Anda di halaman 1dari 20

Indonesian Journal of Social Responsibility (IJSR) Vol. 1, No. 1, (2019), hal.

41-59

PROGRAM PENGEMBANGAN MERK BARU PRODUK LOKAL UNGGULAN


YANG BERORIENTASI EKSPOR DI INDONESIA SEBAGAI UPAYA STRATEGI
MARKETING PADA PASAR GLOBAL

Ananda Fortunisa
Program Studi Manajemen, Universitas Bakrie, Jakarta, 12960, Indonesia
E-mail: afortunisa@gmail.com
DOI: https://doi.org/10.36782/ijsr.v1i01.9

Abstrak

Pengembangan merek baru atau biasa disebut rebranding yaitu strategi pemasaran
dengan cara memperbaharui atau pun merubah total nama, tagline, simbol, desain yang
diciptakan untuk merek dengan tujuan pengembangan dan pembaharuan di benak
konsumen, investor dan pesaing. Rebranding adalah suatu upaya atau usaha yang
dilakukan oleh perusahaan atau lembaga untuk merubah total atau memperbaharui
sebuah merek yang telah ada agar menjadi lebih baik, dengan tidak mengabaikan tujuan
awal perusahaan yaitu berorientasi profit. Manfaat rebranding, Larslong (2004) dalam
Liminto (2010:37) adalah branding bukan hanya sekedar desain dari sebuah logo
perusahaan. Branding merupakan sebuah hubungan antara konsumen dan perusahaan,
antara konsumen dan produk atau antara konsumen dan jasa. Kegiatan ini mempunyai
maksud meningkatkan daya saing produk Indonesia melalui penguatan dan
pengembangan merek agar lebih marketable dan mampu meningkatkan citra serta
kepercayaan terhadap produk Indonesia di pasar Internasional. Tujuan kegiatan ini adalah
memberikan pemahaman kepada para pemangku kepentingan akan pentingnya
pengembangan merek sebagai bagian dari upaya peningkatan daya saing dan nilai jual
suatu produk, serta memfasilitasi pelaku usaha membangun mereknya dalam bentuk
penataan indentitas merek (logo), aplikasinya dalam bentuk materi promosi dan kemasan
produk. Lokasi kegiatan di enam kota, Bandar Lampung, Ambon, Jogyakarta, Pekalongan,
Sukabumi, dan Bandung dilakukan pada semester kedua tahun 2018.

Kata Kunci: rebranding, strategi pemasaran, pemasaran online, ekspor, produk lokal

Abstract

New brand development or commonly called rebranding, is a marketing strategy by


updating or changing the total name, tagline, symbol, design created for the brand to
develop and renew in the minds of consumers, investors, and promotions. New brand
development is an effort or effort made by a company or institution to change or renew a
brand that has been made to be better, with no initial goal of a profit-oriented company.
The benefit of rebranding, Larslong (2004) in Liminto (2010: 37), is that branding is not
just the design of a company logo. Branding is the relationship between consumers and
companies, between consumers and products or between consumers and services. This
activity aims to improve the competitiveness of Indonesian products through brand
enhancement and development to be more easily marketed and be able to improve the
image and trust of Indonesian products in the international market. The purpose of this
activity is to provide stakeholders with an understanding of the importance of brand

*Corresponding author: afortunisa@gmail.com 41


Indonesian Journal of Social Responsibility (IJSR) Vol. 1, No. 1, (2019), hal. 41-59

development as part of efforts to increase the competitiveness and selling value of a


product, as well as facilitate business development to build its brand in the form of
structuring brand identity (logos), applications for promotional materials and product
packaging. The location of this social responsibilities activity in six cities, Bandar Lampung,
Ambon, Yogyakarta, Pekalongan, Sukabumi, and Bandung, was conducted in the second
semester of 2018.

Keywords: rebranding, marketing strategy, online marketing, export, local product

Latar Belakang nasional. Selain berperan dalam


Perkembangan merek di Indonesia pertumbuhan ekonomi dan penyerapan
disebabkan oleh beberapa faktor yang tenaga kerja, UMKM juga berperan dalam
mendukung untuk terus bertumbuhnya mendistribusikan hasil-hasil pembangunan.
merek baru di Indonesia. Perubahan dan UMKM juga telah terbukti tidak terpengaruh
perkembangan zaman merupakan salah satu terhadap krisis. Ketika krisis menerpa pada
alasan terus bertumbuhnya merek-merek periode tahun 1997 – 1998, hanya UMKM
baru di dunia industri dan perdagangan. yang mampu tetap berdiri kokoh. Data
Menurut Aaker (2016), faktor yang Badan Pusat Statistik memperlihatkan, (BPS
mendukung perkembangan merek (brand) di www.bps.go.id, 2017) pasca krisis ekonomi
Indonesia semakin maju adalah tingkat tahun 1997-1998 jumlah UMKM tidak
pertumbuhan penduduknya. Banyak faktor berkurang, justru meningkat terus, bahkan
yang membentuk terjadinya perkembangan mampu menyerap 85 juta hingga 107 juta
merek yang begitu luar biasa. Tetapi, tidak tenaga kerja, dengan jumlah pengusaha di
sedikit merek yang telah dibangun akhirnya Indonesia sebanyak 56.539.560 unit.
hanya berjalan sementara. Hal ini lah yang Dari jumlah tersebut, Usaha Mikro Kecil
seharusnya menjadi pusat perhatian oleh dan Menengah (UMKM) sebanyak
para pelaku usaha. 56.534.592 unit atau 99.99%. Sisanya,
Perlu dilakukan kegiatan untuk sekitar 0,01% atau 4.968 unit adalah usaha
membangun kembali merek yang ada besar. Data tersebut membuktikan, UMKM
menjadi lebih baik lagi, dan memberikan merupakan pasar yang sangat potensial bagi
masukan kepada pelaku usaha dalam industri jasa keuangan, terutama bank untuk
melakukan branding yang efektif dan tepat. menyalurkan pembiayaan. Bisnis UMKM
Rebranding atau pengembangan merek baru menyumbang PDB (Produk Domestik Bruto)
sebagai sebuah perubahan merek, seringkali sekitar 60% dan membuka lapangan
identik dengan perubahan logo ataupun pekerjaan bagi masyarakat. Total kontribusi
lambang sebuah merek. Dengan kata lain, UMKM terhadap PDB Nasional merupakan
ketika melakukan pengembangan merk baru akumulasi dari semua sektor ekonomi
maka yang berubah ialah nilai-nilai dalam UMKM.
merek itu sendiri. Dalam artian perubahan UMKM memiliki peran tersendiri pada
merek adalah suatu proses dimana suatu proses pencitraan suatu kota (city branding).
produk atau jasa yang mempersentasikan Seperti produk, layanan, dan organisasi, kota
suatu perusahaan yang didistribusikan. Hal sangat membutuhkan citra yang kuat dan
ini menyangkut perubahan baik pada logo, berbeda citra kota-kota lain untuk mengatasi
nama, persepsi, strategi pemasaran, persaingan untuk sumber daya ekonomi di
ataupun tema-tema iklan. tingkat lokal, regional, nasional dan global
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Mihardja et.al., 2018).
(UMKM) mempunyai peran penting dan UMKM yang ada di Indonesia, tidak
strategis dalam pembangunan ekonomi semuanya memiliki merek (brand) yang

42
Indonesian Journal of Social Responsibility (IJSR) Vol. 1, No. 1, (2019), hal. 41-59

kuat. Hampir semuanya menggunakan 2) memfasilitasi pelaku usaha membangun


simbol, nama, logo, warna, yang kurang mereknya dalam bentuk penataan
relevan dengan manfaat dan kegunaan indentitas merek (logo), aplikasinya
produk yang dijualnya. Akibatnya asosiasi dalam bentuk materi promosi dan
merek nya tidak mudah untuk diingat oleh kemasan produk.
konsumen. Selain itu, merek yang mereka Jangka waktu penyelesaian pekerjaan ini
buat masih banyak yang belum didaftarkan adalah selama 5 (lima) bulan kalender
paten nya sehingga tidak memiliki nilai dilaksanakan pada semester ke dua tahun
kekayaan intelektual dan mudah sekali 2018. Kegiatan pengembangan merek ini
untuk disalah gunakan oleh pihak lain. dilaksanakan di 6 (enam) sentra ekspor/
Kondisi ini sangat merugikan UMKM karena sentra produksi di Indonesia. Alasan
akibatnya mereka tidak mampu bersaing dipilihnya enam lokasi ini karena
didunia global (ekspor). mempertimbangkan sebaran populasi
Dalam memenangkan persaingan global, pelaku UKM di Indonesia, sehingga dapat
tentunya mempatenkan logo, mencapai lokasi dari provinsi di Baratnya
menstandarisasi kualitas produk, dan SOP Indonesia, hingga ke timurnya Indonesia,
adalah syarat mutlak agar produk dapat yaitu:
diterima dan diizinkan masuk ke negara 1) Bandar Lampung (Lampung)
asing. Dalam aspek pemasarannya, brand 2) Pekalongan (Jawa Tengah);
merupakan unsur penting yang harus 3) Sukabumi (Jawa Barat)
diperkuat strateginya. Tujuannya bukan 4) Ambon (Maluku);
hanya untuk membedakan produk dari 5) Bandung (Jawa Barat)
produk kompetitornya, tapi juga untuk 6) Yogyakarta (DI Yogyakarta)
memudahkan konsumen menancapkan Lingkup kegiatan pengabdian kepada
merek pada benak mereka, sehingga masyarakat ini meliputi:
menjadi top of mind dan menjadi brand 1. Menyelenggarakan workshop di 6
guardian-nya. Presiden Joko Widodo (enam) daerah mengenai “Program
mengungkapkan bahwa terdapat 56 juta Pengembangan Merek Produk
UMKM di Indonesia. Namun ada banyak Indonesia”, untuk para pelaku usaha
masalah yang dihadapi UMKM, bagaimana terpilih dari produk unggulan tiap kota,
membangun brand, desain yang mengikuti 2. Melakukan kurasi pada usaha lokal untuk
pasar, membuat kemasan agar menarik mendapatkan validasi data usaha,
pembeli dan persoalan lain yang 3. Melakukan dialog lebih dalam terkait
menyangkut modal, akses ke pasar. rekomendasi pengembangan merek dan
Berdasarkan uraian diatas, maka pemasaran produk usaha selama ini;
kegiatan ini memiliki maksud untuk 4. Mengidentifikasi temuan yang ada,
meningkatkan daya saing produk Indonesia kemudian dilanjutkan dengan
melalui penguatan dan pengembangan merumuskan rebranding strategy dan
merek agar lebih marketable dan mampu brand identity serta brand
meningkatkan citra serta kepercayaan communications yang diharapkan
terhadap produk Indonesia di pasar menghasilkan rumusan strategi merek
Internasional. Secara rinci, tujuan kegiatan dan penyempurnaan brand identity
untuk: termasuk logo dan desain kemasan.
1) memberikan pemahaman kepada para
pemangku kepentingan akan pentingnya Tinjauan Kebijakan dan Literatur
pengembangan merek sebagai bagian A. Brand
dari upaya peningkatan daya saing dan Kotler dan Armstrong (2007: 70)
nilai jual suatu produk; mengungkapkan merek adalah nama, istilah,
tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi

43
Indonesian Journal of Social Responsibility (IJSR) Vol. 1, No. 1, (2019), hal. 41-59

dari semua ini yang dimaksudkan untuk d. Kepribadian


mengenali produk atau jasa dari seseorang Merek menggambarkan kepribadian.
atau penjual dan untuk membedakannya Merek akan menarik orang yang
dari produk pesaing. Jadi merek gambaran sebenarnya dan citra dirinya
mengidentifikasi pembuat atau penjual dari cocok dengan citra merek.
suatu produk. Merek juga merupakan janji Kotler dan Armstrong (2007: 80)
penjual untuk menyampaikan kesimpulan mengungkapkan brand image adalah
sifat, manfaat, dan jasa spesifik secara himpunan keyakinan konsumen mengenai
konsisten kepada pembeli. Merek dapat berbagai merek”. Intinya brand images atau
menyampaikan empat tingkat arti: brand description, yakni deskripsi tentang
a. Atribut asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap
Merek akan mengingatkan orang pada merek tertentu. Menurut Aaker (1996:7),
atribut tertentu. Misalnya keawetan dan merek yang baik harus memiliki nilai yang
sebagainya sehingga hal ini memberikan tinggi, atau biasa dikenal dengan brand
suatu landasan pemosisian bagi atribut equity.
lain dari produk tersebut. Brand equity adalah kumpulan asset
b. Manfaat berharga yang terkait dengan merek itu
Pelanggan tidak membeli atribut tetapi sendiri, dengan namanya, simbolnya, yang
mereka membeli manfaat dari produk dapat ditambahkan dan atau dikurangi dari
tersebut. Oleh karena itu atribut harus nilai yang tersedia oleh produk atau jasanya
diterjemahkan menjadi manfaat kepada konsumennya. Ekuitas merek
fungsional dan emosional. dikelompokkan kedalam 5 kelompok besar,
c. Nilai dapat diamati pada Gambar 1, meliputi
Merek juga mencerminkan sesuatu loyalitas merek, awareness, perceived
mengenai nilai – nilai pembeli. Misalnya quality, brand associations, perceived
saja menilai prestasi, keamanan, dan quality, brand assets. Lebih lanjut, Keller
prestise tinggi suatu produk. (2008) menjelaskan teknik membangun
ekuitas merk seperti Gambar 2.

Gambar 1. Ekuitas Merek


(Sumber: Aaker, 1996)

44
Indonesian Journal of Social Responsibility (IJSR) Vol. 1, No. 1, (2019), hal. 41-59

Gambar 2. Building Customer-Based Brand Equity


(Sumber: Keller, 2008)

Keller (2008) menjelaskan bahwa ada f. Protectability: setelah melakukan


enam kriteria dalam pemilihan brand pemilihan elemen merek, maka hasil
elements, yaitu: pilihan tersebut harus dilindungi secara
a. Memorability: bentuk elemen merek hukum maupun citra kompetitif secara
harus dengan mudah dikenali dan dapat internasional.
dengan mudah diingat kembali.
b. Meaningfulness: dapat dijabarkan B. Rebranding
dengan jelas arti dari elemen merek Rebranding dapat didefinisikan sebagai
tersebut secara deskriptif dan juga praktek membangun representasi baru
secara persuasif tentang hubungannya untuk posisi yang berbeda di benak para
terhadap sebuah produk. pemangku kepentingan dan identitas khas di
c. Likable: bentuk, warna atau nama harus antara kompetitor (Muzellec et al, 2003: 32).
dirumuskan secara menarik agar dapat Selain itu, rebranding juga digambarkan
mendapat perhatian konsumen dan juga sebagai (Daly & Moloney, 2004: 30)
memiliki nilai estetika yang baik. perubahan beberapa atau semua elemen
d. Transferable: sebuah elemen merek tangible (ekspresi fisik merek) dan intangible
sebaiknya bisa digunakan untuk (nilai tak berwujud seperti, nilai, image)
kepentingan bisnis yang lebih besar lagi, brand. Hankinson dan Lomax (2006: 193-
sebagai contoh brand extension atau line 207) menambahkan bahwa rebranding
extension. Sebuah elemen merek juga melibatkan perubahan, tidak hanya dalam
harus dapat digunakan lintas geografi. identitas visual organisasi tetapi juga
e. Adaptability: kriteria kelima untuk menyebabkan perubahan nyata dalam
elemen merek adalah memiliki lintas organisasi. Secara sederhana rebranding
waktu yang fleksible, atau dapat dengan dapat dikatakan sebagai perubahan image
mudah dilakukan pembaharuan atau dan hal ini merupakan sebuah langkah
update. dengan tujuan jangka panjang.

45
Indonesian Journal of Social Responsibility (IJSR) Vol. 1, No. 1, (2019), hal. 41-59

Keller (1999) menjelaskan bahwa periode transisisi, nama brand lama


strategi rebranding merupakan bagian dari perlahan – lahan dihapus.
repositioning yang dilakukan tanpa merusak 2. Umbrella Branding Strategy/Combined
loyalitas brand yang telah ada. Dalam Branding Strategy. Strategi ini
literatur bisnis dan praktiknya, istilah menggunakan nama brand tunggal
rebranding digunakan untuk menjelaskan sebagai “payung” bagi hampir semua
tiga event yang berbeda, yaitu perubahan lini produk perusahaan di seluruh pasar
brand name, perubahan aesthetics brand, yang dimasukinya.
dan repositioning (Muzellec et al, 2003). 3. Translucent Warning Strategy. Yaitu
Daly dan Moloney (2004: 30) melihat mengingatkan para pelanggan sebelum
rebranding sebagai satu kesatuan yang dan setelah perubahan nama brand.
merujuk pada tiga kategori perubahan, yaitu 4. Sudden Eradication Strategy
minor changes (aesthetics) atau perubahan Yaitu secara serta-merta mengganti
pada fisik brand, intermediate changes nama brand lama dengan nama baru
(reposition) atau perubahan pada image tanpa periode transisi.
brand, dan complete change (rebranding) 5. Counter-Takeover Strategy
atau perubahan nama, nilai serta image Strategi ini adalah strategi paska akuisisi
brand. Sedangkan Stuart dan Muzellec yang mengabaikan nama brand sendiri
(2004: 473) serta Muzellec dan Lambkin dan menggantinya dengan nama brand
(2005: 805) membedakan rebranding yang diakuisisi.
menjadi dua, yaitu evolutionary rebranding 6. Retrobranding Strategy
dan revolutionary rebranding. Merupakan strategi yang beralih
Perbedaan tersebut dilihat dari besar kembali ke nama brand lama yang
atau kecilnya perubahan positioning dan sempat ditinggalkan.
marketing aesthetics yang dilakukan.
Evolutionary rebranding meliputi perubahan
minor pada positioning dan marketing
aesthetics seperti perubahan logo atau
slogan. Sedangkan revolutionary rebranding
meliputi perubahan major pada positioning
dan marketing aesthetics seperti perubahan
menyeluruh pada nama, slogan, serta logo.
Muzellec dan Lambkin (2005)
memaparkan sebuah model proses
terjadinya pengembangan merk baru seperti Gambar 3. Model Proses Rebranding
tercantum dalam gambar. Model ini terdiri (Sumber: Muzellec dan Lambkin, 2005)
dari faktor penyebab pengembangan merk
baru, tujuan pengembangan merk baru, dan Preferensi Hukum
proses pengembangan merk baru.
Dasar hukum dan peraturan dalam
Lebih lanjut, Kaikati dan Kaikati (2003) pelaksanaan kegiatan program rebranding
menjelaskan bahwa proses rebranding dapat ini antara lain adalah:
ditempuh dengan salah satu atau gabungan  Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014
dari beberapa strategi berikut ini: tentang Perdagangan (Lembaran Negara
1. Phase-In/Phase-Out Strategy. Strategi Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
ini ditempuh dalam dua tahap. Dalam 45, Tambahan Lembaran Negara Republik
tahap phase-in nama brand lama masih Indonesia Nomor 5512;
dilekatkan pada selama periode  Peraturan Presiden RI No. 9 tahun 2005
introduksi tertentu. Setelah melewati tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

46
Indonesian Journal of Social Responsibility (IJSR) Vol. 1, No. 1, (2019), hal. 41-59

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kementerian Negara R.I., sebagaimana Perdagangan.
yang telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Peraturan Presiden Republik Gambaran Umum
Indonesia No. 24 tahun 2010; Penggolongan jenis kegiatan ekonomi
 Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 mengikuti konsep ISIC (International
tentang perubahan kedua atas Peraturan Standard Classification of All Economic
Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Activities) yang direvisi tahun 1968.
Pengadaan Barang dan Jasa; Klasifikasi sektor ini bertujuan untuk
 Peraturan Menteri Perdagangan RI No. memudahkan perbandingan tingkat aktivitas
31/MDAG/PER/7/2010 tentang ekonomi antar berbagai macam kegiatan.

Tabel 1. Sembilan Penggolongan Utama Sektor Ekonomi


No Klasifikasi/Penggolongan Keterangan
1 Pertanian, Peternakan, Mencakup segala macam pengusahaan dan
Kehutanan dan pemanfaatan benda-benda/barang-barang biologis
Perikanan (hidup) yang berasal dari alam untuk memenuhi
kebutuhan atau usaha lainnya
2 Pertanian, Peternakan, Sektor pertambangan dan penggalian meliputi
Kehutanan dan subsektor minyak dan gas bumi, subsektor
Perikanan pertambangan non migas, dan subsektor penggalian
3 Industri Pengolahan Industri pengolahan merupakan kegiatan pengubahan
bahan dasar (bahan mentah) menjadi barang
jadi/setengah jadi dan/atau dari barang yang kurang
nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, baik
secara mekanis, kimiawi, dengan mesin ataupun
dengan tangan
4 Listrik, Gas dan Air Bersih  Listrik mencakup kegiatan pembangkitan, transmisi,
dan distribusi listrik baik untuk keperluan rumah
tangga, usaha, industri, gedung kantor pemerintah,
penerangan jalan umum, dan lain sebagainya;
 Gas mencakup kegiatan pengolahan gas cair,
produksi gas dengan karbonasi arang atau dengan
pengolahan yang mencampur gas dengan gas alam
atau petroleum atau gas lainnya, serta penyaluran
gas cair melalui suatu sistem pipa saluran kepada
rumah tangga, perusahaan industri, atau pengguna
komersial lainnya;
 Air bersih mencakup kegiatan penampungan,
penjernihan, dan penyaluran air, baku atau air bersih
dari terminal air melalui saluran air, pipa atau mobil
tangki (dalam satu pengelolaan administrasi dengan
kegiatan ekonominya) kepada rumah tangga,
perusahaan industri atau pengguna komersial
lainnya
5 Bangunan Bangunan atau konstruksi adalah kegiatan penyiapan,
pembuatan, pemasangan, pemeliharaan maupun
perbaikan bangunan/ konstruksi yang menyatu dengan

