Anda di halaman 1dari 11

Rangkuman AHDB

Minggu Ke-1
Pengantar Aplikasi Hukum dalam Bisnis
Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang ojeknya hukum. Maka dari itu ilmu hukum
mempelajari segala hal yang berkaitan dengan hukum mulai dr pengertian subjek dan objek
hukum, tujuan hukum, peristiwa hukum, sumber2 hukum, sistimatika hukum, hukum positif yg
berlaku pada suatu negara antara lain hkm pidana, hkm perdata, hkm lingkugan, hkm ekonomi,
hkm tata negara.

Istilah hukum berasal dari “Recht” atau Wet (Belanda). “Law” (B. Inggris)
Hukum dalam pengertian umum adalah ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan yang
mengandung perintah dan larangan, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, dengan maksud
mengatur tata tertib dalam masyarakat dan terhadap pelanggarnya diancam dengan hukuman
(sanksi).
Utrecht :
Hukum adalah himpunan peraturan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengurus
tata tertib suatu masyarakat dan oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.

Unsur-unsur Hukum :
1. Merupakan kumpulan kaidah atau norma tingkah laku.
2. Aturan yang dibuat oleh pemerintah yang berwenang
3. Berlaku untuk wilayah tertentu saja
4. Berisi perintah dan larangan
5. Adanya sanksi yang tegas
6. Bersifat memaksa

Pengertian hukum bisnis


Istilah hukum bisnis “Busness Law”
Bisnis “Usaha Dagang” atau “Urusan” sbg perusahaan komersial, profesi atau perdagangan yg
didirikan dg tujuan utk memperoleh keuntungan. Hukum Bisnis : keseluruhan hukum positif yg
mengatur hak dan kewajiban yg timbul dr berbagai perikatan dlm aktivitas bisnis.

Sistematika Hukum
Secara umum hukum dibagi 2 yaitu :
1. Hukum Privat
a. Hukum perdata
b. Hukum Dagang
c. Hukum Adat
2. Hukum Publik
a. Hukum Pidana
b. Hukum Tata Negara
c. Hukum Administrasi Negara
d. Hukum Pajak

Hukum bisnis berada dikedua wilayah hukum yaitu baik hukum privat maupun Hukum publik.
Hukum bisnis bnyk berkaitan & berpedoman kpd ketentuan2 yg trdpt di dlm Hukum Perdata
terutama hal2 yg berkaitan dg perjanjian2 /perikatan2

Hukum Perikatan dan Perjanjian


Perikatan dan perjanjian suatu hal yang berbeda. Perbedaan dpt dilihat dr Sumber Lahirnya
Perikatan. Dengan kata lain, suatu perjanjian yg dibuat dapat menyebabkan lahirnya perikatan
bagi pihak2 yg membuat perjanjian. Bisa juga tanpa adanya perjanjian terlebih dahulu, perikatan
lahir karena UU memang telah mengaturnya
misal : masalah Aliementasi yaitu kewajiban timbal balik antara orang tua dengan anak
(perikatan seorang anak utk mengurus ortu yg sudah miskin), pasal 321 KUHPER

Sumber Perikatan
Perikatan

Perjanjian Undang-Undang
(Pasal 1352)

UU & Perbuatan UU semata pasal 104


Manusia & pasal 625
KUHPER

Perbuatan yg Perbuatan yg
menurut Hukum melawan hukum
Pasal 1354 Pasal 1365
Pasal 1359

Dari skema diatas dapat diketahui bahwa sumber pokok dari perikatan adalah perjanjian dan
Undang-undang, dan sumber dari Undang-undang dapat dibagi lagi menjadi Undang-undang dan
Perbuatan manusia dan UU semata sedangkan sumber dari UU dan perbuatan manusia dibagi
lagi menjadi perbuatan yang menurut hukum dan perbuatan yang melawan hukum.

 Perikatan:
Suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang
satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak lain berkewajiban untuk
memenuhi tuntutan itu.
 Perjanjian:
Suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling
berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.

Hubungan antara Perikatan dengan perjanjian


Perjanjian menerbitkan perikatan, perjanjian juga merupakan sumber perikatan

Prof. Subekti
- Perikatan yaitu :
“suatu hubungan (mengenai kekayaan harta benda) antara 2 org, yg memberi hak kpd yg satu utk
menuntut barang sesuatu dr lainnya, sedangkan org lainnya ini diwajibkan memenuhi tuntutan
tsb.
- Perjanjian :
Suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kpd seseorg lainnya atau dimana 2 org saling berjanji
utk melaksanakan sesuatu hal.

Asas Perjanjian
Ada 7 jenis perjanjian yg merup asas umum yg hrs di perhatikan olh setiap pihak yg terlibat di
dlmnya :
1. Asas sistem terbukanya hkm perj.
hkm perj. Yg diatur dlm buku III KUHPER merup. Hkm yg bersifat terbuka. Artinya ketentuan2
hkm perj. Yg termuat dlm kitab tsb hny merup hkm pelengkap, yg besifat melengkapi. Jd boleh
tdk diindahkan oleh para pihak yg membuat perj.
Terbukany sistem hkm perj. Ini melahirkan konskuensi bhw setiap pihak g mmbuat perj
memiliki kebebasan yg seluas-luasny utk membuat berbagai macam bentuk perj. Sepanjang tdk
bertentangan dg nilai2 sosial & memiliki itikad baik.
2. Asas konsensualitas
pada dasarnya setiap perj. Yg dibuat sejak adanya konsensus atau kesepakatan dr para pihak yg
membuat perj. Atau perj telah ada dan sah sejak saat terjadinya kesepakatan.
3. Asas personalitas
Bisa dikatakan asas kepribadian, yaitu bhw pda umumnya setiap pihak yg membuat perj maka
perj tsb utk kepentingannya sendiri/dg kata lain tdk seorg pun dpt membuat perj. Utk
kepentingan pihak lain.
4. Asas itikad baik
Pada dasarnya semua perj dibuat haruslah dg itikad baik (in good fait). Hal ini diatur dlm pasal
1338 ayat 3 KUHPER
Pengertian itikad baik mempunyai 2 arti :
a. Perj g dibuat hrs memperhatikan norma2 kepatutan dan kesusilaan
b. Perj yg dibuat hrs didasari oleh suasana batin yg memiliki itikad baik
5. Asas Pacta sunt servanda
Tercantum dlm pasal1338 ayat 1 KUHPER yg isinya semua perj yg dibuat secara sah berlaku
sbg UU mereka. Syarat sah nya perj datur dlm asal 1320. sekalipun menyimpang dr ketentuan2
yg ada dlm buku III KUHPER tetap mengikat sbg UU bagi para pihak yg membuat perj.
Konsekuensi :
- Bhw siapapun selain para pihak yg membuat perj dlarang mencampuri perj yg telah
dibuat.
- Apabila trjd sengketa atas perj yg dimaksud maka hakim akan menyelesaikan
sengketanya sesuai dg isi perj tsb.
Asas ini merup dasar bagi istilah kebebasan berkontrak
a. Kebebasan utk mengadakan perj
b. Kebebasan utk tdk mengadakan perj
c. Kebebasan utk mengadakan perj dg siapapun
d. Kebebasan utk menentukan sendiri isi maupun syarat2 perj
e. 6. Asas force majeur
f. Asas ini dikenal dg asas overmacht/asas keadaan memaksa. Asas ini memberi kebebasan
bagi debitur segala kewajibannya utk membayar ganti rugi akibat tdk terlaksananya perj
karena suatu sebab yg memaksa.
g. Keadaan memaksa : suatu keadaan dimana debitur memang tdk dpt berbuat apa2 trhdp
keadaan / peristiwa yg timbul diluar dugaannya c/ : bencana alam, kebakaran dll.
h. 7. Asas exeptio non adiemplet contractus
i. Asas ini merup suatu pembelaan bagi debitur utk dibebaskan dr kewajiban membayar
ganti rugi akibat dr tdk dipenuhinya perj, dg alasan kreditur telah melakukan kelalaian.
Asas ini berlaku utk perj timbal balik.

