Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH :
ABDUL HAMID S.
170920161
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Pertambangan
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Penguji 1
Penguji 2
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhaanahu Wata’ala yang telah
memberikan kita banyak nikmat-Nya, yang sangat besar, sehingga kita sendiri tidak
akan mampu untuk menghitungnya. Salawat dan salam senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam yang
mendedikasikan hidupnya untuk menggiring manusia menuju kearah yang mulia.
Alhamdulillah, laporan hasil Kerja Praktek ini bisa terselesaikan dengan baik dan
tepat pada waktunya, yang tentunya juga tidak terlepas dari dukungan banyak
pihak. Yang telah banyak memberikan dukungan moril dan dukungan jasmani.
Laporan hasil kerja praktek ini membahas tentang studi tahapan pengolahan
Buton Granular Asphalt (BGA) yang disusun berdasarkan hasil pengamatan dan
pengolahan data – data yang diambil pada saat melakukan kerja praktek di PT.
Wijaya Karya Bitumen. Laporan ini diharapkan dapat memberikan jawaban atas
keingintahuan penulis maupun pembaca lain mengenai topik yang telah disebutkan
diatas.
Dengan terselesaikannya laporan ini, penulis tentunya menyadari bahwa
laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan banyak
perbaikan di dalamnya. Namun, terselesaikannya laporan ini tentunya tidak terlepas
dari bantuan dari banyak pihak yang telah membantu dalam memberikan motivasi,
dukungan moril, saran dan nasihat sehingga laporan ini bisa terselesaikan dengan
baik. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Allah Subhaanahu Wata’ala yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, melalui kesehatan, kesempatan, kemampuan serta kemampuan
didalam beraktifitas.
2. Bapak Dr. Azhari, S.STP., M.Si selaku Rektor Universitas Sembilanbelas
November Kolaka yang juga menjadi sosok inspirastif bagi penulis dalam
menempuh dunia pendidikan.
3. Ibu Rina Rembah, S.T., M.T., CPHCM selaku Dekan Fakultas SAINSTEK
yang selalu memberikan motivasi untuk selalu semangat dalam menyelesaikan
masa studi.
4. Bapak Ir. Sahrul, S.T.,M.T.,IPP selaku Ketua Program Studi Teknik
Pertambangan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sembilanbelas
iv
November Kolaka yang juga merupakan sosok yang menginspirasi saya dalam
dunia pendidikan.
5. Ibu Ika Sartika Ambarsari, S.T., M.T. selaku pembimbing saya, yang tentunya
sangat membantu dalam membimbing, memberikan motivasi serta nasihat
kepada penulis.
6. Kedua orang tua & keluarga yang selalu memberikan nasihat, dukungan hingga
motivasi dalam melakukan kerja praktek hingga dalam penyusunan laporan.
7. Bapak Wahyudi Martono, BE selaku Kepala Teknik Tambang (KTT) PT.
Wijaya Karya Bitumen yang telah banyak membantu sehingga kegiatan kerja
praktek saya dapat terlaksana dengan baik.
8. Bapak Muhammad Fatrah Nur S S.T dan Bapak Fatman S.T selaku
pembimbing lapangan saya serta seluruh staf dan karyawan PT. Wijaya Karya
Bitumen, yang telah membantu saya selama melakukan kerja praktek di PT.
Wijaya Karya Bitumen. .
9. Seluruh teman – teman seperjuangan yang sedang menempuh pendidikan di
Universitas Sembilanbelas November Kolaka.
Akhir kata, penulis sangat berharap agar tulisan yang masih jauh dari kata
sempurna ini bisa bermanfaat bagi pembaca.
ABDUL HAMID S
170920161
v
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
HALAMAN PERUJUAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 2
1.3 Tujuan Kerja Praktek ............................................................... 2
1.4 Batasan Masalah ...................................................................... 2
1.5 Manfaat Kerja Praktek ............................................................. 2
1.6 Sistematika Penulisan .............................................................. 2
vi
3.2 Sistem dan Metode Penambangan Aspal Buton ....................... 18
3.3 Pengolahan Bahan Galian......................................................... 19
3.4 Pengolahan Buton Granular Asphalt (BGA) ........................... 22
3.4.1 Pengertian Buton Granular Asphalt (BGA).................... 22
3.4.2 Pengolahan Buton Granular Asphalt (BGA) .................. 23
3.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Hasil Produksi ... 24
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengolahan Buton Granular Asphalt (BGA) ........................... 45
5.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Hasil Produksi
Buton Granular Asphalt (BGA) ............................................... 48
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan .............................................................................. 51
6.2 Saran ........................................................................................ 51
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Lokasi Dan Kesampaian Perusahaan ................................ 7
Gambar 2.2 Peta Geologi Regional Lembar Buton ...................................... 8
Gambar 2.3 Kolom Statigrafi ........................................................................ 9
Gambar 4.1 Bagan Alir Kerja Praktek .......................................................... 28
Gambar 4.2 Whell Loader ............................................................................. 29
Gambar 4.3 Hopper Pabrik Crusher Plant ................................................... 30
Gambar 4.4 Hopper Pabrik Crusher Mini .................................................... 30
Gambar 4.5 Hopper Pabrik Buton Granular Asphalt (BGA) ....................... 31
Gambar 4.6 Feeder........................................................................................ 31
Gambar 4.7 Jaw Crusher 1 ........................................................................... 32
Gambar 4.8 Jaw Crusher 2 ........................................................................... 33
Gambar 4.9 hammer mill............................................................................... 34
Gambar 4.10 Belt Conveyor Pabrik Crusher Plant......................................... 34
Gambar 4.11 Belt Conveyor Pabrik Crusher Mini dan Pabrik BGA .............. 35
Gambar 4.12 Vibrating Screen Pabrik Crusher Plant .................................... 35
Gambar 4.13 Vibrating Screen Pabrik Buton Granular Asphalt (BGA) ........ 36
Gambar 4.14 Rotary Drum Dryer ................................................................... 36
Gambar 4.15 Burner........................................................................................ 37
Gambar 4.16 Rotary Colling ........................................................................... 37
Gambar 4.17 Blower ....................................................................................... 38
Gambar 4.18 Product Bin ............................................................................... 38
Gambar 4.19 Screw Conveyor Bagging .......................................................... 39
Gambar 4.20 Bagging System ......................................................................... 39
Gambar 4.21 Jib Crane ................................................................................... 40
Gambar 4.22 Aspal Curah ............................................................................... 40
Gambar 4.23 Aspal Butir ½ inch .................................................................... 41
Gambar 4.24 Aspal Butir 2,5 mm ................................................................... 41
Gambar 4.25 Tanki Solar ................................................................................ 42
Gambar 4.26 Tahapan Proses Pengolahan Buton Granular Asphalt (BGA) .. 43
Gambar 5.1 Grafik Feed dan Hasil Crusher ................................................. 48
Gambar 5.2 Grafik Hasil Produksi Buton Granular asphalt (BGA) ............ 49
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tahapan pengolahan Buton Granular Asphalt (BGA) pada
PT. Wijaya Karya Bitumen ?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi hasil
pengolahan Buton Granular Asphalt (BGA) ?
