Anda di halaman 1dari 1

Dalam RUU Pasal 18 dijelaskan beberapa ketentuan terkait kawasan perdesaan dihapus dan diubah.

Hal krusial yang perlu dijawab adalah pasal 48 UU No 26/2007 yang hendak dihapus, mengingat
pasal ini merupakan ruh dari arah pengembangan kawasan perdesaan, termsuk di dalamnya untuk
kepentingan konservasi dan pemeliharaan abadi lahan pertanian. Pasal-pasal lainnya mungkin bisa
saja dimodifikasi untuk menyederhanakan soal perizinan dan teknis perencanaan. Tapi penghapusan
pasal 48 tampaknya akan melahirkan dampak yang serius.

Agus Fanar Syukri Peneliti LIPI bertanya ke Bapak Armand Suparman - KPPOD tentang PARAMETER
yang digunakan untuk menilai Daya Saing Daerah Berkelanjutan (DSDB) itu dikembangkan sendiri,
atau menggunakan instrumen yang telah dikembangkan di dunia internasional? Apakah berbeda
dengan Indeks Daya Saing Daerah (IDSD) yang dikembangkan oleh Kemenristek/BRIN sejak 2017 yll?

pembangunan food estate besar-besaran di kalteng ini seperti apa yah nantinya terkait dengan UU
cipta kerja ini? apakah betul-betul sdh memperhatikan faktor-faktor kelestarian lingkungan yang
nota bene akan menghilangkan keanekaragaman hayati? atau hanya semata tuk mengalokasikan
cipta kerja saja? bgm tadi perizinan-perizinan yang harus dilalui, apakah sdh dilaksanakan?

Sy kira betul pak, penguatan kelembagaan lingkungan hidup belum kuat di daerah. contoh,
pembangunan food estate di kalimantan ini seperti apa peran dan tanggungjawab daerah?

Saya ingin bertanya juga memberikan suatu sudut pandang baru, ketika membicarakan tentang Daya
Saing Daerah Berkelanjutan apakah RUU ini nantinya akan mampu mengakomodasi "keberlanjutan"
tersebut? Dengan kondisi banyak industri tambang - yang meningkatkan nilai daya saing - tapi
keberlanjutanya dipertanyakan, dimana? Bagaimana dengan masyarakat terutama di daerah pelosok
bisa melanjutkan hidup baru kemudian keberlanjutan pangan ketika prinsip keberlanjutan tidak
dilaksanakan? Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai