Wrap Up SK2
Wrap Up SK2
SULIT BERJALAN
Seorang laki-laki atlet sprinter berusia 35 tahun datan ke UGD Rumah Sakit
dengan keluhan sulit berjalan dan nyeri sekali di pergelangan kaki kanannya sejak 1
jam yang lalu. Keluhan ini dirasakan saat berlari cepat pada latihan, ketika berlari
tiba-tiba kaki kanannya berbunyi krek dan langsung berhenti berlari.
(Skenario bertingkat)
Langkah 1
Informasi untuk skenario :
- Tes Simmonds tidak di dapatkan plantar flexi kaki kanan
- Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum dan tanda vital baik.
- Pergelangan kaki nyeri bila di tekan.
KATA – KATA SULIT
1. Apa yang menyebabkan pasien tersebut sulit berjalan dan kaki terasa nyeri?
2. Mengapa terjadi bunyi krek pada saat pasien berlari?
3. Mengapa pada tes Simmonds tidak dapat melakukan plantar flexi?
4. Apa pertolongan pertama yang dilakukan pada pasien?
5. Bagaimana prosedur melakukan test simmonds?
6. Otot apa yang berperan dalam gerakan plantar flexi?
7. Apa diagnosis atau kemungkinan yang terjadi pada pasien tersebut?
8. Apa pemeriksaan lain selain tes simmonds?
9. Tendon apa yang berada di pergelangan kaki?
10. Faktor resiko apa saja yang dapat menyebabkan kondisi seperti pasien?
11. Bagaiman pencegahan pada kasus tersebut?
12. Apakah tendon Achilles bisa rupture selain karena berlari cepat?
JAWABAN
6. M. Gastrocnemous
-M. Soleus
-M. plantaris
9. tendon Achilles
12. kecelakaan, jatuh dari ketinggian, melompat terlalu tinggi , olahrasa berat.
Pada saat berjalan, tendon Achilles beroeran sebgai pergerakan utama. Tendon
Achilles terdapat pada pergelangan kaki yang menghubungkan antara M.
Gastrocnemous M. Soleus dan M. plantaris. Apabila terjadi hiperkontraksi tendon
Achilles akan mengalami rupture yang menyebabkan tidak dapat melakukan gerakan
plantar flexi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan melakukan test Simmonds
dengan cara pasien diminta melakukan posisi telungkup,kaki pasien diposisikan
menggantung, pasien diminta melakukan gerakan dorso flexi dan plantar flexi. Selain
itu juga dilakukan pemeriksaan penunjang seperti rontgen, MRI, radiologi. Pasien
diberikan pertolongan pertama dengan teknik pembidaian.tatalaksana lebih lanjut
seperti operasi.
SASARAN BELAJAR
Tendo Achilles atau tendo calcaneus adalah tendon pada bagian belakang
tungkai bawah. Ia berfungsi untuk melekatkan otot gastrocnemius dan otot soleus ke
salah satu tulang penyusun pergelangan kaki, calcaneus.
Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus,
dan otot plantaris kaki. Pada manusia letaknya tepat dibagian pergelangan kaki.
Tendon Achilles adalah tendon tertebal dan terkuat pada badan manusia. Panjangnya
sekitar 15cm, dimulai dari pertengahan tungkai bawah. Kemudian, strukturnya
semakin mengumpul dan melekat pada bagian tengah-belakang tulang calcaneus.
Dibandingkan dengan bagian lain dari tubuh, tendo Achilles memiliki suplai
darah yang relatif sedikit. Darah dipasok ke tendon Achilles oleh dua arteri yaitu A.
Tibilais posterior yang mensuplai darah pada bagian proksimal dan distal. A.
Peroneus pada bagian medial dari tendo. Vaskularisasi terlemah pada sambungan
Achilles - tumit dan suplai darah yang paling lemah pada titik sekitar 2-6 cm di atas
sambungan tendo Achilles - tumit tulang.
