Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ESENSI DAN URGENSI DEMOKRASI


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Pendidikan Kewarganegaraan

Nama : Aryo Novianto Nugroho


NIM : 185314001
Kelas :J

PROGRAM STUDI INFORMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul esensi dan urgensi demokrasi
ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada matakuliah pendidikan kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang esensi dan urgensi demokrasi bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pendidikan kewarganegaraan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................ 1


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................ 2
PENDAHULUAN ..................................................................................................................................... 3
a. Latar belakang ........................................................................................................................... 3
b. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 4
TUJUAN ................................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ....................................................................................................................................... 6
A. Apa itu demokrasi ..................................................................................................................... 6
B. Nilai nilai demokrasi .................................................................................................................. 6
C. Prinsip dan parameter demokrasi ............................................................................................. 6
D. Esensi dan urgensi demokrasi ................................................................................................... 7
a. Kehidupan Demokratis yang Harus Dikembangkan .............................................................. 7
b. Pentingnya Kehidupan yang Demokratis .............................................................................. 8
c. Penerapan Demokrasi dalam Pemilihan Pemimpin Politik dan Pejabat Negara .................... 9
PENUTUP ............................................................................................................................................ 11
a. Kesimpulan ............................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 12

2
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Menurut Budimansyah dan Sudirwo (2009:65), demokrasi merupakan kata yang
didambakan oleh semua orang dan semua negara karena kata demokrasi menggambarkan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang menjunjung tinggi nilai-nilai
demokrasi. Demokrasi berasal dari dua kata “demos” yang berarti rakyat dan “cratein” atau
“cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. “Demos cratos” atau “demos cratein”
dalam bahasa Yunani yang berarti demokrasi dalam bahasa Indonesia adalah kedaulatan
atau kekuasaan di tangan rakyat. Pemerintahan yang demokratis adalah pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, (government of the people, by the people, and for the
people. Abraham Lincoln).
Secara etimologis, demokrasi berasal dari bahasa Yunani Kuno, yakni “ demos” dan
“kratein”. Secara terminologis, Abraham Lincoln mantan Presiden Amerika Serikat,
menyatakan bahwa “demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat” atau “the government from the people, by the people, and for the people”.
Menurut Sanusi (2006), mengidentifikasi adanya sepuluh pilar demokrasi konstitusional
menurut UUD 1945, yakni : ” Demokrasi yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, Demokrasi
Dengan Kecerdasan, Demokrasi yang Berkedaulatan Rakyat, Demokrasi dengan “Rule of
Law”, Demokrasi dengan Pembagian Kekuasaan Negara, Demokrasi dengan Hak Azasi
Manusia, Demokrasi dengan Pengadilan yang Merdeka, Demokrasi dengan Otonomi
Daerah, Demokrasi Dengan Kemakmuran, dan Demokrasi yang Berkeadilan Sosial “.
Negara Indonesia merupakan negara yang berkomitmen untuk menjadikan demokrasi
berkembang di negara ini. Hal ini disebabkan, demokrasi memiliki pemahaman bahwa
setiap individu sangat dihargai keberadaannya dalam berpartisipasi menjalankan kehidupan
bernegara secara luas dan maksimal. Melalui pemahaman tersebut, dapat diketahui bahwa
negara Indonesia sangat menghargai keberadaan rakyatnya. Karena itu, demokrasi perlu
ditumbuhkan, dipelihara, dikembangkan, dan dihormati oleh setiap rakyat Indonesia.
Setiap negara memiliki cirri khas dalam pelaksanaan demokrasinya, termasuk pula
negara Indonesia. Hal ini ditentukan oleh sejarah negara yang bersangkutan, kebudayaan,
pandangan hidup, serta tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, pada setiap negara
terdapat corak khas demokrasi yang tercermin pada pola sikap,keyakinan dan perasaan
tertentu yang mendasari, mengarahkan, dan memberi arti pada tingkah laku dan proses
berdemokrasi dalam suatu sistem politik. Menurut Rahayu (2013:54), pembahasan tentang
peranan negara dan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari telaah tentang demokrasi dan
hal ini karena dua alasan. Pertama, hampir semua negara di dunia ini telah menjadikan
demokrasi sebagai asasnya yang fundamental sebagai telah ditunjukkan oleh hasil studi
UNESCO pada awal 1950-an yang mengumpulkan lebih dari 100 Sarjana Barat dan Timur,
sementara di negara-negara demokrasi itu pemberian peranan kepada negara dan
masyarakat hidup dalam porsi berbeda-beda (kendati sama-sama negara
demokrasi). Kedua, demokrasi sebagai asas kenegaraan secara esensial telah memberikan
arah bagi peranan masyarakat untuk menyelenggarakan negara sebagai organisasi
tertingginya tetapi ternyata demokrasi itu berjalan dalam jalur yang berbeda-beda (Rais,
1955:1).
Menurut Rahayu (2013:54), dalam hubungannya dengan implementasi ke dalam sistem
pemerintahan, demokrasi juga melahirkan sistem yang bermacam-macam
seperti: pertama, sistem presidensial yang menyejajarkan antara parlemen dan presiden
dengan memberi dua kedudukan kepada presiden yakni sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan. Kedua, sistem parlementer yang meletakkan pemerintah dipimpin oleh
perdana menteri yang hanya berkedudukan sebagai kepala pemerintahan dan bukan kepala
negara, sebab kepala negaranya bisa diduduki oleh raja atau presiden yang hanya menjadi

