Anda di halaman 1dari 6

Nama : YULIANA

NIM : 1848401181305

COLD CHAIN SYSTEM (VACCINE)


A. Definisi
Cold Chain System atau sstem rantai dingin adalah Prosedur penanganan produk
vaksin, alat dan bahan pendukung lainnya pada proses penerimaan, penyimpanan dan
pengiriman. Cold Chain terdiri dari serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
menjaga vaksin dalam rentang suhu yang disarankan WHO, dari awal pembuatan
sampai digunakan oleh konsumen.

B. Kepekaan Vaksin Terhadap Suhu


1. Most Sensitive to cold (Freeze Sensitive Vaccine) Penyimpanan 2˚C – 8˚C
2. Most sensitive to heat (Heat Sensitive Vaccine) Penyimpanan -15˚C s/d -25˚ C

C. Elemen Kunci Cold


1. Personil : mengatur penyimpanan dan distribusi produk (vaksin)
a. Mengerti pentingnya Cold Chain
b. Memahami SOP
c. Melakukan yang terbaik saat penanganan vaksin
d. Mengerti tanggung jawabnya
2. Peralatan : memadai untuk penyimpanan dan transfortasi produk (vaksin)
a. Tingkat Primary (Nasional)
Cold/Freezer Room, Chiller/Freezer, Cold Box, Truk disertai pendingin untuk
transportasi
b. Tingkat Intermediate (Provinsi, Kota/Kabupaten)
Cold/Freezer Room dan/atau Chiller/Freezer, Cold Box, Truk disertai pendingin
untuk transportasi
c. Tingkat Peripheral (Puskesmas, Posyandu)
Chiller, Cold Box, Vaccine Carrier
Peralatan rantai dingin
a. Komponen status
 Coldroom
 Freezer
 Lemari pendingin
b. Komponen bergerak
 Kemasan (dus) isothermic (“cold box”)
 Mobil pengangkut “cold box”
 “Vaccine carrier”
3. Prosedur : memastikan produk (vaksin) disimpan dan didistribusikan pada suhu yang
sesuai
D. Monitoring Cold Chain
1. Tujuan
Untuk melacak suhu di mana vaksin dan pelarut terpapar panas selama transportasi dan
penyimpanan.
2. Alat Monitoring Cold Chain
a. Dixell (pencatat suhu)
b. Vaccine Vial Monitor
 Label thermochromic yang terpasang pada vial berisi vaksin yang dapat
berubah warna jika terpapar suhu tinggi.
 Memberi indikasi apakah vaksin telah disimpan pada suhu yang dapat
mempertahankan potensinya.
c. Alat pemantau suhu (Vax Alert Type 1 & 2)
d. Freezer Indikato

E. Operasional
1. Proses penerimaan produl rantai dingin
a. PENGECEKAN PRODUK
 Pastikan jenis dan jumlah produk vaksin yang diterima sesuai dengan surat
permintaan
 Pastikan produk vaksin yang diterima masih dalam kondisi baik
b. REPORT PENERIMAAN PRODUK
 Isi dan lengkapi dokumen pengiriman “PS” (packing slip), “VAR” (vaccine
arrival report), “SBBK” (surat bukti barang keluar) dan lainnya
 Tanda tangani dokumen pengiriman “PS”, “VAR”, “SBBK” dan lainnya oleh
petugas penerima dan pejabat structural
2. Proses penyimpanan produk rantai dingin
a. Tempat Penyimpanan Vaksin
 COLD ROOM → SUHU +2 SD +8°C
 FREEZE ROOM → SUHU -25 SD -15°C
b. Penyimpanan yang benar
 Susunan vaksin tidak rapat, ada sirkulasi
 Vaksin tidak menyentuh lantai
 Pemisahan jenis vaksin
 Beri tanda untuk setiap jenis vaksin dan nomor batch
 Tidak menyimpan makanan dan minuman bersatu dengan vaksin
3. Proses pengiriman produk rantai dingin
a. Suhu vaksin saat pengiriman harus stabil dan waktu pengiriman maksimum 48
jam.
b. Pengeluaran produk berdasarkan VVM, FEFO dan FIFO
c. Setiap pengeluaran harus dicatat pada form catatan bets pengiriman
d. Menggunakan kontainer yang sudah tervalidasi dan memenuhi standar pengiriman
e. Faktur / surat pengantar harus mencantumkan tujuan pengiriman, jenis barang,
jumlah, nomor bets dan tanggal ED
4. Pemeliharaan Fasilitas Cold Chain
a. Pemeliharaan Harian
 Monitoring Suhu Minimal 3 Kali Sehari
 Hindari Sering Membuka dan Menutup Coldroom / Freezer / Chiller
 Pembersihan Lantai Coldroom / Freezer dan Area Gudang
b. Pemeliharaan Mingguan
 Pembersihan Bagian Luar Coldroom / Freezer / Chiller
 Pembersihan Bunga Es
 Pemeriksaan Sambungan Listrik
c. Pemeliharaan Bulanan
 Pembersihan Bagian Dalam Coldroom / Freezer / Chiller
 Cek Fungsi Generator
 Cek Fungsi Evaporator
 Cek Fungsi Mesin Dan Compressor