47
Indonesian Journal of Social Responsibility (IJSR) Vol. 1, No. 1, (2019), hal. 41-59

No Klasifikasi/Penggolongan Keterangan
tempat kedudukannya, baik digunakan sebagai tempat
tinggal maupun sarana lainnya
6 Perdagangan, Hotel dan  Perdagangan adalah kegiatan penjualan kembali
Restoran (tanpa perubahan teknis) barang baru maupun bekas
 Hotel adalah bagian dari lapangan usaha kategori
penyediaan akomodasi dan penyediaan makan
minum;
 Restoran disebut kegiatan penyediaan makan minum
adalah usaha jasa pangan yang bertempat di
sebagian atau seluruh bangunan permanen yang
menjual dan menyajikan makan dan minuman untuk
umum ditempat usahanya
7 Pengangkutan dan  Pengangkutan adalah kegiatan pemindahan
Komunikasi orang/penumpang dan/atau barang/ternak dari satu
tempat ke tempat lain melalui darat, air maupun
udara dengan menggunakan alat angkutan bermotor
maupun tidak bermotor;
 Komunikasi yaitu usaha pelayanan komunikasi untuk
umum baik melalui pos, telepon, teleks atau
hubungan radio panggil (pager)
8 Keuangan, Persewaan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
dan Jasa Perusahaan mencakup kegiatan perantara keuangan, asuransi, dana
pensiun, penunjang perantara keuangan, real estate,
usaha persewaan, dan jasa perusahaan
9 Jasa-jasa Jasa-jasa meliputi kegiatan pelayanan kepada
masyarakat yang ditujukan untuk melayani kepentingan
rumah tangga, badan usaha, pemerintah dan lembaga-
lembaga lain
(Sumber: www.kemendag.go.id, ditjen ekspor impor; 2017)

Jika ditinjau dari sektor ekonomi UMKM 2. Usaha Kecil (jumlah karyawan 30 orang);
yang memiliki proporsi unit usaha terbesar dan
sampai terkecil adalah sektor: 3. Usaha Menengah (jumlah karyawan
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan hingga 300 orang).
Perikanan (48,85%); Dalam perspektif usaha, UMKM
2. Perdagangan, Hotel dan Restoran diklasifikasikan dalam empat kelompok,
(28,83%); yaitu:
3. Pengangkutan dan Komunikasi (6.88%);  UMKM sektor informal, contohnya
4. Industri Pengolahan (6,41%); pedagang kaki lima
5. Jasa-jasa (4,52%); 6. Keuangan,  UMKM Mikro adalah para UMKM dengan
Persewaan dan Jasa Perusahaan (2,37%); kemampuan sifat pengrajin namun
6. Bangunan (1,57%); kurang memiliki jiwa kewirausahaan
7. Pertambangan dan Penggalian (0,53%); untuk mengembangkan usahanya;
8. Listrik, Gas dan Air Bersih (0,03%).  Usaha Kecil Dinamis adalah kelompok
Menurut Bank Dunia, UMKM dapat UMKM yang mampu berwirausaha
dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu: dengan menjalin kerjasama (menerima
1. Usaha Mikro (jumlah karyawan 10 orang); pekerjaan sub kontrak) dan ekspor;

48
Indonesian Journal of Social Responsibility (IJSR) Vol. 1, No. 1, (2019), hal. 41-59

 Fast Moving Enterprise adalah UMKM cakap dan telah siap bertransformasi
yang mempunyai kewirausahaan yang menjadi usaha besar.

Tabel 2. Karakteristik UMKM dan Usaha Besar


Ukuran Karakteristik
Usaha
Usaha Mikro  Jenis barang/komoditi tidak selalu tetap; sewaktu-waktu dapat berganti.
 Tempat usahanya tidak selalu menetap; sewaktu-waktu dapat pindah
tempat.
 Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun.
 Tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha.
 Sumber daya manusia (pengusaha) belum memiliki jiwa wirausaha yang
memadai.
 Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.
 Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian sudah akses
ke lembaga keuangan non bank.
 Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP.
 Contoh: Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar.
Usaha kecil  Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak
gampang berubah.
 Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindahpindah.
 Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih
sederhana.
 Keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga.
 Sudah membuat neraca usaha.
 Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk
NPWP.
 Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira
usaha.
 Sebagian sudah akses ke perbankan dalam keperluan modal.
 Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik
seperti business planning.
 Contoh: Pedagang di pasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul
lainnya.
Usaha  Memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, dengan pembagian
Menengah tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan
bagian produksi.
 Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem
akuntansi dengan teratur sehingga memudahkan untuk auditing dan
penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan.
 Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan.
 Sudah memiliki persyaratan legalitas antara lain izin tetangga.
 Sudah memiliki akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan.
 Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan
terdidik.
 Contoh: Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer
buatan.

49
Indonesian Journal of Social Responsibility (IJSR) Vol. 1, No. 1, (2019), hal. 41-59

Ukuran Karakteristik
Usaha
Usaha Besar Usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha
Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha
patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia
(Sumber: www.kemendag.go.id, ditjen ekspor impor; 2017)

Tabel 3. Kriteria UMKM dan Usaha Besar Berdasarkan Aset dan Omset
Kriteria
Ukuran Usaha
Aset Omset
Usaha Mikro Maksimal Rp 50 juta Maksimal Rp 300 juta
Usaha Kecil > Rp50 juta – Rp500 juta >Rp300 juta –Rp2,5 miliar
Usaha Menengah >Rp500 juta – Rp10 miliar >Rp2,5 miliar– Rp50 miliar
Usaha Besar >Rp500 juta – Rp10 miliar >Rp50 miliar
(Sumber: www.kemendag.go.id, ditjen ekspor impor; 2017)