3
symbol kedaulatan dan persatuan. Ketiga, sistem referendum yang meletakkan pemerintah
sebagai bagian (badan pekerja) dari parlemen. Di beberapa negara ada yang menggunakan
sistem campuran antara presidensial dengan parlementer, yang antara lain dapat dilihat dari
sistem ketatanegaraan di Prancis atau di negara Indonesia berdasarkan UUD 1945. Dengan
alasan tersebut menjadi jelas bahwa asas demokrasi yang hampir sepenuhnya disepakati
sebagai model terbaik bagi dasar penyelenggaran negara ternyata memberikan implikasi
yang berbeda di antara pemakai-pemakainya bagi peranan negara.
Dengan pernyataan di atas, tidak menutup kemungkinan bahwa negara Indonesia
menerapkan sistem demokrasi yang berciri khas negara Indonesia sendiri berdasarkan
Pancasila dan UUD NRI 1945. Telah menjadi bagian dari hak dan kewajiban setiap rakyat
Indonesia yang juga meliputi mahasiswa untuk mengetahui dan mengamalkan sistem
demokrasi secara bijaksana di negara Indonesia. Oleh karena itu, penulis akan menguraikan
hal-hal yang berkaitan dengan Demokrasi Indonesia.

b. Rumusan Masalah
1. Apa itu demokrasi?
2. Seperti apa nilai nilai demokrasi?
3. Seperti apa prinsip dan parameter demokrasi?
4. Bagaimanakah esensi dan urgensi demokrasi?

4
TUJUAN
1. Mengerti apa itu demokrasi
2. Mengerti nilai nilai demokrasi
3. Mengerti prinsip dan parameter demokrasi
4. Mengerti esensi dan urgensi demokrasi

5
PEMBAHASAN
A. Apa itu demokrasi
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak
setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi
mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara langsung atau melalui perwakilan
dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup
kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan
politik secara bebas dan setara. Demokrasi juga merupakan seperangkat gagasan dan
prinsip tentang kebebasan beserta praktik dan prosedurnya. Demokrasi mengandung
makna penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia.
B. Nilai nilai demokrasi
Henry B. Mayo telah mencoba untuk memerinci nilai-nilai ini, dengan catatan tentu
saja tidak berarti bahwa setiap masyarakat demokratis semua nilai-nilai ini, melainkan
tergantung kepada perkembangan sejarah, aspirasi dan budaya politik masing-masing.
Berikut adalah nilai-nilai yang diutarakan Henry B. Mayo.
1. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga.
2. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dan dalam suatu masyarakat
yang sedang berubah.
3. Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur.
4. Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum.
5. Mengakui dan menganggap wajar adanya keanekaragaman.
6. Menjamin tegaknya keadilan.
Menurut Srijanti et al. (2011:53), untuk menumbuhkan keyakinan akan baiknya sistem
demokrasi, maka harus ada pola perilaku yang menjadi tuntunan atau norma/nilai-nilai
demokrasi yang diyakini masyarakat. Nilai-nilai dari demokrasi membutuhkan hal-hal
berikut:
1. kesadaran akan pluralism;
2. sikap yang jujur dan pikiran yang sehat;
3. demokrasi membutuhkan kerja sama antarwarga masyarakat dan sikap serta itikad
baik;
4. demokrasi membutuhkan sikap kedewasaan; dan
5. demokrasi membutuhkan pertimbangan moral.
C. Prinsip dan parameter demokrasi
Suatu negara atau pemerintahan dikatakan demokratis apabila dalam sistem
pemerintahannya mewujudkan prinsip-prinsip demokrasi. Menurut Robert A. Dahl
terdapat tujuh prinsip demokrasi yang harus ada dalam sistem pemerintahan, yaitu:
1. adanya kontrol atau kendali atas keputusan pemerintahan;
2. adanya pemilihan yang teliti dan jujur;
3. adanya hak memilih dan dipilih;
4. adanya kebebasan menyatakan pendapat tanpa ancaman;
5. adanya kebebasan mengakses informasi; dan
6. adanya kebebasan berserikat yang terbuka.
Menurut Srijanti et al. (2011:56), di Indonesia, prinsip-prinsip negara demokratis telah
dilakukan, walaupun masih ada beberapa kelemahan dalam pelaksanaannya. Untuk
mengukur seberapa jauh kadar demokrasi sebuah negara, diperlukan suatu ukuran atau
parameter. Parameter untuk mengukur demokrasi dapat dilihat dari empat hal, yaitu:
1. pembentukan pemerintahan melalui pemilu;
2. sistem pertanggungjawaban pemerintahan;
3. pengaturan sistem dan distribusi kekuasaan negara; dan