2
1. Bab I Pendahuluan
Bab ini memuat hal-hal yang melatar belakangi dilakukannya penelitian
Kerja Praktek (KP), rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini dan batasan masalah dalam topik yang akan dibahas
sehingga diperoleh hasil yang sesuai tujuan penelitian yang akan dicapai.
2. Bab II Tinjauan Umum
Bab ini berisikan tentang gambaran umum perusahaan yang mejadi
lokasi Kerja Praktek mulai dari sejarah, profil, lokasi dan kesampaian
daerah, geologi regional, statigrafi, topografi dan hidrologi, keadaan
tanah, vegetasi serta iklim dan curah hujan.
3. Bab III Landasan Teori
Bab ini membahas tentang teori-teori yang berkaitan dengan judul Kerja
Praktek dan yang digunakan dalam pengolahan data yang didapat selama
penelitian dilaksanakan.
4. Bab IV Metodelogi dan Hasil
Bab ini membahas tentang metode pelaksanaan kegiatan penelitian.
5. Bab V Pembahasan
Bab ini membahas mengenai hasil pengamatan yang dilakukan selama
Kerja Praktek, baik itu data penelitian maupun data penunjang lainnya
yang diperoleh dari data-data perusahaan.
6. Bab VI Penutup
Bab ini membahas tentang kesimpulan dari hasil pengamatan yang telah
dilakukan selama penelitian dan masukan terhadap perusahaan mengenai
kegiatan yang dilakukan.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
4
1984, Perusahaan Aspal Negara diubah bentuknya menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero). Realisasi perubahan Perusahaan Aspal Negara
menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dilaksanakan dengan pendirian
PT Sarana Karya (Persero) pada tanggal 1 September 1984.
f. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2013 tanggal 24
Desember 2013, seluruh saham PT Sarana Karya (Persero) dijual kepada
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. sejak tanggal 30 Desember 2013, melalui
pengesahaan Akta Jual Beli (AJB) bersama Kementerian BUMN, PT
Sarana Karya resmi menjadi Anak Perusahaan PT. Wijaya Karya (Persero)
Tbk. Melalui proses akuisisi ini, direncanakan Perusahaan akan
dikembangkan untuk memasuki industri pengolahan Asbuton, menjadi
produk bitumen bernilai tambah tinggi yang dapat dipergunakan sebagai
material untuk infrastruktur jalan/perhubungan serta material penunjang
industri lainnya.
g. Berdasarkan Akta Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar biasa PT.
Saran Karya yang telah di Aktakan yang telah mendapat persetujuan dari
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat
Keputusannya Nomor AHU-05084.40.20..2014 Tahun 2014 tanggal 07
Juli 2014, diputuskan bahwa menyetujui mengubah nama Perseroan dari
yang semula bernama PT Sarana Karya beurbah menjadi PT. Wijaya
Karya Bitumen (WIKA BITUMEN).
Sebagai bagian dari strategi pengembangan untuk mendukung sinergi usaha
WIKA Group, posisi PT. WIKA Bitumen diarahkan untuk mengembangkan usaha
penyediaan produk Aspal Buton yang berkualitas secara terintegrasi mulai dari
penambangan hingga industri yang dapat memberi nilai tambah bagi usaha WIKA
Group. Adapun produk aspal yang sedang dan akan dikembangkan, antara lain:
a. Aspal Buton Curah
Asbuton curah adalah aspal hasil dari penambangan yang masih berbentuk
bongkahan.
b. Aspal Buton Butir
Asbuton butir adalah aspal hasil produksi dari pengolahan Buton Granular
Asphalt (BGA) dengan ukuran 2,5-3 mm sesuai keperluan konsumen.
5
c. Aspal Buton Murni
Asbuton murni adalah aspal hasil ekstraksi yang bersifat cair.
Sebagai entitas anak dari PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT WIKA
Bitumen yang bergerak dibidang usaha penambangan dan industri pengolahan
Aspal Buton (Asbuton), telah menetapkan Visi dan Misi baru Perusahaan yaitu :
a. Visi Perusahan
Menjadi salah satu penyedia dan pengembang aspal alam terbaik di Asia.
b. Misi Perusahaan
Sejalan dengan perubahaan Visi Perseroan, maka pada tahun 2017,
Perseroan telah menetapkan Misi baru sebagai berikut:
1. Memimpin pasar Aspal Buton di Asia.
2. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan dengan
kesesuaian mutu, ketepatan waktu dan harga bersaing.
3. Menerapkan sistem manajemen dan teknologi yang dapat memacu
peningkatan efisiensi, konsistensi mutu, keselamatan dan kesehatan
kerja yang berwawasan lingkungan.
4. Tumbuh dan berkembang bersama mitra kerja secara sehat dan
berkesinambungan.
5. Mengembangkan kompetensi dan kesejahteraan pegawai.
6
b. Jalur darat, Mawasangka Timur - Bau-bau dapat dijangkau dengan sepeda
motor dengan perjalanan selama 1 jam dan menyeberang dengan kapal feri
selama 15 menit, dari Bau-bau ke Pasarwajo dapat dijangkau dengan sepeda
motor atau mobil dengan perjalanan selama kurang lebih 1 jam.
7
Sumber : Sikumbang 1995
Gambar 2.2 Peta Geologi Regional Lembar
2.4 Statigrafi
Dengan mengacu pada Peta Geologi Lembar Buton, Sulawesi Tenggara maka
di daerah selidikan terdapat formasi batuan yang diurutkan dari formasi tua ke
formasi muda.
8
Sumber : Geologi ASN 2021
Gambar 2.3 Kolom Statigrafi
9
perlapisan sejajar, silang siur dan gelembur gelombang. Batu pasir
berwarna abu-abu sampai kecoklatan, gampingan, padat, sering terdapat
urat kuarsa, dibeberapa tempat dalam formasi Winto menyebabkan
rembesan minyak. Salah satu contoh rembesan minyak tersebut
diantaranya yang muncul di Kumele Winto.
3. Formasi Ogena
Formasi Ogena terdiri atas batu gamping pelagos, bersisipan klastika
halus dan batu gamping pasiran dan batu pasir. Umur formasi Ogena
diperkirakan terendapkan dalam lingkungan laut dalam. Batu pasir
umumnya berlapis, berwarna abu-abu tua, ukuran butir halus sampai
sangat halus, lanauan, gampingan, sering di jumpai struktur sedimen
perlapisan sejajar.
4. Formasi Tobelo
Formasi Tobelo tersebar mengikuti pola umum perlipatan di daerah
itu. Litologinya tersusun atas kasilitit, berlapis baik, kaya akan radilaria.
