TESIS
Oleh
077006005/KM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
PEROLEHAN KEMBALI NIKEL DARI KATALIS NIKEL
TERPAKAI (SPENT CATALYST) PASCA PROSES
HIDROGENASI MINYAK SAWIT DENGAN PROSES
PELINDIAN (LEACHING) ASAM SULFAT
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Studi Ilmu Kimia pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
077006005/KM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Judul Tesis : PEROLEHAN KEMBALI NIKEL DARI KATALIS
NIKEL TERPAKAI (SPENT CATALYST) PASCA
PROSES HIDROGENASI MINYAK SAWIT DENGAN
PROSES PELINDIAN (LEACHING) ASAM SULFAT
Nama Mahasiswa : Hasrul Abdi Hasibuan
Nomor Pokok : 077006005
Program Studi : Kimia
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Telah diuji pada
Tanggal : 13 Agustus 2009
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
PERNYATAAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan
Penulis,
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
Adapun judul tesis ini adalah “Perolehan Kembali Nikel dari Katalis Nikel
Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses
Pelindian (Leaching) Asam Sulfat”. Tesis ini salah satu syarat untuk memperoleh
Ayahanda H. Darwin Hasibuan dan Ibunda Hj. Erna Khairani Gultom yang
disampaikan kepada Enni Erwina, Dedi Aswin, Wina Afrina dan Kartika Okta
Purnama yang memberi semangat serta aspirasi sehingga Penulis bisa menyelesaikan
perkuliahan ini.
kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk mengikuti dan
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Direktur Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang dijabat oleh
ucapkan kepada Prof.Dr.Zul Alfian, MSc selaku Pembimbing Utama dan Prof. Dr.
selaku Ketua Program Studi Ilmu Kimia dan penguji tesis, Prof. Seri Bima
Sembiring, MSc dan Dr. Hamonangan Nainggolan, MSc selaku penguji yang banyak
memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan tesis ini. Bapak dan Ibu Dosen
Pascasarjana Ilmu Kimia yang telah mendidik dalam menuntut ilmu yang berguna
sehingga sampai selesainya tesis ini. Pada teman-teman angkatan 2007 memberi
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu,
Hormat Penulis,
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
RIWAYAT HIDUP
anak ke tiga dari empat bersaudara dari pasangan H. Darwin Hasibuan dan Hj. Erna
091621 Perdagangan Tahun 1989 – 1995, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri
1 Bandar Tahun 1995 – 1998 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Bandar
Tahun 1998 – 2001. Sarjana Kimia di Universitas Sumatera Utara Tahun 2001-2005
kemudian resign dan pindah kerja ke PT. Dow AgroSciences Indonesia Tahun 2007-
2008. Saat ini, Penulis bekerja di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang perolehan kembali nikel dari katalis nikel
terpakai (spent catalyst) pasca proses hidrogenasi minyak sawit dengan proses
pelindian (leaching) asam sulfat. Penelitian ini dilakukan dengan cara ekstraksi residu
minyak, rekoveri nikel dari katalis nikel terpakai serta penentuan energi aktivasi
proses pelindian.
Minyak diekstraksi menggunakan alat soklet dan kadar Ni ditentukan
menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasilnya menunjukkan bahwa
katalis nikel terpakai mengandung minyak 51,28%, air 1,83%, dan nikel 11,14%.
Proses pelindian dilakukan dengan memperoleh kembali nikel menggunakan
asam sulfat (H2SO4). Beberapa parameter yang mempengaruhi rekoveri nikel dikaji
seperti temperatur reaksi, konsentrasi asam sulfat (H2SO4), waktu pelindian dan rasio
solid:volume pelarut. Hasil penelitian awal menunjukkan bahwa temperatur reaksi
optimum adalah 80oC. Kemudian optimasi proses dilakukan menggunakan Responce
Surface Methodology (RSM). Dan hasilnya menunjukkan bahwa rekoveri nikel
sebesar 98,66% pada kondisi konsentrasi asam sulfat 6 M, waktu pelindian 3 jam dan
rasio solid:volume pelarut 1:16 (g/mL) dan temperatur reaksi 80oC.
Karakterisasi larutan nikel hasil proses pelindian menunjukkan bahwa larutan
tersebut mengandung Ni 34,58%; Fe 0,028%; Cu 0,032%; Zn 0,039% dan tidak
mengandung Pb dan Cd.
Kata kunci: hidrogenasi, katalis nikel terpakai, minyak sawit, pelindian (leaching)
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
ABSTRACT
Recovery of nickel from spent catalyst after hidrogenation of palm oil using
leaching process sulfuric acid
Recovery of nickel from spent catalyst after hidrogenation of palm oil with
leaching process sulfuric acid was investigated. This study conducted by extraction
oil residue, recovery nickel from spent catalyst and determined for activation energy
of leaching process.
Soxhlet extraction was used to remove oil residue and Atomic Adsorption
Spectrophotometer used for determination of nickel. The result showed that spent
catalyst were contained oil residue 51,28%, water 1,83%, and Ni 11,14%.
In the leaching process, nickel is recovered using H2SO4. And few parameters
affecting nickel recovery has been considered such as temperature, H2SO4 acid
concentration, digestion of time and rasio solid with solvent volume. The result
obtained showed that maximum temperature at 80oC. And Responce Surface
Methodology (RSM) was used to determined the optimation process. And the result
showed that recovery of nickel 98,66% at acid concentration 6 M, time of digestion 3
hr and rasio solid with solvent volume 1:16 (g/mL) at 80oC.
The characterization of nickel solution after leaching process showed that nickel
solution contained Ni 34,58%; Fe 0,028%; Cu 0,032%; Zn 0,039, Pb and Cd not
detected.
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRACT ............................................................................................................ v
DAFTAR ISI......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 3
1.3 Pembatasan Masalah... ............................................................................ 3
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
1.6 Metode Penelitian .................................................................................... 4
1.7 Lokasi Penelitian...................................................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 6
2.1 Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit .................................................... 6
2.2 Hidrogenasi Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit................................ 8
2.3 Katalis Nikel.......................................................................................... 13
2.4 Penentuan Nikel Sebagai Nikel Oksida ................................................ 15
2.5 Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) ............................................... 16
2.6 Proses Rekoveri Nikel dari Katalis Nikel Terpakai .............................. 18
2.7 Pemanfaatan Logam Nikel.................................................................... 19
2.8 Nikel, Kesehatan dan Sifat Racun......................................................... 21
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
2.9 Asam Sulfat........................................................................................... 23
2.10 Aplikasi Metode Responce Surface .................................................... 24
BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN .......................................... 25
3.1 Bahan-bahan......................................................................................... 25
3.2 Alat-alat................................................................................................ 25
3.3 Rancangan Percobaan... ........................................................................ 26
3.4 Set-up dan Prosedur Percobaan............................................................. 28
3.4.1 Analisa Kadar Nikel dalam Katalis Sebelum Proses Hidrogenasi..... 28
3.4.2 Analisa Kadar Nikel dalam Katalis Nikel Terpakai Setelah Ekstraksi
Residu Minyak ................................................................................... 28
3.4.3 Prosedur Ekstraksi Residu Minyak dalam Katalis Nikel Terpakai.... 29
3.4.4 Analisis Kadar Air dalam Katalis Nikel Terpakai ............................. 29
3.4.5 Rekoveri Nikel dari Katalis Nikel Terpakai....................................... 29
3.4.6 Karakterisasi Larutan Nikel Setelah Proses Pelindian ....................... 30
3.5 Pengolahan Data.................................................................................... 30
3.5.1 Optimasi Proses Pelindian ................................................................. 30
3.5.2 Penentuan Energi Aktivasi Proses Pelindian Nikel ........................... 31
3.6 Skema Pengambilan Data ..................................................................... 32
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 35
4.1 Analisa Bahan Baku Katalis Nikel Terpakai ....................................... 35
4.2 Penentuan Centre Point (titik Pusat) untuk Central Composite
Design (CCD) ..................................................................................... 37
4.2.1 Penentuan Nilai Temperatur Optimum... ........................................... 38
4.3 Optimasi Proses Pelindian Katalis Nikel Terpakai Menggunakan
Asam Sulfat........................................................................................... 40
4.3.1 Analisa pengaruh Variabel dan Penentuan Zona Optimum Operasi . 42
4.3.2 Analisa Model Persamaan Optimasi .................................................. 52
4.4 Penentuan Energi Aktivasi Proses Pelindian Nikel dari Katalis
Nikel Terpakai....................................................................................... 53
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
4.5 Karakteristik Produk Larutan Nikel Sulfat ........................................... 55
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 57
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 57
5.2 Saran...................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 59
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
DAFTAR TABEL
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
DAFTAR GAMBAR
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Gambar 1. Katalis Nikel (fresh nickel catalyst). ................................................... 73
Gambar 2. Katalis Nikel Terpakai (spent nickel catalyst) .................................... 73
Gambar 3. Katalis Nikel Terpakai (spent nickel catalyst) Setelah Dihaluskan
Dengan Ukuran 300 mesh.................................................................. 74
Gambar 4. Katalis Nikel Terpakai dengan ukuran 300 mesh dan
dibungkus kertas saring Whatman No.1 ............................................ 74
Gambar 5. Alat Soklet Kapasitas Labu 500 mL ................................................... 75
Gambar 6. Alat Rotari Evaporator ........................................................................ 75
Gambar 7. Labu Evaporator Berisi Minyak Padat Hasil Sokletasi....................... 76
Gambar 8. Katalis Nikel Terpakai Setelah Disokletasi......................................... 76
Gambar 9. Proses Penyaringan Filtrat Dari Diatomaceous Earth ....................... 77
Gambar 10. Larutan Nikel Sulfat .......................................................................... 77
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Perkiraan tahun 2009, produksi CPO Indonesia sebesar 20,7 juta ton dan ekspor CPO
sebesar 15,7 juta ton (www.oilword.biz. 2008). Peningkatan jumlah produksi ini
harus diimbangi dengan diversifikasi produk minyak sawit. Saat ini, diversifikasi
Produk pangan yang telah dikembangkan berbahan dasar minyak sawit adalah
equivalent, dll. Sedangkan produk non pangannya adalah fatty acid, fatty alcohol,
fatty acid methyl ester, sabun, gliserol, dll. Beberapa produk pangan dan non pangan
menggunakan katalis. Katalis yang umum digunakan adalah nikel. Selain itu, nikel
juga telah digunakan dalam beberapa proses lain seperti hidrosulfurisasi, hidroolefin
termasuk proses modifikasi lemak (Miazga. 2008). Pada proses hidrogenasi minyak
sawit dilakukan pemisahan antara produk terhidrogenasi dan katalis nikel terpakai.
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Katalis nikel terpakai (spent nickle catalyst) merupakan sisa hasil proses
hidrogenasi dan umumnya berbentuk padat. Menurut Hui. 1996, pada proses
hidrogenasi minyak dengan kapasitas 200 ton/hari akan dihasilkan katalis nikel
Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi volume limbah katalis nikel
kembali katalis nikel terpakai tidak sebaik dibandingkan dengan katalis nikel baru.
Sehingga katalis terpakai ini harus diganti dan menjadi limbah padat (Dzulkefly.
2002).
Dengan dasar diatas, perolehan kembali (recovery) nikel dari katalis nikel
terpakai perlu dilakukan. Beberapa penelitian telah dilaporkan untuk rekoveri nikel
dari katalis nikel terpakai, diantaranya adalah Al-Mansi. 2002, telah me-rekoveri
nikel dengan menggunakan asam sulfat dengan rekoveri 99%. Abdel-Aal. 2004,
melaporkan rekoveri nikel sebesar 94% dengan menggunakan asam sulfat 50%,
waktu reaksi 150 menit dan temperatur reaksi 85oC. Chandjary. 1993, menggunakan
asam klorida dan diperoleh rekoveri nikel sekitar 18%. Sirajuddin. 2004,
Nikel hasil proses pelindian (leaching) dari katalis nikel terpakai dengan asam
sulfat, asam nitrat dan asam klorida akan diperoleh produk baru yaitu nikel sulfat,
nikel nitrat dan nikel klorida. Namun Mat. 1999, melaporkan bahwa pelarut asam
yang terbaik digunakan adalah asam sulfat karena mampu untuk menghasilkan
rekoveri lebih tinggi dari pelarut asam nitrat maupun asam klorida.
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Jenis-jenis produk tersebut dapat digunakan untuk industri lain seperti industri
keramik, industri cat, industri electroplating untuk pembuatan stainless steel dan
kembali untuk pembuatan katalis nikel untuk proses hidrogenasi minyak sawit.
Plasma (ICP).
kembali nikel dari katalis nikel terpakai dari proses hidrogenasi minyak sawit.
Penelitian ini fokus untuk menentukan kondisi yang optimum untuk rekoveri nikel
menjadi produk larutan nikel sulfat. Kondisi optimum ini ditentukan dengan
konsentrasi asam sulfat, rasio padatan:cairan, temperatur reaksi dan waktu pelarutan.
(SSA).
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
1.3. Pembatasan Masalah
1. Bahan katalis nikel terpakai yang digunakan adalah sisa katalis nikel dari salah
2. Pelarut yang digunakan untuk me-rekoveri nikel dari katalis nikel terpakai adalah
asam sulfat.
nikel dari katalis nikel terpakai menggunakan pelarut asam sulfat (H2SO4). Kondisi
penentuan konsentrasi asam, rasio antara katalis nikel terpakai:volume pelarut dan
waktu pelarutan yang terbaik untuk me-rekoveri nikel dari katalis nikel terpakai.
pelarut H2SO4 untuk memperoleh kembali nikel dari katalis nikel terpakai serta
memberikan informasi pemanfaatan sisa katalis nikel dari proses hidrogenasi pada
digunakan adalah katalis nikel terpakai (spent catalyst) yang diperoleh dari industri
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
proses hidrogenasi minyak sawit. Katalis nikel terpakai dicampur dengan asam sulfat
temperatur reaksi, konsentrasi asam, rasio katalis nikel terpakai:volume pelarut dan
pelindian. Penelitian ini didasarkan pada Mat. 1999 yang telah melaporkan bahwa
penentuan konsentrasi asam, rasio katalis nikel terpakai:volume pelarut dan waktu
proses pelindian optimum dengan variasi tertentu. Penelitian ini dilakukan dengan
Methodology (RSM).
Variasi konsentrasi asam yang digunakan adalah 2M, 4M, 6M, 8M, 10M,
variasi rasio antara katalis nikel terpakai:volume pelarut (g/mL) adalah 1:12, 1:14,
1:16, 1:18, 1:20, dan variasi waktu pelarutan (jam) adalah 1, 2, 3, 4 dan 5. Logam
nikel yang telah diekstraksi dari katalis nikel terpakai ditentukan menggunakan
untuk membuat persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi logam Ni, Fe, Cu, Pb dan
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Cd. Sedangkan untuk menentukan kondisi optimum rekoveri nikel menggunakan
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara – Medan. Analisis kadar
nikel dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan dan Badan Riset Industri dan
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Minyak sawit (CPO) dan minyak inti sawit dihasilkan dari buah kelapa sawit.
Minyak sawit dihasilkan dengan cara ekstraksi bagian mesokarp buah kelapa sawit
sedangkan minyak inti sawit dihasilkan dengan esktraksi bagian inti sawit. Minyak
sawit dan minyak inti sawit mengandung trigliserida dengan komposisi asam lemak
Minyak sawit kasar (CPO) dan minyak inti sawit kasar (CPKO) mengandung
komponen mayor seperti trigliserida serta komponen minor diantaranya asam lemak
bebas, glikolipid, fosfolipid, logam berat (Fe, Cu, dll) (Goh. 1984). Kedua jenis
produk ini tidak dapat langsung dikonsumsi, sehingga diperlukan suatu proses untuk
Minyak sawit dan minyak inti sawit dapat difraksinasi berdasarkan fraksi
padat dan fraksi cairnya. Fraksinasi minyak sawit menghasilkan fraksi olein (palm
olein) dan fraksi stearin (palm stearin) sedangkan minyak inti sawit difraksionasi
menghasilkan fraksi olein (palm kernel olein) dan fraksi stearin (palm kernel stearin).
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Karakteristik dari produk turunan minyak sawit dan minyak inti sawit
ditunjukkan pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2. Karakteristik produk turunan minyak sawit
dan minyak inti sawit dapat dimanfaatkan untuk membuat produk pangan dan non
pangan. Salah satu proses yang digunakan untuk memodifikasi produk turunan
minyak sawit dan minyak inti sawit adalah dengan cara hidrogenasi. Dengan proses
hidrogenasi minyak sawit dan minyak inti sawit dapat dihasilkan produk sebagai
bahan baku pembuatan shortening, margarin dan oleokimia seperti fatty acid, fatty
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Tabel 2.2. Karakteristik Produk Minyak Inti Sawit
Palm Kernel Oil Palm Kernel Olein Palm Kernel Stearin
Jumlah sample 118 52 49
Komposisi asam lemak Rata-rata Kisaran Rata-rata Kisaran Rata-rata Kisaran
(%w/w)
C6:0 0,3 0,1-0,5 0,3 0,2-0,4 0,1 0-0,1
C8:0 4,2 3,4-5,9 4,3 3,6-5,0 1,9 1,5-2,3
C10:0 3,7 3,3-4,4 3,6 3,2-4,5 2,7 2,5-2,9
C12:0 48,7 46,3-51,1 44,7 42,1-46,3 56,6 54,8-58,2
C14:0 15,6 14,3-16,8 14 12,3-15,5 22,4 21,1-24,1
C16:0 7,5 6,5-8,9 8,3 7,4-10,6 8 7,2-8,6
C18:0 1,8 1,6-2,6 2,3 1,8-2,7 1,8 1,3-2,2
C18:1 14,8 13,2-16,4 19,2 14,6-21,3 5,6 4,6-6,8
C18:2 2,6 2,2-3,4 3,3 2,6-3,8 0,8 0,6-1,1
C20:0 ND ND 0,1 0-0,2 0,1 0-0,2
Bilangan iod (Wijs) 17,9 16,2-19,2 23 20,6-25,3 7 5,8-8,1
Sumber: Tang. 1995 dalam Basiron.2004
Keterangan : ND = no detection (tidak terdeteksi)
2002 dan Ketaren. 2005). Proses hidrogenasi dikembangkan oleh W. Norman 1902,
dengan mengkonversikan minyak cair menjadi bentuk semi padat yang digunakan
untuk shortening, margarin dan cocoa butter subtitutte (CBS), fatty acid, fatty
alcohol, dll. Mekanisme reaksi hidrogenasi dijelaskan oleh Dijsktra. 1997, yaitu dua
atom hidrogen ditambahkan kedalam ikatan rangkap dua seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.1.
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
k1
D + H Æ DH (1)
k2
DH Æ D + H(lambat) (2)
k3
DH + H Æ M(relatif cepat) (3)
k4
M + H Æ MH (4)
k5
MH Æ M + H(pembentuan trans) (5)
k6
MH + H Æ S(lambat) (6)
minyak, hidrogen dan katalis. Reaksi ini dipengaruhi oleh permukaan katalis dimana
minyak dan molekul gas diserap oleh permukaan katalis. Variabel yang
pengadukan, tekanan hidrogen dalam reaktor, jumlah katalis, jenis katalis, kemurnian
gas, sumber bahan baku dan kualitas bahan baku (Dijsktra. 1997). Faktor-faktor ini
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
a. Temperatur hidrogenasi. Reaksi hidrogenasi lebih cepat dengan
lemak berkisar antara 0,8-4 atm (10-60 psi). Pada tekanan rendah gas
e. Jenis katalis. Katalis dipilih sesuai dengan pengaruhnya pada laju reaksi,
tergantung pada bagian yang aktif pada proses hidrogenasi. Bagian yang aktif
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
menghasilkan produk dengan stabilitas oksidasi yang baik dan memiliki titik
leleh rendah.
reaksi asam lemak bebas dengan katalis. Umumnya hidrogenasi minyak dan
tak jenuh. Minyak dengan kandungan asam linoleat atau linolenat tinggi akan
Pada dasarnya, proses ini sangat sederhana seperti yang ditunjukkan sebagai berikut:
k1 k2 k3
Asam linolenat Æ Asam linoleat Æ Asam Oleat Æ Asam stearat
(C18:3) (C18:2) (C18:1) (C18:0)
Proses hidrogenasi minyak dan lemak akan merubah sifat fisiko-kimia minyak
dan lemak seperti isomerisasi geometri, posisi isomerisasi, konjugasi dan hidrogenasi.
1. Hidrogenasi ikatan rangkap dua dalam rantai asam lemak tak jenuh
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
C=C Æ C-C
H H CH2 H
C=C Æ C=C
3. Konjugasi, pembentukan sistem terkonjugasi ikatan tak jenuh lebih dari satu
4. Isomerisasi posisional yaitu perubahan dari ikatan tak jenuh dalam asam
meningkatkan nilai tambah bagi minyak. Dari segi kualitas, proses hidrogenasi akan
merubah titik leleh dan kandungan lemak padat menjadi lebih tinggi, sedangkan
bilangan iodin semakin rendah. Proses hidrogenasi dari minyak dan lemak dapat
dilakukan secara parsial dan total. Hidrogenasi sebagian adalah proses yang merubah
sebagian asam lemak tak jenuh menjadi asam lemak jenuh, dan berpotensi
menghasilkan asam lemak trans. Sedangkan hidrogenasi total adalah proses yang
merubah seluruh asam lemak tidak jenuh menjadi asam lemak jenuh (Basiron. 2000).
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Proses hidrogenasi minyak sawit dilakukan dengan memanaskan minyak pada
suhu 110oC-180oC dalam keadaan vakum. Setelah suhunya tercapai katalis nikel
ditambahkan sebesar 0,2% dari berat minyak. Bila minyak sulit untuk dihidrogenasi
kedalam reaktor dan diaduk. Proses pengadukan dilakukan selama 2-8 jam.
Minyak dan
lemak
Katalis nikel
ditambahkan
Katalis
disaring
Minyak
terhidrogenasi
dari katalis dengan cara penyaringan. Katalis hasil penyaringan disebut katalis nikel
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
terpakai (spent catalyst). Skema proses hidrogenasi ditunjukkan pada Gambar 2.2
(Basiron. 2000).
Katalis nikel sangat dikenal dalam proses industri. Nikel telah banyak
Komposisi katalis nikel tergantung daripada reaksi yang terjadi sebagai contoh untuk
reaksi hidroalkilasi, katalis nikel mengandung logam lain seperti tungsten. Katalis
nikel umumnya memiliki aktifitas yang tinggi tetapi karena sering digunakan
Nikel juga telah digunakan dalam proses hidrogenasi minyak dan lemak.
menghasilkan beberapa asam lemak trans. Perusahaan katalis Raney pertama kali
bentuk serbuk. Campuran dijual dalam bentuk serbuk dan diaktifkan oleh pengguna.
Namun karena adanya pengaruh logam nikel terhadap lingkungan, campuran nikel
monoena dengan Ni3S2 dan hidrogenasi triena menjadi monoena dengan tembaga.
Tembaga lebih stabil untuk minyak yang mengandung asam linolenat yang lebih
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
rendah. Dari Tabel 2.3 juga ditunjukkan bahwa katalis nikel merupakan katalis
terbaik karena dapat digunakan berulang kali (Blictz dan Grosch. 1987).
besar. Pengaruhnya adalah menghambat aktifitas nikel dalam proses hidrogenasi dan
menghasilkan produk dengan jumlah asam lemak trans yang besar (Hui. 1996).
Nikel Raney
Nikel Raney adalah sejenis katalis padat yang terdiri dari butiran halus aloi
dikembangkan pada tahun 1926 oleh insinyur Amerika Murray Raney sebagai katalis
alternatif untuk hidrogenasi minyak nabati pada berbagai proses industri. Saat ini,
nikel Raney digunakan sebagai katalis heterogen pada berbagai macam sintesis
dua atom nikel untuk setiap atom aluminium. Aluminium membantu menjaga stuktur
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
2.4. Penentuan Logam Nikel Sebagai Nikel Oksida
Logam nikel dapat ditentukan kadarnya sebagai nikel oksida. Caranya yaitu
panaskan larutan nikel di dalam porselen dengan air bromin dan kalium hidroksida
dan nikel akan mengendapkan sebagai nikel hidroksida (NiOH) yang berwarna
coklat. Endapan disaring, dicuci dan didekantasi dengan air panas, dikeringkan dan
1961).
Katalis yang digunakan dalam hidrogenasi minyak dan lemak akan menjadi
limbah dan disebut katalis terpakai. Umumnya katalis yang digunakan adalah nikel
karena memiliki luas area permukaan yang besar dan digunakan dalam bentuk
serpihan dan granula. Katalis nikel terpakai dihilangkan dari minyak terhidrogenasi
menggunakan metode penyaringan atau dengan filter press. Katalis nikel terpakai
yang mengandung nikel, material lain dan residu minyak atau lemak disaring untuk
Nasir. 2001, melaporkan bahwa katalis nikel terpakai yang berasal dari perusahaan
Jahan Vegetable Oil. Co, Iran mengandung material seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 2.4.
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Tabel 2.4. Komposisi Katalis Nikel Terpakai Produksi Jahan Vegetable Oil. Co, Iran
(3 sampel)
industri oleokimia berbahan dasar minyak sawit dan minyak inti sawit mengandung
Sedangkan logam lain seperti Fe, K, Na, Al, Zn, Cu, Cr dan Mn sebesar < 0,1%.
Idris, J dan Hamid (2008) melaporkan hasil difraksi sinar X katalis nikel terpakai
yang dihasilkan industri rafinasi minyak sawit dan katalis nikel terpakai mengandung
yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan stainless steel. Untuk mensuplai
bahan dasar nikel, Hanna melakukan modifikasi untuk umpan produksi dengan
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Ada dua cara untuk me- recycle katalis nikel terpakai yaitu piroproses dan
Halterom. Proses ini dilakukan dengan oksidasi katalis nikel terpakai pada temperatur
tinggi dan proses pemisahan nikel. Hidroproses dilakukan berdasarkan kelarutan dari
komponen nikel dalam pelarut asam. Namun saat ini kedua metode tersebut telah
Katalis nikel terpakai dapat diklasifikasikan sebagai limbah padat dan dapat
membuang katalis nikel terpakai di dalam tanah (land fill). Dengan adanya perhatian
terhadap lingkungan, katalis nikel terpakai digunakan kembali (recycling) atau diubah
bentuknya menjadi produk garam nikel lain. Pelarut untuk mengekstraksi bahan-
bahan organik dalam komponen katalis nikel terpakai yang paling efektif adalah
digunakan. Dengan cara pembakaran dapat diuraikan bahan-bahan organik dan residu
karbon teroksidasi. Abu dari hasil pembakaran mengandung nikel oksida dan silika.
Energi yang digunakan dalam metode ini disesuaikan dengan kandungan panas
katalis nikel terpakai. Katalis nikel terpakai yang dihasilkan sangat terbatas
terpakai termasuk fraksi organik dapat dihasilkan teknologi baru untuk menghasilkan
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
2.6. Proses Rekoveri Nikel dari Katalis Nikel Terpakai
Katalis nikel terpakai masih mengandung minyak dan lemak. Minyak dan
lemak dapat di-rekoveri dari katalis nikel terpakai menggunakan pelarut organik
seperti heksan. Proses pemisahan yang telah digunakan untuk mengekstraksi garam
lebih murah.
3. Elektrodialisis
4. Penukar ion. Cara ini menghasilkan randemen ekstraksi garam nikel sebesar
97%.
melarutkan nikel menggunakan asam sulfat, asam nitrat dan asam klorida. Invascan
dan Roman. 1975, melaporkan rekoveri nikel dari katalis nikel terpakai digunakan di
pabrik amonia dengan cara pelarutan menggunakan asam sulfat. Rekoveri nikel
sebagai NiSO4 sebesar 99%. Almansi dan Abdel Monem. 2002, juga melaporkan
proses pelarutan nikel dengan asam sulfat menghasilkan rekoveri sebesar 99%.
terpakai dengan cara pengendapan dan nikel hidroksida akan terbentuk, pelarut yang
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
asam sulfat. Chaudray. 1993, melaporkan proses pelarutan katalis nikel terpakai
menggunakan asam klorida menghasilkan nikel sebesar 17,7% dan rekoveri 73%
dengan konsentrasi HCl 28,8% pada 80oC. Reaksi antara nikel dengan asam sulfat,
asam nitrat dan asam klorida ditunjukkan di bawah ini (Miazga. 2008).
Nikel banyak dimanfaatkan dalam berbagai bentuk baik sebagai unsur tunggal
maupun dalam bentuk senyawa. Beberapa bentuk senyawa nikel yang telah
dihasilkan seperti Ni oksida, nikel nitrat, nikel sulfat dan nikel florida.
Nikel oksida. Senyawa ini digunakan sebagai katalis pada proses hidrogenasi.
Níkel nitrat. Digunakan dalam industri keramik sebagai pewarna coklat dan bahan
Nikel sulfat. Produk ini dihasilkan dengan cara melarutkan nikel atau nikel oksida
dengan asam sulfat. Produksi nikel sulfat tahun 2005, kira-kira sebesar 10 juta Kg.
Kegunaan nikel sulfat adalah sebagai bahan baku elektroplating untuk menghasilkan
nikel dan digunakan dalam pembuatan stainless steel. Karakteristik nikel sulfat
nikel karbonat dan dapat digunakan sebagai katalis dan pewarna. Penambahan
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
ammonium sulfat pada nikel sulfat menghasilkan produk Ni(NH4)2SO4.6H2O dan
pengkalibrasi.
Nikel klorida. Bahan ini sering digunakan sebagai bahan untuk sintesis organik
diantaranya:
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
d. Sebagai prekursor bagi nikel borida dengan cara reaksi in situ nikel klorida
dan NaBH4
nitro
f. Sebagai katalis untuk pembuatan dialkil arilfosfonat dari fosfit dan aril iodida
(ArI)
Nikel adalah logam putih perak yang keras. Nikel bersifat liat, dapat ditempa
dan sangat kukuh. Logam ini melebur pada 1455oC dan bersifat sedikit maknetis.
Garam-garam nikel (II) yang stabil, diturunkan dari nikel (II) oksida, NiO yang
Nikel merupakan unsur yang penting dan merupakan komoditas utama, tetapi
nikel dalam bentuk senyawanya dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan dapat
menyebabkan peradangan pada lambung. Jenis – jenis senyawa nikel seperti nikel
sulfat, nikel sulfida dan nikel oksida dapat menimbulkan peradangan pada paru-paru,
gusi dan kanker. Peradangan dapat berkembang pada hewan pengerat secara kronis
jika keracunan nikel dalam bentuk abu nikel, NiO2 atau NiO. Nikel dan
Agency for Research on Cancer (IARC). (Morgan. 1994 dan IARC. 1990).
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Zhang. 2003, melaporkan bahwa nikel dalam bentuk ultrafine nikel lebih
demikian nikel merupakan logam berat yang beracun bagi manusia (Anonim. 2008).
Senyawa nikel dapat ditemui di dalam teh dan coklat. Umumnya coklat yang berasal
dari cocoa butter substitute mengandung logam nikel karena pada proses
pembuatannya digunakan katalis nikel. Jika coklat dan teh mengandung nikel dalam
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
2.9. Asam Sulfat
Asam sulfat mempunyai rumus kimia H2SO4 yang merupakan asam mineral
(anorganik) kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat
adalah pada proses bijih mineral, sintesis kimia, proses air limbah dan pengilangan
minyak.
Reaksi hidrasi (pelarutan dalam air) dari asam sulfat adalah reaksi eksoterm
yang kuat. Jika air ditambah ke dalam asam sulfat pekat akan terjadi pendidihan.
Sehingga cara yang dilakukan adalah penambahan asam ke dalam air dan bukan
sebaliknya. Hal ini terjadi disebabkan oleh perbedaan isi padu kedua cairan. Air
kurang padu dibanding asam sulfat dan cenderung untuk terapung di atas asam.
Asam sulfat memiliki sifat mengeringkan sehingga asam sulfat merupakan agen
kering (www.wikipedia.com).
ini dimaksudkan untuk mendesain rancangan percobaan yang akan dilakukan guna
memperoleh nilai optimum dari variabel operasi (proses) yang digunakan (Iriawan.
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
2006). Nilai optimum yang diperoleh dapat berupa titik maupun daerah (zona)
tertentu. Hal ini memberi keluasan dalam menentukan suatu kondisi operasi yang
akan digunakan berkaitan dengan keterbatasan alat (fasilitas) dan ketersediaan bahan
yang digunakan.
Penggunaan metoda ini memiliki keunggulan dalam hal reduksi jumlah run
percobaan yang dilakukan. Dengan jumlah run percobaan yang lebih sedikit dapat
memberikan hasil yang sama dengan metoda lain yang jumlah run percobaannya jauh
lebih banyak.
sebagai berikut:
Y = β1 + β2χ1 + β3χ2 + β4χ3 + β5χ1 χ2+ β6χ2 χ3 + β7χ1χ3+ β8χ12 + β9χ22 +β10χ32 +ε
Dimana :
diagonal
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
BAB III
3.1. Bahan-bahan
d. N-heksan p.a.E.Merck
f. Akuades
3.2. Alat-alat
e. Rotarievaporator Buchi
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
3.3. Rancangan Percobaan
Dalam hal ini, percobaan didasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Mat.
reaksi pada konsentrasi asam dan rasio katalis nikel terpakai:volume pelarut yang
tetap. Variasi suhu yang digunakan adalah 60, 70, 80 dan 90 sedangkan variasi waktu
energi aktivasi melangsungkan reaksi pelindian dalam sebuah gelas erlenmeyer yang
menentukan kondisi optimum proses pelindian nikel dari katalis nikel terpakai
b. Waktu reaksi
(Iriawan. 2006). Level terkode percobaan disajikan pada Table 3.1 dan Tabel 3.2.
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Tabel 3.1. Perlakuan Terkode Untuk Proses Pelindian Nikel
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
3.4. Set-up dan Prosedur Percobaan
(Dzulkifley. 2002)
d. dilarutkan dengan akuades hingga tanda batas labu takar dan dianalisa
3.4.2. Analisa Kadar Nikel dalam Katalis Nikel Terpakai Sebelum dan Setelah
mL
d. dilarutkan dengan akuades hingga tanda batas labu takar dan dianalisa
e. Prosedur yang sama dilakukan terhadap katalis nikel terpakai setelah ekstraksi
minyak
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
3.4.3. Prosedur Ekstraksi Residu Minyak dalam Katalis Nikel Terpakai
d. setelah waktu tercapai, campuran antara minyak dan heksan diuapkan dengan
3.4.4. Analisis Kadar Air Dalam Katalis Nikel Terpakai (Mat. 1999)
b. dimasukkan ke dalam oven dan di keringkan pada suhu 110oC selama 2 jam
dengan volume 250 mL yang dilengkapi dengan pengaduk magnetis dan termometer.
