daripada
massa larutan.
Larutan yang telah membentuk endapan CuO disaring dengan kertas
saring. penyaringan dilakukan sebanyak 7 Kali. penyaringan dilakukan untuk
III-13

memisahkan Filtrat dari endapan. pada saat larutan sisa proses penyaringan ke-6
ditambahkan BaCl2 bertujuan untuk mengetahui apakah CO2+ telah murni atau
masih mengandung ion OH-. Syarat dari analisa gravimetri adalah endapannya
murni. endapan yang terbentuk berwarna biru muda. Reaksi yang terjadi adalah :

BaCl2(aq) + Na2SO4(aq) BaSO4(s) + 2NaCl(aq) ...(3.5)

Endapan yang telah dipanaskan dan dibungkus kertas saring kemudian


dipindahkan ke cawan porselin yang telah dipijarkan lalu dipijarkan ke dalam
oven selama 15 menit dengan suhu 80C bertujuan untuk menghilangkan sisa
airnya sehingga mendapatkan endapan yang benar-benar kering. Pendinginan
dapat dilakukan menggunakan desikator menyesuaikan suhu endapan, dengan
suhu kamar agar saat dilakukan penimbangan dengan neraca ohauss berat yang
ditimbang adalah berat murni endapan. Juga suhu ruang tetap sekonstan mungkin,
karena hasil penimbangan dipengaruhi oleh fluktuatif suhu, dan jangan
menimbang di dekat sumber panas atau jendela karena cahaya matahari langsung
dapat mempengaruhi hasil penimbangan (Rosita,2013). Endapan yang dihasilkan
ditimbang dengan neraca ohauss dan diperoleh hasil endapan CuO sebanyak
1,3745 gram dan kadar CO2+ sebesar 72,44%.
Faktor-faktor yang menentukan analisis dengan pengendapan yang
berhasil adalah tak dapat larut, sehingga tidak akan terjadi kehilangan yang
berarti, bila endapan dikumpulkan dengan cara menyaring. Sifat endapan harus
sedemikian, sehingga dapat dapat dengan mudah dipisahkan dari larutan dengan
penyaringan dan dapat dicuci sampai bebas dari zat pengotor yang larut. Endapan
harus dapat diubah menjadi suatu sifat zat yang murni dengan komposisi yang
tertentu, ini dapat dicapai dengan pemijaran atau dengan operasi-operasi kimia
yang sederhana, seperti penguapan bersama cairan yang sesuai (Basset,1994).
Pada percobaan ini mendapatkan kadar Cu2+ sebesar 72,44% hal tersebut dapat
terjadi karena pengendapan berlangsung kurang sempurna dalam pemisahan dan
tingkat kemurniannya yang rendah. agar penetapan kualitas analit dalam metode
gravimetri mencapai hasil yang mendekati sebenarnya, harus dipenuhi yaitu
III-14

proses pemisahan dan pengendapan analit dari komponen lainnya berlangsung


sempurna, endapan analit yang dihasilkan diketahui dengan tepat komposisinya
dan memiliki tingkat kemurnian yang tinggi tidak bercampur dengan zat pengotor
(Chadijah, 2012)
III-15

3.5 PENUTUP

3.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah Analisa gravimetric merupakan
proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Bera
tendapan CuO yang dihasilkan dari reaksi antara CuSO4 dan NaOH sebanyak
1,3745 gram. Sedangkan persentase kadar (%) Cu2+dalam sampel sebesar 72,44%.

3.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah untuk mengganti
bahan dasar praktikum. Bahan yang dapat digunakan yaitu NaCH3COO dan NaCl.
Hal tersebut bertujuan agar endapan yang dihasilkan lebih bervariasi pula
terutama pada warna endapan yang terikat dikertas saring.
DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. (1994): Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Buku
Kedokteran. EGC. Jakarta.

Carloth. (2015): Lembar Data Keselamatan Sodium Hydroxide. Carloth Gmbh +


COKG. Jerman.

Carloth. (2015): Lembar Data Keselamatan Sulphuric acid. Carloth Gmbh +


COKG. Jerman.
.
Carloth. (2015): Lembar Data Keselamatan Copper (II) Sulphate. Carloth Gmbh
+ COKG. Jerman.

Chadijah, Siti. (2012): Dasar-Dasar Kimia Analitik. Alauddin University Press.


Makassar.

Day, R. A. dan Underwood, A. l. (1980): Analisis Kuantitatif Edisi Keempat.


Erlangga. Jakarta.

Day, R. A. dan Underwood, A. l. (2002): Analisis Kuantitatif Edisi Keenam.