Umur formasi diperkirakan antara Kapur – Paleosen dan terbentuk pada
lingkungan pengendapan Batial.
5. Formasi Tondo
Tersusun atas batu gamping, umumnya gamping terumbu dan juga
kalkarenit. Anggota batu gamping ini merupakan bagian bawah dari
Formasi Tondo. Kedudukan stratigrafinya dengan Formasi Tondo
menjari-jemari.
Formasi Tondo tersusun atas konglomerat, batu pasir kerikilan,
perselingan batu pasir, batu lanau dan batu lempung. Pada formasi Tondo
ini sering kali dijumpai rembesan aspal kepermukaan membentuk urat-urat
aspal. Formasi Tondo diendapkan dalam lingkungan pengendapan neritik
hingga Batial Bawah pada Miosen Tengah sampai Miosen Atas.
6. Formasi Sampolakosa
Litologi terutama terdiri atas batu pasir gampingan-lempung. Batu
pasir gampingan umumnya berukuran butir halus sampai sedang abu-abu
sampai abu-abu kehitaman, berlapis tebal sampai massif. Pada banyak
tempat seperti di Desa Wining terimpregnasi oleh aspal, mengandung
10
bitumen, dan pada tempat-tempat tertentu dijumpai rembesan aspal murni
menembus sampai kepermukaan. Formasi Sampolakosa diendapkan
dalam lingkungan pengendapan neritik-batial pada Miosen Atas sampai
Pliosen Bawah.
7. Formasi Wapulaka
Formasi ini sebagian besar berupa batu gamping, batu gamping
pasiran, batu pasir gampingan. Batu gamping terutama sebagai gamping
terumbu ganggang atau koral, topografi batuan ini memperlihatkan undak-
undak pantai purba dan topografi kuarst.
2.7 Vegetasi
Kabupaten Buton merupakan dataran rendah dan sebagian berbukit dengan
keadaan tanah yang sangat subur terutama yang terletak pada pesisir pantai sangat
cocok untuk pertanian baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan.
2.8 Penambangan Aspal
Metode penambangan yang dilakukan PT. WIKA Bitumen, dilakukan secara
tambang terbuka, saat ini penambangan difokuskan di Desa Kabungka dengan
penambangan menggunakan Excavator dimuat dengan menggunakan Dump Truck
selanjutnya diangkut ke stockpile. Berikut adalah tahapan kegiatan penambangan :
11
2.8.1 Tahap Persiapan Penambangan
Sebagai realisasi dari rencana yang telah di tetapkan, maka sebelum
dilakukan penambangan perlu adanya kegiatan persiapan penambangan.
Berikut tahap-tahap persiapan tersebut antara lain :
a. Pembersihan lahan (land clearing)
Land clearing merupakan merupakan tahap awal sebelum
penggalian mineral aspal dilakukan. Hal ini meliputi pembersihan lokasi
yang akan di tambang dari pohon-pohon, perintisan jalan menuju daerah
penambangan. Alat yang digunakan dalam pembersihan lahan adalah
Excavator dan Bulldozer.
b. Perintisan
Perintisan merupakan pekerjaan lanjutan dari pekerjaan
pembabatan dan pembersihan lahan. Kegiatan perintisan meliputi :
meratakan/membuat jalan darurat untuk jalannya alat-alat mekanis,
membuat saluran air untuk mengeringkan tempat kerja bila hal itu
diperlukan.
c. Stripping
Pengupasan tanah penutup dilakukan dengan suatu perencanaan
berdasarkan letak pembuangan atau penimbunan sementara overburden
agar selanjutnya mudah dikembalikan setelah proses penambangan
berakhir untuk dimanfaatkan kembali pada tahap rehabilitasi lahan dan
tata guna tanah dengan tujuan mencegah timbulnya dampak negatif dari
aktivitas penambangan. Pekerjaan ini biasanya dilakukan bersama-sama
dengan kegiatan land clearing dengan menggunakan Excavator dan
Bulldozer.
2.8.2 Kegiatan Penambangan
Setelah kegiatan persiapan penambangan telah selesai, maka kegiatan
penambangan aspal dapat dilakukan. Adapun rangkaian kegiatan
penambangan aspal adalah sebagai berikut :
1. Penggalian/pembongkaran
Kegiatan penggalian dilakukan untuk mengambil aspal.Salah satu
keputusan penting yang perlu dilakukan adalah pemilihan sistem
12
penggalian yang cocok, karena material yang digali sangat bervariasi.
Kegiatan penggalian ini dilakukan dengan menggunakan Excavator.
2. Pemuatan/loading
Pemuatan adalah merupakan rangkaian kegiatan atau pekerjaan
yang dilakukan untuk memuat aspal hasil penggalian kedalam alat
angkut. Kegiatan pemuatan ini dilakukan dengan menggunakan Wheel
Loader (Rizal 2016).
13
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Aspal
3.1.1 Pengertian Aspal
Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat
sampai agak padat. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan sampai
temperatur tertentu, dan kembali membeku jika temperatur turun. Bersama
dengan agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan
jalan (Sukirman, 2003).
Aspal adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa hidrokarbon
dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan kalor. Aspal sering disebut
sebagai bitumen yang merupakan bahan pengikat dalam perkerasan lentur
mempunyai sifat kental dan elastis (viskoelastis). (Suryana, 2002).
Aspal Buton adalah aspal alam yang terkandung dalam deposit batuan
yang terdapat di pulau buton dan sekitarnya. Aspal buton memiliki sifat yang
berbeda-beda tergantung di daerah mana asbuton tersebut diperoleh. Saat ini
dikenal ada dua daerah penambangan Asbuton yang banyak dimanfaatkan
hasilnya, yaitu di daerah Kabungka dan Lawele. Sifat dari kedua asbuton
tersebut berbeda, khususnya kandungan bitumennya.
Bitumen merupakan senyawa yang kompleks, utamanya disusun oleh
hidrokarbon dan atom-atom N, S, dan O dalam jumlah yang kecil, juga
beberapa logam seperti Vanadium, Ni, Fe, Ca, dalam bentuk garam organik
dan oksidanya (Fauzi, 2012).
Aspal buton dapat digunakan antara lain untuk :
Perkerasan/lapisan permukaan sebagai pengganti aspal minyak.
Asbuton Tile (Tegel Asbuton)
Block Asbuton antara lain untuk trotoar.
Mengekstraksi bitumen dari asbuton.
Melapis bendung/embung agar kedap air.
14
3.1.2 Genesis Aspal
Aspal yang terdapat di pulau Buton dapat diklasifikasikan sebagai suatu
lapisan homoklin yang tersingkap ke luar dan tererosikan. Minyak yang
mengalir perlahan-lahan membentuk suatu telaga pada tempat perembesan
keluar dan fraksi ringannya telah keluar. Lapisan yang telah mengandung
aspal tersebut adalah gamping globigerina yang berpori-pori dan gamping
terumbu yang dinamakan formasi sampolaksa. Formasi ini mengandung batu
pasir yang dijenuhi 10% sampai 20% bitumina, bahkan sampai 30 %.
