Anda di halaman 1dari 21

Skenario

SULIT BERJALAN

Seorang laki-laki atlet sprinter berusia 35 tahun datan ke UGD Rumah Sakit
dengan keluhan sulit berjalan dan nyeri sekali di pergelangan kaki kanannya sejak 1
jam yang lalu. Keluhan ini dirasakan saat berlari cepat pada latihan, ketika berlari
tiba-tiba kaki kanannya berbunyi krek dan langsung berhenti berlari.
(Skenario bertingkat)

Langkah 1
Informasi untuk skenario :
- Tes Simmonds tidak di dapatkan plantar flexi kaki kanan
- Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum dan tanda vital baik.
- Pergelangan kaki nyeri bila di tekan.
KATA – KATA SULIT

1. Test Simmonds : Tes untuk menguji ekstre,itas bawah serta untuk


mengetahui rupture pada tendon Achilles.

2. Plantar flexi : gerakan meluruskan pergelangan kaki.


PERTANYAAN

1. Apa yang menyebabkan pasien tersebut sulit berjalan dan kaki terasa nyeri?
2. Mengapa terjadi bunyi krek pada saat pasien berlari?
3. Mengapa pada tes Simmonds tidak dapat melakukan plantar flexi?
4. Apa pertolongan pertama yang dilakukan pada pasien?
5. Bagaimana prosedur melakukan test simmonds?
6. Otot apa yang berperan dalam gerakan plantar flexi?
7. Apa diagnosis atau kemungkinan yang terjadi pada pasien tersebut?
8. Apa pemeriksaan lain selain tes simmonds?
9. Tendon apa yang berada di pergelangan kaki?
10. Faktor resiko apa saja yang dapat menyebabkan kondisi seperti pasien?
11. Bagaiman pencegahan pada kasus tersebut?
12. Apakah tendon Achilles bisa rupture selain karena berlari cepat?
JAWABAN

1. Karena dipergelangan kaki letak tendon Achilles yang mengalami rupture


Achilles.

2. Karena adanya hiperkontraksi pada saat berlari belum maksimal dilatasi.

3. Karena putus/robeknya tendo Achilles yang menyebabkan tidak terjadinya


plantar fleksi.

4. -Dengan teknik pembidaian


-kompres dengan air dingin
-teknik RICE

5. - pasien diminta melakukan posisi telungkup


- kaki pasien diposisikan menggantung
- pasien diminta melakukan gerakan dorso flexi dan plantar flexi

6. M. Gastrocnemous
-M. Soleus
-M. plantaris

7. rupture tendon Achilles

8. - rontgen, - lokomotor, - X-ray, - MRI, -radiologi

9. tendon Achilles

10. -usia, - belum pemanasan, -genetik, - obesitas

11. melakukan pemanasan, mengatur pola makan dan hidup sehat.

12. kecelakaan, jatuh dari ketinggian, melompat terlalu tinggi , olahrasa berat.

13. Bisa, dorso fleksi


HIPOTESA

Pada saat berjalan, tendon Achilles beroeran sebgai pergerakan utama. Tendon
Achilles terdapat pada pergelangan kaki yang menghubungkan antara M.
Gastrocnemous M. Soleus dan M. plantaris. Apabila terjadi hiperkontraksi tendon
Achilles akan mengalami rupture yang menyebabkan tidak dapat melakukan gerakan
plantar flexi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan melakukan test Simmonds
dengan cara pasien diminta melakukan posisi telungkup,kaki pasien diposisikan
menggantung, pasien diminta melakukan gerakan dorso flexi dan plantar flexi. Selain
itu juga dilakukan pemeriksaan penunjang seperti rontgen, MRI, radiologi. Pasien
diberikan pertolongan pertama dengan teknik pembidaian.tatalaksana lebih lanjut
seperti operasi.
SASARAN BELAJAR

LO. 1 Memahami Dan Menjelaskan Anatomi dan Fisiologi Tendon Achilles


1.1 MM Makroskopis Tendon Achilles
1.2 MM Mikroskopis Tendon Achilles
1.3 MM Kinesiologi Tendon Achilles

LO.2 Memahami Dan Menjelaskan Ruptur Tendon Achilles


2.1 MM Definisi Ruptur Tendon Achilles
2.2 MM Etiologi Ruptur Tendon Achilles
2.3 MM Manifestasi Klinis Ruptur Tendon Achilles
2.4 MM Patofisiologi dan Patogenesis Ruptur Tendon Achilles
2.5 MM Diagnosis & Diagnosis Banding Ruptur (pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang )Tendon Achilles
2.6 MM Penataalaksanaan Ruptur Tendon Achilles
2.7 MM Komplikasi Ruptur Ruptur Tendon Achilles
2.8 MM Pencegahan Ruptur Tendon Achilles
2.9 MM Prognosis Ruptur Tendon Achilles
LI .1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Tendo Achilles
LO.1.1 Makroskopik

Tendo Achilles atau tendo calcaneus adalah tendon pada bagian belakang
tungkai bawah. Ia berfungsi untuk melekatkan otot gastrocnemius dan otot soleus ke
salah satu tulang penyusun pergelangan kaki, calcaneus.
Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus,
dan otot plantaris kaki. Pada manusia letaknya tepat dibagian pergelangan kaki.
Tendon Achilles adalah tendon tertebal dan terkuat pada badan manusia. Panjangnya
sekitar 15cm, dimulai dari pertengahan tungkai bawah. Kemudian, strukturnya
semakin mengumpul dan melekat pada bagian tengah-belakang tulang calcaneus.
Dibandingkan dengan bagian lain dari tubuh, tendo Achilles memiliki suplai
darah yang relatif sedikit. Darah dipasok ke tendon Achilles oleh dua arteri yaitu A.
Tibilais posterior yang mensuplai darah pada bagian proksimal dan distal. A.
Peroneus pada bagian medial dari tendo. Vaskularisasi terlemah pada sambungan
Achilles - tumit dan suplai darah yang paling lemah pada titik sekitar 2-6 cm di atas
sambungan tendo Achilles - tumit tulang.

1. M. gastrocnemius adalah otot yang paling superfisial dalam kompartemen


posterior dan membentuk bagian proksimal, paling menonjol pada betis.
2. M. soleus terletak di dalam gastrocnemius dan dianggap “kuda beban”
plantarfleksi. M. Soleus merupakan otot besar, lebih rata daripada M.
Gastrocnemius. M. Soleus dapat dipalpasi pada setiap sisi M. Gastrocnemius bila
seseorang berdiri pada ujung jarinya.
3. M. plantaris adalah otot terkecil dengnan venter kecil dan tendo panjang. Tendonya
panjang dan ramping sehingga hampir salah seperti saraf.
LO.1.2 Mikroskopis

Tendon bertindak sebagai transduser dari gaya yang dihasilkan oleh kontraksi
otot terhadap tulang. Kolagen merupakan 70% dari berat kering tendon, sekitar 98%
dari kolagen tersebut merupakan kolagen tipe I, dengan jumlah elastin yang kecil.
Serat elastin dapat menjalani tekanan sebesar 200% sebelum rusak. Jika serat elastin
ada pada tendon dalam proporsi yang besar maka akan ada penurunan dalam besarnya
gaya yang ditransmisikan ke tulang.
Fibril kolagen terikat ke fasikula, mengandung pembuluh darah dan pembuluh
limfatik serta saraf. Fasikula-fasikula tersebut secara bersamaan di kelilingi oleh
epitenon dan membentuk struktur kasar dari tendon, yang kemudian tertutup oleh
paratenon, terpisah dari epitenon oleh lapisan tipis cairan untuk memungkinkan
pergerakan tendon dengan mengurangi pergesekan.
Struktur terbesar dalam skema di atas adalah tendon atau Ligamentum atau
tendon kemudian dipecah menjadi entitas yang lebih kecil disebut fasciles
(lembaran).Lembaran berisi fibril dasar ligamentum atau tendon, dan fibroblas, yang
merupakan sel-sel biologis yang menghasilkan ligamen atau tendon.Ada karakterisitik
struktural pada tingkat ini yang memainkan peran penting dalam mekanisme ligamen
atau tendon, yaitu crimp dari fibril. Crimp merupakan struktur bergelombang dari
fibril, dan ia akan memberikan kontribusi signifikan terhadap hubungan stress
regangan nonlinear untuk ligamen dan tendon.
Struktur yang memancarkan kekuatan kontraksi otot ke tulang disebut
tendon.Serat kolagen terdapat pada semua jenis jaringan ikat yang terdiri atas protein-
protein kolagen. Dalam keadaan segar, kolagen berwarna putih. Diameternya berkisar
antara 1-12 mikron. Beberapa serabut bergabung menjadi berkas serabut yang lebih
besar. Dalam keadaan segar bersifat lunak, dan sangat kuat. Susunan serabut kolagen
bergelombang, karenannya bersifat lentur. Benang serabut kolagen yang paling halus
yang dapat dilihat dengan mikroskop cahaya adalah fibril dengan tebal kurang lebih
0,3 sampai 0,5 µm.
Selanjutnya fibril ini disusun oleh satuan serabut yang lebih kecil yang disebut
miofibril dengan diameter 45sampai 100nm. Miofibril ini hanya terlihat dengan
mikroskop elekron dan tampak mempunyai garis melintang khas dengan periodisitas
67 nm. Serabut kolagen memiliki daya tahan tarik tinggi. Serabut kolagen dijumpai
pada tendon, ligamen, kapsula, dll. Serabut ini bening dan terlihat garis memanjang.
Bilakolagen direbus akan menghasilkan gelatin. Serabut kolagen dapat dicerna oleh
pepsindan enzim kolagenase. Paling tidak telah dikenal 2 jenis serabut kolagen
dengan variasi pada urutan asam amino dari rantai α (alfa). Dari 20 jenis tersebut, ada
6 tipe kolagen yang paling utama dan secara genetik berbeda. Keenam tipe kolagen
tersebut adalah :

1. Tipe I  tipe kolagen yang paling banyak ditenukan. Terdapat pada jaringan ikat
dewasa, tulang, gigi dan sementum
2. Tipe II  tipe kolagen ini dibentuk oleh kondroblas dan merupakan unsur utama
penyusun matriks tulang rawan. Kolagen ini ditemukan pada kartilago hyalin dan
elastic
3. Tipe III  Kolagen ini ditemukan pada awal perkembangan beberapa jenis
jaringan ikat. Pada keadaan dewasa kolagen ini terdapat pada jaringan retikuler.
4. Tipe IV  terdapat pada lamina densa pada lamina basalis dan diperkirakan
merupakan hasil sel-sel yang langsung berhubungan dengan lamina tersebut
5. Tipe V  terdapat pada plasenta, dan berhubungan dengan kolagen tipe I6.
6. Tipe VI : terdapat pada basal lamina

Meskipun tendon Achilles normal hampir seluruhnya terdiri dari kolagen tipe-
I,tendon Achilles yang putus juga berisi proporsi besar dari kolagen tipe-III.
Fibroblast daritendon Achilles yang putus menghasilkan baik kolagen tipe-I dan tipe-
III pada kultur.Kolagen tipe-III kurang tahan terhadap kekuatan tarikan dank arena itu
dapatmempengaruhi putusnya tendon secara spontan. Tendon Achilles normal
menunjukkan pengaturan selular yang terorganisir dengan baik,sangat berbeda dengan
tendon yang putus. Tenosit, yang merupakan fibroblast khusus,muncul pada potongan
longitudinal.Pengaturan yang baik ini disebabkan oleh sekresikolagen secara
sentrifugal yang seragamdisekitar kolom tenosit, yang menghasilkan baik komponen
fibriler dan nonfibriler darimatriks eksraseluler dan juga dapat menyerap kembali
serat-serat kolagen.

LO.1.3 Kinesiologi

1. Gerak sendi:

- Fleksi Dorsalis : M. tibialis anterior, M. extensor digitorum longus, M. proneus


tertius dan M. extensor hallucis longus.
- Fleksi Plantar : M. gastrocnemius, M. soleus, M. plantaris, M. flexor hallucis
longus, M. peroneus longus dan brevis M. tibialis posterior
Gerakan jinjit akibat kerja tendon achilles
Normal: Ketika otot gastrocnemius (di betis) berkontraksi (memendek), tendon yang
melekat dari otot ke tulang tumit (kalkaneus) bergerak. Saat memendek, tendon
bergerak ke bawah kaki. Ini adalah tindakan yang memungkinkan seseorang berdiri di
atas jari kakinya sendiri, berlari, melompat, berjalan normal, dan untuk naik turun
tangga (tindakan jinjit).

Articulatio:
1. Articularis Subtalaris (Talocalcanea)
Tulang : Os. Talus & os. Calcaneus
Jenis sendi : Gliding
Gerak sendi : Geser
Sumbu gerak : Mempunyai sumbu gerak yang berjalan dari
posteriorinferior menuju anterosuperior os. Calcaneus
Memperkuat sendi: Ligamentum talocalcaneum laterale, ligamentum
talocacaneum mediale, anterior, posterior & logamentum talocalcaneum
interoseum.
Pada articulatio subtalaris dapat dilihat gerak eversi dimana telapak kaki
bergerak ke lateral, sedangkan gerak inversi bergerak ke medial.
Seringkali istilah inversi & eversi digantikan dengan istilah pronasi dan
supinasi. Eversi 5 derajat terjadi akibat dorsofleksi dan abduksi.
Sedangkan inversi 20 derajat akibat plantarfleksi dan adduksi.

2. Articularis Talocalcaneonavicularis
Tulang : Os. Talus, Os. Calcaneus, Os. Cuboideum
Jenis sendi : Gliding
Gerak sendi : Geser & Rotasi
Memperkuat sendi: Ligamentum talonaviculare & ligamentum
calcaneonaviculare

3. Articularis Calcaneocuboidea
Tulang : Os. Calcaneus & Os. Cuboideum
Jenis sendi : Plana
Gerak sendi : Geser & sedikit rotasi
Memperkuat sendi: Ligamentum calcaneocuboideum dorsale at plantare,
ligamentum plantar longum & articulationes tarsometatarsales

LI.2. Memahami dan Menjelaskan Rupture Tendo Achilles

LO.2.1. Definisi

Rupture tendon Achilles adalah robek atau putusnya hubungan tendon


(jaringan penyambung) yang disebabkan oleh cidera dari perubahan posisi kaki secara
tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif maksimal.
Ruptur Tendo Achilles adalah sobeknya tendo Achilles yang menyuluruh dan
biasanya menimbulkan “pop/krek” diikuti dengan nyeri dan bengkak di tungkai
bagian bawah. Dapat disembuhkan dengan operasi atau immobilisasi pergelangan
kaki dalam waktu yang lama.

Ada 4 klasifikasi ruptur tendon Achilles yaitu:


1. Tipe I: Pecah persial, yaitu sobek yang kurang dari 50%, biasanya diobati
dengan manajemen konservatif.
2. Tipe II: sobekan yang penuh kesenjagan tendon kurang dari sama dengan 3
cm, biasanya diobatii dengan akhir-akhir anastomosis
3. Tipe III: Sobek yang penuh dengan jarak tendon 3 sampai 6 cm
4. Tipe IV : Perisahan yang penuh dengan cacat lebih 6 cm

LO.2.2 Etiologi

Ruptur tendo achilles dapat terjadi saat dorsofleksi pasif secara tiba tiba saat
kontraksi maksimal pada otot betis. Dalam beberapa kasus putusnya tendo Achilles
terjadi pada tendo yang kurang menerima aliran darah. Biasanya ruptur tendo Achilles
lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan pada wanita.

Faktor risiko yang berhubungan dengan ruptur tendon Achilles diantaranya adalah:

Faktor intrinsik
penyakit sistemik yang mempengaruhi tendon Achilles adalah sebagai berikut :

1. gagal ginjal kronis


2. Radang sendi
3. Sistemik lupus erythematosus (SLE)
4. kekurangan kolagen
5. Penyakit menular
6. gangguan tiroid
7. gangguan paratiroid
8. Diabetes mellitus

Faktor ekstrinsik
Penyebab ekstrinsik Achilles tendinosis juga mencakup berikut :
1. Kegiatan dengan melompat dan berjalan berlebihan
2. Partisipasi dalam aktivitas baru yang berat
3. Perubahan mendadak dalam pelatihan
4. Peningkatan intensitas kegiatan
5. Peningkatan durasi pelatihan
6. Naik Tangga
7. mendaki bukit
8. sepatu yang tidak tepat
9. permukaan pelatihan yang tidak tepat
10. latihan peregangan yang tidak benar

Penyebab lainnya juga bisa karena:


1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes,
2. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat
meningkatkan risiko pecah,
3. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga
badminton, tenis, basket dan sepak bola ataupun olahraga berat lainnya,
4. Trauma benda tajam atau tumpul pada bawah betis,
5. Obesitas

LO.2.3 Manifestasi klinik

Didapatkan adanya riwayat trauma langsung pada tendon Achilles atau adanya
suatu cedera olahraga seperti pada atlet atletik pada saat melakukan lari atau
melompat. Keluhan utama berupa rasa sakit mendadak dan berat dapat dirasakan di
bagian belakang pergelangan kaki atau betis.
Pasien dengan ruptur tendon achilles memiliki riwayat nyeri sifatnya tiba-tiba
tanpa gejala sebelumnya atau dengan keluhan snap tiba-tiba di betis serta nyeri.Sering
dilaporkan pasien merasa seolah-olah telah dipukul sesuatu dari belakang. Pada kasus
tertentu, diagnosis sangat jelas. Diagnosis berdasarkan klinis adanya celah yang teraba
di daerah ruptur selama minggu pertama disertai kemampuan fleksi plantar di
pergelangan kaki tidak ada atau sangat lemah.

LO.2.4 Patofisiologi dan pathogenesis

Rupture traumatic tendon Achilles, biasanya terjadi dalam selubung tendo akibat
perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif
maksimal sehingga terjadi kontraksi mendadak otot betis dengan kaki terfiksasi kuat
kebawah dan diluar kemampuan tendon Achilles untuk menerima suatu beban.
Rupture tendon Achilles sering terjadi pada atlet atletik saat melakukan lari atau
melompat. Kondisi klinik rupture tendon Achilles menimbulkan berbagai keluhan,
meliputi nyeri tajam yang hebat, penurunan fungsi tungkai dalam mobilisasi dan
ketidakmampuan melakukan plantarfleksi, dan respons ansietas pada klien.
Saat istirahat, tendon memiliki konfigurasi bergelombang akibat batasan di
fibrilkolagen. Stress tensil menyebabkan hilangnya konfigurasi bergelombang ini, hal
ini yang menyebabkan pada daerah jari kaki adanya kurva tegangan-regangan. Saat
serat kolagen rusak, tendon merespons secara linear untuk meningkatkan beban
tendon. Jika renggangan yang ditempatkan pada tendon tetap kurang dari 4 persen-
yaitu batas beban fisiologi secara umum serat kembali ke konfigurasi asli mereka
pada penghapusan beban. Pada tingkat keteganganantara 4-8 persen, serat kolagen
mulai meluncur melewati 1 sama lain karena jalinan antar molekul rusak. Pada tingkat
tegangan lebih besar dari 8 persen terjadi rupture secara makroskopik karena
kegagalan tarikan oleh karena kegagalan pergeseran fibriller dan interfibriller.
Penyebab pasti pecah Achilles tendon dapat terjadi tiba-tiba, tanpa peringatan,
atau akibat tendinitis Achilles . Tampaknya otot betis yang lemah dapat menyebabkan
masalah. Jika otot-otot menjadi lemah dan lelah, mereka dapat mengencangkan dan
mempersingkat kontraksi. Kontraksi berlebihan juga dapat menjadi masalah dengan
mengarah pada kelelahan otot. Semakin lelah otot betis, maka semakin pendek dan
akan menjadi lebih ketat. Keadaan sesak seperti ini dapat meningkatkan tekanan pada
tendon Achilles dan mengakibatkan kerobekan. Selain itu, ketidakseimbangan
kekuatan otot-otot kaki anterior bawah dan otot-otot kaki belakang yang lebih rendah
juga dapat mengakibatkan cedera pada tendon Achilles. Achilles tendon robek lebih
mungkin ketika gaya pada tendon lebih besar dari kekuatan tendon. Jika kaki yang
dorsofleksi sedangkan kaki bagian bawah bergerak maju dan betis kontrak otot,
kerobekan dapat terjadi. Kerobekan banyak terjadi selama peregangan kuat dari
tendon sementara otot betis berkontraksi.

LO.2.5 Diagnosis & Diagnosis Banding Ruptur (pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang ) Tendon Achilles
1. Diagnosis
Dalam mendiagnosis ruptur tendo Achilles, dokter akan mengajukan pertanyaan
tentang bagaimana dan kapan cedera terjadi dan apakah pasien sebelumnya cedera
tendo atau gejala serupa juga dialami. Dokter akan memeriksa kaki dan
pergelangan kaki. Rentang gerak dan kekuatan otot akan dievaluasi dan
dibandingkan dengan kaki terluka dan pergelangan kaki. Jika tendo Achilles pecah,
pasien akan memiliki kekuatan yang kurang dalam mendorong ke bawah (seperti
pada pedal gas) dan akan mengalami kesulitan naik pada jari kaki. Diagnosis
ruptur tendo Achilles biasanya langsung dan dapat dilakukan melalui berbagai
pemeriksaan, yaitu :
a. Pemeriksaan fisik local
Look : Dapat dilihat kaki pasien bengkak, memar, bekas trauma
dikaki
Feel : Dapat diraba dengan hasil nyeri tekan
Movement : Tumit tidak dapat digerakkan dan nyeri hebat dalam
melakukan plantar
fleksi Kaki

b. Pemeriksaan penunjang
Radiografi : Radiografi lebih berguna untuk mengesampingkan cedera lain
di ruptur
tendon Achilles
Ultrasonograf : Ultrasonografi kaki dan paha dapat membantu untuk
mengevaluasi
kemungkinan thrombosis dalam vena. Ultrasonografi dapat
mengidentifikasi rupture tendon Achilles.
Magnetic resonance imaging (MRI) : MRI dapat memfasilitasi diagnosis
definitif dari tendon terganggu dan dapat digunakan untuk
membedakan antara paratenonitis, tendinosis, dan bursitis

2. Diagnosis Banding
a. Tendinosis
Sering sakit. Biasanya, satu-satunya tanda kondisi yang mana tendon
pergelangan kaki ditempatkan pada jangkauan gerak (ROM).
b. Paratenonitis
Pasien dengan paratenonitis biasanya datang dengan kehangatan,
bengkak, dan nyeri menyebar lokal 2-6 cm proksimal.
c. Paratenonitis dengan tendinosis
Hal ini didiagnosis pada pasien dengan nyeri yang berhubungan
dengan aktivitas, serta pembengkakan pada selubung tendon dan tendon
nodularitas.

1. Diagnosis
Dalam mendiagnosis ruptur tendo Achilles, ahli bedah kaki dan pergelangan
kaki akan mengajukan pertanyaan tentang bagaimana dan kapan cedra terjadi
dan apakah pasien sebelumnya cedera tendo atau gejala serupa juga dialami.
Dokter bedah akan memeriksa kaki dan pergelangan kaki, perasaan cacat pada
tendon yang menunjukkan air mata. Rentang gerak dan kekuatan otot akan
dievaluasi dan dibandingkan dengan kaki terluka dan pergelangan kaki. Jika
tendo Achilles pecah, pasien akan memiliki kekuatan yang kurang dalam
mendorong ke bawah (seperti pada pedal gas) dan akan mengalami kesulitan
naik pada jari kaki. Diagnosis ruptur tendo Achilles biasanya langsung dan
dapat dilakukan melalui pemeriksaan jenis ini. Dalam beberapa kasus, ahli
bedah dapat memesan tes pencitraan MRI atau lainnya.

2. Diagnosis Banding
1. Ruptur tendon Achilles
Yaitu putusnya tendon achilles secara paksa, karena terlalu sering di beri
tekanan, periode tendon achilles di dahului tahap tendonisitis yang membuat
tendo semakin lemah.
2. Tendo calcaneal bursitis
Bursa adalah kantung berisi cairan yang dirancang untuk membatasi gesekan.
Ketika bursa ini meradang disebut bursitis. Tendo calcaneal bursitis adalah
peradangan pada bursa di belakang tilang tumit. Bursa ini biasanya membatasi
gesekan. Dimana achilles tendon fibrosa tebal di belakang tumit meluncur turun
naik.
3. Achilles tendoncitis
Cedera ini biasanya terjadi saat kontraksi kuat dari otot seperti ketika berjalan/
berlari, achiles tendoncitis adalah sebuah strain kekerasan yang dapat membuat
trauma tendon achilles dan betis.
4. Achilles tendinopathy atau tendonosis
Kronis yang berlebihan bisa berpengaruh pada perubahan tendon achilles yang
juga menyebabkan degenerasi dan penebalan tendon

Pemeriksaan Fisik:
 Test Simmonds
Posisi pasien tengkurap, kemudian betis pasien diremas. Apabila tendo achilles
normal, maka akan terjadi plantar fleksi tendo Achilles. Namun apabila terjadi
ruptur, maka tidak ada pergerakan.

 O’brein test
Posisi pasien tengkurap, kemudian pada daerah midline 10 cm
proksimal dari calcaneus dimasukkan jarum berukuran 25.
Lakukan gerak dorso fleksi secara pasif, apabila gerak jarum
seperti plantar fleksi pertanda bahwa tendo achilles tidak
mengalami cedera. Bila jarum tidak  bergerak, menandakan tendo
achilles yang mangalami ruptur. Tidak disarankan untuk dilakukan
pada pasien dalam keadaan sadar.

 Copeland Test
Posisi pasien tengkurap, kemudian pada betis dipasang torniket.
Pergelangan kaki dilakukan dorsofleksi secara pasif. Apabila tendo
utuh, maka tekanan akan naik sekitar 35-60 mmHg. Namun bila
tendo mengalami ruptur, tekanan hanya naik sedikit atau tidak
bergerak sama sekali.
• Tes sphygmomanometer
Untuk tes ini, manset Sphygmomanometer melilit betis di bagian
tengah sementara pasienberbaring rawan. Manset mengembang
hingga 100 milimeter merkuri (13,33 kilopascal)dengan kaki di
fleksi plantar. Kaki kemudian dorsofleksi. Jika tekanan naik sampai
sekitar140 milimeter merkuri (18,66 kilopascal), unit
musculotendinous dianggap menjadi utuh.Namun, jika tekanan tetap
sekitar 100 milimeter merkuri (13,33 kilopascal), maka
diagnosisruptur tendon Achilles dapat ditegakkan.Menjelaskan
pemeriksaan radiologi ruptur tendon achilles

Pemeriksaan penunjang:

 Plain Radiograph

Dapat digunakan untuk mengidentifikasi secara tidak langsung


robekan tendon Achilles. Radiografi menggunakan sinar-X untuk
menganalisis titik cedera. Hal ini tidak efektif untuk mengidentifikasi
cedera pada jaringan lunak. Sinar-X umumnya dipakai untuk
mengoptimalkan visualisasi benda padat seperti tulang, sementara
jaringan lunak masih relatif tidak dibedakan di latar belakang nya.
Radiografi memiliki peran kecil dalam penilaian cedera tendon
Achilles dan lebih berguna untuk mengesampingkan cedera lain
seperti patah tulang kalkanealis.