Syarat sahnya perjanjian serta batal dan pembatalan perjanjian


1. Syarat sahnya perj.
Diatur dlm pasal 1320, diperlukan 4 syarat yaitu :
a. Adanya kesepakatan mereka yg mengikatkan diriny. Adanya kehendak dr pihak2 dan hrs
ada kesesuaian satu sama lain.
b. Adany kecakapan
Tidak cakap : org yg umumnya berdasar ketentuan UU tdk mampu membuat sendiri perj2 dg
akibat hkm yg lengkap , seperti disebutkan dlm pasal 1330 org yg tdk cakap dlm perj adalah org2
yg belum dewasa, mereka yg dibawah pengampuan , sakit jiwa.
c. Objek yg jelas
d. Adanya sebab yg halal
perj. Hrs mempunyai sebab, tanpa ada syarat ini perj batal. Maksud sebab yg halal adalah tidak
dilarang oleh UU, tdk bertentangan dg kesusilaan, tidak bertentangan dg ketertiban umum
Dapat dibatalkan dan batal demi hukum
a. Dapat dibatalkan : kesepakatan adalah merup salah satu syarat subyektif dianggp tdk ada
apabila perj tsb mengandung unsur paksaan, penipuan atau kekeiruan
b. Batal demi hukum : apabila perj tidak memuat syarat objek prj yaitu tdk adanya objek yg
jelas atau perj tsb bertentangan dg hukum atau kesusilaan.

Hukum Perusahaan
Menurut hukum :
Perusahaan adalah mereka yg melakukan sesuatu utk mencari keuntungan dgn menggunakan
banyak modal (dlm arti luas), tenaga kerja, dan dilakukan secara terus menerus, serta terang-
terangan untuk memperoleh penghasilan dgn cara memperniagakan barang-barang atau
mengadakan perjanjian perdagangan.

Hukum perusahaan adalah


“Hukum yang secara Khusus Mengatur tentang bentuk-bentuk perusahaan serta segala aktifitas
atau kegiatan yang berkaitan dengan jalannya suatu perusahaan.”

Bentuk-bentuk perusahaan
■ PERSEROAN TERBATAS
■ PERSEKUTUAN PERDATA
■ FIRMA
■ PERSEKUTUAN KOMANDITER
■ KOPERASI
■ YAYASAN
■ BADAN USAHA MILIK NEGARA

Minggu Ke-2
Aspek-aspek dari pelaksanaan perjanjian dan hal-hal yang membatasi perjanjian serta
pembebanan tanggung jawab

Minggu Ke-3
Subyek dan obyek perjanjian

Subjek Perjanjian
Subjek dari perbuatan hukum adalah subjek hukum. Subjek hukum terdiri dari manusia serta
badan hukum. Maka dari pada itu semua manusia dan badan hukum dapat melakukan perjanjian,
dengan syarat manusia (orang) dan badan hukum tersebut sudah dinyatakan cakap menurut
hukum.
1. Subjek Perjanjian berupa Manusia (Orang) R. Subekti berpendapat yang dikatakan subjek
perjanjian adalah:
a)Yang membuat perjanjian (orang) sudah cakap atau sanggup melakukan perbuatan
hukum tersebut.
b)Para pihak yang membuat perjanjian harusmelaksanakan perjanjian dengan dasar
kebebasan menentukan kehendaknya. Artinya dalam membuat perjanjian tidak ada
paksaan dari pihak manapun, tidak ada kehilafan, atau penipuan. Karena sepakat diantara
keduanya akan mengikat mereka.
2. Badan HukumBadan hukum adalah badan-badan perkumpulan dari orang-orang yang
diciptakan oleh hukum. Badan hukum sebagai subjek hukum dapat bertindak hukum
(melakukan perbuatan hukum) seperti halnya manusia. Karena badan hukum dapat
melakukan persetujuan-persetujuan. Persetujuan-persetujuan yang dilakukan oleh badan
hukum menggunakan perantara orang sebagai pengurusnya.
Badan hukum dibedakan menjadi dua:
a. Badan Hukum Publik (Publiek Recht Persoon)Badan hukum publik adalah badan hukum
yang didirikan secara publik dimana tujuan pendiriaanya untuk kepentingan publik atau
orang banyak. Dengan demikian badanhukum publik merupakanbadan hukum negara yang
dibentuk oleh yang berkuasa (pemerintah) dengan dasar Undang-Undang yang dijalankan
secara fungsional. Contohnya adalah Bank Indonesia dan Perusahaan Negara
b. Badan Hukum Privat (Privat Recht Persoon)Badan hukum yang didirikan berdasarkan
hukum sipil atau perdata yang mana didirikan untuk kepentingan orang yang ada di dalam
badan hukum itu sendiri. Berbeda dengan badan hukum publik yang tidak mencari
keuntungan didalamnya, badan hukum privat didirikan karena untuk mencari keuntungan
sebuah kelompok, yang bergerak dibidang sosial, pendidikan, ilmu pengerahuan, dan lain-
lain dengan mengacu pada hukum yang sah. Contohnya adalah Perserooan Terbatas,
Koperasi, Yayasan, Badan AmalAkibat dari subjek hukum yang tidak sah maka suatu
perjanjian yang dibuat dapat dibatalkan (voidable).