MANAJEMEN TROLEY EMERGENCI


A. Pengelolaan Obat Emergenci
1. Obat emergency adalah persediaan perbekalan farmasi yang digunakan untuk
menangani kasus darurat di masing-masing ruangan
2. Tujuan pengadaan obat emergency
a. Menjamin ketersediaan obat emergency di unit perawataan untuk kebutuhan
kegawat daruratan
b. Menjamin jumlah dan jenis obat sesuai daftar obat emergency yang telah
ditetapkan
3. Prosedur pengelolaan obat emergenci
Menurut permenkes no. 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah
Sakit, pengelolaan obat emergensi harus menjamin:
a. Jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergensi yang telah ditetapkan
b. Tidak boleh bercampur dengan persediaan obat untuk kebutuhan yang lain
c. Bila dipakai untuk kepentingan emergenci harus segera diganti
d. Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluarsa
e. Dilarang dipinjam untuk kebutuhan lain
f. Penataan obat emergenci juga harus memenuhi prinsip kemanan, seperti prinsip
penataan obat LASA, pemberian stiker untuk obat HAM
g. Dalam penggunaannya, tempat penyimpanan obat emergenci dibuka dengan cara
menarik/memotong segel sampai putus dan mengambil obat sesuai dengan yang
dibutuhkan, kemudian dokter menulis resep obat yang sudah digunakan.
h. Resep tersebut diberikan kepada petugas farmasi untuk dilakukan pergantiaan obat
yang sudah digunakan
i. Pada saat mengambil dan mengganti obat emergenci, hal yang paling penting
dilakukan adalah menulis pada lembar pemakaian dan penggantian sediaan
emergenci yang berisi daftar nama pasien yang menggunakan, nama obat, tanggal
kadaluarsa dan jumlahnya serta tidak lupa menisci nama petugas yang melakukan
dan nomor segel yang baru.
4. Kunci Diposible Bernomor
Menurut CPR GUIDANCE FOR CLINICAL PRACTICE AND TRAINING IN
HOSPITAL, belum tersediaan standarisasi pemilihan perbekalan resusitasi, sehingga
pemilihannya merujuk pada rekomendasi minimum yang harus tersedia, antaralain:
masker oksigen, pocker mask dan aktupnya,defribelator otomatis beserta elektrodanya,
syringe dan jarum, oksigen, efinefrin/adrenaline, atrophine, tape, sarung tangan, box
benda tajam, gunting, suction, saline plus, tisu. Sedangkan untuk perbekalan tambahan
yang direkomendasikan, anatarlain: kanula IV, cairan IV, guedel airways, amiodarone
dan naloxone.