6
4. pengawasan oleh rakyat.
D. Esensi dan urgensi demokrasi
a. Kehidupan Demokratis yang Harus Dikembangkan
Demokrasi itu selain memiliki sifat yang universal, yakni diakui oleh seluruh
bangsa-bangsa yang beradab di seluruh dunia, juga memiliki sifat yang khas dari
masing-masing negara. Sifat khas demokrasi di setiap negara biasanya tergantung
ideologi masing-masing. Demokrasi kita pun selain memiliki sifat yang universal,
juga memiliki sifat khas sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang berdasarkan
Pancasila.
Sebagai demokrasi yang berakar pada budaya bangsa, kehidupan demokratis yang
kita kembangkan harus mengacu pada landasan idiil Pancasila dan landasan
konstitusional UD NRI Tahun 1945. Berikut ini diketengahkan “Sepuluh Pilar
Demokrasi Pancasila” yang dipesankan oleh para pembentuk negara RI,
sebagaimana diletakkan di dalam UUD NRI Tahun 1945 (Sanusi, 1998).
Pilar-pilar demokrasi Pancasila dan maksud esensinya dapat dijelaskan sebagai
berikut.
1. Demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, maksud esensinya
adalah Seluk beluk sistem serta perilaku dalam menyelenggarakan
kenegaraan RI harus taat asas, konsisten, atau sesuai dengan nilai-nilai dan
kaidah-kaidah dasar Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Demokrasi dengan kecerdasan, maksud esensinya adalah Mengatur dan
menyelenggarakan demokrasi menurut UUD 1945 itu bukan dengan
kekuatan naluri, kekuatan otot, atau kekuatan massa semata-mata.
Pelaksanaan demokrasi itu justru lebih menuntut kecerdasan rohaniah,
kecerdasan aqliyah, kecerdasan rasional, dan kecerdasan emosional.
3. Demokrasi yang berkedaulatan rakyat, maksud esensinya adalah Kekuasaan
tertinggi ada di tangan rakyat. Secara prinsip, rakyatlah yang
memiliki/memegang kedaulatan itu. Dalam batas-batas tertentu kedaulatan
rakyat itu dipercayakan kepada wakil-wakil rakyat di MPR (DPR/DPD) dan
DPRD.
4. Demokrasi dengan Rule of Law, maksud esensinya adalah Kekuasaan negara
RI itu harus mengandung, melindungi, serta mengembangkan kebenaran
hukum (legal truth) bukan demokrasi ugal-ugalan, demokrasi dagelan, atau
demokrasi manipulatif. Kekuasaan negara itu memberikan keadilan hukum
(legal justice) bukan demokrasi yang terbatas pada keadilan formal dan pura-
pura. Kekuasaan negara itu menjamin kepastian hukum (legal security)
bukan demokrasi yang membiarkan kesemrawutan atau anarki. Kekuasaan
negara itu mengembangkan manfaat atau kepentingan hukum (legal interest),
seperti kedamaian dan pembangunan, bukan demokrasi yang justru
memopulerkan fitnah dan hujatan atau menciptakan perpecahan,
permusuhan, dan kerusakan.
5. Demokrasi dengan pembagian kekuasaan, maksud esensinya adalah
Demokrasi menurut UUD 1945 bukan saja mengakui kekuasaan negara RI
yang tidak tak terbatas secara hukum, melainkan juga demokrasi itu
dikuatkan dengan pembagian kekuasaan negara dan diserahkan kepada
badan-badan negara yang bertanggung jawab. Jadi, demokrasi menurut UUD
1945 mengenal semacam division and separation of power, dengan check
and balance.
6. Demokrasi dengan hak asasi manusia, maksud esensinya adalah Demokrasi
menurut UUD 1945 mengakui hak asasi manusia yang tujuannya bukan saja

