Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I
PENDAHULUAN
Menurut gambar dan rupa Allah adalah hakikat penciptaan yang
sesungguhnya. Dari awal penciptaan dirancang oleh Allah. Dan saat menciptakan
manusia adalah satu proses yang sangat unik dan berbeda dari ciptaan lainnya.
Dimana manusia diciptakan tidak hanya dengan firman akan tetapi Allah sendiri
yang berkarya, membentuk ciptaan itu sesuai dengan apa yang Allah inginkan
(Kej 1:26 ). Walaupun dalam perjalanan kehidupan manusia ada penyimpangan-
penyimpangan yang dilakukan manusia sehingga manusia menjadi berdosa.
Manusia melanggar apa yang Allah perintahkan sebagai suatu bukti nyata bahwa
manusia memiliki kehendak bebas. Manusia kehilangan kemuliaan Allah dengan
satu pelanggaran yang menjadikan hubungan Allah dengan manusia menjadi
renggang, manusia malu bertemu dengan Allah sehingga manusia bersembunyi
saat Allah datang mencari mereka.

A. Latar belakang
Hanya catatan Alkitab saja yang memberi informasi yang akurat tentang
asal-usul manusia. Karya penciptaan manusia didasarkan atas perundingan sidang
Allah, walau semua ciptaan-Nya sampai sebelum jadinya manusia dikatakan baik,
namun ciptaan tersebut belum lengkap bila tanpa manusia. Manusia bukan
dipikirkan-Nya kemudian, melainkan hasil pemikiran terdahulu didalam benak
Allah. Setelah Allah menciptakan manusia barulah Ia kemudian berkata bahwa
apa yang Ia kerjakan adalah “amat baik” (kej 1:31)1. Alkitab secara jelas
mengajarkan bahwa seluruh umat manusia adalah keturunan satu pasangan
tunggal (kej 1:27,28; 2:7,22; 3:20; 9:19)2
Konseb Alkitab tentang dosa berasal dari tinjauan terhadap istilah dosa
yang digunakan dalam perjanjian lama maupun dalam perjanjian baru. Bila
dibandingkan dengan istilah rahmat/anugerah dalam Alkitab, istilah dosa terdapat

1
Dr.Charles C.Ryrie, Teologi dasar 1, (Yogyakarta:ANDI, 1991), hlm.276
2
Henry C. Thiessen,Teologi Sistemetika, (Malang: Gandum Mas, 1992), 241
2

begitu banyak. Hanya ada tiga kata yang digunakan untuk menyatakan anugerah
(khen dan khesed dalam Perjanjian Lama, dan kharis dalam Perjanjian Baru).3
Dosa adalah tindakan yang prinsip, kesalahan dan pencemaran. Kalau kita melihat
disekeliling kita,kita melihat bahwa dosa merupakan persoalan yang universal.
Akibat yang universal pastilah memiliki penyebab yang universal pula. Alkitab
mengajarkan bahwa dosa adam dan hawa telah menyebabkan seluruh keturunan
mereka berdosa. Dosa adam telah dibilang dihitung,dianggap,atau dituduhkan
kepada setiap anggota umat manusia.4

B. rumusan masalah
1. Manusia
❖ Penciptaan Manusia
❖ Pentingnya Doktrin Kemanusiaan
❖ Sifat Hakiki Manusia
❖ Kejatuhan Manusia Dalam Dosa
2. Dosa
❖ Pengertian Dosa
❖ Asal Mula Dosa
❖ Sifat Dosa
❖ Akibat Dosa
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Doktrin Tentang Manusia
2. Untuk Mengetahui Doktrin Tentang Dosa

3
Dr.Charlea C.Ryrie, Teologi Sistematika..., 305
4
Ibid., 283-284
3

BAB II
ISI
1. Manusia
Merupakan ciptaan Allah yang paling sempurnah diantara ciptaan yang
lain karena diciptakan segambar dan serupa dengan Allah dan yang
memiliki akan budi
❖ Penciptaan manusia