Tendon bertindak sebagai transduser dari gaya yang dihasilkan oleh kontraksi
otot terhadap tulang. Kolagen merupakan 70% dari berat kering tendon, sekitar 98%
dari kolagen tersebut merupakan kolagen tipe I, dengan jumlah elastin yang kecil.
Serat elastin dapat menjalani tekanan sebesar 200% sebelum rusak. Jika serat elastin
ada pada tendon dalam proporsi yang besar maka akan ada penurunan dalam besarnya
gaya yang ditransmisikan ke tulang.
Fibril kolagen terikat ke fasikula, mengandung pembuluh darah dan pembuluh
limfatik serta saraf. Fasikula-fasikula tersebut secara bersamaan di kelilingi oleh
epitenon dan membentuk struktur kasar dari tendon, yang kemudian tertutup oleh
paratenon, terpisah dari epitenon oleh lapisan tipis cairan untuk memungkinkan
pergerakan tendon dengan mengurangi pergesekan.
Struktur terbesar dalam skema di atas adalah tendon atau Ligamentum atau
tendon kemudian dipecah menjadi entitas yang lebih kecil disebut fasciles
(lembaran).Lembaran berisi fibril dasar ligamentum atau tendon, dan fibroblas, yang
merupakan sel-sel biologis yang menghasilkan ligamen atau tendon.Ada karakterisitik
struktural pada tingkat ini yang memainkan peran penting dalam mekanisme ligamen
atau tendon, yaitu crimp dari fibril. Crimp merupakan struktur bergelombang dari
fibril, dan ia akan memberikan kontribusi signifikan terhadap hubungan stress
regangan nonlinear untuk ligamen dan tendon.
Struktur yang memancarkan kekuatan kontraksi otot ke tulang disebut
tendon.Serat kolagen terdapat pada semua jenis jaringan ikat yang terdiri atas protein-
protein kolagen. Dalam keadaan segar, kolagen berwarna putih. Diameternya berkisar
antara 1-12 mikron. Beberapa serabut bergabung menjadi berkas serabut yang lebih
besar. Dalam keadaan segar bersifat lunak, dan sangat kuat. Susunan serabut kolagen
bergelombang, karenannya bersifat lentur. Benang serabut kolagen yang paling halus
yang dapat dilihat dengan mikroskop cahaya adalah fibril dengan tebal kurang lebih
0,3 sampai 0,5 µm.
Selanjutnya fibril ini disusun oleh satuan serabut yang lebih kecil yang disebut
miofibril dengan diameter 45sampai 100nm. Miofibril ini hanya terlihat dengan
mikroskop elekron dan tampak mempunyai garis melintang khas dengan periodisitas
67 nm. Serabut kolagen memiliki daya tahan tarik tinggi. Serabut kolagen dijumpai
pada tendon, ligamen, kapsula, dll. Serabut ini bening dan terlihat garis memanjang.
Bilakolagen direbus akan menghasilkan gelatin. Serabut kolagen dapat dicerna oleh
pepsindan enzim kolagenase. Paling tidak telah dikenal 2 jenis serabut kolagen
dengan variasi pada urutan asam amino dari rantai α (alfa). Dari 20 jenis tersebut, ada
6 tipe kolagen yang paling utama dan secara genetik berbeda. Keenam tipe kolagen
tersebut adalah :
1. Tipe I tipe kolagen yang paling banyak ditenukan. Terdapat pada jaringan ikat
dewasa, tulang, gigi dan sementum
2. Tipe II tipe kolagen ini dibentuk oleh kondroblas dan merupakan unsur utama
penyusun matriks tulang rawan. Kolagen ini ditemukan pada kartilago hyalin dan
elastic
3. Tipe III Kolagen ini ditemukan pada awal perkembangan beberapa jenis
jaringan ikat. Pada keadaan dewasa kolagen ini terdapat pada jaringan retikuler.