Ada beberapa teori lain yang dikemukakan Abdul Rosyid (1998)
tentang cara terbentuknya aspal alam yaitu :
a. Cara aliran (over flow)
Cara aliran terjadi dalam tiga bentuk:
1. Spring yaitu cairan aspal yang terbentuk dalam bumi muncul
permukaan bumi melalui celah-celah rekahan dan patahan.
2. Lake yaitu aspal cair atau semi cair yang mengalir kepermukaan bumi
melalui celah-celah atau patahan yang kemudian mengendap dalam
cekungan.
3. Sepage yaitu aspal yang terdapat dalam batuan dan kemudian mengalir
kebagian yang lebih rendah disebabkan tekanan material disekitarnya
atau karena panas matahari.
b. Impregnasi dalam batuan (Impregnating Rock)
Aspal cair yang mengalir dan memasuki pori-pori batu pasir, batu
gamping, dan konglomerat sehingga aspal itu menjadi satu dengan batuan
dimana aspal mengalir.
c. Pengisian rekahan (Filling Veint)
Aspal cair yang mengalir melalui patahan dan akhirnya mengisi
patahan tersebut hingga terbentuk seperti urat-urat.
3.1.3 Jenis – Jenis Aspal
Berdasarkan tempat diperolehnya, aspal dibedakan menjadi dua
macam (Fannisa dan Wahyudi, 2010) yaitu :
1. Aspal Alam
Aspal alam adalah aspal yang didapat disuatu tempat di alam dan
15
dapat digunakan sebagaimana diperolehnya atau dengan sedikit
pengolahan. Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung seperti
aspal di pulau Buton yang disebut dengan aspal buton. Aspal buton
merupakan batu yang mengandung aspal. Aspal buton merupakan
campuran antara bitumen dengan bahan mineral lainnya dalam bentuk
batuan, karena aspal buton merupakan material yang ditemukan begitu
saja di alam, maka kadar bitumen yang dikandungnya sangat bervariasi
dari rendah sampai tinggi. Untuk mengatasi hal ini, maka aspal buton
mulai diproduksi dalam berbagai bentuk di pabrik pengolahan aspal buton.
Aspal alam adalah aspal yang ditemukan atau diperoleh langsung
dari alam. seperti:
1. Aspal Gunung
Jenis aspal ini adalah aspal yang berasal dari batu batuan contohnya
aspal dari pulau Buton (Asbuton). Asbuton ini merupakan campuran
antara bitumen dengan bahan mineral. Berikut ini adalah hasil produksi
aspal buton di PT. Wijaya Karya Bitumen
a. Aspal Buton Curah
Asbuton curah adalah aspal hasil dari penambangan yang masih
berbentuk bongkahan.
b. Aspal Buton Butir
Asbuton butir adalah aspal hasil produksi dari pengolahan Buton
Granular Asphalt (BGA) dengan ukuran 2,5-3 mm sesuai keperluan
konsumen.
c. Aspal Buton Murni
Asbuton murni adalah aspal hasil ekstraksi yang bersifat cair.
2. Aspal Danau
Aspal Danau adalah jenis aspal yang diperoleh langsung dari alam
tanpa proses penambangan karena dengan sendirinya muncul
dipermukaan bumi kemudian terkumpul disebuah tempat yang sering
disebut danau aspal, contoh aspalnya seperti dari Bermudez Trinidad.
2. Aspal Minyak
Aspal minyak adalah aspal yang merupakan residu destilasi minyak
16
bumi. Untuk perkerasan jalan umumnya digunakan aspal minyak jenis
asphaltic base crude oil.
Aspal minyak adalah aspal yang merupakan residu destilasi minyak
bumi dapat dibedakan atas (Harmein, 2010) :
a. Aspal keras/panas (aspal cement, AC)
Aspal jenis ini digunakan dalam keadaan cair dan panas yang berbentuk
padat pada temperatur ruang 25–30oC.
Syarat – syarat umum aspal keras/panas adalah:
Berasal dari destilasi minyak bumi
Mempunyai sifat yang homogen
Kadar parafin kurang dari 2%
Tidak mengandung air dan tidak berbusa jika dipanaskan sampai
suhu 175oC.
b. Aspal Cair (cut back asphalt)
Aspal cair adalah campuran antara aspal keras/panas dengan bahan
pencair dari hasil penyulingan minyak bumi.Sehingga aspal ini
berbentuk cair dalam temperatur ruang. Berdasarkan bahan pencairnya
dan kemudahan menguap bahan pelarutnya aspal cair terbagi atas:
Rapid Curing (RC) aspal cair yang mudah larut dengan bahan
pelarut premium. Jenis ini paling cepat menguap.
Medium Curing (MC) merupakan aspal yang dilarutkan dengan
bahan pencair yang lebih kental seperti kerosen.
Slow Curing (SC) merupakan aspal yang dilarutkan dengan bahan
pencair yang lebih kental seperti solar. Jenis aspal ini adalah jenis
aspal yang paling lama menguap.
c. Aspal Emulsi
Jenis Aspal ini merupakan aspal hasil pencampuran antara aspal keras,
air dan bahan pengemulsi. Dimana pada suhu normal dan tekanan
atmosfir berbentuk cair. Berdasarkan kecepatan pengerasnya aspal
emulsi dapat dibedakan atas :
Rapid Setting (RS), aspal yang mengandung sedikit bahan
pengemulsi sehingga pengikatan yang terjadi cepat.
17
Medium Setting (MS)
Slow Setting (SS), aspal yang paling lambat menguap.
d. Tar
Tar adalah aspal yang diperoleh dari hasil penyulingan batubara, jarang
digunakan karena cepat mengeras peka terhadap perubahan temperatur
dan mengandung racun.
3.1.4 Sifat Aspal
Sifat fisik dari aspal dapat mempengaruhi kegiatan penambangan
maupun proses pengolahan (Siswosoebrotho dan Kusnianti, 2005), sifat fisik
aspal adalah sebagai berikut:
1. Kekerasan : kekerasan aspal dapat digores dengan kuku berarti
tingkat kekerasannya kurang dari 2,5 skala mohs.
2. Lengke : jika kadar bitumennya tinggi maka daya lengketnya
makin kuat begitu juga sebaliknya.
3. Warna : semakin tinggi kadar bitumen aspal yang dikandung
maka semakin hitam warnanya, begitu pula
sebaliknya.