Penciptaan manusia didasarkan atas rencana Allah, penciptaan manusia itu


langsung, khusus dan segera (kej 1:27; 2:7). Penciptaan manusia tidak melibatkan
proses evolusi apapun yang menghubungkan manusia dengan makhluk pra
manusia yang berbentuk lebih sederhana (banding A.H. Strong, Systematic
Theology [Philadelphia: Judson, 1907] hlm.465-476). Kalau proses evolusi
dilibatkan, maka hal itu berarti secara jasmani manusia berasal dari bentuk bukan
manusia yang kepadanya Allah menghembuskan nafas hidup. Kej 2:7 sama sekali
tidak mendukung pendapat itu. Sebaliknya ia menguatkan fakta penciptaan khusus
dari materi non-organik dan tak memerlukan dukungan pendapat yang
menyatakan bahwa penciptaan itu berasal dari kehidupan sebelumnya.5
Alkitab memberikan kepada kita dua catatan tentang penciptaan manusia,
yang pertama dalam kej 1:26,27, dan yang kedua dalam kej 2:7,21-23. Allah
memakai materi yang sudah ada sebelumnya dalam membentuk manusia. Ketika
Allah menciptakan manusia Ia berkata “Marilah Kita menjadikan manusia
menurut gambar dan rupa Kita”. Dalam kejadian 2:7 ada suatu perbedaan yang
jelas antara asal mula tubuh dan asal mula jiwa. Tubuh dibentuk dari debuh tanah;
dalam penciptaan tubuh ini Allah memakai materi yang sudah ada telebih dahulu.
Akan tetapi dalam penciptaan jiwa Allah tidak memakai materi yang sudah ada
sebelumnya, tetapi Allah menciptakan substansi baru. Allah menghembuskan
nafas hidup kedalam manusia dan manusia menjadi mahkluk yang hidup. Kedua
elemen ini adalah tubuh dan nafas atau Roh kehidupan yang dihembuskan Allah

5
Dr. Charles C.Ryrie, Teologi Dasar 1..., 276-277
4

kepada manusia dan oleh pengabungan keduanya manusia menjadi “mahkluk


yang hidup” 6
❖ Pentingnya Doktrin Manusia

Pokok-pokok doktrinal dari teologi kristen memiliki hubungan yang


serupa satu dengan yang lain. Alasan mengapa doktrin manusia yang terutama
sanggat penting yaitu:

• Doktrin tentang manusia itu penting karena hubungannya dengan doktri-


doktrin kristen lain yang utama. Manusia merupakan mahkluk ciptaan
Allah yang termulia diatas muka bumi. Jadi, mempelajari manusia
membawa kita kepada penyempurnaan pemahaman kita tentang karya
Allah. Dan kita belajar lebih banyak tentang Allah dengan mempelajari
manusia daripada mempelajari mahkluk ciptaan Allah yang lain.
• Doktin tentang manusia juga membuat kita lebih memahami pribadi
Kristus, karena Alkitab mengajarkan bahwa Oknum kedua dari Tritunggal
Allah telah menjelma menjadi manusia.
• Merupakan pintu untuk memahami doktrin-doktrin lainnya yang
berhubungan tidak begitu jelas. Bila Allah tidak menciptakan manusia,
maka mungkin tidak pernah ada penjelmaan dan pendamaian. Tidak ada
yang perlu dilahirkan kembali dan dibenarkan. Dan pastilah tidak ada
orang-orang percaya yang membentuk gereja.
• Doktrin tentang manusia itu penting karena doktrin ini merupakan titik
bertemu diantara pernyataan Alkitabiah dengan urusan kemanusiaan
• Doktrin tentang manusia penting karena dewasa ini terdapat krisis
pengenalan diri. Bukan saja mendapat perhatian yang besar pada jawaban
“Apakah manusia itu?” juga terdapat kerancuan jawaban yang diberikan,
karena berbagai peristiwa perkembangan mutakhir telah membuat orang
meragukan jawaban yang telah dikemukakan.7

6
Louis Berkhof, Teologi Sistematika 2 (Doktrin Manusia), (Surabaya: Momentum,2015) 4-8
7
Millard J. Erickson, Teologi Kristen, (Malang: Gandum Mas, 2003) 14-21
5