Objek Perjanjian
Objek perjanjian harus dapat ditentukan. Tidak dilihat dari apakah barang itu sudah ada untuk
sekarang atau yang akan ada nanti. Sehingga yang dapat menjadi objek perjanjian antara lain:
1) Barang yang dapat diperdagangkan (Pasal 1332 KUH Perdata)
2) Barang yang dapat ditentukan jenisnya ( Pasal 1333 KUH Perdata)Tidak menjadi masalah
jika untuk sekarangjumlahnya tidak bisa ditentukan, yang jelas dikemudian hari jumlahnya
dapat ditentukan.
3) Barang-barang yang akan ada dikemudian hari (Pasal1334 ayat (2) KUH Perdata)Selain itu
ada barang yang tidak dapat dijadikan objek perjanjian, antara lain:
a. Barang diluar perdagangan. Misalnya senjata resmi yang dipakai Negara
b. Barang yang dilarang Undang-Undang. Misalnya narkoba
c. Warisan yang belum terbukaSubekti menambahkan terkait objek perjanjian:
- Yang telah dijanjikan para pihak harus jelas agar dapat mementukan hak dan
kewajiban para pihak
- Yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan Undang-Undang, ketentuan umum,
kesusilaan.

Minggu Ke-4
Unsur-unsur perjanjian dan anatomi perjanjian

Perjanjian
Adalah suatu peristiwa dimana seorang atau beberapa orang yang berjanji untuk melaksanakan
suatu hal tertentu

Bagaimana Jika Cidera Janji


Jika perjanjian melanggar hukum (terlarang) bakal batal demi hukum
Contoh; Perampok berhianat dengan teman perampoknya bekerja dibank punya peraturan
tersendiri yaitu peraturan perjanjian

Perjanjian: dilakukan oleh 2 pihak/lebih


Pernyataan: dilakukan sepihak

Hubungan hukum orang tertentu berdasar suatu janji (sudah disepakati terlebih dulu) dan orang
tertentu boleh menagih hal itu.

Unsur-unsur perjanjian
 Esensialia
Esensialia adalah unsur yang mutlak harus ada untuk terjadinya perjanjian, agar perjanjian
itu sah dan ini merupakan syarat sahnya perjanjian. Jadi keempat syarat dalam Pasal 1320
KUHPerdata merupakan unsur esensialia. Dengan kata lain, sifat esensialia perjanjian adalah
sifat yang menentukan perjanjian itu tercipta (constructieve oordeel)

 Naturalia
Naturalia adalah unsur yang lazim melekat pada perjanjian, yaitu unsur yang tanpa
diperjanjikan secara khusus dalam perjanjian secara diam-diam dengan sendirinya dianggap
ada dalam perjanjian. Unsur ini merupakan sifat bawaan (natuur) atau melekat pada
perjanjian. Misalnya penjual harus menjamin cacat-cacat tersembunyi kepada pembeli.

 Aksidentalia
Aksidentalia artinya unsur yang harus dimuat atau dinyatakan secara tegas di dalam
perjanjian oleh para pihak. Misalnya, jika terjadi perselisihan, para pihak telah menentukan
tempat yang di pilih.

Syarat-syarat Perjanjian menurut 1320 KUHP


- Adanya persetujuan kehendak antara pihak yang membuat janji
- Ada kecakapan pihak untuk membuat perjanjian
- Ada suatu hal tertentu
- Ada suatu sebab yang halal

Unsur-unsur yang harus ada dalam perjanjian adalah :


a.   Pihak-pihak yang melakukan perjanjian, pihak-pihak dimaksud adalah subjek perjanjian;
b.   Consensus antar para pihak;
c.    Objek perjanjian;
d.   Tujuan dilakukannya perjanjian yang bersifat kebendaan atau harta kekayaan yang dapat
dinilai dengan uang; dan
e.   Bentuk perjanjian yang dapat berupa lisan maupun tulisan.