7
menghormati hak-hak asasi tersebut, melainkan terlebih-lebih untuk
meningkatkan martabat dan derajat manusia seutuhnya.
7. Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka, maksud esensinya adalah
Demokrasi menurut UUD 1945 menghendaki diberlakukannya sistem
pengadilan yang merdeka (independen) yang memberi peluang seluas-
luasnya kepada semua pihak yang berkepentingan untuk mencari dan
menemukan hukum yang seadil-adilnya. Di muka pengadilan yang merdeka,
penggugat dengan pengacaranya, penuntut umum dan terdakwa dengan
pengacaranya mempunyai hak yang sama untuk mengajukan konsiderans,
dalil-dalil, fakta-fakta, saksi, alat pembuktian, dan petitumnya.
8. Demokrasi dengan otonomi daerah, maksud esensinya adalah Otonomi
daerah merupakan pembatasan terhadap kekuasaan negara, khususnya
kekuasaan legislatif dan eksekutif di tingkat pusat, dan lebih khusus lagi
pembatasan atas kekuasaan Presiden. UUD 1945 secara jelas memerintahkan
dibentuknya daereah-daerah otonom besar dan kecil, yang ditafsirkan daerah
otonom I dan II. Dengan Peraturan Pemerintah daerah-daerah otonom itu
dibangun dan disiapkan untuk mampu mengatur dan menyelenggarakan
urusanurusan pemerintahan sebagai urusan rumah tangganya sendiri yang
diserahkan oleh Pemerintah Pusat kepadanya.
9. Demokrasi dengan kemakmuran, maksud esensinya adalah Demokrasi tu
bukan hanya soal kebebasan dan hak, bukan hanya soal kewajiban dan
tanggung jawab, bukan pula hanya soal mengorganisir kedaulatan rakyat
atau pembagian kekuasaan kenegaraan. Demokrasi itu bukan pula hanya soal
otonomi daerah dan keadilan hukum. Sebab bersamaan dengan itu semua,
jika dipertanyakan “where is the beef ?”, demokrasi menurut UUD 1945 itu
ternyata ditujukan untuk membangun negara kemakmuran (Welvaarts Staat)
oleh dan untuk sebesar-besarnya rakyat Indonesia.
10. Demokrasi yang berkeadilan sosial, maksud esensinya adalah Demokrasi
menurut UUD 1945 menggariskan keadilan sosial di antara berbagai
kelompok, golongan, dan lapisan masyarakat. Tidak ada golongan, lapisan,
kelompok, satuan, atau organisasi yang menjadi anak emas, yang diberi
berbagai keistimewaan atau hak-hak khusus.
b. Pentingnya Kehidupan yang Demokratis
Pada hakikatnya sebuah negara dapat disebut sebagai negara yang demokratis,
apabila di dalam pemerintahan tersebut rakyat memiliki kesempatan untuk
berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, memiliki persamaan di muka hukum,
dan memperoleh pendapatan yang layak karena terjadi distribusi pendapatan yang
adil. Berikut ini adalah uraian dari masing-masing pernyataan tersebut.
A. Partisipasi dalam Pembuatan Keputusan
Dalam negara yang menganut sistem pemerintahan, demokrasi kekuasaan
tertinggi berada di tangan rakyat dan pemerintahan dijalankan berdasarkan
kehendak rakyat. Aspirasi dan kemauan rakyat harus dipenuhi dan
pemerintahan dijalankan berdasarkan konstitusi yang merupakan arah dan
pedoman dalam melaksanakan hidup bernegara. Para pembuat kebijakan
memperhatikan seluruh aspirasi rakyat yang berkembang. Kebijakan yang
dikeluarkan harus dapat mewakili berbagai keinginan masyarakat yang
beragam. Sebagai contoh ketika masyarakat kota tertentu resah dengan semakin
tercemarnya udara oleh asap rokok yang berasal dari para perokok, maka
pemerintah kota mengeluarkan peraturan daerah tentang larangan merokok di
tempat umum.