 Ultrasonografi

Dapat digunakan untuk menentukan ketebalan tendon, karakter, dan


adanya robekan. Bekerja dengan mengirimkan frekuensi yang sangat
tinggi dari suara melalui tubuh pasien. Beberapa suara dipantulkan
kembali dari ruang antara cairan interstisial dan jaringan lunak atau
tulang. Alat modalitas gambar ini tidak mahal, tidak melibatkan
radiasi pengion dan di tanganultrasonographer ahli, bisa diandalkan.
 MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Dapat digunakan untuk membedakan ruptur tidak lengkap dari
degenerasi tendon Achilles,dan MRI juga dapat membedakan antara
paratenonitis, tendinosis, dan bursitis. Teknik ini menggunakan
medan magnet yang kuat untuk menyelaraskan jutaan proton berjalan
melalui tubuh. MRI dapat memberikan kontras yang tak tertandingi
dalam jaringan lunak untuk foto berkualitassangat tinggi sehingga
mudah untuk teknisi menemukan robekan dan cedera lainnya

LO.2.6 Tatalaksana
Perawatan di Rumah:
Penanganan pada semua tendon yang putus mengikuti standar RICE (Rest, Ice,
Compression, Elevation) dilakukan sebelum mendapatkan tindakan medis.
A. Istirahatkan ekstremitas yang sedang sakit.
B. Aplikasikan es ke daerah yang terkena
a) Terapkan es dalam kantung plastik dibungkus dengan handuk atau dengan
kompres dingin.
b) Jangan menerapkan es langsung ke kulit karena dapat menyebabkan
kerusakan lebih lanjut jika dibiarkan selama jangka waktu lama.
C. Kompresi daerah yang terkena untuk mengurangi pembengkakan 
a) Terapkan kompresi oleh longgar membungkus daerah yang terkena
dengan perban.
b) Pastikan bahwa perban tidak mengganggu aliran darah ke daerah yang
bersangkutan.
D. Elevation, tinggikan ekstremitas yg cedera lebih tinggi dari pada jantung untuk
meminimalkan pembengkakan (meninggikan tungkai bawah sewaktu tidur)

1. Terapi konservatif:
Pemakaian boot orthosis yang bisa dilepas dengan sisipan untuk tumit agar ujung
tendon dapat berdekatan bersama-sama. Kelebihan dari pemakaian boot ini
adalah pasien dapat bergerak.
Pada robekan parsial dilakukan pemasangan gips sirkuler di atas lutut selama 4-
6minggu dalam posisi fleksi 30°-40° pada lutut dan fleksi plantar pada pergelangan
kaki.

Fisioterapi, dengan kaki menggantung melatih dorsofleksi secara aktif dan fleksi
plantar  pasif, yang memungkinkan kaki untuk jatuh secara nyaman. Pada minggu
ke-4, orthosis dibawa ke posisi netral, dengan protokol ROM yang samaseperti
minggu sebelumnya. Pada 6 minggu, pasien diizinkan untuk menanggung berat
badanyang ditoleransi sambil mengenakan orthosis. Pada saat ini, mereka juga
diperbolehkan untuk melepas orthosis di malam hari. Pada minggu ke-8, pasien
diperbolehkan melepas orthosisdan kemudian mulai terapi fisik untuk peregangan
dan penguatan.

2. Terapi Operatif:
a) Percutaneous Surgery
Pada tindakan ini,dibuat sayatan kecil selebar 2-4 cm. Melalui luka tusuk, jahitan
melewati ujung distal dan proksimal, yang diperkirakan ketika pergelangan kaki
berada pada equinus maksimal. Jahitan itu kemudian dipotong pendek, diikat
menggunakan simpul, dan mendorong subkutan. Luka-luka kecil dibersihkan dan
dipasang perban kering dan steril. Setelah itu, pasien menggunakan bantalan gips
yang tanpa beban. Penggunaan gips dilakukanselama 4 minggu, diikuti oleh 4
minggu di bantalan berat dan pemakaian gips dengan elevasi tumit rendah.