Hal-hal yang mengikat dalam perjanjian (Pasal 1338, 1339, 1347 BW) adalah :
a.   Isi perjanjian;
b.   Undang-undang;
c.    Kebiasaan;
d.   Kepatutan. 

Orang yang tidak cakap melakukan pembuatan hukum pasal 1330 KUHP
- Orang yang belum dewasa
- Orang yang di taruh dibawah pengampuan (dapat dibatalkan jika diduga ada
penipuan,pemaksaan dan penyesatan)
- Perempuan sebagai istri
- Orang yang undang-undang memperbolehkan dan melarang

Minggu Ke-5
Prestasi dan wanprestasi

Prestasi
Pengertian prestasi adalah sesuatu yang wajib dipenuhi oleh debitur dalam setiap
perikatan. Prestasi sama dengan objek perikatan. Dalam hukum perdata kewajiban memenuhi
prestasi selalu disertai jaminan harta kekayaan debitur. Dalam pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata
dinyatakan bahwa semua harta kekayaan debitur baik bergerak maupun tidak bergerak, baik
yang sudah ada maupun yang aka nada, menjadi jaminan pemenuhan hutangnya terhadap
kreditur. Tetapi jaminan umum ini dapat dibatasi dengan jaminan khusus berupa benda tertentu
yang ditetapkan dalam perjanjian antara pihak-pihak.

Menurut Pasal 1234 KUHPerdata wujud prestasi ada tiga, yaitu :


a.   Memberikan sesuatu
b.   Berbuat sesuatu
c.    Tidak berbuat sesuatu.

-          Menurut Pasal 1235 ayat (1) KUHPerdata, pengertian memberikan sesuatu adalah
menyerahkan kekuasaan nyata atas suatu benda dari debitur kepada kreditur, contoh : dalam jual
beli, sewa-menyewa, hibah, gadai, hutang-piutang.
-          Dalam perikatan yang objeknya “berbuat sesuatu”, debitur wajib melakukan perbuatan
tertentu yang telah ditetapkan dalam perikatan, contoh : membangun rumah / gedung,
mengosongkan rumah.
-          Dalam perikatan yang objeknya “tidak berbuat sesuatu”, debitur tidak melakukan perbuatan
yang telah ditetapkan dalam perikatan, contoh : tidak membangun rumah, tidak membuat pagar,
tidak membuat perusahaan yang sama, dsb.

Sifat Prestasi
Sifat-sifat prestasi adalah sebagai berikut :
1) Harus sudah tertentu dan dapat ditentukan. Jika prestasi tidak tertentu atau tidak ditentukan
mengakibatkan perikatan batal (nietig).
2) Harus mungkin, artinya prestasi itu dapat dipenuhi oleh debitur secara wajar dengan segala
usahanya. Jika tidak demikian perikatan batal (nietig).
3) Harus diperbolehkan (halal), artinya tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan
dengan kesusilaan dan ketertiban umum. Jika prestasi itu tidak halal, perikatan batal
(nietig).
4) Harus ada manfaat bagi kreditur, artinya kreditur dapat menggunakan, menikmati, dan
mengambil hasilnya. Jika tidak demikian, perikatan dapat dibatalkan (vernietigbaar).
5) Terdiri dari satu perbuatan atau serentetan perbuatan. Jika prestasi terdiri dari satu
perbuatan dilakukan lebih dari satu, mengakibatkan pembatalan perikatan (vernietigbaar)

Wanprestasi
Pengertian Wanprestasi adalah tidak memenuhi sesuatu yang diwajibkan sebagaimana yang telah
ditetapkan oleh perikatan. Faktor yang penyebab wanprestasi ada dua, yaitu :
1)    Karena kesalahan debitur, baik yang disengaja maupun karena kelalaian.
2)    Karena keadaan memaksa (evermacht), force majeure, jadi di luar kemampuan debitur.
Debitur tidak bersalah.

Untuk menentukan dalam keadaan bagaimana debitur dikatakan wanprestasi, ada tiga keadaan
yaitu :
(1)  Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali,
(2)  Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru,
(3)  Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat waktu atau terlambat.