❖ Sifat Hakiki Manusia


Pandangan-pandangan mengenai sifat hakiki manusia ; Trikhotomisme,
dikhotomisme,monisme,
a. Trikhotomisme

Pandangan yang cukup populer di kalangan Protestan konservatif telah


dinamakan pendapat “trikhotomisme” menurut pendapat ini manusia terdiri atas
tiga unsur. Unsur yang pertama adalah tubuh jasmaniah. Sifat jasmaniah ini
dimiliki oleh manusia dan juga hewan dan tamanan. Perbedaannya terdapat dalam
tingkat, karena manusia memiliki struktur jasmaniah yang lebih rumit. Unsur yang
kedua adalah jiwanya. Inilah unsur psikologis manusia, dasar dari akal, perasaan,
hubungan sosial dan dll. Hewan dianggap sebagai memiliki jiwa yang belum
sempurna. Memiliki jiwa itulah yang membedakan manusia dan hewan dari
tanaman. Sekalipun jiwa manusia lebih mampu dan terlibat daripada jiwa hewan,
namun jenisnya sama. Yang benar-benar membedakan manusia dangan hewan
bukanlah bahwa ia memiliki jiwa yang lebih rumit dan berkembang, melainkan
bahwa manusia memiliki unsur yang ketiga, yaitu roh. Unsur rohani ini membuat
manusia mampu memahami hal-hal rohani serta menanggapi rangsangan rohani.
Trikhotomisme menjadi populer secara khusus di kalangan para bapa
gereja di Aleksandria pada abad-abad permulaan sejarah gereja. Sekalipun
bentuknya agak berbeda, pandangan trikhotomisme ini dianut oleh Clemen dari
Aleksandria, Origenes dan Gregorius dari Nisa. Pendapat ini kemudian mendapat
nama buruk setelah dipakai oleh Apolinarius untuk menyusun kristologinya yang
gereja dianggap sebagai ajaran sesat. Sekalipun beberapa gereja dari aliran Timur
masih menganut pendapat ini.
b. Dikhotomisme

Mungkin pendapat yang paling populer sepanjang sebagian besar sejarah


gereja adalah pendapat bahwa manusia terdiri atas dua unsur, unsur material yaitu
tubuh, dan unsur non material, yaitu jiwa atau roh. Dikhotomisme ini dianut sejak
sekitar awal mula pemikiran kristen. Menyusul konsili di konstantinopel pada
tahun 381, pendapat ini menjadi makin populer sehingga dapat dikatakan menjadi
6

kepercayaan yang secara resmi diterima oleh gereja. Bentuk-bentuk dikhotomisme


yang belakangan ini berenggapan bahwa perjanjian lama menyajikan suatu
pandangan terpadu ini diganti dengan sebuah dualisme: manusia terdiri dari tubuh
dan jiwa. Tubuh merupakan aspek jasmaniah manusia. Inilah bagian manusia
yang dapat mati. Pada waktu kematian bagian ini mengalami kehancuran dan
menjadi tanah kembali. Jiwa, dalam pada itu, merupakan bagian yang non
material dalam diri manusia sehingga tidak mati. Sifat abadi ini yang
membedakan manusia dengan makhluk yang lain.
c. Monisme

Monisme mendesak bahwa manusia tidak beleh dianggap sebagai terdiri


atas beberapa bagian atau berbagai kesatuan, namun sebagai kesatuan yang
radikal. Dalam pengertian monistik, Allkitab tidak memandang manusia sebagai
tubuh, jiwa dan roh, tetapi hanya sebagai suatu kepribadian. Istilah-istilah yang
kadang-kadang dipakai untuk membedakan berbagai bagian manusia, sebenarnya
harus dipahami sebagai istilah-istilah yang searti pada dasarnya. Tidak pernah
Allkitab memperlakukan manusia sebagai makhluk dualistik. Menurut pandangan
monisme, menjadi manusia berarti memiliki tubuh. Gagasan bahwa manusia
dalam entah bagaimana dapat hidup terlepas dari tubuh tidaklah mungkin. Pacsa
kematian. Keabadian jiwa merupakan suatu pandangan yang tidak dapat
dipertahankan . dengan demikian bukan saja tidak mungkin ada kehidupan masa
depan tanpa kebangkitan tubuh, namun juga keadaan penengah diantara kematian
dan kebangkitan dan juga disingkirkan.8
❖ Kejatuhan Manusia Dalam Dosa