4. Tipe IV terdapat pada lamina densa pada lamina basalis dan diperkirakan
merupakan hasil sel-sel yang langsung berhubungan dengan lamina tersebut
5. Tipe V terdapat pada plasenta, dan berhubungan dengan kolagen tipe I6.
6. Tipe VI : terdapat pada basal lamina
Meskipun tendon Achilles normal hampir seluruhnya terdiri dari kolagen tipe-
I,tendon Achilles yang putus juga berisi proporsi besar dari kolagen tipe-III.
Fibroblast daritendon Achilles yang putus menghasilkan baik kolagen tipe-I dan tipe-
III pada kultur.Kolagen tipe-III kurang tahan terhadap kekuatan tarikan dank arena itu
dapatmempengaruhi putusnya tendon secara spontan. Tendon Achilles normal
menunjukkan pengaturan selular yang terorganisir dengan baik,sangat berbeda dengan
tendon yang putus. Tenosit, yang merupakan fibroblast khusus,muncul pada potongan
longitudinal.Pengaturan yang baik ini disebabkan oleh sekresikolagen secara
sentrifugal yang seragamdisekitar kolom tenosit, yang menghasilkan baik komponen
fibriler dan nonfibriler darimatriks eksraseluler dan juga dapat menyerap kembali
serat-serat kolagen.
LO.1.3 Kinesiologi
1. Gerak sendi:
Articulatio:
1. Articularis Subtalaris (Talocalcanea)
Tulang : Os. Talus & os. Calcaneus
Jenis sendi : Gliding
Gerak sendi : Geser
Sumbu gerak : Mempunyai sumbu gerak yang berjalan dari
posteriorinferior menuju anterosuperior os. Calcaneus
Memperkuat sendi: Ligamentum talocalcaneum laterale, ligamentum
talocacaneum mediale, anterior, posterior & logamentum talocalcaneum
interoseum.
Pada articulatio subtalaris dapat dilihat gerak eversi dimana telapak kaki
bergerak ke lateral, sedangkan gerak inversi bergerak ke medial.
Seringkali istilah inversi & eversi digantikan dengan istilah pronasi dan
supinasi. Eversi 5 derajat terjadi akibat dorsofleksi dan abduksi.
Sedangkan inversi 20 derajat akibat plantarfleksi dan adduksi.
2. Articularis Talocalcaneonavicularis
Tulang : Os. Talus, Os. Calcaneus, Os. Cuboideum
Jenis sendi : Gliding
Gerak sendi : Geser & Rotasi
Memperkuat sendi: Ligamentum talonaviculare & ligamentum
calcaneonaviculare
3. Articularis Calcaneocuboidea
Tulang : Os. Calcaneus & Os. Cuboideum
Jenis sendi : Plana
Gerak sendi : Geser & sedikit rotasi
Memperkuat sendi: Ligamentum calcaneocuboideum dorsale at plantare,
ligamentum plantar longum & articulationes tarsometatarsales
LO.2.1. Definisi
LO.2.2 Etiologi
Ruptur tendo achilles dapat terjadi saat dorsofleksi pasif secara tiba tiba saat
kontraksi maksimal pada otot betis. Dalam beberapa kasus putusnya tendo Achilles
terjadi pada tendo yang kurang menerima aliran darah. Biasanya ruptur tendo Achilles
lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan pada wanita.
Faktor risiko yang berhubungan dengan ruptur tendon Achilles diantaranya adalah:
Faktor intrinsik
penyakit sistemik yang mempengaruhi tendon Achilles adalah sebagai berikut :
Faktor ekstrinsik
Penyebab ekstrinsik Achilles tendinosis juga mencakup berikut :
1. Kegiatan dengan melompat dan berjalan berlebihan
2. Partisipasi dalam aktivitas baru yang berat
3. Perubahan mendadak dalam pelatihan
4. Peningkatan intensitas kegiatan
5. Peningkatan durasi pelatihan
6. Naik Tangga
7. mendaki bukit
8. sepatu yang tidak tepat
9. permukaan pelatihan yang tidak tepat
10. latihan peregangan yang tidak benar
Didapatkan adanya riwayat trauma langsung pada tendon Achilles atau adanya
suatu cedera olahraga seperti pada atlet atletik pada saat melakukan lari atau
melompat. Keluhan utama berupa rasa sakit mendadak dan berat dapat dirasakan di
bagian belakang pergelangan kaki atau betis.
