Anda di halaman 1dari 68

Ridha Mardiyani, M.

Kep
ASAL-USUL HIV
SEJARAH

1987
Mei 1983, Luc
1984 di Indonesia,
Montaniere Virus WNA Belanda
mengisolasi penyebab di Bali
virus – LAV
AIDS : HIV
1981
Laporan Kasus
pertama di
dunia. Los
Angles, 1981
Mei 1983 mengisolasi virus - LAV 1984 – membiakkan virus – HTLV-III

Luc Montaniere Robert Gallo


HIV-AIDS
 Human immunodeficiency virus (HIV)
adalah Virus yang memperlemah
sistem kekebalan tubuh dan pada
akhirnya menyebabkan Acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS).

 Accuired Immunodeficiency Virus


adalah kumpulan gejala atau penyakit
yang disebabkan o menurunnya
kekebalan tubuh akibat infeksi oleh
virus HIV, dan merupakan tahap akhir
dari infeksi HIV (Fauci et, al., 2009)
Dari Mana Asalnya …?
Jenis HIV
 Terdapat perbedaan
struktur genom dr 1 sumber
yg sama
 Termasuk jenis lentivirus,
yg menyerang
primata→imunosupresan
pada primata→ SIV
 HIV-1, berasal dari SIV
Simpanse dan gorila
 Sebaran geografiskedua
SIV ini di afrika tengah
 Uji biopsi membuktikan
telah ad sejak thn 1950
 Berasal dari SIV, yg
menyerang monyet di
Afrika Barat
 Kurang patogenik
Bagaimana proses SIV berkembang
Menjadi HIV 2
 Kunci utama adanya
paparan antara penyakit
dg manusia→ manusia
terinfeksi penyakit
tersebut→tubuh manusia
menjadi inang→
manusia 1 menularkan ke
yang lainnya
Almost 1 million people die from HIV/AIDS each year; in
some countries it’s the leading cause of death
Jumlah Kasus HIV dan AIDS di
Indonesia
Infeksi HIV di Indonesia Tahun 2019
Jumlah kasus AIDS Per Provinsi
Tahun 2019
 Berdasarkan gambar di atas, lima provinsi dengan jumlah kasus HIV terbanyak
adalah
1. Jawa Timur
2. DKI Jakarta
3. Jawa Barat
4. Jawa Tengah
5. Papua