a) Open surgical repair


Perbaikan terbuka dilakukan dengan menggunakan pendekatan longitudinal medial.
Pada pendekatan ini, dibuat sayatan sepanjang 3-10 cm. Setelah paratenon disayat
secara longitudinal, ujung tendon dapat dikenali dengan mudah dan didekatkan
dengan menggunakan jahitan tipe Kesler/Krackow/Bunnell dengan menggunakann
onabsorbable suture. Selanjutnya, epitenon disambung dengan teknik cross-stitch.
Para tendon harus disambung kembali agar tidak terjadi adesi. Kemudian, penutupan
oleh kulit akan membatasi terjadinya komplikasi luka. Setelah operasi, pergelangan
kaki dipertahankan dalam fleksi saat pemasanganorthosis. Setelah periode
imobilisasi, kaki digerakkan secara netral ke plantar atau sedikitdalam orthosis kaku,
dan pasien diperbolehkan memakai bantalan berat parsial. Imobilisasi biasanya
dihentikan 4-6 minggu setelah perbaikan. Pada saat itu, jangkauan yang aktif
danaktif-dibantu gerak, berenang, bersepeda stasioner, dan berjalan dalam sepatu
dilengkapi dengan mengangkat tumit dapat dimulai. Dalam kebanyakan kasus,
pasien dapat beraktivitas kembali dalam jangka waktu 4 bulan.
LO.2.7 Komplikasi
Komplikasi dari tindakan konservatif pada ruptur tendon achilles antara lain
terjadinya ruptur ulang dan penurunan kemampuan fleksi dari plantar. Sedangkan
komplikasi tindakan operasi perkutaneus atau operasi terbuka adalah adanya infeksi
kulit superfisial, infeksi dalam, ulkus pada tumit, ruptur achilles ulang parsial ataupun
komplit. Namun kejadian ruptur ulang pada tindakan operasi lebih rendah
dibandingkan dengan tindakan hanya dengan konservatif.

LO.2.8 Pencegahan
Sebagian besar cedera tendon Achilles terjadi selama olahraga dan bisa dicegah. Jika
memiliki masalah tendon Achilles di masa lalu, sangat penting untuk mencegah
terjadinya cedera lagi. Untuk membantu mencegah cedera, cobalah lakukan seperti di
bawah ini :

1. Pemanasan dan peregangan. Sebelum olahraga atau kegiatan yang intens, secara
bertahap lakukan pemanasan tubuh, dengan cara melakukan 5 sampai 10 menit
berjalan atau bersepeda, dan kemudian melakukan latihan peregangan. Betis dan
plantar fascia membentang. akan meregangkan daerah Achilles tendon. Lebih
umum peregangan otot-otot lain, seperti paha belakang dan pangkal paha.
2. Pendinginan, lalu melakukan lebih banyak peregangan. Setelah aktivitas yang
intens, secara bertahap lakukan pendinginan sekitar 5 menit, seperti jogging
ringan, berjalan, atau bersepeda.
3. Menghindari olahraga atau aktivitas yang intens apabila tidak dalam kondisi baik.
4. Kenakan sepatu yang melindungi tumit selama olahraga atau aktivitas berat
5. Memakai bantalan tumit atau orthotics lainnya yang dirancang untuk mengurangi
stres pada tendon Achilles.

LO.2.9 Prognosis
Dengan pengobatan yang tepat dan rehabilitasi, prognosis untuk rupture
tendon achilles adalah baik. Kebanyakan atlet-atlet yang mengalami rupture pada
tendon achilles dapat kembali ke aktivitas semula, dengan pengobatan bedah
ataupun pengobatan konservatif. Namun orang yang menjalani pengobatan
konservatif cenderung mengalami kekambuhan. Tingkat kekambuhan untuk
pengobatan operasi adalah 0 – 5% dibandingkan dengan 40% orang yang memilih
pengobatan konservatif.

DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, A. 2011. Buku saku gangguan musculoskeletal. EGC. Jakarta

Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi konsep klinis Proses Penyakit. Jakarta:


EGC

Price, Anderson Sylvia. 1996. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit.


Jakarta: EGC.

Anderson, 1999, Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, Jones and barret Publisher
Boston, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta, EGC

http://emedicine.medscape.com/article/309393-overview#a6, diakses tanggal 22


september 2016

http://emedicine.medscape.com/article/309393-differential, diakses tanggal 22


september 2016

Syamsir, HM. (2011). Kinesiologi Gerak Tubuh Manusia. 2011. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Yarsi Bagian Anatomi

Bloom dan Fawcett. 2002. Buku Ajar Histologi edisi 12. EGC ; Jakarta

Anda mungkin juga menyukai