Pasien dengan ruptur tendon achilles memiliki riwayat nyeri sifatnya tiba-tiba
tanpa gejala sebelumnya atau dengan keluhan snap tiba-tiba di betis serta nyeri.Sering
dilaporkan pasien merasa seolah-olah telah dipukul sesuatu dari belakang. Pada kasus
tertentu, diagnosis sangat jelas. Diagnosis berdasarkan klinis adanya celah yang teraba
di daerah ruptur selama minggu pertama disertai kemampuan fleksi plantar di
pergelangan kaki tidak ada atau sangat lemah.
Rupture traumatic tendon Achilles, biasanya terjadi dalam selubung tendo akibat
perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif
maksimal sehingga terjadi kontraksi mendadak otot betis dengan kaki terfiksasi kuat
kebawah dan diluar kemampuan tendon Achilles untuk menerima suatu beban.
Rupture tendon Achilles sering terjadi pada atlet atletik saat melakukan lari atau
melompat. Kondisi klinik rupture tendon Achilles menimbulkan berbagai keluhan,
meliputi nyeri tajam yang hebat, penurunan fungsi tungkai dalam mobilisasi dan
ketidakmampuan melakukan plantarfleksi, dan respons ansietas pada klien.
Saat istirahat, tendon memiliki konfigurasi bergelombang akibat batasan di
fibrilkolagen. Stress tensil menyebabkan hilangnya konfigurasi bergelombang ini, hal
ini yang menyebabkan pada daerah jari kaki adanya kurva tegangan-regangan. Saat
serat kolagen rusak, tendon merespons secara linear untuk meningkatkan beban
tendon. Jika renggangan yang ditempatkan pada tendon tetap kurang dari 4 persen-
yaitu batas beban fisiologi secara umum serat kembali ke konfigurasi asli mereka
pada penghapusan beban. Pada tingkat keteganganantara 4-8 persen, serat kolagen
mulai meluncur melewati 1 sama lain karena jalinan antar molekul rusak. Pada tingkat
tegangan lebih besar dari 8 persen terjadi rupture secara makroskopik karena
kegagalan tarikan oleh karena kegagalan pergeseran fibriller dan interfibriller.
Penyebab pasti pecah Achilles tendon dapat terjadi tiba-tiba, tanpa peringatan,
atau akibat tendinitis Achilles . Tampaknya otot betis yang lemah dapat menyebabkan
masalah. Jika otot-otot menjadi lemah dan lelah, mereka dapat mengencangkan dan
mempersingkat kontraksi. Kontraksi berlebihan juga dapat menjadi masalah dengan
mengarah pada kelelahan otot. Semakin lelah otot betis, maka semakin pendek dan
akan menjadi lebih ketat. Keadaan sesak seperti ini dapat meningkatkan tekanan pada
tendon Achilles dan mengakibatkan kerobekan. Selain itu, ketidakseimbangan
kekuatan otot-otot kaki anterior bawah dan otot-otot kaki belakang yang lebih rendah
juga dapat mengakibatkan cedera pada tendon Achilles. Achilles tendon robek lebih
mungkin ketika gaya pada tendon lebih besar dari kekuatan tendon. Jika kaki yang
dorsofleksi sedangkan kaki bagian bawah bergerak maju dan betis kontrak otot,
kerobekan dapat terjadi. Kerobekan banyak terjadi selama peregangan kuat dari
tendon sementara otot betis berkontraksi.