Selain itu, berdasarkan aspek  Kontinuitas produk tidak terjamin dan


komoditas yang dihasilkan, UMKM juga kurang sempurna. Karena produksi
memiliki karakteristik tersendiri antara lain: belum teratur maka biasanya produk-
 Kualitasnya belum standar. Karena produk yang dihasilkan sering apa
sebagian besar UMKM belum memiliki adanya.
kemampuan teknologi yang memadai. Peran penting UMKM tidak hanya
Produk yang dihasilkan biasanya dalam berarti bagi pertumbuhan di kota-kota
bentuk handmade sehingga standar besar tetapi berarti juga bagi pertumbuhan
kualitasnya beragam; ekonomi di pedesaan. Berikut beberapa
 Desain produknya terbatas. Hal ini peran penting UMKM:
dipicu keterbatasan pengetahuan dan  UMKM berperan dalam memberikan
pengalaman mengenai produk. pelayanan ekonomi secara luas kepada
Mayoritas UMKM bekerja berdasarkan masyarakat, proses pemerataan dan
pesanan, belum banyak yang berani peningkatan pendapatan masyarakat,
mencoba berkreasi desain baru; mendorong pertumbuhan ekonomi,
 Jenis produknya terbatas. Biasanya serta mewujudkan stabilitas nasional;
UMKM hanya memproduksi beberapa  Krisis moneter 1998 dan Krisis 2008-
jenis produk saja. Apabila ada 2009 sejumlah 96% UMKM tetap
permintaan model baru, UMKM sulit bertahan dari goncangan krisis;
untuk memenuhinya. Kalaupun  UMKM juga sangat membantu
menerima, membutuhkan waktu yang negara/pemerintah dalam hal
lama; penciptaan lapangan kerja baru dan
 Kapasitas dan daftar harga produknya lewat UMKM juga banyak tercipta unit-
terbatas. Dengan kesulitan menetapkan unit kerja baru yang menggunakan
kapasitas produk dan harga membuat tenaga-tenaga baru yang dapat
konsumen kesulitan; mendukung pendapatan rumah tangga;
 Bahan baku kurang terstandar. Karena  UMKM memiliki fleksibilitas yang tinggi
bahan bakunya diperoleh dari berbagai jika dibandingkan dengan usaha yang
sumber yang berbeda; berkapasitas lebih besar, sehingga

50
Indonesian Journal of Social Responsibility (IJSR) Vol. 1, No. 1, (2019), hal. 41-59

UMKM perlu perhatian khusus yang 1. Udang


didukung oleh informasi akurat, agar 2. Kopi
terjadi link bisnis yang terarah antara 3. Minyak kelapa sawit
pelaku usaha kecil dan menengah 4. Kakao
dengan elemen daya saing usaha, yaitu 5. Karet
jaringan pasar; 6. Tekstil
 UMKM di Indonesia, sering dikaitkan 7. Alas kaki
dengan masalah-masalah ekonomi dan 8. Sparepart motor
sosial dalam negeri seperti tingginya 9. Elektronik
tingkat kemiskinan, ketimpangan 10. Furnitur
distribusi pendapatan, proses Sementara 10 produk Indonesia yang
pembangunan yang tidak merata antara berpotensial di ekspor antar lain:
daerah perkotaan dan perdesaan, serta 1. Kerajinan
masalah urbanisasi. Perkembangan 2. Perikanan
UMKM diharapkan dapat memberikan 3. Obat-obatan herbal
kontribusi positif yang signifikan 4. Produk kulit
terhadap upaya-upaya penanggulangan 5. Makanan kemasan
masalah-masalah tersebut di atas. 6. Perhiasan
Data-data yang disebutkan sebelumnya 7. Minyak nabati
telah membuktikan begitu besarnya peran 8. Rempah-rempah
UMKM terhadap perekonomian Indonesia, 9. Alat tulis non kertas
meskipun demikian bisnis UMKM tidak 10. Peralatan medis
selalu berjalan mulus, masih banyak
hambatan dan kendala, baik yang bersifat Metode Kegiatan
internal maupun eksternal yang harus Kagiatan pengabdian ini dilakukan
dihadapi para pelaku UMKM. Berikut ini dengan beberapa tahapan yaitu, pada hari
beberapa kendala hambatan yang sering pertama dilakukan pembekalan materi
muncul dalam UMKM: melalui seminar tentang pentingnya
a. Internal pengelolaan marketing pada produk yang
(1) Modal dijual. Kemudian dilakukan kunjungan
(2) Kemampuan Memasarkan Produk perusahaan untuk validasi data, dan
(3) Sumber Daya Manusia (SDM) mengetahui fakta-fakta tentang keunggulan
(4) Hukum produk sehingga mempermudah analisa
(5) Akuntabilitas pasar dan produk untuk di rebranding, lalu
b. Eksternal hari ketiga dilakukan pembinaan tentang
(1) Iklim usaha masih belum kondusif desain logo, dan merek, serta pembinaan
(2) Infrastruktur perencanaan strategi promosi dan brand
(3) Akses activation. Ketiga hal tersebut
tergambarkan sebagaimana gambar 3.
Dari data yang diperoleh pada
Kementrian Perindustrian, (www.kem
endag.go.id; 2017) menurut laporan fact
and figure 2017 terdapat 10 produk utama
Indonesia yang telah menjadi komoditi
ekspor saat ini, dan terdapat 10 produk
berpotensial untuk dikembangkan dalam
komoditi ekspor selanjutnya. Daftar 10
produk utama dari Indonesia yang di
eksport antara lain:

51
Indonesian Journal of Social Responsibility (IJSR) Vol. 1, No. 1, (2019), hal. 41-59

tersebut dalam kegiatan kedua yaitu


workshop untuk pengembangan merk baru.

Tabel 4. Data Peserta yang Lolos Kurasi


Pengembangan Merk Baru
Peserta
Daerah / Peserta Lolos
No
Kota Seminar Seleksi
Gambar 3 Metode / Tahapan Kegiatan Kurasi
Pengabdian Kepada Masyarakat Program 1 Ambon 35 14
Pengembangan Merek Pelaku Usaha UKM
2 Sukabumi 40 10
(Sumber: Penulis)
3 Pekalongan 35 11
Hasil dan Pembahasan Bandar 35 11
4
Kegiatan hari 1: Seminar Dasar Pemasaran Lampung
dan Kurasi Pelaku Usaha 5 Bandung 29 11
Profil pelaku usaha ditiap daerah yang 6 Yogyakarta 19 18
dikunjungi memiliki beberapa perbedaan
karakter dan kebutuhan, namun masih (Sumber: Hasil lapangan)
memiliki kemiripan. Hal yang paling
menonjol perbedaanya adalah karakter Kegiatan hari 2: Validasi UKM
sumberdaya yang dimiliki, dari mulai Dari hasil kurasi yang dilakukan di hari
sumberdaya manusia, karakter dan budaya pertama, yaitu pembinaan untuk strategi
setempat, sumberdaya alam yang dimiliki, pengembangan merk baru pelaku usaha,
karakter infrastrutur dan aksesibilitas lokasi, diketahui bahwa banyak peserta yang masih
serta perbedaan segmen konsumennya. menggunakan pendekatan-pendekatan
Pada wilayah timur, seperti Ambon, konvensional untuk wilayah Ambon,
infrastruktur, sumberdaya pemasok sementara untuk wilayah lainnya sudah
berkualitas, dan aksesibilitas pemasaran menggunakan pendekatan pemasaran
merupakan hambatan yang seringkali digital, seperti memanfaatkan media sosial,
dialami oleh pelaku usaha. Sementara untuk ataupun website. Media sosial yang paling
wilayah barat, masalah yang dihadapi banyak berdasarkan urutan terbanyak yang
mereka sedikit lebih ringan dibandingkan digunakan yaitu aplikasi WhatsApp
dengan wialayah timur. Jumlah peserta yang sebanyak 99%, kemudian Instagram
mengikuti seminar dari beberapa daerah sebanyak 70%, dan menggunakan website
tersebut seperti tersaji dalam Tabel 4. hanya 30%.
Pemasaran yang mereka lakukan hanya
Pada Tabel 4, terlihat bahwa peserta
berdasarkan produk yang diproduksi saja,
yang ikut pada seminar di Yogyakarta adalah
dan masih sedikit sekali yang memproduksi
yang paling sedikit, sementara peserta yang
produk berdasarkan kebutuhan konsumen.
lolos terbanyak juga di wilayah tersebut. Hal
Hal ini menyebabkan sulitnya untuk
ini dikarenakan minimnya informasi yang
menjual produk tersebut. Selain itu pula,
tersebar kepada para pelaku usaha dari
mereka kesulitan sekali mendapatkan
mitra kegiatan PKM ini, yaitu Dinas
desain kemasan yang baik. Khusus wilayah
Perindustrian dan Perdagangan didaerah
Bandung dan Sukabumi, mendapatkan
setempat. Dikarenakan minimnya peserta
desain kemasan yang baik masih lebih
yang mengikuti kegiatan seminar, kami
mudah dibandingkan wilayah lainnya,
putuskan untuk mengikutkan semua peserta
terutama wilayah Ambon. Untuk Ambon,