Untuk memperingatkan debitur agar ia memenuhi prestasinya, maka debitur perlu diberikan
peringatan tertulis yang isinya menyatakan debitur wajib memenuhi prestasi dalam waktu yang
ditentukan. Jika dalam waktu itu debitur tidak memenuhinya maka debitur dinyatakan
wanprestasi.
Peringatan tertulis dapat dilakukan secara resmi : dilakukan melalui Pengadilan Negeri yang
berwenang dengan perantaraan Jurusita menyampaikan surat peringatan tersebut kepada debitur
disertai berita acara penyampaiannya. Dan dapat juga secara tidak resmi : misalnya melalui surat
tercatat, telegram atau disampaikan sendiri oleh kreditur kepada debitur dengan tanda terima.
Surat peringatan ini disebut “ingebreke stelling”.

Akibat Hukum Wanprestasi


Akibat hukum bagi debitur yang melakukan wanprestasi adalah sebagai berikut :
(1) Debitur wajib membayar ganti kerugian yang telah diderita oleh kreditur (Pasal 1243
KUHPdt).
(2) Apabila perikatan timbal balik, kreditur dapat menuntut pembatalan perikatan melalui
Hakim (Pasal 1266 KUHPdt).
(3) Dalam perikatan untuk memberikan sesuatu, resiko beralih kepada debitur sejak terjadi
wanprestasi (Pasal 1237 ayat (2) KUHPdt).
(4) Debitur wajib memenuhi perikatan jika masih dapat dilakukan atau pembatalan disertai
pembayaran ganti kerugian (Pasal 1267 KUHPdt).
(5) Debitur wajib membayar biaya perkara, jika diperkarakan di Pengadilan Negeri dan debitur
dinyatakan bersalah.

Minggu Ke-6
Risiko, overmacht dan cara-cara berakhirnya perikatan

Pengertian Overmacht
Overmacht ialah suatu keadaan yang “memaksa”.Overmachtmenjadi landasan hukum yang
“memaafkan“ kesalahan seorang debitur. Peristiwa overmacht“mencegah” debitur menanggung
akibat dan resiko perjanjian.Itulah sebabnya overmachtmerupakan penyimpangan dari asas
hukum.

Teori-teori overmachtdibagi menjadi 2 antara lain:


1. Teori Overmacht objektif atau ajaran ketidak mungkinan yang mutlak. Teori ini menyatakan
bahwa Debitur dikatakan dalam keadaan overmacht apabila pemenuhan prestasi itu „tidak
mungkin bagi siapapun bagi setiap orang”. Contoh : A harus menyerahkan sapi kepada B,
sapi itu ternyata di tengah jalan disambar petir, sehingga prestasi tidak mungkin dilaksankan
bagi A dan bagi siapapun.Dalam hal demikian menurut ajaran OvermachtObjektif ada
overmacht.
2. TeoriOvermachtSubjektif atau ajaran ketidakmungkinan relatif. Teori ini menyatakan bahwa
Debitur dikatakan dalam keadaan overmacht, apapbila pemenuhan prestasi itu “bagi Debitur
itu sendiri memang tidak dapat dilakukan, tetapi orang lain mungkin masih bisa melakukan”.
Contoh : Seorang pedagang tertentu harus menyerahkan barang-barang tertentu pada
pedagang lain, kemudian ternyata hargabarang itu sangat meningkat, sehingga pedagang
tersebut tidak mungkin untuk membeli barang yang harganya tinggi tersebut akibatnya ia
tidak bisa memenuhi barang-barang tersebut pada pedagang yang lain itu.Ketidakmungkinan
Debitur untuk memenuhi prestasi menurut ajaran overmachtobjektif disebu impossibilitas,
sedangkan ketidakmungkinan Debitur untuk memenuhi prestasi hanya bagi Debitur tertentu
menurut ajaran OvermachtSubjektif tersebut difficultas(menimbulkan kaberatan).

Unsur-Unsur Overmacht
1.Ada halangan bagi Debitur untuk memenuhi kewajiban.
2.Halangan itu bukan karena kesalahan Debitur.
3.Tidak disebabkan oleh keadaan yang menjadi resiko dari Debitur.

Denganadanya Overmacht, mengakibatkan berlakunya perikatan menjaditerhenti. Ini berarti


bahwa:
1.Kreditur tidak dapat meminta pemenuhan prestasi.
2.Debitur tidak dapat lagi dinyatakan lalai.
3.Resiko tidak beralihkepada Debitur.