Pengadukan dilakukan dan diatur pada kecepatan konstan (300 rpm) selama
percobaan.
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Mula-mula labu erlenmeyer diisi dengan sejumlah katalis nikel terpakai yang
dengan termometer agar mudah untuk mengontrol suhunya dan berguna untuk
Pada waktu dan suhu yang telah ditentukan campuran reaksi disaring
menggunakan kertas saring. Filtrat diukur volumenya, diencerkan dan dianalisa kadar
pengaruh konsentrasi asam sulfat, rasio katalis nikel terpakai terhadap pelarut asam
(g/mL) dan waktu reaksi pada proses pelindian katalis nikel terpakai menggunakan
asam sulfat. Pengaruh konsentrasi asam sulfat, rasio katalis nikel terpakai terhadap
pelarut asam dan waktu reaksi dianalisa menggunakan multiple regression untuk
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Y = β1 + β2χ1 + β3χ2 + β4χ3 + β5χ1 χ2+ β6χ2 χ3 + β7χ1χ3+ β8χ12 + β9χ22 +β10χ32 +ε
Dimana :
diagonal
konstanta regresi.
Proses pelindian nikel dari katalis nikel terpakai menggunakan asam sulfat
ln k = ln A – E/RT
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
3.6. Skema Pengambilan Data
disaring
Filtrat Residu
100 mL
Hasil
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
100
50 ggkatalis
katalisnikel
nikel
terpakai
disaring
Filtrat Residu
dievaporasi
Minyak n-heksana
Hasil
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
1 g katalis nikel
terpakai*
ditambah 14 mL H2SO4 2M
disaring
Filtrat Residu
dihitung % rekoveri
Hasil
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
BAB IV
Analisa terhadap bahan baku katalis nikel terpakai meliputi analisa kadar
minyak, kadar air dan kadar nikel. Selain itu, ditentukan juga kadar nikel dalam
persamaan kurva kalibrasi seperti ditunjukkan pada Lampiran (Tabel 1-6). Hasil
Katalis Nikel
Parameter Terpakai
Kadar Nikel, % 11,14 ± 0,03
Kadar Air, % 1,83 ± 0,08
Kadar Minyak, % 51,28 ± 1,19
Keterangan: ± : standar deviasi dari 2 kali pengulangan
Katalis Nikel
Parameter Baru
Kadar Nikel, % 22,28 ± 0,03
Keterangan: ± : standar deviasi dari 2 kali pengulangan
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Tabel 4.3. Komposisi Katalis Nikel Baru
Komponen % (Berat Kering)
Nikel 5-20%
Nikel Oksida 10-20%
Diatomaceus earth 10-20%
Trigliserida 50-60%
Metal Oksida <5%
Sumber : Mat. 1999
a. Kadar Nikel
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kadar nikel dalam katalis nikel terpakai
sebesar 11,14%. Kadar nikel ini merupakan setengahnya dari katalis nikel baru yaitu
sebesar 22,28% (Tabel 4.2). Hal ini juga telah dibuktikan oleh Nasir. 2002, yang
melaporkan bahwa kadar nikel dalam katalis nikel terpakai 9% dan kurang dari
dikarenakan oleh meningkatnya komponen lain dalam katalis nikel seperti bahan
organik (minyak) dan logam-logam selama proses. Berdasarkan Material Safety Data
Sheet (MSDS) G-53H, komposisi dari katalis nikel baru ditunjukkan pada Tabel 4.3.
Dari Tabel 4. 3 juga menunjukkan bahwa komposisi nikel dalam katalis nikel sebesar
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
b. Kadar Minyak
Katalis nikel baru ini berupa padatan yang disalut dengan trigliserida agar nikel yang
dikandung dalam katalis tidak teroksidasi. Hal ini disebabkan oleh nikel sangat
Minyak dalam katalis nikel terpakai berupa padatan pada suhu kamar dan
bewarna putih seperti ditunjukkan pada Lampiran (Gambar 7). Namun, bila minyak
tersebut telah mengalami oksidasi akan dihasilkan minyak yang berwarna kuning.
Nasir. 2002, menyatakan bahwa bila kualitas minyak masih baik maka minyak dapat
digunakan sebagai bahan pangan namun jika kualitasnya sudah menurun dapat
Dalam penelitian ini, diperoleh minyak sebanyak 51,28% dari katalis nikel
terpakai. Jumlah ini cukup besar sehingga minyak tersebut dapat dimanfaatkan untuk
c. Kadar Air
Dari Tabel 4.1 katalis nikel terpakai mengandung air sebesar 1,83%. Air yang
dikandung dalam katalis nikel terpakai mungkin disebabkan oleh minyak yang
digunakan mengandung air. Katalis nikel mengandung diatomaceus earth yang dapat
berfungsi juga sebagai adsorben sehingga air yang dikandung dalam minyak dapat
diserap.
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
4.2. Penentuan Centre Point (Titik Pusat) untuk Central Composite Design
(CCD)
Hasil analisis kadar nikel dari katalis nikel terpakai yang telah diekstraksi
Tabel 4.4. Komposisi Katalis Nikel Terpakai Setelah Ekstraksi Residu Minyak
Peningkatan kadar nikel dalam katalis nikel terpakai dari 11,14% menjadi
35,35 % disebabkan oleh minyak yang ada di dalamnya telah diekstraksi sehingga
kadar nikel akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan oleh hilangnya minyak akan
Untuk menentukan nilai atau harga temperatur pada Centre Point (titik pusat)
dilakukan percobaan pada 4 temperatur yang berbeda yaitu 60, 70, 80 dan 90oC.
Pemilihan keempat temperatur ini didasarkan pada percobaan sebelumnya yang telah
asam sulfat sebesar 1:10 (g/mL), konsentrasi asam sulfat 2M dan waktu proses
pelindian 0, 30, 60, 90 dan 120 menit. Pemilihan kondisi percobaan merujuk kepada
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
percobaan yang dilakukan oleh Idris. 2008, pada proses pelindian katalis nikel
terpakai dari proses hidrogenasi. Data hasil analisis ditunjukkan pada Lampiran
(Tabel 19).
Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa persen rekoveri semakin meningkat
dengan meningkatnya waktu pelindian. Demikian juga halnya dengan suhu, semakin
Gambar 4.1. Plot Pengaruh Suhu Pelindian dan Waktu Pelindian Terhadap Proses
Pelindian Nikel
dan 90oC. atau % rekoveri nikel yang dicapai semakin meningkat hingga suhu 80oC
namun menurun dengan meningkatnya suhu (90oC). Untuk waktu yang sama (120
menit), % rekoveri nikel yang diperoleh pada temperatur 60oC, 70 oC, 80oC dan 90oC
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
masing-masing adalah 72,69%, 80,2%, 84,94% dan 74,9%. Secara parsial kenaikan
Dari Gambar 4.1 juga menunjukkan bahwa % rekoveri nikel tertinggi pada
seluruh waktu (0, 30, 60 dan 120 menit) adalah pada suhu 80oC. Dengan dasar di atas
operasional yang tinggi. Dan temperatur operasi maksimum adalah 80oC ditetapkan
Sulfat
dengan 5 level variabel konsentrasi asam, rasio katalis nikel terhadap pelarut asam
sulfat (g/mL) dan waktu proses pelindian. Optimasi dari pengaruh variabel-variabel
dalam proses pelindian katalis nikel terpakai menjadi nikel sulfat dilakukan
pengoperasian dari alat-alat percobaan dan sifat-sifat reaktan. Respon yang diamati
atau diukur (Y) adalah % rekoveri nikel yang diperoleh selama reaksi berlangsung
Atom (SSA). Percobaan terdiri dari 20 run yang telah didesain mengikuti metoda
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Response Surface yaitu CCD. Matriks untuk CCD dan % rekoveri nikel diberikan
X1 X2 X3 Rekoveri
nikel
Run (konsentrasi (waktu (rasio katalis nikel (%)
asam sulfat, M) pelindian, jam) terpakai: pelarut asam
sulfat, g/mL)
1 -1 -1 -1 88,50
2 1 -1 -1 92,64
3 -1 1 -1 95,55
4 1 1 -1 97,92
5 -1 -1 1 95,11
6 1 -1 1 96,20
7 -1 1 1 97,30
8 1 1 1 94,40
9 -1.682 0 0 90,93
10 1.682 0 0 95,07
11 0 -1.682 0 90,27
12 0 1.682 0 94,09
13 0 0 -1.682 95,64
14 0 0 1.682 95,91
15 0 0 0 98,63
16 0 0 0 98,03
17 0 0 0 98,63
18 0 0 0 98,66
19 0 0 0 98,58
20 0 0 0 98,61
Delapan (8) run pertama (run 1 – 8) sesuai dengan desain faktorial dengan
tiga faktor atau variabel dengan dua level (23) masing-masing level terkode adalah +1
digunakan centre point dengan level terkode 0 yang terdiri dari 6 run percobaan.
Diperkirakan daerah pusat lengkungan kurva berada pada daerah run percobaan ini
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
(run 15 – 20). Sedang signifikansi pengaruh lengkungan didapat dengan
menambahkan 6 run (run 9 – 14) percobaan yang disebut star point dengan level
memperoleh parameter dari model yang diberikan dan untuk menentukan atau
tertinggi (>98%) adalah pada run 15-20 yang merupakan daerah perkiraan pusat
lengkungan kurva. Namun, % rekoveri tertinggi diperoleh dari percobaan pada run
18.
Berdasarkan hasil analisa statistik yang terdapat dalam Tabel 4.6 dapat dilihat
bahwa konsentrasi asam sulfat memberikan pengaruh yang signifikan dan positif
sebesar 0,9941 kali terhadap rekoveri nikel. Tetapi interaksi antara konsentrasi
dengan variabel waktu pelindian dan rasio katalis nikel terpakai dengan volume
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
pelarut memberikan pengaruh negatif terhadap rekoveri nikel tidak signifikan. Hal ini
terhadap rekoveri nikel yaitu sebesar 1,2629. Tetapi interaksi antara waktu pelindian
dengan variabel konsentrasi asam sulfat dan rasio katalis nikel terpakai:volume
pelarut memberikan pengaruh yang negatif dimana interaksi dengan konsentrasi asam
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Faktor rasio katalis nikel terpakai:volume pelarut juga memberikan pengaruh
yang positif pada rekoveri nikel. Meskipun interaksi antara rasio katalis nikel
terpakai:volume pelarut dengan variabel konsentrasi asam sulfat dan waktu pelindian
dengan toleransi galat sebesar P > ⏐T⏐ = 0.000 diperoleh sebagai berikut :
yang diberikan.
bahwa pada rasio katalis nikel terpakai:volume pelarut yang tetap, % rekoveri nikel
meningkat ketika konsentrasi asam sulfat dinaikkan sampai 6M dan waktu pelindian
sampai 3 jam. Tetapi, peningkatan % rekoveri lebih tajam pada waktu pelindian yang
besar dibanding konsentrasi asam sulfat. Hal ini merujuk kepada fakta bahwa faktor
signifikan yang terbesar adalah waktu pelindian yaitu 1,2629 dan pengaruhnya adalah
positif.
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Keterangan: C8=% Rekoveri Ni
Gambar 4.3. Bentuk Garis % Rekoveri Nikel untuk Konsentrasi Asam Sulfat-vs-
Waktu Pelindian
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Pada nilai konsentrasi asam sulfat yang lebih besar dari 6M dan waktu
pelindian yang lebih kecil dari 3 jam, % rekoveri nikel menurun. Tetapi ketika waktu
penurunan % rekoveri nikel secara lambat. Ini merupakan hasil dari interaksi
konsentrasi asam sulfat – waktu pelindian yang negatif tetapi tidak signifikan.
Bentuk garis % rekoveri nikel untuk variabel konsentrasi asam sulfat dan
waktu pelindian dapat dilihat pada Gambar 4.3. Gambar tersebut menjelaskan bahwa
pada waktu pelindian yang rendah (lebih kecil dari 3 jam) dan konsentrasi asam sulfat
yang rendah (lebih kecil dari 6 M) diperoleh % rekoveri nikel yang relatif kecil.
Untuk memperoleh % rekoveri nikel yang tinggi, maka range konsentrasi asam sulfat
yang digunakan adalah 6 M – 7 M dan range untuk waktu pelindian yaitu 3 jam - 4
jam. Berdasarkan Bentuk Garis ini dapat disimpulkan bahwa daerah atau zona
konsentrasi asam sulfat dan waktu pelindian untuk operasi adalah zona moderate.
Gambar 4.4 adalah gambar permukaan respon % rekoveri nikel pada waktu
pelindian tetap. Dari Gambar 4. 4 dapat dilihat bahwa untuk nilai rasio katalis nikel
asam sulfat dinaikkan. Rekoveri maksimum diperoleh pada rasio katalis nikel
terpakai:volume pelarut yang tinggi dan konsentrasi asam sulfat moderat (6M).
Untuk nilai konsentrasi asam sulfat yang rendah, peningkatan rasio katalis
nikel terpakai:volume pelarut secara linier menaikkan % rekoveri nikel. Hal ini
disebabkan oleh pengaruh rasio katalis nikel terpakai:volume pelarut yang positif
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Keterangan: C8=% Rekoveri Ni
Tetapi pada konsentrasi asam sulfat yang tinggi, peningkatan rasio katalis
rekoveri nikel. Rekoveri menjadi hampir konstan bahkan menurun terhadap rasio
volume pelarut pada konsentrasi asam sulfat yang besar sebagai hasil dari interaksi
yang bernilai negatif antara konsentrasi asam sulfat dan rasio katalis nikel
terpakai:volume pelarut.
variabel konsentrasi asam sulfat dan rasio katalis nikel terpakai:volume pelarut.