52
Indonesian Journal of Social Responsibility (IJSR) Vol. 1, No. 1, (2019), hal. 41-59

pelaku usaha membelinya dari wilayah Kegiatan hari 3: Workshop dan Coaching
Surabaya, sehingga ongkos pengiriman Desain Logo Baru untuk Pengembangan
lebih mahal, dan berdampak pada harga Merek
produk yang meningkat. Sehingga memiliki Pada tahap akhir untuk pelaku usaha
nilai kompetisi yang rendah. yang terpilih dalam hasil kurasi dan
Kemampuan mereka untuk melakukan kunjungan lapangan maka diberikan
bisnis ekspor, juga masih menjadi kendala. pembekalan materi manajemen usaha serta
Faktor utama kendala ini antara lain karena: coaching clinic mengenai merek dari
1. Belum memiliki paten merek narasumber dengan metode diskusi satu
2. Belum terdaftar BPOM per satu pelaku usaha sehingga setiap
3. Belum terdaftar Halal MUI pelaku usaha memiliki pengembangan
4. Tidak memiliki jaringan konsumen luar merek yang berbeda tergantung pada hasil
negeri diskusi dengan narasumber.
Pada pelaksaan pendampingan ini, di Tujuan dari coaching ini adalah untuk
hari kedua, selain materi tentang strategi memberikan umpan balik yang sangat
pemasaran, juga diberikan ulasan sedikit kostum sesuai dengan insight dari setiap
mengenai proses dan persayaratan untuk produk yang diunggulkan. Pada sesi
mendapatkan paten merek, halal MUI, coaching ini, setiap pelaku usaha
BPOM, dan membantu membukakan menjelaskan keunggulan setiap produknya
jaringan konsumen luar negeri. Selain itu, di melalui presentasi terlebih dahulu,
hari kedua juga diberikan sedikit paparan kemudian melanjutkan diskusi mendalam
tentang pegetahuan bagaimana melihat kepada narasumber mengenai kecocokkan
peluang pasar konsumen luar negeri melalui desain logo yang paling tepat dengan janji
berbagai exhibition atau pameran yang dan keunggulan produknya.
diselengggarakan oleh berbagai manajemen Saat presentasi produk dari setiap
event yang ada di wilayah tersebut. Hal ini pelaku usaha, ada beberapa yang sudah
dapat membantu mereka memperluas sangat paham akan keunggulan dan
jaringan bisnisnya. keunikan produknya, sehingga mudah bagi
Selain melaksanakan mengikuti seminar narasumber untuk membedah dan
dengan materi pengembangan merek juga memberikan masukan dalam desain
dilaksanakan proses seleksi terhadap pelaku perubahan logo ataupun kemasan
usaha yang berpotensi untuk melaksanakan produknya. Hambatan bagi narasumber
ekspor agar pelaku usaha tersebut dapat yaitu ketika pelaku usaha masih belum
diberikan pendampingan dalam hal menguasai keunggulan dan keunikan
pengembangan merek sesuai dengan produknya, atau bahkan tidak tahu sama
ketentuan dan citra pelaku usaha tersebut. sekali keunikannya. Proses redesign logo
Dari hasi seleksi tersebut terdapat dan kemasan menjadi lebih lama dan sulit
beberapa pelaku usaha yang berpotensi untuk diberikan dari narasumber kepada
untuk dikembangkan mereknya. Dari pelaku usaha. Hal tersebut menjadi evaluasi
beberapa pelaku usaha yang berpotensi bagi kegiatan pengabdian ini karena
untuk mengikuti program pengembangan keterbatasn waktu sehingga tidak dapat
merek terlihat pelaku usaha yang menggali lebih dalam tentang insight
berpotensi melakukan ekspor. Setelah produk dari pihak konsumen, hanya
dilakukan kurasi, dilanjutkan dengan mendapatkannya dari pihak pelaku usaha.
kunjungan ke lokasi usaha untuk Selanjutnya, dilakukan juga proses
pembuktian kesiapan serta kapasitas pengukuran kelayakan usaha melalui
produksi beserta teknologi yang metode bisnis yang dijalankannya.
dipergunakan dalam proses pembuatan Pengukuran ini dilakukan melalui metode
produk usahanya.

53
Indonesian Journal of Social Responsibility (IJSR) Vol. 1, No. 1, (2019), hal. 41-59

wawancara dan validasi laporan keuangan Dari uraian diatas, pada proses kurasi
perusahaan. yang dilakukan, maka berikut ini adalah
Aktivitas pengukuran kelayakan pelaku nama-nama UKM yang dinyatakan layak
usaha untuk direkomendasikan menjadi direkomendasikan untuk pengembangan
peserta program pengembangan merk merek hasil di keenam daerah tersebut dan
dilakukan dengan menggunakan 3 rekomendasi usulan pelaku usaha yang
instrumen ukur berupa kuesioner, yaitu: sebagai calon peserta tindak lanjut
1) Kualitas Kewirausahaan Pelaku Usaha, pengembangan merk, diuraikan seperti
2) Kemampuan Usaha dan Potensi Ekspor, pada tabel 5. Dari 14 UKM yang lolos kurasi,
dan Naca dan Natsepa dianggap layak untuk
3) Potensi Pengembangan Merk. diberikan binaan pengembangan merek dan
memiliki potensi yang tinggi untuk di
ekspor.

Tabel 5. Peta Pelaku Usaha Layak Rekomendasi Pengembangan Merk


Kualitas Potensi Pengembangan Merk Potensi Ekspor
Kewirausahaan Renda Layak
Rendah Cukup Tinggi Cukup Tinggi
Pelaku Usaha h
Rendah
Cukup
Ambon
Naca Naca Naca
Tinggi
Natsepa Natsepa Natsepa
Rendah
Indomina
Cukup Kopi 49 Kopi 49 Kopi 49
Kopi 49
Lampung Mipi, Mipi, Mipi
Indokom, Indokom, Indokom
Tinggi
Dr. Coffe Dr. Coffe Dr.Coffe
Indomina Indomina Indomina
Rendah
Duo
mitra
Hasmilk Kahla
Cukup Hasmilk
Piro Hasmilk
Coffe
Sukabumi
Duo mitra, Duo mitra,
Kahla, Duo mitra, Kahla,
Krisbsy, PT. Krisbsy, PT. Krisbsy,
Tinggi
Sumatera, Sumatera, PT.
Hasmilk, Piro Coffe Sumatera,
Piro Coffe Piro Coffe
Rendah
Gumilan
g,
Seribu,
Esprecie
Healty,
Bandung lo Wanoja
Cukup Cipta,
Karisma One tea
Wanoja
Wanoja,
One tea
One
Tea,