4. Berat jenis : aspal rata-rata sekitar 1,5 gr/cm3.
18
b. OB removal : pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah pengupasan
lapisan tanah penutup ataupun batuan baik yang bersifat lepas maupun
kompak. Biasanya ketebalannya berkisar antara 1,5-8 meter.
c. Cutting of Asphalt : yaitu proses penambangan aspal dengan cara di breaker
dengan menggunakan Hithachi ZX 210 dan Komatsu PC 200 pada IUP
Kabungka karena batuan penyusunnya adalah batu gamping sedangkan pada
IUP Lawele langsung dilakukan penggalian secara langsung karena batuan
penyusunnya adalah batu pasir.
d. Hauling to ROM : pada tahap ini aspal yang telah ditambang diangkut ke
tempat penyimpanan sementara sebelum dilanjutkan pengangkutan ke
stockpile.
e. Hauling From ROM to Stockpile : pada proses ini aspal yang disimpan di ROM
akan diangkut menuju stockpile dengan menggunakan dump truck toyota hyno
130 XT.
f. Barging : pada tahap ini aspal yang ada di stockpile akan dimuat ke tongkang,
dan dilanjutkan pemuatan ke vessel. Hal ini dilakukan karena kapal tidak bisa
sandar di pelabuhan.
19
Pengolahan bahan galian pada umumnya dilakukan dengan melalui beberapa
tahap (Edy Nursanto, 2015), yaitu :
A. Preparasi
Preparasi merupakan operasi persiapan yang dilakukan untuk
mereduksi ukuran butir dan untuk mengelompokkan material. Langkah-
langkah yang dilakukan dalam preparasi antara lain sebagai berikut :
1. Kominusi
Komunisi merupakan proses mereduksi ukuran butir sehingga menjadi
lebih kecil dari ukuran semula. Proses peremukan atau crushing biasanya
dikerjakan dalam tiga tahapan, yaitu :
a. Primary crusher, suatu tahapan untuk meremuk dengan ukuran 2 inch
– 90 inch dan umpan ini biasanya berasal dari hasil tambang. Alat yang
Alat yang digunakan berupa jaw crusher dan gyratory crusher.
b. Secondary crusher, umpan yang dimasukkan sebesar 1 inch sampai 3
inch yang biasanya berasal dari primary crushing. Alat yang digunakan
ialah hammer mill, stamp mill, roller dan cone crusher.
c. Grinding atau fine crushing, umpan yang dimasukkan sebesar ¼ inch
sampai 3/8 inch. Alat yang digunakan adalah ball mill, tube mill atau
pebble mill, rod mill.
2. Sizing
Sizing merupakan pengelompokan mineral setelah dilakukan crushing
sehingga akan diperoleh ukuran partikel yang sesuai dengan ukuran yang
dibutuhkan. Pada umunya sizing dibagi menjadi dua yaitu saringan
(sieving) dipake pada skala laboratorium, dan ayakan (screen) pada skala
industri.
Sizing pada umumnya terbagi dalam dua cara yaitu pengayakan atau
penyaringan dan klasifikasi.
a. Pengayakan/penyaringan (screening/sieving) adalah proses pemisahan
secara mekanik berdasarkan perbedaan ukuran partikel atau
pengelompokan partikel berdasarkan besar lubang ayakan.
20
b. Klasifikasi (Classification) adalah pemisahan partikel berdasarkan
kecepatan pengendapannya dalam suatu media (udara atau air)
dipengaruhi oleh densitas, volume dan bentuk material.
B. Konsentrasi
Konsentrasi merupakan suatu proses pemisahan antara mineral
berharga dengan mineral tak berharga sehingga didapatkan kadar yang lebih
tinggi berdasarkan pada sifat fisik mineral.
Adapun beberapa tahapan yang dilakukan untuk memisahkan mineral,
yaitu:
a. Hand Sorting Concentration
Dalam proses konsentrasi tahap pertama, proses dilakukan dengan
melakukan pemisahan secara langsung dengan bantuan manusia ( Hand
Sorting).
b. Gravity Concentration
Dalam tahap ini, konsentrasi dilakukan berdasarkan berat jenis.
c. Sifat Kemagnetan
Dalam tahap ini, mineral akan dipisah berdasarkan sifat kemagnetan
pada mineral tersebut. Alat yang digunakan yaitu magnetic separator.
d. Daya Hantar Listrik
Dalam tahap ini, mineral akan dipisah berdasarkan sifat konduktor dan
non konduktor. Alat yang digunakan biasanya menggunakan high
tension separator atau electric static separator. Dalam proses ini,
kondisi material harus dalam keadaan kering.
e. Sifat permukaan mineral
Dalam proses ini, mineral akan dipisah berdasarkan sifat senang dan
tidak senang mineral terhadap gelembung udara. Untuk mengubah
mineral yang senang terhadap air menjadi senang terhadap udara
biasanya menggunakan reagent kimia seperti collector modifier dan
Frother.
C. Dewatering
Dewatering merupakan proses untuk mengurangi kandungan air yang
ada pada konsentrat. Dewatering ada 3 cara yaitu :
21
1. Thickening
Thickening adalah proses pemisahan antara padatan dengan cairan yang
mendasarkan atas kecepatan mengendap partikel atau mineral tersebut
dalam suatu pulp.
2. Filtrasi
Filtrasi adalah proses pemisahan antara padatan dan cairan dengan cara
menyaring.
3. Drying
Draying adalah proses penghilangan air dari padatan dengan cara
pemanasan sehingga padatan bebas dari cairan.
22
Buton Granular Asphalt (BGA) memiliki kelebihan dibanding produk
asbuton lainnya yaitu :
Kadar aspal lebih tinggi (25%).
Kadar air konstan di bawah 2%.
Bitumen telah termobilisasi keluar.
Kehilangan (loose) sangat rendah.
Material asing telah dihilangkan dalam proses.
Pengiriman lebih mudah.
Perencanaan campuran mengikuti standar Hotmix.
Ketahanan yang lebih baik terhadap deformasi
Ketahanan terhadap temperatur tinggi
Buton Granular Asphalt (BGA) dapat dipergunakan sebagai :
Pembuatan jalan raya
Lapangan terbang
Lapangan kontainer
Seal coat
Lapis penetrasi
Slurry seal.
23
Tahapan kedua material aspal akan diproses kembali pada crusher
mini dimana material aspal hasil dari crusher plant akan dimasukan pada
hopper selanjutnya diteruskan ke hammer mill melalui belt conveyor dan
akan diteruskan kembali menuju penyimpanan sementara.
2. Pabrik Buton Granular Asphalt (BGA)
Dalam proses pengolahan aspal Buton di pabrik Buton Granular
Asphalt (BGA) diawali dengan memasukan material aspal Buton hasil
olahan crusher ke hopper dengan menggunakan whell loader. Selanjutnya,
material aspal Buton akan melewati proses sebagai berikut : hopper –
rotary drum dryer - rotary colling - screening - produckt bin- - screw
conveyor - bagging system – jib crane.