8
B. Persamaan Kedudukan di Depan Hukum
Seiring dengan adanya tuntutan agar pemerintah harus berjalan baik dan dapat
mengayomi rakyat dibutuhkan adanya hukum. Hukum itu mengatur bagaimana
seharusnya penguasa bertindak, bagaimana hak dan kewajiban dari penguasa
dan juga rakyatnya. Semua rakyat memiliki kedudukan yang sama di depan
hukum. Artinya, hukum harus dijalankan secara adil dan benar. Hukum tidak
boleh pandang bulu. Siapa saja yang bersalah dihukum sesuai ketentuan yang
berlaku. Untuk menciptakan hal itu harus ditunjang dengan adanya aparat
penegak hukum yang tegas dan bijaksana, bebas dari pengaruh pemerintahan
yang berkuasa, dan berani menghukum siapa saja yang bersalah.
C. Distribusi Pendapatan Secara Adil
Dalam negara demokrasi, semua bidang dijalankan dengan berdasarkan prinsip
keadilan bersama dan tidak berat sebelah, termasuk di dalam bidang ekonomi.
Semua warga negara berhak memperoleh pendapatan yang layak. Pemerintah
wajib memberikan bantuan kepada fakir dan miskin yang berpendapatan
rendah. Akhirakhir ini Pemerintah menjalankan program pemberian bantuan
tunai langsung, hal tersebut dilakukan dalam upaya membantu langsung para
fakir miskin. Pada kesempatan lain, Pemerintah terus giat membuka lapangan
kerja agar masyarakat bisa memperoleh penghasilan. Dengan program-program
tersebut diharapkan terjadi distribusi pendapatan yang adil di antara warga
negara Indonesia. Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa kehidupan
demokratis penting dikembangkan dalam berbagai kehidupan, karena
seandainya kehidupan yang demokratis tidak terlaksana, maka asas kedaulatan
rakyat tidak berjalan, tidak ada jaminan hak-hak asasi manusia, tidak ada
persamaan di depan hukum. Jika demikian, tampaknya kita akan semakin jauh
dari tujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
c. Penerapan Demokrasi dalam Pemilihan Pemimpin Politik dan Pejabat Negara
Seorang wanita tua menghadap Sultan Sulaiman al-Qanuni untuk mengadu bahwa
tentara sultan mencuri ternak dombanya ketika dia sedang tidur. Setelah mendengar
pengaduan itu, Sultan Sulaiman berkata kepada Wanita itu, “Seharusnya kamu
menjaga ternakmu dan jangan tidur”. Mendengar perkataan tersebut wanita tua itu
mejawab, “Saya mengira baginda menjaga dan melindungi kami sehingga aku tidur
dengan aman” (Hikmah Dalam Humor, Kisah, dan Pepatah, 1998).
Kisah di atas menunjukkan contoh pemimpin yang lemah, yakni pemimpin yang
tidak mampu melindungi rakyatnya. Seorang pemimpin memang harus yang
memiliki kemampuan memadai, sehingga ia mampu melindungi dan mengayomi
rakyatnya dengan baik. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus memenuhi
syaratsyarat tertentu. Berdasarkan sistem demokrasi yang kita anut seorang
pemimpin itu harus beriman dan bertawa, bermoral, berilmu, terampil, dan
demokratis.
A. Karakter Seorang Pemimpin yang Beriman dan Bertaqwa
Sikap terbaik jika memperoleh kepercayaan adalah mensyukurinya, sebab selain
tidak banyak orang yang memperoleh kepercayaan seperti itu, juga pada
hakikatnya merupakan nikmat dari Tuhan. Salah satu cara untuk bersyukur
adalah selalu ingat akan tugas kepemimpinan yang diembannya, yakni
memimpin umat mencapai tujuan dengan ridha Tuhan. Apabila ia beriman dan
bertakwa maka tugas-tugas kepemimpinannya itu akan disyukuri sebagai
amanah dan sebagai kewajiban mulia agar mampu dilaksanakan dengan baik.
B. Bermoral