54
Indonesian Journal of Social Responsibility (IJSR) Vol. 1, No. 1, (2019), hal. 41-59

Kualitas Potensi Pengembangan Merk Potensi Ekspor


Kewirausahaan Renda Layak
Rendah Cukup Tinggi Cukup Tinggi
Pelaku Usaha h
Trianom
Restu
Mande
Restu
Gumilang,
Restu Mande,
Esprecielo,
Mande Gumilang,
Karisma,
Gumilang, Esprecielo
Trianom,
Tinggi Seribu, , Karisma,,
Seribu,
Healty, Seribu,
Healty,
Cipta, Healty,
Cipta,
Cipta,
Wanoja,
Trianom,
One tea

Rendah
Keraton,
Cukup Keraton Keraton
Organik
Jogyakarta Sekar Jawi, Sekar
Keraton Jawi,
Tinggi Sekar Jawi
Organik, Organik,
Pawon Pawon.
Rendah
Aruni Aruni
Cukup Aruni Batik
Batik Batik
Pekalonga Batik
Batik Bulan
n Bulan
PT Sari MS
Tinggi PT Sari MS
CV. Radaka
CV.
Aruni Batik
Radaka
(Sumber: Data diolah dari kegiatan PKM)

Dari deskripsi atas hasil pengukuran 1) Duo Mitra Raya; 2) Kahla; 3) Piro
untuk mendapatkan pelaku usaha yang layak Coffe; 4) Krispy Yammy Babeh; 5) PT.
dan diusulkan menjadi kandidat (calon) Sumatera Toba Wangi; dan 6) Hasmilk.
mengikuti program pengembangan merek 4) Kota Yogyakarta (Provinsi DI Yogyakarta),
(lanjutan) secara keseluruhan ada sebanyak sebanyak 4 pelaku usaha, yaitu : 1) The
31 orang pelaku usaha, tersebar masing- Keraton Care; 2) CV Organic Cosmetics
masing: Manufacture (Evolch); 3) Pawon Gendis;
1) Kota Ambon (Provinsi Maluku), sebanyak dan 4) Sekar Jawi.
2 pelaku usaha, yaitu Naca; dan Natsepa. 5) Kota Bandung (Provinsi Jawa Barat),
2) Kota Bandar Lampung (Provinsi sebanyak 10 pelaku usaha, yaitu : 1)
Lampung), sebanyak 5 pelaku usaha, Restu Mande; 2) CV. Healthy Nukita
yaitu, yaitu: UKM MIPI; PT. Indokom Food; 3) CV. Esprecielo; 4) CV. Gemilang
Samudera Persada; Rizki Kopi 49; Dr. Sukses Lestari; 5) PT. Cipta Hasil Makmur
Coffee; dan PT. Indomina Langgeng Pangan; 6) CV. Seribusatu; 7) PT. Karisma
Sejahtera. Bahari Nusantara; 8) Wanoja Coffe; 9) CV
3) Kabupaten Sukabumi (Provinsi Jawa One; dan 10) CV Trianom Agrikultur.
Barat) , sebanyak 6 pelaku usaha, yaitu:

55
Indonesian Journal of Social Responsibility (IJSR) Vol. 1, No. 1, (2019), hal. 41-59

6) Kota Pekalongan (Provinsi Jawa Tengah), Sebaran pelaku usaha yang layak untuk
sebanyak 4 pelaku usaha, yaitu : 1) Batik mengikuti program lanjutan program
Bulan; 2) PT. Sari Melati Sejahtera; 3) CV. pengembangan merk juga dapat dilihat
Batik Ridaka; dan 4) Aruni Batik. dalam Tabel 6.

Tabel 6. Rekapitulasi Pelaku Usaha yang Diusulkan Mengikuti Program


(Lanjutan) Pengembangan Merk
Parameter
Kualitas Potensi Potensi Pelaku Usaha
Pelaku Usaha Berdasar
Kewirirausahaan Aktivitas Pengembangan Layak
Daerah
Pelaku Usaha Ekspor Merk Rekomendasi
Ambon (Maluku)
1. Naca T T T direkomendasi
2. Natsepa. T T T direkomendasi
Lampung
1. UKM MIPI; T T T direkomendasi
2. PT. Indokom
T T T direkomendasi
Samudera Persada;
3. Rizki Kopi 49; C C T direkomendasi
4. Dr. Coffee; T T T direkomendasi
5. PT. Indomina
C T T direkomendasi
Langgeng Sejahtera.
Kabupaten Sukabumi
(Jabar)
1. Duo Mitra Raya; C T T direkomendasi
2. Kahla; T C T direkomendasi
3. Piro Coffe C T T direkomendasi
4. Krispy Yammy
T T T direkomendasi
Babeh;
5. PT. Sumatera Toba
T T T direkomendasi
Wangi;
6. Hasmilk. C T T direkomendasi
Bandung (Jabar)
1. Restu Mande; T T T direkomendasi
2. CV. Healthy Nukita
T C T direkomendasi
Food;
3. CV. Esprecielo; T C T direkomendasi
4. CV. Gemilang Sukses
T C T direkomendasi
Lestari;
5. PT. Cipta Hasil
T C T direkomendasi
Makmur Pangan;
6. CV. Seribusatu; C T T direkomendasi
7. PT. Karisma Bahari
T C T direkomendasi
Nusantara;
8. Wanoja Coffe; C C T direkomendasi
9. CV One; C C T direkomendasi
10. CV Trianom
T C T direkomendasi
Agrikultur.

56
Indonesian Journal of Social Responsibility (IJSR) Vol. 1, No. 1, (2019), hal. 41-59

Parameter
Kualitas Potensi Potensi Pelaku Usaha
Pelaku Usaha Berdasar
Kewirirausahaan Aktivitas Pengembangan Layak
Daerah
Pelaku Usaha Ekspor Merk Rekomendasi
DI Yogyakarta
1. The Keraton Care; C C T direkomendasi
2. CV Organic
Cosmetics T C T direkomendasi
anufacture (Evolch);
3. Pawon Gendis; T C T direkomendasi
4. Sekar Jawi. T T T direkomendasi
Pekalongan
1. Batik Bulan; T C T direkomendasi
2. PT. Sari Melati
C T T direkomendasi
Sejahtera
3. CV. Batik Ridaka; T T T direkomendasi
4. Aruni Batik. C C T direkomendasi
(Sumber: data diolah dari kegiatan PKM)

