Carrol dalam Winkel mengemukakan bahwa jika setiap siswa diberikan waktu sesuai
dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan, dan jika dia menghabiskan
waktu yang diperlukan, maka besar kemungkinan siswa akan mencapai tingkat penguasaan
kompetensi. Tetapi jika siswa tidak diberi cukup waktu atau dia tidak dapat menggunakan waktu
yang diperlukan secara penuh, maka tingkat penguasaan kompetensi siswa tersebut belum
optimal. Block dalam Winkel menyatakan tingkat penguasaan kompetensi siswa sebagai berikut:
Belajar tuntas dilandasi oleh dua asumsi. Pertama, teori yang mengatakan bahwa adanya
hubungan antara tingkat keberhasilan dengan kemampuan potensi yang dimiliki (bakat). Hal ini
sesuai dengan teori bakat menurut Carrol dalam Mulyasa, yang menyatakan bahwa apabila siswa
didistribusikan secara normal dengan memperhatikan kemampuannya secara potensial untuk
beberapa bidang pengajaran, kemudian mereka diberikan pembelajaran yang sama dalam jumlah
pembelajaran dan waktu yang tersedia untuk belajar, maka hasil belajar yang dicapai akan
tersebar secara normal pula. Hal ini berarti bahwa siswa yang berbakat cenderung untuk
memperoleh nilai yang tinggi atau dapat dikatakan bahwa hubungan antara bakat dan tingkat
penguasaan adalah tinggi.
Kedua, apabila pembelajaran dilaksanakan secara sistematis, semua siswa akan mampu
menguasai bahan yang disajikan kepadanya. Carrol dalam Mulyasa menyatakan bahwa pada
dasarnya bakat bukanlah merupakan indeks kemampuan seseorang, melainkan sebagai ukuran
kecepatan belajar (measure of learning rate). Artinya orang yang memiliki bakat tinggi
memerlukan waktu relatif lebih sedikit untuk mencapai taraf penguasaan bahan dibandingkan
dengan siswa yang memiliki bakat rendah. Sehingga dengan demikian, siswa dapat mencapai
penguasaan penuh terhadap bahan yang disajikan, bila kualitas pembelajaran dan kesempatan
waktu belajar dibuat tepat sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa. Oleh karena itu,
implikasinya dalam kegiatan belajar harus diberikan waktu belajar yang berbeda-beda untuk
masing-masing siswa.
a. Metode Pembelajaran
Pembelajaran tuntas dilakukan dengan pendekatan diagnostik. Strategi pembelajaran
tuntas sebenarnya menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar
ditunjukan kepada sekelompok siswa (kelas) tetapi juga mengakui dan memberikan layanan
sesuai dengan perbedaan individual sedemikian rupa, sehingga pembelajaran
memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta didik secara optimal.
Metode yang sangat ditekankan dalam pembelajaran tuntas adalah pembelajaran
individual, pembelajaran dengan teman dan bekerja dalam kompok kecil. Pendekatan-
pendekatan alternatif tambahan harus digunakan untuk mengakomodsi perbedaan gaya
belajar siswa.
Pembelajaran tuntas sangat mengandalkan pada pendekatan tutorial dengan sesi-sesi
kelompok kecil, tutorial orang perorang, pemelajaran terperogram, permainan dan
pemelajaran berasis komputer
b. Peran Guru
Strategi pembelajaran tuntas menekankan peran guru atau tanggung jawab guru
dalam mendorong keerhasilan peserta didik secara individual. Pendekatan yang
dipakai mendekati dengan model personalized system of instruction (PSI) seperti yang
dikembangkan oleh Keller, yaitu lebih menekankan pada interaksi antara peserta didik
dengan materi atau objek belajar. Guru harus berperan secara intensif dalam hal-hal berikut:
1) Menjabarkan kompetensi dasar ke dalam unit yang lebih kecil dengan memerhatikan
pengetahuan prasyaratnya.
2) Menata indikator berdasarkan cakupan serta urutan unit
3) Menyajikan materi dalam bentuk yang berfariasi
4) Memonitor seluruh pekerjaan siswa
5) Menilai perkembangan siswa dalam pencapaian kompetensi (kognitif, psikomotor, dan
afektif)
6) Menggunakan teknik diagnostic
7) Menyediakan sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi siswa yang mengalami
kesulitan.
c. Peran Siswa
Peran siswa yaitu sebagai subjek didik. Fokus program sekolah itu bukan berorientasi
kepada guru dan tugas yang dikerjakan, tetapi kepada siswa dan tugas yang akan
dikerjakan siswa. Jadi siswa dalam pembelajaran tuntas lebih leluasa dalam menentukan
jumlah waktu belajar yang diprlukan.
d. Evaluasi
Ketuntasan belajar ditetapkan dengan penilaian acuan patokan pada setiap
kompetensi dasar, tidak ditetapkan berdasarkan norma. Dalam hal ini batas ketuntasan
harus ditetapkan oleh guru, misalnya apakah siswa harus mencapai nilai 75, 65, 55 atau
sampai nilai berapa seseorang siswa dinyatakan mencapai ketuntasan dalam belajar.
Carrol dalam Winkel mengemukakan bahwa jika setiap siswa diberikan waktu sesuai
dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan, dan jika dia menghabiskan
waktu yang diperlukan, maka besar kemungkinan siswa akan mencapai tingkat penguasaan
kompetensi. Tetapi jika siswa tidak diberi cukup waktu atau dia tidak dapat menggunakan waktu
yang diperlukan secara penuh, maka tingkat penguasaan kompetensi siswa tersebut belum
optimal.
Indikator guru dalam melaksanakan pembelajaran tuntas itu ada empatmacam yaitu,
model pembelajaran peran guru, peran siswa dan evaluasi
PPT :
1. Teori yang mengatakan bahwa adanya hubungan antara tingkat keberhasilan dengan
kemampuan potensi yang dimiliki (bakat), dan
2. Apabila pembelajaran dilaksanakan secara sistematis, semua siswa akan mampu
menguasai bahan yang disajikan kepadanya.
1. Model pembelajaran,
2. Peran guru,
3. Peran siswa, dan
4. Evaluasi.