24
Kondisi material merupakan suatu kedaan material dalam tambang. Hal
ini dapat mempengaruhi pada suatu kegiatan produksi. Kondisi material
tersebut antara lain :
a. Jenuh air
Jenuh air merupakan kondisi dimana material banyak mengandung air, hal
ini dapat berpengaruh pada tingkat hasil produksi.
b. Middle
Middle merupakan kondisi dimana material sedikit mengandung air.
c. Kering
Kering merupakan kondisi dimna material benar-benar tidak mengandung
air.
25
BAB IV
METODOLOGI DAN HASIL KERJA PRAKTEK
26
produk aspal yaitu Buton Granular Asphalt (BGA) yang kemudian
ditabulasikan dengan menggunakan Microsoft Word.
4.1.6 Hasil
Dari kerja praktek yang dilakukan didapatkan hasil terkait proses
pengolahan Buton Granular Asphalt (BGA) dan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses produksi baik yang terjadi di crusher plant, crusher
mini dan di Pabrik Buton Granular Asphalt (BGA)
27
Mulai
Studi Literartur
Observasi
Pengumpulan
Data
Data Sekunder :
Data Primer :
- Profil perusahaan
- Data produksi Crushing - Peta Lokasi
- Data produksi Screening - Data curah hujan
- Peta geologi
- Laporan sebelumnya
Pengolahan Data
Analisis Data
Hasil
Penyusunan Laporan
28
4.2 Hasil Kerja Praktek
Dalam memproduksi aspal buton butir atau Buton Granular Asphalt (BGA)
yang merupakan hasil pengolahan aspal buton padat dengan menggunakan alat
Crusher yang sesuai sehingga memiliki ukuran butir tertentu. Pada PT. Wijaya
Karya Bitumen penghancuran material aspal untuk menghasilkan produk Buton
Granular Asphalt (BGA) dilakukan dibeberapa pabrik yaitu sebagai berikut :
a. Pabrik Crusher Plant 250 TPH
b. Pabrik Crusher Mini
c. Pabrik Buton Granular Asphalt (BGA)
29
2. Hopper
Hopper merupakan tempat penampungan sementara dari material
aspal. Dalam pengolahan BGA jumlah hopper yang digunakan yaitu 5,
antara lain :
Pada pabrik crusher plant terdapat 1 hopper dengan kapasitas 23 ton.
30
Pada pabrik Buton Granular Asphalt (BGA) terdapat dari 1 hopper
dengan kapasitas 15 ton.
3. Feeder
Feeder adalah alat pengumpan material dari hopper ke unit peremuk.
Feeder merupakan alat yang digunakan pada pabrik crusher plant.
Penggunaan alat pengumpan bertujuan agar proses pengumpanan dari
hopper menuju ke alat peremuk dapat berlangsung dengan laju yang
konstan, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, sehingga dapat
mencegah penumpukkan material aspal atau kekosongan material di dalam
hopper.
31
4. Crusher
Crusher adalah alat yang didesain untuk memecahkan atau
meremukkan material aspal dari ukuran yang besar menjadi ukuran yang
lebih kecil. Pada pekerjaan crushing ini diperlukan tiga (3) kali pengerjaan
pemecahan atau peremukkan yaitu :
a. Pada pabrik crusher plant terdapat primary crusher dengan tipe jaw
crusher yang merupakan sebuah alat penghancur yang konstruksinya
sangat sederhana, dengan tenaga yang besar mampu menghancurkan
batu hingga ukuran yang sesuai diinginkan. Jaw crusher yang
digunakan dalam pabrik ini 2 unit.
Jaw crusher 1 memiliki spesifikasi sebagai berikut :
Type : PE 1000 x 1200
Ukuran Bukaan (mm) : 1000 x 1200
Max. Ukuran (mm) : 850
Kapasitas (TPH) : 180 - 400
Daya Motor (kw) : 110 - 132
Dimensi (mm) : 2789 x 3050 x 2840
32
Max. Ukuran (mm) : 480
Kapasitas (TPH) : 60 - 140
Daya Motor (kw) : 55 - 75
Dimensi (mm) : 2789 x 3050 x 2840
33
Gambar 4.9 Hammer Mill
5. Belt Conveyor
Belt conveyor adalah media yang berupa rangkaian ban yang
digunakan untuk mengangkut material baik unit load atau bulk material
secara mendatar maupun miring. Unit load adalah benda yang biasanya
dapat dihitung jumlahnya satu per satu, misalnya kotak, kantong, balok,
sedangkan bulk material adalah material yang berupa butir-butir atau
serbuk misalnya pasir, semen dan lain-lain. Belt dapat dibuat dari berbagai
jenis bahan baik dari karet, maupun logam.
Belt conveyor yang digunakan dalam pengolahan Buton Granular
Asphalt (BGA) terdapat 12 belt conveyor antara lain sebagai berikut :
1. Pada pabrik crusher terdapat 4 belt conveyor, dengan lebar 50-60 cm
dan kecepatan 1,25-2 m/s.
34
2. Pada pabrik crusher mini terdapat 2 belt conveyor dan pada pabrik
Buton Granular Asphalt (BGA) terdapat 6 belt conveyor, dimana belt
conveyor pada dua (2) pabrik ini memiliki ukuran lebar yang sama yaitu
40 cm dan kecepatan 1-1,6 m/s.
Gambar 4.11 Belt Conveyor Pabrik Crusher Mini dan Pabrik BGA
6. Vibrating Screen
Vibrating screen adalah unit penyaring atau penyeleksi material
untuk memisahkan material yang besar agar tidak tercampur dengan
material yang kecil. Ukuran material yang lolos melalui saringan disebut
under size dan material yang bertahan disebut over size. Vibrating screen
yang digunakan terdiri dari dua (2) yaitu :
a. Pada pabrik crusher plant menggunakan screen ukuran ½ inch.
35
b. Pabrik Buton Granular Asphalt (BGA) menggunakan screen ukuran
2,5 mm.
8. Burner
Burner merupakan alat pada pabrik Buton Granular Asphalt (BGA)
yang berfungsi sebagai unit pemanas pada rotary drum dryer yang
menggunakan bahan solar. Burner yang digunakan sebanyak 1 unit.
36
Gambar 4.15 Burner
9. Rotary Cooling/Culler
Rotary cooling/culler merupakan alat pada pabrik Buton Granular
Asphalt (BGA) yang berfungsi sebagai tempat untuk mendinginkan
material aspal yang semulanya dipanaskan di rotary drum dryer dengan
menggunakan udara luar ruangan. Rotary Cooling yang digunakan
sebanyak 1 unit.
10. Blower
Blower merupakan alat pada pabrik Buton Granular Asphalt (BGA)
yang berfungsi sebagai alat pengisap asap dan debu yang dihasilkan oleh
Rotary drum dryer dan Rotary cooling/culler. Blower yang digunakan
sebanyak 2 unit.