 Provinsi dengan jumlah kasus AIDS terbanyak adalah


1. Jawa Tengah
2. Papua
3. Jawa Timur
4. DKI Jakarta
5. Kepulauan Riau.

Kasus AIDS di Jawa Tengah adalah sekitar 22% dari total kasus di Indonesia.
Angka Kematian
 1987, Zidovodin (AZT),
- Peran ARV
ARV pertama yang
disetujui sbg terapi
namun tdk efektif →
angka kematian
meningkat
 Tahun 1986, HAART
muncul mengurangi
angka kematian hingga
saat ini
Trend dan Proyeksi Angka
Kematian
Kasus HIV AIDS Kab/Kota Pontianak
2018
KASUS HIV AIDS KAB/KOTA Tahun
2019
Pada gambar 7 diketahui bahwa sepuluh provinsi dengan kasus
AIDS terbanyak adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta,
Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Kepulauan
Riau, Bali, Sumatera Barat, dan Kalimantan Barat.
 Berdasarkan data Ditjen P2P yang bersumber dari
Sistem Informasi HIV, AIDS, dan IMS (SIHA) tahun
2019, laporan triwulan 4 menyebutkan bahwa kasus
HIV dan AIDS pada laki-laki lebih tinggi dari
perempuan.
 Kasus HIV tahun 2019 sebanyak 64,50% adalah laki-
laki, sedangkan kasus AIDS sebesar 68,60%
pengidapnya adalah laki-laki.
 Hal ini sejalan dengan hasil laporan HIV berdasarkan
jenis kelamin sejak tahun 2008-2019, dimana
persentase penderita laki-laki selalu lebih tinggi dari
perempuan.
Berdasarkan data SIHA mengenai jumlah infeksi HIV tahun 2010-
2019: kelompok umur 25-49 tahun atau usia produktif merupakan
umur dengan jumlah penderita infeksi HIV terbanyak setiap
tahunnya.
Case Fatility Rate (CFR) merupakan jumlah kematian dalam bentuk
persen, dibandingkan dengan jumlah kasus dalam suatu penyakit
tertentu.
CFR AIDS di Indonesia sejak tahun 2005 sampai tahun 2019 terus
mengalami penurunan. kematian akibat AIDS.
case rate AIDS
 Definisi operasional case rate AIDS adalah kasus AIDS
yang hidup tahun 2019 dibagi dengan jumlah penduduk
tahun 2019, kemudian dikalikan konstanta 100.000.
 Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa AIDS case rate
sepuluh provinsi di atas melebihi angka nasional sebesar
38,93.
 AIDS case rate tertinggi ada di tiga provinsi yaitu Papua
(653,82), Bali (177,65), dan Papua Barat (176,32).
 Sepuluh besar provinsi dengan AIDS case rate tertinggi
berbeda dengan sepuluh provinsi yang melaporkan jumlah
kasus AIDS terbanyak pada bulan Oktober-Desember
tahun 2019.
Gambar di atas menggambarkan proporsi kasus AIDS yang dilaporkan
menurut faktor risiko. Ternyata faktor risiko AIDS terbesar adalah
heteroseks (70%) dan homoseks (22%).
Persentase TES HIV Positif PADA
KELOMPOK RESIKO
Trend dan Proyeksi infeksi baru HIV
Tahun 2010-2020
Next
 Secara global, The HIV testing dan treatmet
meningkat.
 Di penghujung tahun 2019, 81% [68-95%] orang
dengan HIV tahu tentang status HIV mereka
 Lebih dari dua pertiga 67% [54-79%])menggunakan
terapi antiretroviral→ meningkat 3 x lipat sejak tahun
2010
The first of 10 core commitments within the UN
General Assembly’s 2016 Political Declaration on
Ending AIDS are the 90–90–90 target
 HIV testing and treatment: untuk mengurangi jumlah HIV
dalam tubuh menjadi tidak terdeteksi akan membuat
mereka tetap sehat dan mencegah penyebaran virus lebih
lanjut.
 Peningkatan akses terapi antiretroviral telah menghindari
sekitar 12,1 jutaKematian terkait AIDS sejak 2010.
 Peningkatan efektivitas treatmen
 rates of viral load suppression di antara semua orang yang
hidup dengan HIV naik sebesar 44 % antara tahun 2015-
2020
 Hampir 59% [49-69%] orang yang hidup dengan HIV
secara global telah menekan viral load pada tahun 2019
 Peningkatan akses terhadap terapi antiretroviralmencegah
sekitar 12,1 juta terkait AIDS kematian sejak 2010.
TOWARDS 90--90--90
SITUASI EPIDEMI GLOBAL SAMPAI
DENGAN 2019
 Secara global, epidemi HIV mengalami penurunan sekitar
33 % sejak 2001, sehingga pada tahun 2012 diperkirikan
terjadi sekitar 2,3 juta infeksi baru pada dewasa dan anak.
 Kematian yang dikaitkan dengan AIDS menurun sampai 30
% sejak 2005 karena peningkatan akses pengobatan ARV
 Kematian akibat TBC menurun sampai 30 % sejak 2004.
 Kematian terkait AIDS menurun dari puncaknya pada 2004
dengan 1,7 juta kematian terkait AIDS per tahun menjadi
770 ribu kematian terkait AIDS pada 2018.
 Peningkatan ODHA yang mendapatkan ARV dari 48 %
(thn 2015) menjadi 62 % (tahun 2018) (WHO, 2018)
Hasil Penelitian di Sub Saharan
Africa
 Wanita usia 15-24 tahun 24 % terinfeksi HIV
 Wanita dan perempuan dari segala usia menyumbang
59% dari HIV baruinfeksi di sub-Sahara Afrika
 Mayoritas pria dewasa yang lebih tua (>25 tahun), Di luar
sub-Sahara Afrika, terinfeksi HIV (Gambar 0.10)
 Proporsi laki-laki ini adalah laki-laki gay & transgender
juga berisiko sangat tinggi tertular HIV, mereka memi-
liki risiko 13 kali lebih besar terinfeksi dibandingkan orang
dewasa pada populasi umum.
 Populasi kunci tambahan yang berisiko lebih tinggi
Infeksi HIV termasuk orang yang menyuntikkan narkoba,
pekerja seks dan narapidana
 Although they are a small proportion
of the general population, key populations and their
sexual partners accounted for more than 60% of new
adult HIV infections globally in 2019.
The launch of the Global HIV
Prevention Coalition in 2017
 Lebih dari 15 juta priadan anak laki-laki di 15 negara
prioritas telah disunat secara sukarela sejakawal 2016.
 Pengenalan profilaksis pra-pajanan (PrEP) untuk
pencegahan HIV telah berkontribusi terhadap
penurunan infeksi HIV di antara pria gay di beberapa
kota di UtaraAmerika, Eropa dan Australia.
Next
 Anggaran dari “condom social marketing programmes”
di sub-Sahara Afrika telah dipotong akhir-akhir ini, dan
generasi baru yang aktif secara seksual adalah orang-orang
muda belum terpapar dengan program di atas, yang telah
dilakukan selama satu dekade lalu
 Penggunaan kondom pada seks berisiko tinggi terakhir
dilaporkan oleh remaja putri dan remaja putra baru-baru
ini menurun di beberapa negara di sub-Sahara Afrika.
 Mayoritas orang yang bisa mendapatkan keuntungan dari
PrEP tidak dapat mengaksesnya, dan penggunaan
kondom,sunat pria medis sukarela (VMMC) danTarget
PrEP yang ditetapkan untuk tahun 2020 di luar jangkauan..
Stigma and Discrimination at
Health-Care Facilities-ODHA