Erlangga. Jakarta.

Henky P. Rahardjo. (2005): Prediksi Endapan Pengotor Penukar Panas Tipe


Pelat Reaktor Triga 2000. IAEA_BATAN. Bandung.

Khopkar, S. M. (1990): Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia.


Jakarta.

DP.III-1
DP.III-2

Khopkar, S. M. (2010): Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia.


Jakarta.

Rivai, Harrizul. (1995): Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia. Jakarta.

Rosita, Ernalita. (2013): Pengenalan Neraca di Laboratorium. Universitas


Indonesia. Bandung.

Rusdirman. (2010): Kimia Dasar Analitik. AIGI. Makassar.

Smartlab. (2017): Material Safety Data Sheet Aquades.


PT Smartlab Indonesia. Tangerang.

Smartlab. (2017): Material Safety Data Sheet Barium Chloride.


PT Smartlab Indonesia. Tangerang.

Wizul, Yolla Febrisa. (2013): Studi Kopresipitasi Zn2+ Menggunakan Al(OH)3


Sebagai Kopresipitan. Universitas Negeri Padang. Sumatera Barat.

Yulianti, Suci. (2016): Proses Koagulasi-Flokulasi Pada Pengolahan Tersier


Limbah Cair PT Capsugel Indonesia. Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian. Bogor.
LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Pembuatan larutan CuSO4 0,02 M


Diketahui: M CuSO4 = 0,02 M
BM = 249,68 g/mol
V = 250 mL → 0,25 L
Ditanya m CuSO4 ?
Penyelesaian:
m CuSO4 = M CuSO4 × BM CuSO4 × V
= 0,02 M × 249,68 g/mol × 0,25 L
= 1,2484 gram

2. Pembuatan larutan BaCl2 0,1 M


Diketahui: M BaCl2 = 0,1 M
BM = 208 g/mol
V = 50 mL → 0,05 L
Ditanya m BaCl2 ?
Penyelesaian:
m CuSO4 = M BaCl2 × BM BaCl2 × V
= 0,1 M × 208 g/mol × 0,05 L
= 1,04 gram

3. Pembuatan larutan NaOH 0,5 M


Diketahui: M NaOH = 0,5 M
BM = 40 g/mol
V = 100 mL → 0,1 L
Ditanya m NaOH ?
Penyelesaian:
m NaOH = M NaOH × BM NaOH × V
= 0,5 M × 40 g/mol × 0,1 L

LP.III-1
LP.III-2

= 2 gram

4. Pembuatan larutan H2SO4 0,05 M


Diketahui: M H2SO4 = 0,05 M
ρ = 1,84 g/mL
BM H2SO4 = 98,08 g/mol
Konsentrasi = 96 %
V2 = 50 mL → 0,05 L
Ditanya m H2SO4 ?
Penyelesaian:
10× Konsentrasi × ρ
M1 =
BM H ❑2 SO❑4
10× 96 ×1,84 g /mL
=
98,08 g/mol
= 19,0098 mol/mL

M1V1 =M2V2
M 2 ×V 2
V1 =
M1
0,05× 50
=
18,0098
= 0,1388 mL

5. Perhitungan massa CuO


Diketahui: m total = 51,3899 gram
m cawan porselin + kertas saring = 50,0154 gram
Ditanya massa endapan ?
Penyelesaian:
Massa endapan = (m total) - (m cawan porselin + kertas saring)
= 51,3899 – 50,0154
= 1,3745 gram
LP.III-3

6. Perhitungan faktor gravimetri


Diketahui: Ar Cu2+ = 63,5000 g/mol
Mr CuO = 96,5000 g/mol
Ditany Faktor gravimetri ?
Penyelesaian:
Cu 2+¿
Faktor gravimetri = Ar ¿
Mr CuO
63,5000 g /mol
=
96,5000 g /mol
= 0,6580

7. Perhitungan massa Cu2+


Diketahui: Faktor gravimetri = 0,6580
Massa endapan = 1,3745 gram
Ditanya m Cu+ ?
Penyelesaian:
m Cu2+ = massa endapan × Faktor gravimetri
= 1,3745 gram × 0,6580
= 0,904421 gram

6. Penentuan kadar (%) Cu2+


Diketahui: m Cu2+ = 0,904421 gram
m CuO.2H2O = 1,2484gram
Ditanya % Cu2+ ?
Penyelesaian:
Cu2+¿
% Cu = m
2+
¿ × 100 %
m CuO .2 H 2 O
0,904421 gram
= × 100 %
1,2484 gram
= 72,44 %

Anda mungkin juga menyukai