37
Gambar 4.17 Blower
38
Gambar 4.19 Screw Conveyor Bagging
39
Gambar 4.21 Jib Crane
B. Bahan
1. Aspal Curah
Aspal curah merupakan bahan utama yang digunakan untuk
pengolahan aspal. Dalam memproduksi Buton Granular Asphalt (BGA)
perlu dilakukan beberapa tahapan. Oleh karena itu, diperlukan bahan pada
setiap tahapan dengan ukuran yang berbeda.
pada pabrik crusher plant bahan yang digunakan yaitu aspal curah
dari lokasi penambangan yang diangkut menuju pabrik crusher. Aspal
curah yang digunakan di pabrik crusher plant berkisar antara 251 – 327
ton/hari.
2. Aspal Butir
Aspal butir adalah aspal hasil produksi dari crusher plant yang masih
berukuran ½ inch yang akan digunakan pada tahapan selanjutnya. Pada
40
pabrik crusher mini bahan yang diperlukan adalah aspal butir hasil dari
pemecahan atau penghancuran dari crusher plant dengan ukuran ½ inch.
3. Solar
Bahan yang digunakan dalam pengolahan aspal untuk produk Buton
Granular Asphalt (BGA) selain material aspal adalah solar. Namun solar
tersebut bukan digunakan untuk campuran aspal tetapi sebagai bahan
bakar pada alat burner yang berfungsi untuk memanaskan material pada
drum dryer. Penggunaan solar pada alat burner sebanyak 35-40 L/jam.
41
Gambar 4.25 Tanki Solar
42
4.2.2 Tahapan Proses Pengolahan BGA
Proses pengolahan Buton Granular Asphalt (BGA) menggunakan
metode crushing pada Pabrik Crusher Plant 250 TPH, Pabrik Crusher Mini
dan Pabrik BGA. Adapun tahap-tahap pengolahannya sebagai berikut :
Crusher Plant
Crusher Mini
Pabrik Buton Granular Asphalt (BGA)
43
4.2.3 Hasil Produksi
Target produksi PT. Wijaya Karya Bitumen dalam memproduksi Buton
Granulart Asphalt (BGA) yaitu 50.000 ton/tahun. Adapun hasil produksi
selama kerja praktek dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.1 Hasil Produksi pada tahapan crusher plant, crusher mini, pabrik BGA
Crusher Crusher
Feed Pabrik BGA
Hari/Tanggal Plant Mini
(Ton/Hari) (Ton/Hari)
(Ton/Hari) (Ton/Hari)
44
BAB V
PEMBAHASAN
45
material akan jatuh pada belt conveyor 1, selanjutnya akan diteruskan belt conveyor
2 menuju vibrating screen dan yang lolos vibrating screen akan langsung turun di
belt conveyor 4 dan akan diteruskan menuju stockpile, begitu seterusnya
pengoperasian alat pada pabrik crusher plant. Adapun hasil dari proses pemecahan
(crushing) pada pabrik crusher plant yaitu 40-50 ton/jam.
Tahapan selanjutnya adalah material hasil crusher plant akan dilanjutkan
pada pabrik crusher mini karena hasil proses crushing di crusher plant belum bisa
dilanjutkan pada pabrik Buton Granular Asphalt (BGA) karena ukurannya yang
masih perlu untuk direduksi lebih lanjut. Proses crushing selanjutnya akan
dilakukan pada crusher mini menggunakan crusher secondary dengan tipe hammer
mill. Tujuan dari alat ini untuk mendapatkan ukuran yang diinginkan yaitu
maksimal 2,5 mm.
Tahap pemecahan material pada pabrik crusher mini menggunakan alat-alat
hopper, belt conveyor, dan hammer mill. Tahapan yang pertama dilakukan pada
crusher mini yaitu pengangkutan material kasar setengah (½) inch hasil dari pabrik
crusher plant, menuju hopper dengan kapasitas 5-7 ton menggunakan wheel loader
kemudian dimuat ke dalam hopper. Selanjutnya, material jatuh di belt conveyor 1
kemudian ditransfer menuju hammer mill. Pada hammer mill ukuran material yang
dihasilkan yaitu maksimal 2,5 mm. Setelah hammer mill selesai beroperasi maka
material akan jatuh pada belt conveyor 2, selanjutnya akan diteruskan menuju
stockpile dan akan menjadi bahan selanjutnya untuk pabrik Buton Granular Asphalt
(BGA). Adapun hasil dari proses crushing pada pabrik crusher mini yaitu 10-15
ton/jam.
Tahapan yang terakhir adalah tahapan pengolahan yang berlangsung di pabrik
Buton Granular Asphalt (BGA). Material yang telah dilakukan pereduksian pada
crusher plant dan crusher mini akan dilanjutkan untuk menghasilkan produk Buton
Granular Asphalt (BGA).
Pada tahap pengolahan Buton Granular Asphalt (BGA) alat yang digunakan
adalah hopper, belt conveyor, rotary drum dryer, rotary cooling, product bin,
conveyor bagging, bagging system, jib crane dan vibrating screen. Pada pabrik
pengolahan Buton Granular Asphalt (BGA) ukuran butirannya yaitu 2,5 mm dan
dilakukan pengurangan kadar air sampai kadar yang diinginkan yaitu 2%. Kadar air
46
tidak benar - benar dihilangkan untuk menghindari terbentuknya debu sehingga
mengganggu proses yang terjadi di pabrik pengolahan.
Material aspal dimasukkan ke dalam hopper dengan kapasitas 13-15 ton
menggunakan whell loader. Kemudian material aspal jatuh di belt conveyor 1 dan
diteruskan belt conveyor 2 ke rotary drum dryer yang sudah di panaskan
menggunakan burner yang berbahan bakar solar, dengan suhu 1700C - 1800C
selama 5 menit sampai ke output.
Hasil dari rotary drum dryer diantar ke alat pendingin (rotary cooling)
menggunakan belt conveyor 3. Pada rotary cooling material akan didinginkan
dengan suhu 600C - 700C selama 5 menit sampai ke output. Blower yang telah
diinstalasikaan pada kedua rotary dimaksudkan untuk mengurangi dampak
lingkungan yang timbul, dengan menghisap asap hasil pembakaran dari rotary
drum dryer dan menghisap debu dari material aspal yang telah didinginkan pada
rotary cooling.
Setelah material aspal dari pendingin (rotary cooling), kemudian diantarkan
ke vibrating screen melalui belt conveyor 4. Material yang tidak lolos ayakan akan
dikeluarkan oleh belt conveyor 6 menuju tempat sementara material over size yang
selanjutnya akan diangkut kembali menuju crusher mini untuk dilakukan reduksi
ukuran kembali dan selanjutnya akan di bawa kembali menuju pabrik BGA.
Biasanya material yang over size akan dicampur dengan material hasil crushing
plant untuk menghindari terbentuknya debu pada proses crushing di hammer mill.
Material yang lolos ayakan dengan ukuran 2,5 mm akan diteruskan menuju
product bin melalui belt conveyor 5, di bawah product bin terdapat screw conveyor
bagging yang berfungsi untuk meneruskan material menuju pengarungan. Setelah
1 karung terisi penuh maka akan dipindahkan menggunakan jib crane menuju
stockpile.