Dasar Hukum Overmachtdalam KUH Perdata


a. Pasal 1244 KUH Perdata“Jika ada alasan untuk itu si berhutang harus dihukum mengganti
biaya, rugidan bunga, bila ia tidak membuktikan, bahwa hal tidak dilaksanakan atau tidak
pada waktu yang tepat dilaksanakannya perjanjian itu, disebabkan karena suatu hal yang tak
terduga, pun tak dapat dipertanggungjawabkan padanya, kesemuanya itu pun jika itikad
buruk tidak ada pada pihaknya.”
b. Pasal 1245 KUH Perdata“Tidaklah biaya, rugi dan bunga harus digantinya,apabila karena
keadaan memaksa (overmacht)atau karena suatu keadaan yang tidak disengaja, si berutang
berhalangan memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau karena hal-hal
yangsama telah melakukan perbuatan yang terlarang.”

Selain kedua ketentuan tersebut, konsep keadaan memaksa juga diacu dalamPasal 1444 dan 1445
KUH Perdata, sebagai berikut.
a. Pasal 1444 KUH Perdata“(1) Jika barang tertentu yang menjadi pokok perjanjian musnah,
tak dapat diperdagangkan, atau hilang, hingga sama sekali tidak diketahui apakah barang itu
masih ada, maka hapuslah perikatannya, asal barang itu musnah atau hilang di luar
kesalahan si berutang dan sebelum ia lalai menyerahkannya.(2) Bahkan meskipun si
berutang lalai menyerahkan suatu barang, sedangkan ia tidak telah menanggung terhadap
kejadian-kejadian yang tidak terduga, perikatan tetap hapus jika barang itu akan musnah
juga dengan cara yang sama di tangannyasi berpiutang seandainya sudah diserahkan
kepadanya.(3) Si berutang diwajibkan membuktikan kejadian yang tidak terduga, yang
dimajukannya itu.(4) Dengan cara bagaimanapun suatu barang yang telah dicuri, musnah
atau hilang, hilangnya barang itu tidak sekali-kali membebaskan orang yang mencuri barang
dari kewajibannya mengganti harganya.”
a. Pasal 1445 KUH Perdata“Jika barang yang terutang, di luar salahnya si berutang musnah,
tidak dapat lagi diperdagangkan, atau hilang,maka si berutang, jika ia mempunyai hak-hak
atau tuntutan-tuntutan ganti rugi mengenai barang tersebut, diwajibkan memberikan hak-
hakdan tuntutan-tuntutan tersebut kepada orang yang mengutangkan kepadanya.”
SOAL PILIHAN GANDA
1. Hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang turut
melakukan perdagangan untuk
memperoleh keuntungan atau hukum yang mengatur
hubungan hukum antara manusia
dan badan-badan hukum satu sama lainnya dalam lapangan
perdagangan, merupakan
pengertian dari?
A. Hukum Dagang
B. Hukum Perdagangan
C. Hukum Pidana
D. Hukum Sosial
2. Apa kepanjangan dari KUHD?
A. Kitab Undang-Undang Hukum Dana
B. Kitab Undang-Undang Hukum Diskriminasi
C. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
D. Kitab Undang-Undang Hukum Dimensi
3. Yang termasuk dalam hal pengusaha?
A. Dilarang mempekerjakan buruh lebih dari 7 jam sehari
dan 40 jam seminggu, kecuali
ada ijinpenyimpangan
B. Tidak boleh diskriminasi upah laki-laki dan perempuan
C. Memberikan ijin kepada buru untuk beristirahat,
menjalankan kewajiban menurut
agamanya.
D. Berhak sepenuhnya atas hasil kerja pekerja
4. Rangkaian peraturan-peraturan hukum yang mengatur
hubungan hukum antara orang
yang satu dengan orang yang lain dengan menitik beratkan
pada kepentingan
perseorangan?
A. Hukum Pidana
B. Hukum Sosial
C. Hukum Perdata
D. Hukum Dagang
5. Yang termasuk dalam kewajiban pengusaha?
A. Memberikan ijin kepada buruh untuk beristirahat,
menjalankan kewajiban
menurut agamanya.
B. Berhak sepenuhnya atas hasil kerja pekerja
C. Berhak atas perlakuan yang hormat dari pekerja
D. Berhak melaksanakan tata tertib kerja yang telah dibuat
oleh pengusaha
6. Apa kepanjangan dari kitab BW?
A. Bisnis Wirausaha
B. Bisnis Wajib

Anda mungkin juga menyukai