Kejatuhan manusia kedalam dosa disebabkan oleh pencobaan dari si ular


yang menaburkan dalam pikiran manusia beni-benih ketidaktaatan dan
ketidakpercayaan. Alur pemikiran sipenggoda ini jelas. Pertama-tama dia
menebarkan benih keragu-raguan dengan mempertanyaakan maksud baik Allah

8
Ibid., 100-106
7

dan mengataakan bahwa perintah-Nya membatasi kebebasan dan hak manusia.


Ketika sipengoda memperrhatikan jawaban hawa bahwa benih itu telah berakar,
iblis menambahkan benih ketidakpercayaan dan kesombongan,dan menyangkal
pelangaran akan mengakibatkan kematian dan kemudian mengatakan bahwa
perintah itu diberikan karena Allah mementingkan diri sendiri dan ingin manusia
selalu berada dibawahnya. Iblis menekankan bahwa dengan memakan buah
poohon itu manusia akan menjaddi seperti Allah. Akhirnya hawa mengambil dan
memakan buah itu dan memberikannya kepada adam , lalu dimakanya juga.9

2. Dosa
❖ Pengertian dosa

Dalam Perjanjian Lama ada beberapa kata untuk dosa “Khatta” yang
pokok artinya adalah “tidak kena”. Dalam Perjanjian Baru dosa adalah “a nomia”
( 1 Yoh. 3:4). Jadi dosa adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak
Allah.10 Kata dosa sudah lazim dipergunakan dikalangan Kristen. Dosa tidakalah
sama dengan kejahatan, dosa itu tidak boleh dijadikan istilah etika manusia yang
berbicara tentang pelanggaran pelbagai aturan atau kebiasaan. Tetapi kata dosa
adalah istilah teologia yang langsung ada sangkut pautnya dengan hubungan
antara Allah dan manusia.11 Menurut Becker pengertian dosa yaitu, dalam
Perjanjian Lama, arti dosa dimengerti sebagai “ketidaktaatan” yaitu yang
diungkapkan melalui istilah Pesya (pemberontakan), khatta (pelanggaran), dan
awon (perbuatan yang tidak senonoh). Sedangkan dalam Perjanjian Baru, Dosa
juga diartikan sebagai “ketidaktaan” (Rom. 5:19). Ketidaktaan yang dimaksud
tidak hanya melanggar hak dan hukum taurat Allah ( 1 Yoh. 3:4), tetapi juga
melawan Allah sendiri.12 Padahal dosa menurut Kej. 4:7, adalah musuh yang
setiap saat telah mengintip di depan pintu hati manusia untuk memasukinya. Dosa

9
Louis Berkhof, Doktrin Manusia...,94
10
R. Soedarmo, Kamus Istilah Teologi, (Jakarta: BPK-GM, 2002), 21
11
G.C. Van Niftrik & B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK-GM, 1990),466-467
12
Theol. Dieter Becker, Pedoman Dogmatika, (Jakarta: BPK-GM, 2009), 101
8

