Anda di halaman 1dari 2

1.

Wajib (Fardlu) adalah sesuatu perbuatan yang jika dikerjakan akan mendapatkan
pahala dan jika ditinggalkan akan diberi siksa. Contoh dari perbuatan yang memiliki
hukum wajib adalah shalat lima waktu, puasa di bulan ramadhan, dan Zakat.

Mandud atau sunnah ialah sesuatu perbuatan yang dituntut agama untuk
dikerjakan tetapi tuntutannya tidak sampai ke tingkatan wajib atau
sederhananya perbuatan yang jika dikerjakan akan mendapatkan pahala dan
jika ditinggalkan tidak akan mendapatkan siksaan atau hukuman. Contoh dari
perbuatan yang memiliki hukum mandud atau sunnah ialah  shalat yang
dikerjakan sebelum/sesudah shalat fardhu.

Mubah adalah suatu perbuatan yang diperbolehkan oleh agama antara


mengerjakannya atau meninggalkannya. Contoh dari mubah adalah makan,
minum, bermain yang sehat dan sebagainya.

Perbuatan Makruh adalah suatu perbuatan yang dirasakan jika


meninggalkannya itu lebih baik dari pada mengerjakannya. Contoh dari
perbuatan makruh ini adalah memakai sutra atau cincin emas bagi laki-laki.

Haram ialah sesuatu perbuatan yang jika dikejakan pasti akan mendapatkan
siksaan dan jika ditinggalkan akan mendapatkan pahala. Contoh perbuatan
yang memiliki hukum haram adalah membunuh, mabuk, judi, dan sebagainya.

2. Fiqih adalah pengetahuan keagamaan yang mencakup seluruh ajaran agama, baik berupa
akidah, akhlak, maupun amaliah (ibadah), yakni sama dengan arti syariah Islamiyyah.
Namun, pada perkembangan selanjutnya fiqh diartikan sebagai bagian dari syariah islamiyyah
yaitu pengetahuan tentang hukum syariah islamiyyah yang berkaitan dengan perbuatan
manusia yang telah dewasa dan berakal sehat yang diambil dari dalil-dalil yang terinci.

Mazhab Fiqih :

Madzhab Hanafi Dinamakan Hanafi, karena pendirinya Imam Abu Hanifah An-Nu’man
bin Tsabit. Beliau lahir pada tahun 80 H di Kufah dan wafat pada tahun 150 H. Madzhab
ini dikenal madzhab Ahli Qiyas (akal) karena hadits yang sampai ke Irak sedikit,
sehingga beliau banyak mempergunakan Qiyas.

Madzhab Maliki Pendirinya adalah Al-Imam Maliki bin Anas Al-Ashbahy. Ia


dilahirkan di Madinah pada tahun 93 H dan wafat pada tahun 179 H. Beliau
sebagai ahli hadits di Madinah dimana Rasulullah SAW hidup di kota tersebut.
Madzhab ini dikenal dengan madzhab Ahli Hadits, bahkan beliau mengutamakan
perbuatan ahli Madinah daripada Khabaril Wahid (Hadits yang diriwayatkan oleh
perorangan). Karena bagi beliau mustahil ahli Madinah akan berbuat sesuatu
yang bertentangan dengan perbuatan Rasul, beliau lebih banyak menitikberatkan
kepada hadits, karena menurut beliau perbuatan ahli Madinah termasuk hadits
mutawatir
Madzhab Syafi’I pendirinya adalah Al-Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i Al-
Quraisyi. Beliau dilahirkan di Ghuzzah pada tahun 150 H dan wafat di Mesir pada
tahun 204 H. Beliau belajar kepada Imam Malik yang dikenal dengan madzhabul
hadits, kemudian beliau pergi ke Irak dan belajar dari ulama Irak yang dikenal
sebagai madzhabul qiyas. Beliau berikhtiar menyatukan madzhab terpadu yaitu
madzhab hadits dan madzhab qiyas. Itulah keistimewaan madzhab Syafi’i. Di antara
kelebihan asy-Syafi’i adalah beliau hafal Al-Qur’an umur 7 tahun, pandai diskusi dan
selalu menonjol. Madzhab ini lahir di Mesir kemudian berkembang ke negeri-negeri
lain.

Madzhab Hanbali Dinamakan Hanbali, karena pendirinya Al-Imam Ahmad bin


Hanbal As-Syaebani, lahir di Baghdad Th 164 H dan wafat Th 248 H. Beliau
adalah murid Imam Syafi’i yang paling istimewa dan tidak pernah pisah sampai
Imam Syafi’i pergi ke Mesir. Menurut beliau hadits dla’if dapat dipergunakan
untuk perbuatan-perbuatan yang afdal (fadlailul a'mal) bukan untuk menentukan
hukum. Beliau tidak mengaku adanya Ijma’ setelah sahabat karena ulama sangat
banyak dan tersebar luas.

3. Fatwa berarti jawab ( Keputusan, pendapat) yang diberikan oleh mufti (orang yang
memberikan fatwa) tentang suatu masalah. Pengertian lain adalah nasihat orang alim,
pelajaran baik, petuah. Berfatwa artinya memberi fatwa. fatwa mempunyai peranan yang
cukup dominan dalam memberikan pertimbangan hukum keagamaan kepada masyarakat,
sekalipun ia dianggap tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat (gbair mulzimah).
4. Adapun persamaan yang paling mendasar antara fatwa dan qadha adalah:
1. Sama-sama hasil ijtihad yang berlandaskan Al-quran dan al-hadis.
2. Sama-sama dalam bentuk ketetapan hukum.
3. Keputusanm yang ditetapkan berdasarkan badan resmi.
4. Sama-sama menghasilkan suatu produk hukum.

Adapun perbedaan yang mendasar adalah sebagai berikut.

1. Fatwa adalah produk pribadi (bersifat tidak mengikat) atau bisa nama atas
lembaga, sedangkan qadha produknya atas nama negara (bersifat mengikat).
2. Yang membuat qadha (yakni hakim) diangkat oleh negara, sedangkan yang
membuat fatwa adalah mufti (tidak diangkat oleh negara) dan berdasar atas
pengakuan masyarakat.
3. Mufti boleh menolak perkara yang diajukan kepadanya sedangkan qadha
(yakni pengadilan) tidak boleh menolak sekalipun undang-undang untuk masalh
tersebut belum ada.
4. Qadha (putusan pengadilan) boleh dibatalkan perdailan yang lebih tinggi,
sedangkan fatwa tidak ada yang bisa membatalkanny, sekalipun ulama yang
lebih populer.
5. Fatwa dasarnya adalah ilmu, sedangkan qadha dasarnya adalah fakta.

Anda mungkin juga menyukai