47
5.2 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Hasil
Pengolahan Buton Granular Asphalt (BGA)
Hasil yang diperoleh dari setiap tahapan pada pengolahan Buton Granular
Asphalt (BGA) (tabel 4.1), mulai dari crusher plant, crusher mini, akan disajikan
dalam grafik di bawah ini.
250
200
150 Keterangan :
100 Feed (Ton)
Hari/Tanggal
Hasil produksi pada crusher plant berkisar antara 250 s/d 326 ton/hari.
Produksi tertinggi pada hari selasa, 22-09-2020 sedangkan terendah pada hari
jum’at, 2-10-2020. Berbeda dengan crusher plant, pada crusher mini ada 3 unit
yang digunakan untuk mengimbangi hasil dari crusher plant. Kemampuan setiap
unit adalah maksimal 120 ton/hari. Berdasarkan grafik di atas hasil dari crusher
mini berkisar antara 167 – 313 ton/hari. Jika dirata-ratakan kemampuan setiap unit
± 80 ton/hari. Namun pada hari kamis, 01-10-2020 menunjukkan hasil dari crusher
mini sangat rendah hanya sekitar 167 ton/hari.
Fluaktifnya nilai dari hasil crushing bisa dipengaruhi beberapa faktor
diantaranya :
1. kondisi material yang terkena air hujan sebelum dilakukan crushing sehingga
jumlah yang dimasukkan ke hopper juga tidak maksimal. Pada saat proses
crushing berlangsung kadang turun hujan sehingga proses crushing dihentikan
48
sementara, untuk menghindari material yang berada di belt tidak jatuh akibat
rembesan air hujan pada belt conveyor.
2. Faktor berikutnya yang menjadi penghambat proses crushing adalah listrik
padam atau ada instalasi yang bermasalah, sehingga mengakibatkan proses
crushing tertunda beberapa saat.
3. Pada hari kamis, 01-10-2020, alat crusher mini sedang dilakukan pemeliharaan
dengan membersihkan material yang menempel pada dinding hopper dan di
sekitar mesin hammer mill, sehingga waktu kerja tidak semuanya terpakai
untuk proses crushing. Hal ini dibuktikan pada hari selanjutnya hasil crusher
mini sudah kembali normal.
Material yang telah diproses pada crusher plant dan crusher mini selanjutnya
akan diteruskan pada pabrik pengolahan BGA, berikut grafik data hasil dari pabrik
BGA.
100
80
60
40
20
0
Hari/Tanggal
49
normal sehingga hasil yang diperoleh secara umum berkisar antara 108-120
ton/hari. Perbedaan hasil ini penyebab utamanya adalah masih banyaknya material
yang tidak lolos saringan sehingga kembali di reduksi di hammer mill. Pada hari
tertentu hasilnya bisa maksimal karena disebabkan material yang lolos saringan
dipabrik Buton Granular Asphalt (BGA) juga banyak, begitupun sebaliknya.
50
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang didapatkan di lapangan, maka penulis
dapat menyimpulkan tentang proses pengolahan aspal buton menjadi Buton
Granular Aspal (BGA) yaitu :
1. Pengolahan aspal diawali pada hopper crusher plant - feeder - jaw crusher
1 - screening, pada screening material yang lolos ayakan akan menuju
stockpile sedangkan material yang tidak lolos menuju jaw crusher 2 -
screening - stockpile. Selanjutnya pada hopper crusher mini -hammer mill
- stockpile. Kemudian, tahap akhir pada hopper BGA -rotary drum dryer
- rotary cooling - screening - product bin - screw conveyor - bagging
system - jib crane - stockpile, material yang tidak lolos ayakan akan
ditranfer munuju penyimpanan sementara selanjutnya akan diangkut ke
cruher mini.
2. Fakto-faktor yang mempengaruhi tingkat hasil produksi yaitu :
Kondisi material yang terkena air hujan
Listrik padam atau ada instalasi yang bermasalah
Adanya material yang menempel pada alat –alat pengolahan sehingga
dilakukan pembersihan
6.2 Saran
Adapun saran dari penulis adalah:
1. Perlu adanya alat komunikasi setiap pekerja untuk menyampaikan
informasi terhadap operator crusher plant, operator crusher mini dan
operator pabrik BGA, agar dapat menunjang tingkat produksi Buton
Granular Asphalt (BGA).
2. Dibutuhkannya pembersihan sistim irigasi di sekitar area pabrik agar air
hujan tidak lagi masuk kedalam pabrik BGA.
51
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rosyid, 1996. Pertambangan Aspal Alam Pulau Buton. PPTM, Bandung.
Arif. 2003. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Aspal.
Institut Teknologi Bandung.
Edy, N. 2015. Pengolahan Bahan Galian dan Pemanfaatannya Untuk Energi.
Program Studi Teknik Pertambangan FTM UPN “Veteran” Yogyakarta.
Fannisa, H. Wahyudi, M. 2010. Perencanaan Campuran Aspal Beton Dengan
Menggunakan Filler Kapur Padam, Semarang : Program Studi Diploma III
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Fauzi, H. 2012. Ekstraksi Bitumen Dari Aspal Buton Menggunakan Gelombang
Mikro Dengan Pelarut N-Heptana, Toluena, Dan Etanol. Jurnal, Jurusan
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
Harmein, R. 2010. Laporan Disertasi, Evaluasi Model Modulus Bitumen Asbuton
Dan Model Modulus Campuran Yang Mengandung Bitumen Asbuton. Institut
Teknologi Bandung. Kemeterian Agama RI, 2012: Al-Qur‟an dan terjemah
Kurniadji. 2007. Modul Trainer of Trainee : Bahan Aspal dan Asbuton untuk
Perkerasan Jalan. In : Puslitbang jalan dan Jembatan & Direktorat Jenderal
Bina Marga, D.P.U.
Kurniadji. 2010. Kajian ekstarsi Asbuton. Bandung : Pusat Litbang Jalan
Rosyid, A. 1998. Pertambangan Aspal Alam Pulau Buton. PPTM, Bandung
Sikumbang, N. Supandjono. Sanyoto. 1995. Peta Geologi Lembar Buton, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung, Sekala 1 : 250.000.
Siswosoebrotho, B.I. Kusnianti, N. 2005. Laboratory Evaluation of Lawele Buton
Batural Asphalt in Concretre Mixture. Proceeding of the Eastern Asia Sosiety
for Tranportation Studies,5,857-867
Suaryana, N. Gavoer, S. 2002. Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas.
Jakarta : Departemen Kimpraswil Republik Indonesia
52
LAMPIRAN
53
Lampiran A
Tahapan Pengolahan Pada Crusher Plant
53
Lampiran B
Tahapan Pengolahan Pada Crusher Mini
54
Lampiran C
Tahapan Pengolahan Pada Pabrik BGA
55