9
Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. Istilah lain untuk moral adalah
akhlak, budi pekerti, susila. Bermoral berarti mempunyai pertimbangan baik
buruk. Pemimpin yang bermoral berarti pemimpin yang berakhlak baik. Bagi
kita yang terpenting adalah mampu mengambil hikmah dari sejumlah kejadian
yang menimpa para pemimpin yang lalim dan tidak bermoral. Sejarah mencatat
semua pemimpin yang zalim dan tidak bermoral tidak mendatangkan
kesejahteraan bagi rakyatnya. Sedang ia sendiri di akhir hayatnya memperoleh
kehinaan dan derita. Amangkurat I, misalnya meninggal di tempat pelarian
dengan amat mengenaskan. Raja Louis XVI raja yang amat “tiran” dari Prancis,
mati digouletin (pisau pemotong hewan) oleh massa, Adolf Hitler seorang
diktator dari Jerman meninggal dengan cara meminum racun. Oleh karena itu,
tidak ada guna dan manfaatnya sama sekali dari seorang pemimpin yang
demikian itu. Jadilah pemimpin yang bermoral, berakhlak, dan berbudi pekerti
luhur yang dapat memberi kemaslahatan bagi rakyat. Syarat lain bagi seorang
pemimpin adalah berilmu, terampil, dan demokratis.

10
PENUTUP
a. Kesimpulan
Demokrasi berasal dari dua kata “demos” yang berarti rakyat dan “cratein” atau
“cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. “Demos cratos” atau “demos cratein”
dalam bahasa Yunani yang berarti demokrasi dalam bahasa Indonesia adalah kedaulatan
rakyat atau kekuasaan berada di tangan rakyat.
Sistem demokrasi dilaksanakan dengan cara yang berbeda-beda antara negara satu
dengan negara lainnya. Hal ini disebabkan oleh sejarah suatu negara tersebut, pandangan
hidup negara tersebut, dan cita-cita dari negara tersebut. Begitu halnya dengan negara
Indonesia, negara Indonesia menggunakan sistem demokrasi yang bersumber dari
Pancasila dan UUD 1945. Demokrasi di negara Indonesia melalui beberapa perkembangan
yang dapat dibagi menjadi empat periode yaitu: periode 1945-1959, periode 1959-1965,
periode 1966-1998, dan periode 1999-sekarang. Pada dasarnya, meskipun sistem
demokrasi di Indonesia telah berkembang hingga dapat dibagi menjadi empat periode,
sistem demokrasi di Indonesia masih juga belum menemui titik cerah. Dari periode
pertama sampai periode sekarang ini, sistem demokrasi di Indonesia masih belum dapat
meminimumkan kelemahan-kelemahannya. Pada periode 1999-sekarang, yang dianggap
menjadi periode kebangkitan di mana pada masa ini peran partai politik kembali menonjol
sehingga iklim demokrasi memperoleh nafas baru, ternyata masih juga memiliki
kelemahan yang cukup mendasar. Secara singkatnya, demokrasi adalah kekuasaan di
tangan rakyat, maka praktik demokrasi tatkala pemilu memang demikian, namun dalam
pelaksanaannya setelah pemilu, banyak kebijakan yang tidak mendasarkan pada
kepentingan rakyat, melainkan lebih kea rah pembagian kekuasaan antara presiden dan
partai politik dalam DPR. Dengan perkataan lain model demokrasi era reformasi, kurang
mendasarkan pada keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia (walfare state).
Demokrasi di Indonesia selulu mengalami perkembangan dan perubahan. Di samping
perkembangan dan perubahan, perlu juga diperhatikan bahwa demokrasi di Indonesia
memiliki banyak tantangan. Tantangan-tantangan ini dapat dihindari ketika seluruh rakyat
Indonesia memiliki kemauan yang tinggi untuk berusaha menanamkan jiwa demokratis,
salah satunya dengan pendidikan demokrasi yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Demokrasi mempunyai arti penting bagi masyarakat yang menggunakannya, sebab
dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi negara
dijamin. Oleh sebab itu, hampir semua pengertian yang diberikan untuk istilah demokrasi
ini selalu memberikan posisi penting bagi rakyat kendati secara operasional implikasinya
di berbagai negara tidak selalu sama. Sekedar untuk menunjukkan betapa rakyat diletakkan
pada posisi penting dalam asas demokrasi.

11
DAFTAR PUSTAKA
http://blog-kumpulan-makalah.blogspot.com/2017/09/makalah-demokrasi-indonesia_27.html
https://www.pegiatliterasi.com/2020/05/esensi-dan-urgensi-demokrasi-pancasila.html

12

Anda mungkin juga menyukai