Diskriminasi Penolakan Pelanggaran


di faskes perawatan kerahasiaan

prosedur
Sikap
yang
meremehkan
dipaksakan
Ketidaksetaraan gender dan risiko
HIV
 Kekerasan berdampak pada kehidupan ratusan juta
orangwanita dan anak perempuan: hampir satu dari tiga
wanita di seluruh dunia pernah mengalami fisik atau
kekerasan seksual oleh pasangan intim, kekerasanseksual
non partner atau keduanya dalam hidup mereka
 46 negara dengan data yang tersedia antara 2014dan 2018,
persentase wanita usia 15 tahun hingga 49 tahun yang
dilaporkan mengalami kekerasan fisik dan / atau seksual
secara intimmitra dalam 12 bulan terakhir berkisar antara
3,5% di Armenia menjadi 47,6% di Papua Nugini .
 Wanita dari etnis dan minoritas lainnya,perempuan
transgender dan perempuan penyandang disabilitas
menghadapi risiko lebih tinggi dari berbagai bentuk
kekerasan
Next
 Gadis remaja dan wanita muda menghadapi tantangan
dimana berisiko tinggi kehamilan yang tidak diinginkan,
kekerasan dan HIV
 Banyak yg tdk dapat mengakses pelayanan kesehatan
reproduksi yg mrk butuhkan
 gadis remaja aktif berusia 15 sampai 19 tahun secara
global,lebih dari separuh tidak menggunakan kontrasepsi
 Setidaknya 10 juta kehamilan yang tidak diinginkan terjadi
setiap tahun di antara gadis remaja berusia 15 hingga 19
tahun di negara berpenghasilan rendah dan menengah
 Pengetahuan tentang kesehatan seksual dan reproduksi
dan pencegahan HIV dan penularan seksual infeksi (IMS)
di kalangan remaja perempuan dan muda wanita juga
rendah:
 hanya sekitar sepertiga wanita berusia 15 hingga 24 tahun
di sub-Sahara Afrika memiliki pengetahuan komprehensif
tentang HIV
 Tingkat kerentanan yang tinggi dipicu oleh kompleks
interaksi penggerak sosial, ekonomi dan
struktural,termasuk kemiskinan, ketidaksetaraan gender,
ketidaksetaraankekuasaan dan dinamika hubungan,
berbasis genderkekerasan, isolasi sosial dan akses terbatas
kesekolah.
Manifestasi Klinik
Tahap 1: fase • Dalam 2 -6 minggu setelah terinfeksi HIV, seseorang
mungkin mengalami penyakit seperti flu
Akut