senantiasa menyembunyikan diri dibelakang perbuatan-perbuatan yang


tampaknya baik.13
❖ Asal Mula Dosa

Dosa sudah ada di alam semesta sebelum Adam dan Hawa jatuh kedalam
dosa. Ini terbukti dari hadirnya penggoda (ular) itu di Taman Eden. Kejadian 3
menjelaskan jalannnya peristiwa pencobaan, si penggoda (ular) meyakinkan
bahwa Hawa dan Adam akan menjadi sama seperti Allah , yakni mengenal mana
yang baik dan mana yang jahat. Kepada keinginan jahat inilah perhatian Hawa
dipusatkan dan keinginan inilah yang disoroti untuk menjadi asal mula
dosa.14 Permasalahan mengenai asal mula kejahatan yang ada di dalam dunia telah
dianggap sebagai salah satu masalah yang paling sulit dalam filsafat maupun
teologi. Kejahatan ini bermula dalam pilihan bebas manusia, baik dalam eksistensi
sekarang atau eksistensi sebelumnya. Berkenaan dengan asal mula dosa dalam
sejarah manusia,
Alkitab mengajarkan bahwa dosa itu dimulai dengan pelanggaran Adam di
Firdaus, dengan demikian dimulai juga dengan tindakan yang dilakukan oleh
manusia dengan kesadaran penuh. Akan tetapi kemudian persoalannya tidak
berhenti sampai disitu saja, sebab oleh dosa yang pertama itu Adam menjadi
budak dosa yang tidak bebas.
Dosa itu membawa kekotoran permanen, Allah memutuskan bahwa
seluruh manusia adalah orang berdosa di dalam Adam, sama halnya dengan Ia
memutuskan bahwa semua orang percaya menjadi benar di dalam Yesus Kristus.
“Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang
berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar
(Rom 5: 18-19)”. Berkenaan dengan semua ini maka jelas merupakan suatu
penghujatan jika mengatakan bahwa Allah adalah pembuat dosa.15

13
H. Hadiwijono, Iman Kristen, ( Jakarta: BPK-GM, 2010), 234
14
Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid A-L (Jakarta: YKBK, 2011),257
15
Louis Berkhof, Teologi Sistematika 2 (Doktrin Manusia), 85-91
9

❖ Sifat Dosa

Dosa memiliki sifat yang mutlak, dalam lingkungan yang etis perbedaan
yang baik dan jahat itu mutlak. Dosa menempati kedudukan dalam hati, dosa tidak
mengendap dalam bagian jiwa tetapi dalam hati.16
Pelanggaran terhadap hukum Allah, karena kita adalah mahkluk-mahkluk
moral dan berakal, kita tentu harus tunduk pada hukum kebenaran. Hodge
menjelaskan bahwa hukum kebenaran itu bukanlah (1) akal kita (2) tatanan moral
alam semesta (3)kebahagiaan alam semesta (4) kebahagiaan diri sendiri (5)
hukum kebenaran adalah ketaatan kepaada kepemimpinan oknum yang berakal,
yaitu Allah yang maha besar, abadi dan yang tidak dapat diubah sifat sifatnya. 17
Mementingkan diri sendiri menurut Strong, sifat mementingkan diri
sendiri artinya lebih lebih memprioritaskan diri sendiri dari pada Allah. 18
❖ Akibat Dosa

Dosa Adam dan Hawa bukan hanya berdampak kepada mereka sendiri, tetapi
dosa mereka ini berdampak kepada semua ekosistem yang ada di seluruh alam
semesta.
1. Sikap Manusia Terhadap Allah
Perubahan sikap Adam dan hawa terhadap Allah menunjukan
pemberontakan yang terjadi dalam hati mereka. Bersembunyilah manusia dan
istrinya itu terhadap Allah Yahweh diantara pohon-pohonan dalam taman ( Kej.
3:8), dan ditutupilah dirinya dengan cawat (Kej. 3:7). Padahal manusia diciptakan
untuk hidup dihadapan Allah dan dalam persekutuan dengan Dia. Tapi sekarang
setelah mereka jatuh ke dalam dosa mereka gemetar berjumpa dengan Allah. Rasa
malu dan ketakutan yang sekarang menguasai hati mereka, ( Bnd. Kej.
2:25;3:7,10) menunjukan bahwa perpecahan sudah terjadi.

16
Ibid., 113-116
17
Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika..., 263-264
18
Millard J. Erickson, Teologi Kristen..., 180
10