SISTEM DISTRIBUSI OBAT DI RUMAH SAKIT


A. Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik
dalam bentuk maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi
pasien sesuai peraturan yang berlaku.
Tenaga Kesehatan yang berkompeten menulis resep / pesanan adalah Dokter yang
memiliki Surat Izin Praktek (SIP) yang terdiri dari Dokter umum, Dokter spesialis dan
Dokter gigi. Perawat dan bidan diberikan ijin menuliskan resep untuk resep yang
berupa: Alat Kesehatan
1. Tata Cara Penulisan Resep
Tidak ada standar baku di dunia tentang penulisan resep. Untuk Indonesia, resep yang
lengkap menurut memuat:
a. Nama, Surat Izin Praktik (SIP), alamat, dan nomor telepon dokter
b. Tanggal penulisan resep
c. Nama, potensi, dosis, dan jumlah obat
d. Aturan pemakaian yang jelas
e. Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien
f. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep.
2. Syarat Sah Resep
a. ADMINISTRATIF
 Kop Resep : Nama dokter, SIP, alamat praktek.
 Tempat dan tanggal penulisan resep
 Kata R/ → recipe → ambillah
 Nama obat, jumlah obat, kekuatan sediaan.
 Macam sediaan yang harus dibuat
 Signatura/aturan pakai
 Paraf / tanda tangan dokter
 Nama pasien, umur, berat badan, alamat
 Iter / tidak ada perintah lain
b. FARMASETIS
 Bentuk dan kekuatan sediaan
 Stabilitas
 Kompatibilitas (ketercampuran obat)
c. KLINIS
 Ketepatan indikasi dan dosis obat
 Aturan, cara,dan lama penggunaan obat
 Duplikasi atau polifarmasi
 Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi
klinik lain)
 Kontraindikasi
 Interaksi obat

B. Copy Resep
Copy resep adalah salinan tertulis dari resep, copy resep harus sama dengan resep
aslinya
1. Syarat syahnya copy resep:
a. Ada nama apotek/RS, alamat, nama apoteker penanggung jawab, nomer SP/SIK
b. Dokter penulis resep
c. Tanggal penulisan resep
d. Nama pasien, umur, alamat
e. Nomer resep
f. R/
g. Nama obat, jumlah obat, kekuatan obat
h. Macam sediaan yang dibuat/diberikan
i. Signatura/aturan pakai
j. Keterangan jumlah pemberian obat
k. PCC/Salinan resepnya sesuai aslinya
l. Tanda tangan apoteker
m. Cap APOTEK
n. Tanggal ditulisnya copy resep

C. Penggolongan Obat Menurut Undang-Undang


1. OBAT BEBAS : bila dapat dijual dimanapun, dengan ciri lingkaran hitam ditengah
berwarna hijau.
2. OBAT BEBAS TERBATAS : dapat dijual bebas tetapi harus diikuti adanya tanda
peringatan sebagai contoh : “awas obat keras bacalah aturan memakainya”dll. Ciri →
lingkaran hitam ditengahnya berwarna biru.
3. Obat wajib apotek: obat keras yang boleh diberikan langsung oleh apoteker di apotek
dengan memenuhi aturan perundangan yang berlaku
4. OBAT KERAS : obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Ciri →
lingkaran hiram ditengahnya ada tulisan K.
5. OBAT KERAS TERTENTU : obat yang dapat diperoleh hanya dengan resep dokter.
Ciri → lingkaran hitam ditengahnya ada tulisan K. dalam undang-undang termasuk
OKT.
6. OBAT NARKOTIKA : obat yang dapat diperoleh dengan resep dokter, dalam resep
harus tanda tangan dokter tidak sekedar paraf. Ciri → llingkaran hitam ditengahnya ada
tanda + berwarna merah.

D. Nama Obat
1. Nama kimia :nama obat yang berdasar struktur kimianya
2. Nama generik : nama obat menurut pemberian nama dari INN→international
nonpropietary name dikeluarkan oleh WHO.
3. Nama paten ; nama obat yang berasal dari pabrik yang menemukan obat tersebut
4. Branded generic : obat generic yang dikeluarkan oleh pabrik tertentu, diberi nama khas
sesuai dengan keinginan pabrik tersebut (propietary name).
E. Sistem Distribusi Obat di Rumah Sakit
1. Sentralisasi : Penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi dipusatkan pada
satu tempat di Instalasi Farmasi (unit/bagian distribusi perbekalan farmasi).
2. Desentralisasi : Pelayanan farmasi mempunyai cabang di dekat unit pelayanan/ruang
rawat yang disebut depo/satelit farmasi.
F. Metode Yang Digunakan
 Floor Stock
 IP / Resep Individual
 UDD (Unit Doses Distribution
 ODD
 Kombinasi

Anda mungkin juga menyukai