LO.2.5 Diagnosis & Diagnosis Banding Ruptur (pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang ) Tendon Achilles
1. Diagnosis
Dalam mendiagnosis ruptur tendo Achilles, dokter akan mengajukan pertanyaan
tentang bagaimana dan kapan cedera terjadi dan apakah pasien sebelumnya cedera
tendo atau gejala serupa juga dialami. Dokter akan memeriksa kaki dan
pergelangan kaki. Rentang gerak dan kekuatan otot akan dievaluasi dan
dibandingkan dengan kaki terluka dan pergelangan kaki. Jika tendo Achilles pecah,
pasien akan memiliki kekuatan yang kurang dalam mendorong ke bawah (seperti
pada pedal gas) dan akan mengalami kesulitan naik pada jari kaki. Diagnosis
ruptur tendo Achilles biasanya langsung dan dapat dilakukan melalui berbagai
pemeriksaan, yaitu :
a. Pemeriksaan fisik local
Look : Dapat dilihat kaki pasien bengkak, memar, bekas trauma
dikaki
Feel : Dapat diraba dengan hasil nyeri tekan
Movement : Tumit tidak dapat digerakkan dan nyeri hebat dalam
melakukan plantar
fleksi Kaki
b. Pemeriksaan penunjang
Radiografi : Radiografi lebih berguna untuk mengesampingkan cedera lain
di ruptur
tendon Achilles
Ultrasonograf : Ultrasonografi kaki dan paha dapat membantu untuk
mengevaluasi
kemungkinan thrombosis dalam vena. Ultrasonografi dapat
mengidentifikasi rupture tendon Achilles.
Magnetic resonance imaging (MRI) : MRI dapat memfasilitasi diagnosis
definitif dari tendon terganggu dan dapat digunakan untuk
membedakan antara paratenonitis, tendinosis, dan bursitis
2. Diagnosis Banding
a. Tendinosis
Sering sakit. Biasanya, satu-satunya tanda kondisi yang mana tendon
pergelangan kaki ditempatkan pada jangkauan gerak (ROM).
b. Paratenonitis
Pasien dengan paratenonitis biasanya datang dengan kehangatan,
bengkak, dan nyeri menyebar lokal 2-6 cm proksimal.
c. Paratenonitis dengan tendinosis
Hal ini didiagnosis pada pasien dengan nyeri yang berhubungan
dengan aktivitas, serta pembengkakan pada selubung tendon dan tendon
nodularitas.
1. Diagnosis
Dalam mendiagnosis ruptur tendo Achilles, ahli bedah kaki dan pergelangan
kaki akan mengajukan pertanyaan tentang bagaimana dan kapan cedra terjadi
dan apakah pasien sebelumnya cedera tendo atau gejala serupa juga dialami.
Dokter bedah akan memeriksa kaki dan pergelangan kaki, perasaan cacat pada
tendon yang menunjukkan air mata. Rentang gerak dan kekuatan otot akan
dievaluasi dan dibandingkan dengan kaki terluka dan pergelangan kaki. Jika
tendo Achilles pecah, pasien akan memiliki kekuatan yang kurang dalam
mendorong ke bawah (seperti pada pedal gas) dan akan mengalami kesulitan
naik pada jari kaki. Diagnosis ruptur tendo Achilles biasanya langsung dan
dapat dilakukan melalui pemeriksaan jenis ini. Dalam beberapa kasus, ahli
bedah dapat memesan tes pencitraan MRI atau lainnya.
2. Diagnosis Banding
1. Ruptur tendon Achilles
Yaitu putusnya tendon achilles secara paksa, karena terlalu sering di beri
tekanan, periode tendon achilles di dahului tahap tendonisitis yang membuat
tendo semakin lemah.
2. Tendo calcaneal bursitis
Bursa adalah kantung berisi cairan yang dirancang untuk membatasi gesekan.
Ketika bursa ini meradang disebut bursitis. Tendo calcaneal bursitis adalah
peradangan pada bursa di belakang tilang tumit. Bursa ini biasanya membatasi
gesekan. Dimana achilles tendon fibrosa tebal di belakang tumit meluncur turun
naik.