Kesimpulan dan Saran satu kekuatan yang dimiliki oleh merek


Pemilihan pelaku usaha yang menerima luar adalah lebih kepada sisi emosional
pengembangan merek yang dianggap siap yang diberikan.
untuk ekspor tahun 2018 dengan  The Way The Brand Communicates It Self
memperhatikan beberapa hal yaitu: Berkaitan dengan strategi
 The Quality of Product promosi, message, dan pilihan channel
Kualitas adalah pangkal dari terciptanya komunikasi yang sesuai dengan target
suatu brand image. Kualitas market. Message yang unik bila
mencerminkan nilai brand di tengah- disampaikan dengan tidak tepat akan
tengah pasar, dan berkat perkembangan mengakibatkan misunderstanding
teknologi informasi yang semakin dinamis mengenai brand image yang hendak
membuat seorang konsumen lebih dibuat oleh pemasar. Dan sekali lagi
pintar/teliti dalam mengkonsumsi sebuah merek luar dapat mengungguli merek-
produk. Konsumen tidak akan mudah merek lokal dalam melakukan hal-hal
terpengaruh dengan “make up” sebuah demikian
brand namun akan melakukan simple Beberapa ide dalam mengembangkan
research mengenai kualitas dari produk merek untuk pelaku usaha lokal agar siap
tersebut sebelum melakukan pembelian, ekspor dengan berprinsip pada hal sebagai
apakah melalui internet, off line testing berikut:
hingga rekomendasi dari rekan-rekan.  Menciptakan dan mengembangkan
 The Added Value Given produk dengan kualitas terbaik ataupun
Dalam memberikan value bagi sebuah minimal mempunyai kualitas yang sama
produk ada dua hal utama, yaitu tangible dengan merek luar. Hal tersebut adalah
dan intangible. Tangible akan dasar dari terciptanya suatu strong brand
berhubungan dengan fungsi, kemasan, image.
dan harga yang dibuat. Sedangkan  Nilai-nilai lokal yang dapat dipadankan
Intagible akan lebih erat berhubungan dengan nilai brand tersebut. Hal tersebut
dengan sisi emosional dan service. Salah untuk menciptakan passion lokal

57
Indonesian Journal of Social Responsibility (IJSR) Vol. 1, No. 1, (2019), hal. 41-59

terhadap brand yang hendak dibentuk.  Padukan nilai-nilai masyarakat lokal/


Nilai-nilai tersebut dapat dimasukkan Indonesia dengan nilai-nilai yang brand
dalam segi disain, komunikasi, dan lain- tersebut hendak sampaikan di setiap
lain. media promosi yang digunakan. Dalam
 Rekomendasi adalah cara promosi komunikasinya dibutukan suatu strategi
terbaik, karena konsumen akan lebih Integrated Marketing Communication
mempercayai rekan-rekan dibanding yang terhubung dengan baik. Dengan
iklan-iklan yang dibuat oleh brand memberikan tempat bagi nilai-nilai lokal
tersebut. Untuk menciptakan/ sebagai daya tarik awal target market
meningkatkan WOM tingkatkan kegiatan menanggapi setiap promosi yang dibuat.
komunikasi dua arah yang efektif,  Suatu nilai-nilai emosional yang telah
kegiatan-kegiatan offline yang disesuaikan dengan nilai-nilai lokal dan
memberikan experience of the product brand. Hal tersebut untuk meningkatkan
kepada konsumen. Selain itu juga lakukan level engagement konsumen terhadap
engagement dengan komunitas- brand tersebut, yaitu lebih dari sekedar
komunitas yang sesuai dengan profil sisi fungsional.
target market.  Kelola strategi peddling (menjajakan)
 Packaging yang kreatif dengan bahan ataupun distribusi produk dengan efektif
yang ramah lingkungan, karena kini dan efisien, revisi dan evaluasi setiap
banyak konsumen yang cukup konsen saluran distribusi produk yang telah ada.
dengan kepedulian sebuah brand Sesuaikan dengan touching point yang
terhadap pelestarian lingkungan. paling sering didatangi oleh konsumen.
Packaging yang menarik disesuaikan Apakah menggunakan sistem bertingkat
dengan nilai-nilai brand dan lokal juga (reseller/distributor) ataupun direct
dibuat dengan bahan yang ramah system (misalkan online store). Strategi
lingkungan akan menciptakan persepsi distribusi barang juga harus disesuaikan
positif terhadap brand yang turut dengan brand image yang hendak dibuat,
berperan dalam lingkungan tempat apakah eksklusif atau tidak. Bila produk
mereka berinteraksi. adalah eksklusif maka pembatasan jalur
 Terlibatlah dengan kampanye-kampanye distribusi juga jangan terlalu banyak, hal
ataupun gerakan-gerakan yang dilakukan tersebut untuk tetap memberikan nilai
masyarakat mengenai kepedulian sosial eksklusif hingga ke tahap end user
ataupun lingkungan. Ini adalah salah satu  Pada dasarnya konsumen pada saat ini
strategi pencitraan dan perwujudan bukan memandang price menjadi first
kepedulian sebuah brand terhadap reason, namun kualitas dan image yang
lingkungan di mana target market diharapkan (akan sedikit berbeda bila
berada. dibandingkan dengan B2B product).
 Mempergunakan sarana social media Dengan memposisikan harga produk
seperti Facebook, Twitter, You Tube, dan sesuai dengan brand Image yang hendak
lain-lain untuk berkomunikasi dengan dibuat. Alangkah lebih baik bila produk
target market. Mengkomunikasikan nilai- telah memilki brand image yang sangat
nilai, kepedulian, dan keunggulan brand. baik namun memberikan strategi harga
Selain media tersebut hampir tidak sedikit berada di bawah merek
mengeluarkan biaya tetapi juga memiliki luar/pesaing. Hal tersebut akan
efek yang sangat besar bila dikelola menstimulus konsumen mengkonsumsi
dengan profesional, dan untuk dapat produk Anda.
menciptakan hal tersebut pekerjakan staf Laporan kegiatan PKM ini tentunya
yang khusus menangani social media. masih jauh dari sempurna, dan memiliki

58
Indonesian Journal of Social Responsibility (IJSR) Vol. 1, No. 1, (2019), hal. 41-59

keterbatasan. Salah satu hal keterbatasan Kapfere, J.N. 2012. The New Strategic Brand
dari laporan ini yaitu desain logo, kemasan, Management: Advanced Insights and
tagline, atau atribut apapun yang melekat Strategic Thinking (New Strategic Brand
pada produk UKM yang menjadi objek Management: Creating & Sustaining
kegiatan ini tidak dapat ditampilkan dalam Brand Equity). London: Kogan Page.
artikel ini. Hal ini terjadi karena rahasia Keller,L.K. 2016. Strategic Brand
pelaku usaha yang tidak mengizinkan untuk Management. Canada: Pearson
dipublikasikan selama atribut baru tersebut International Ed.
belum di patentkan, untuk melindungi hak Kementerian Perdagangan Republik
cipta mereka. Indonesia. Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) dan Usaha Besar
Daftar Pustaka [internet]. [Diakses pada 29 Mei 2019].
Aker, D. A. 2016. Managing Brand Equity. Tersedia pada: www.kemendag.go.id
Canada: Pearson International Ed. Kotler, P. 2016. Marketing Management.
Badan Pusat Statistik. Tabel Perkembangan USA: Pearson Higher Ed.
UMKM pada Periode 1997 -2013 Kotler, P., Amstrong, G. 2017. Principle of
[internet]. [Diakses pada 29 Mei 2019].
Marketing. USA: Pearson Higher Ed.
Tersedia pada: www.bps.go.id
Dodson, I. 2016. The Art Digital Marketig: Mihardja, E. J., Widiastuti, T., Agustini, P. M.,
The Definitive Guide to Creating Adriati, F. 2018. The longest sunset of
Strategic, Targeted and Measurabel the South Sulawesi: coastal resource
Online Campaigns. New-York: Wiley utilization as city branding Pinrang. IOP
Publisher. Conf. Series: Earth and Environmental
Science 216(2018): 1-4.

59
Indonesian Journal of Social Responsibility (IJSR) Vol. 1, No. 1, (2019), hal. 41-59

60

Anda mungkin juga menyukai