2. Sikap Allah terhadap Manusia


Perubahan tidak hanya terjadi pada sikap manusia terhadap Allah , tapi
juga pada sikap Allah terhadap manusia. Ganjaran hukuman , kutukan dan
pengusiran dari Taman Eden, semuanya ini menandakan perubahan itu. Dosa
timbul pada satu pihak , tapi akibat-akibatnya melibatkan kedua pihak. Dosa
menimbulkan amarah dan kegusaran Allah, dan memang harus demikian sebab
dosa bertentangan mutlak dengan hakikat Allah. Mustahil Allah masa bodoh
terhadap dosa, karena mustahil pula Allah menyangkali diriNya sendiri.
3. Akibatnya tehadap Manusia
Sejarah umat manusia berikutnya melengkapai daftar kejahatan ( Kej.
4:8,19,23, 24;6:2,3,5). Dan timbunan kejahatan yang merajalela itu mencapai
kesudahannya dalam pemusnahan umat manusia, kecuali 8 orang ( Kej. 6:7, 13;
7:21-24). Kejatuhan ke dalam dosa berakibat tetap dan menyeluruh, tidak hanya
menimpa Adam dan Hawa, tapi juga menimpa segenap keturunan mereka ; dalam
ihwal dosa dan kejahatan terkandung solidaritas insani, yakni sama-sama
langsung terhisap dalam perbuatan dosa itu dan menanggung segala akibatnya.

4. Akibatnya terhadap Alam Semesta


Akibat –akibat dari kejatuhan ke dalam dosa meluas sampai alam semesta.
‘ terkutuklah tanah ini kerena engkau’ ( Kej. 3: 17; bnd Rm 8:20). Manusia
adalah mahkota seluruh ciptaan, jadilah menurut gambar Allah dan karena itu
merupakan wakil Allah ( Kej. 1:26). Bencana kejatuhan manusia ke dalam dosa
mendatangkan bencana laknat atas alam semesta yang terjadinya manusia telah
dikaruniai kuasa. Dosa adalah peristiwa dalam kawasan rohani manusia, tapi
akibatnya menimpa seluruh alam semesta.

5. Munculnya Maut

Maut adalah rangkuman dari hukuman atas dosa. Inilah peringatan yang
bertalian dengan larangan di Taman Eden ( Kej. 2:17 ), Maut sebagai gejala
alamiah, porak porandanya unsur-unusur kedirian manusia yang pada aslinya
11

adalah utuh dan pandu sejali. Keporandaan ini melukiskan hakikat maut, yaitu
keterpisahan manusia dari Allah , yang nyata pada pengusiran manusia dari
Taman Eden. Oleh karena dosa, manusia gentar mengahadapi kematian (Luk.
12:5; Ibr. 2:15).19
Sebagai akibat dari perbuatan dosa, Millard J. Erickson20 (2003:211-
236) menulis bahwa ada akibat yang ditimbulkan :
1. Terhadap hubungan dengan Allah yang mencakup: Tidak diperkenan Allah,
Rasa Bersalah, Penghukuman, Kematian.
2. Terhadap orang yang berbuat dosa yaitu Perbudakan, lari dari kenyataan,
Penolakan Dosa, menipu diri sendiri, ketidakpekaan,, mementingkan diri sendiri,
ketidaktenangan.
3. Terhadap sesama manusia : Persaingan, tidak mampu menaruh empati,
menolak pihak yang berkuasa, tidak mampu mengasihi.

19
A. R. Millard, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 1 ( A-l), ( Jakarta: YKBK, 1992), 257-258
20
Erickson, J. Millard, Teologi Kristen (dua),(Malang: Penerbit Gandum Mas, 2003) hal 211-236
12

BAB III
KESIMPULAN

Sejak semulah Allah menciptakan manusia itu sanggat baik (kej 1:31)
bahkan segambar dan serupa dengan Dia dan manusia itu hidup tanpa dosa.
Pengaruh rayuan iblis di taman eden terhadap manusia itu mengakibatkan dosa hadir
dalam alam semesta. Sebagai akibatnya dari dosa yang mereka lakukan maka manusia
itu diusir dari taman eden dan harus mengusahakan bumi dengan berjerih lelah dalam
mencari rezeki. Akibat dari dosa tersebut mengakibatkan Hubungan manusia dengan
Allah menjadi rusak, hubungan manusia dengan manusia juga rusak, hubungan manusia
dengan alam pun rusak juga, dan yang paling fatal adalah manusia itu harus mengalami
kematian, baik kematian daging (sementara) maupun kematian kekal (penghukuman
kekal).

Anda mungkin juga menyukai