3. Achilles tendoncitis
Cedera ini biasanya terjadi saat kontraksi kuat dari otot seperti ketika berjalan/
berlari, achiles tendoncitis adalah sebuah strain kekerasan yang dapat membuat
trauma tendon achilles dan betis.
4. Achilles tendinopathy atau tendonosis
Kronis yang berlebihan bisa berpengaruh pada perubahan tendon achilles yang
juga menyebabkan degenerasi dan penebalan tendon
Pemeriksaan Fisik:
Test Simmonds
Posisi pasien tengkurap, kemudian betis pasien diremas. Apabila tendo achilles
normal, maka akan terjadi plantar fleksi tendo Achilles. Namun apabila terjadi
ruptur, maka tidak ada pergerakan.
O’brein test
Posisi pasien tengkurap, kemudian pada daerah midline 10 cm
proksimal dari calcaneus dimasukkan jarum berukuran 25.
Lakukan gerak dorso fleksi secara pasif, apabila gerak jarum
seperti plantar fleksi pertanda bahwa tendo achilles tidak
mengalami cedera. Bila jarum tidak bergerak, menandakan tendo
achilles yang mangalami ruptur. Tidak disarankan untuk dilakukan
pada pasien dalam keadaan sadar.
Copeland Test
Posisi pasien tengkurap, kemudian pada betis dipasang torniket.
Pergelangan kaki dilakukan dorsofleksi secara pasif. Apabila tendo
utuh, maka tekanan akan naik sekitar 35-60 mmHg. Namun bila
tendo mengalami ruptur, tekanan hanya naik sedikit atau tidak
bergerak sama sekali.
• Tes sphygmomanometer
Untuk tes ini, manset Sphygmomanometer melilit betis di bagian
tengah sementara pasienberbaring rawan. Manset mengembang
hingga 100 milimeter merkuri (13,33 kilopascal)dengan kaki di
fleksi plantar. Kaki kemudian dorsofleksi. Jika tekanan naik sampai
sekitar140 milimeter merkuri (18,66 kilopascal), unit
musculotendinous dianggap menjadi utuh.Namun, jika tekanan tetap
sekitar 100 milimeter merkuri (13,33 kilopascal), maka
diagnosisruptur tendon Achilles dapat ditegakkan.Menjelaskan
pemeriksaan radiologi ruptur tendon achilles
Pemeriksaan penunjang:
Plain Radiograph
Ultrasonografi
LO.2.6 Tatalaksana
Perawatan di Rumah:
Penanganan pada semua tendon yang putus mengikuti standar RICE (Rest, Ice,
Compression, Elevation) dilakukan sebelum mendapatkan tindakan medis.
A. Istirahatkan ekstremitas yang sedang sakit.
B. Aplikasikan es ke daerah yang terkena
a) Terapkan es dalam kantung plastik dibungkus dengan handuk atau dengan
kompres dingin.
b) Jangan menerapkan es langsung ke kulit karena dapat menyebabkan
kerusakan lebih lanjut jika dibiarkan selama jangka waktu lama.
C. Kompresi daerah yang terkena untuk mengurangi pembengkakan
a) Terapkan kompresi oleh longgar membungkus daerah yang terkena
dengan perban.
b) Pastikan bahwa perban tidak mengganggu aliran darah ke daerah yang
bersangkutan.
D. Elevation, tinggikan ekstremitas yg cedera lebih tinggi dari pada jantung untuk
meminimalkan pembengkakan (meninggikan tungkai bawah sewaktu tidur)
1. Terapi konservatif:
Pemakaian boot orthosis yang bisa dilepas dengan sisipan untuk tumit agar ujung
tendon dapat berdekatan bersama-sama. Kelebihan dari pemakaian boot ini
adalah pasien dapat bergerak.