Tahap 2: • Infesksi asimtomatik, umumnya berlangsung 8-10


tahun
Infeksi Laten

Tahap 3: • Limfosit T-CD-4 semakin tertekan→sistem imun


menurun
Infeksi Kronis • Pasien rentan terhadap infeksi sekunder→ AIDS
2 macam pendekatan untuk tes
HIV
• Voluntary Counseling
VCT and Testing

• Provider Initiated
PITC Testing and Counseling
Permen 2013 ttg Penanggulangan
HIV dan AIDS, indikasi tes HIV
yaitu:
Tes HIV juga harus ditawarkan scr
rutin kepada(Permenkes, 2014):
UNAIDS

Tantangan - Epidemi HIV

Epidemi HIV masih menjadi


masalah yang belum
terselasaikan …

Diperkirakan secara global Ketidaksetaraan gender,


243 juta wanita dan anak kekerasan pada wanita,
perempuan (usia 15–49 kriminalisasi dan marginalisasi
tahun) telah menjadi kelompok rentan terus
sasaran kekerasan seksual meningkatkan perkembangan
dan / atau fisik yang HIV
dilakukan oleh pasangan
intim di 12 bulan terakhir.
wanita yang mengalami
Wanita pekerja seks
kekerasan 1,5 kali lebih
memiliki 30 kali lipat risiko
berisiko tertular HIV
lebih besar tertular HIV dari
dibandingkan wanita yang
pada populasi umum
tidak mengalami kekerasan
 Dari 38 juta orang yang hidup dengan HIV, 25,4 juta
orang menjalani pengobatan.
 Artinya 12,6 juta orang masih belum menjalani
pengobatan.
 Infeksi baru HIV telah berkurang23% sejak tahun
2010,
 Terjadi penurunan substansial sebesar 38% di Afrika
timur dan selatan.
 Tapi HIV infeksi telah meningkat sebesar 72% di
Eropa Timur dan Asia Tengah, 22 % Timur Tengah
dan Afrika Utara dan 21% di Amerika Latin.
Next
Layanan HIV AIDS yang terdampak
• Konseling tes HIV
• Pemberian Terapi Antiretroviral
• Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA)
• TB-HIV
• Pendampingan
• Layanan mata, laboratorium, dan radiologi
• Kegiatan penelitian
 Apakah HIV meningkatkan risiko terinfeksi
SARSCoV2 ?
 Apakah HIV meningkatkan risiko fatal dari infeksi
SARS-Cov2?
Masalah” di Lapangan
 Banyak nya informasi di sosial media membuat Odha
ketakutan dan beresiko menurunkan imunitas.
 Tidak semua layanan perawatan dan dukungan untuk
Odha mempunyai SOP alur selama pandemi Covid 19
 Layanan online, pengiriman ARV dll, Ketersediaan
ARV yang terbatas membuat Odha harus bolek balik
datang ke RS/Puskesmas (surat Edaran
PM.02.02/3/2020 Terkait protokol pelaksaan layanan
HIV AIDS sema Pandemi Covid 19, ARV bisa diberikan
untuk 2 sd 3 bulan sekaligus )
TANTANGAN YANG DI HADAPI
 Layanan di Rumah Sakit dan Puskesmas terbatas
 Rumah sakit tempat mengakses ARV merupakan
rumah sakit rujukan penanganan COVID-19.
 Ketersediaan ARV berkurang karena
pendistribusiannya terhambat
 Pengiriman ARV untuk teman-teman ODHIV di luar
daerah terhambat karena pembatasan akses keluar
daerah.
 Secara prinsip: OBAT tidak berhenti
 Meski SARS-CoV2 bukan merupakan Infeksi oportunistik
untuk HIV tapi tetap perlu DICEGAH untuk terjadi
penularan:
– Komunikasi yang baik dengan klien
– Edukasi cara dan kebijakan dari Rumah Sakit
– Pikirkan metode untuk mengurangi frekuensi ke RS dan
lamanya waktu tunggu dan layanan di RS
– Lakukan Terapi Segera terutama pada stadium 1 Dan II
– Berikan kombinasi obat yang memudahkan untuk semua
 Semua dilakukan dengan menerapkan Protokol Kesehatan
yang berlaku di masa Pandemi
 Thanks

Anda mungkin juga menyukai