Pada robekan parsial dilakukan pemasangan gips sirkuler di atas lutut selama 4-
6minggu dalam posisi fleksi 30°-40° pada lutut dan fleksi plantar pada pergelangan
kaki.
Fisioterapi, dengan kaki menggantung melatih dorsofleksi secara aktif dan fleksi
plantar pasif, yang memungkinkan kaki untuk jatuh secara nyaman. Pada minggu
ke-4, orthosis dibawa ke posisi netral, dengan protokol ROM yang samaseperti
minggu sebelumnya. Pada 6 minggu, pasien diizinkan untuk menanggung berat
badanyang ditoleransi sambil mengenakan orthosis. Pada saat ini, mereka juga
diperbolehkan untuk melepas orthosis di malam hari. Pada minggu ke-8, pasien
diperbolehkan melepas orthosisdan kemudian mulai terapi fisik untuk peregangan
dan penguatan.
2. Terapi Operatif:
a) Percutaneous Surgery
Pada tindakan ini,dibuat sayatan kecil selebar 2-4 cm. Melalui luka tusuk, jahitan
melewati ujung distal dan proksimal, yang diperkirakan ketika pergelangan kaki
berada pada equinus maksimal. Jahitan itu kemudian dipotong pendek, diikat
menggunakan simpul, dan mendorong subkutan. Luka-luka kecil dibersihkan dan
dipasang perban kering dan steril. Setelah itu, pasien menggunakan bantalan gips
yang tanpa beban. Penggunaan gips dilakukanselama 4 minggu, diikuti oleh 4
minggu di bantalan berat dan pemakaian gips dengan elevasi tumit rendah.
LO.2.8 Pencegahan
Sebagian besar cedera tendon Achilles terjadi selama olahraga dan bisa dicegah. Jika
memiliki masalah tendon Achilles di masa lalu, sangat penting untuk mencegah
terjadinya cedera lagi. Untuk membantu mencegah cedera, cobalah lakukan seperti di
bawah ini :
1. Pemanasan dan peregangan. Sebelum olahraga atau kegiatan yang intens, secara
bertahap lakukan pemanasan tubuh, dengan cara melakukan 5 sampai 10 menit
berjalan atau bersepeda, dan kemudian melakukan latihan peregangan. Betis dan
plantar fascia membentang. akan meregangkan daerah Achilles tendon. Lebih
umum peregangan otot-otot lain, seperti paha belakang dan pangkal paha.
2. Pendinginan, lalu melakukan lebih banyak peregangan. Setelah aktivitas yang
intens, secara bertahap lakukan pendinginan sekitar 5 menit, seperti jogging
ringan, berjalan, atau bersepeda.
3. Menghindari olahraga atau aktivitas yang intens apabila tidak dalam kondisi baik.
4. Kenakan sepatu yang melindungi tumit selama olahraga atau aktivitas berat
5. Memakai bantalan tumit atau orthotics lainnya yang dirancang untuk mengurangi
stres pada tendon Achilles.
LO.2.9 Prognosis
Dengan pengobatan yang tepat dan rehabilitasi, prognosis untuk rupture
tendon achilles adalah baik. Kebanyakan atlet-atlet yang mengalami rupture pada
tendon achilles dapat kembali ke aktivitas semula, dengan pengobatan bedah
ataupun pengobatan konservatif. Namun orang yang menjalani pengobatan
konservatif cenderung mengalami kekambuhan. Tingkat kekambuhan untuk
pengobatan operasi adalah 0 – 5% dibandingkan dengan 40% orang yang memilih
pengobatan konservatif.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, A. 2011. Buku saku gangguan musculoskeletal. EGC. Jakarta
Anderson, 1999, Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, Jones and barret Publisher
Boston, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta, EGC
Syamsir, HM. (2011). Kinesiologi Gerak Tubuh Manusia. 2011. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Yarsi Bagian Anatomi
Bloom dan Fawcett. 2002. Buku Ajar Histologi edisi 12. EGC ; Jakarta