Untuk konsentrasi asam sulfat yang moderate (6 M-7 M) , range rasio katalis nikel
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Gambar 4.5. Bentuk Garis % Rekoveri Nikel untuk Konsentrasi Asam Sulfat-vs-
Rasio Katalis nikel terpakai:Volume Pelarut
terpakai:volume pelarut dapat dilihat pada Gambar 4.6. Pada rasio katalis nikel
waktu pelindian. Rekoveri maksimum dicapai pada waktu pelindian yang besar dan
rasio katalis nikel terpakai:volume pelarut rendah. Hal ini juga merujuk kepada fakta
bahwa faktor signifikan terbesar adalah waktu pelindian dan pengaruhnya adalah
positif.
Pada rasio katalis nikel terpakai:volume pelarut yang lebih tinggi, rekoveri
intermediate dan kemudian penurunan pada waktu pelindian yang tinggi. Ini
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
merupakan hasil dari interaksi rasio katalis nikel terpakai:volume pelarut dengan
moderat terhadap rasio katalis nikel terpakai:volume pelarut karena pengaruh rasio
katalis nikel terpakai:volume pelarut adalah positif dan lebih kecil dari waktu
pelindian. Untuk waktu pelindian yang lebih besar, % rekoveri nikel meningkat dan
menjadi lebih kecil ketika rasio katalis nikel terpakai:volume pelarut dinaikkan pada
waktu pelindian yang besar sebagai hasil dari interaksi yang bernilai negatif.
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Berdasarkan Gambar 4.7 juga dapat dilihat bahwa % rekoveri nikel
maksimum berada pada zona operasi waktu pelindian yang besar dan rasio katalis
nikel terpakai:volume pelarut yang rendah. Tetapi zona operasi optimum berada pada
range waktu pelindian dan rasio katalis nikel terpakai:volume pelarut intermediate
yaitu pada waktu 3 jam sampai 4 jam dan rasio katalis nikel terpakai:volume pelarut
Gambar 4.7. Bentuk Garis % Rekoveri Nikel untuk Waktu Pelindian-vs-Rasio Katalis
Nikel Terpakai:Volume Pelarut
Idris. 2008 dan Mat. 1999 melaporkan bahwa faktor rasio katalis nikel
terpakai:volume pelarut dan konsentrasi asam sulfat serta waktu pelindian merupakan
parameter yang sensitif untuk proses pelindian nikel dari katalis nikel terpakai dari
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
nikel sebesar 94% dengan menggunakan konsentrasi asam sulfat 50%, waktu reaksi
harga rasio katalis nikel terpakai:volume pelarut optimum yang diperoleh adalah
karena sumber katalis nikel terpakai yang digunakan dalam penelitian ini berbeda
dengan yang digunakan oleh peneliti sebelumnya. Hal ini didasarkan pada perbedaan
komposisi katalis nikel terpakai yang digunakan. Berdasarkan Nasir. 2002, komposisi
nikel dalam katalis nikel terpakai pada proses hidrogenasi minyak dan lemak
berkisar 10±2%. Dalam penelitian Mat, 1999, kadar nikel dalam katalis nikel terpakai
sebesar 8,15%. Sedangkan dalam penelitian ini, kadar nikel dalam katalis nikel
dan besarnya waktu pelindian dan rasio katalis nikel terpakai:volume pelarut yang
Zona optimum untuk proses pelindian nikel dalam katalis nikel terpakai
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
4.3.2. Analisa Model Persamaan Optimasi
15, telah diperoleh model persamaan dalam optimasi proses pelindian nikel dari
dicoba dibandingkan dengan % rekoveri nikel hasil percobaan untuk melihat seberapa
besar deviasi yang terjadi. Data % rekoveri nikel hasil perhitungan menggunakan
persamaan dengan % rekoveri nikel hasil percobaan disajikan dalam Lampiran (Tabel
Gambar 4.8. % Rekoveri Nikel Hasil Penelitian dan % Rekoveri Nikel Model
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Uji validasi persamaan model dilakukan dengan menghitung % deviasi dari
model terhadap % rekoveri nikel hasil percobaan. Dari hasil perhitungan % deviasi
4.4. Penentuan Energi Aktivasi Proses Pelindian Nikel dari Katalis Nikel
Terpakai
Proses pelindian dapat dikontrol dengan baik, dan hal yang penting untuk
dilakukan adalah mengukur kinetika dan mekanisme proses pelindian. Model kinetika
sangat beragam dan telah di jelaskan dalam proses pelindian (Amer. 2001). Untuk
proses difusi dari partikel, persamaan kinetika diberikan oleh persamaan (1):
Dimana:
α- merupakan rekoveri nikel pada temperatur tertentu dan k adalah laju konstan.
menunjukkan bahwa pelindian nikel dari katalis nikel terpakai pada proses
hidrogenasi dengan asam sulfat tidak dikontrol dengan eksternal difusi dan reaksi
kimia (Stopic. 2002). Data rekoveri nikel diplotkan menggunakan model inner difusi
yang ditunjukkan pada Gambar 4.8, dimana persamaan dengan nilai laju konstan (k)
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
(60oC) = 0,0006; k (70oC) = 0,001; k (80oC) = 0,0011; k (90oC) = 0,0023
mol/m2menit.
Gambar 4.9. Plot Antara Kinetika Proses Pelindian Nikel Terhadap Model Kontrol
Inner Difusi
dikontrol dengan difusi pada asam sulfat dan produk dari matriks minyak. Laju
pelindian Ni dan Mg sama cepatnya dan lebih cepat daripada Fe dan Al.
fungsi dari reciprocal pada temperatur pelindian pada skala semi log seperti yang
proses pelindian nikel dari penelitian ini adalah 48,43 KJ/mol (sesuai dengan Gambar
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
4.10). Hasil penelitian yang dilaporkan oleh Stopic energi aktivasi pada proses
pelindian nikel sebesar 60 KJ/mol sedangkan Rinn dan Fetting (dalam Stopic. 2002)
menghitung energi aktivasi pada proses pelindian nikel dari serpentin dengan ukuran
Gambar 4.10. Plot Bilangan Arhenius dari Proses Pelindian Nikel dengan Asam
Sulfat
µm) dengan asam sulfat pada temperatur 30-40oC memiliki energi aktivasi 46 kJ/mol.
kadar logam Ni, Fe Cu, Zn, Pb dan Cd. Perhitungan kadar logam tersebut dengan
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
menggunakan persamaan yang ditunjukkan pada Lampiran (Tabel 1-18). Hasil
Dari Tabel 4.7 ditunjukkan bahwa kadar nikel dalam larutan nikel pada
penelitian ini sebesar 34,58% sementara itu pada nikel komersial kadarnya minimum
22,0 %. Artinya larutan nikel hasil penelitian ini masih memenuhi spesifikasi.
Namun, kadar logam lain seperti Fe, Cu dan Zn berkadar lebih tinggi dibandingkan
Logam Cd dan Pb dalam larutan nikel pada penelitian ini bernilai 0 sedangkan
pada produk komersial 0,001% dan 0,002%) dan penelitian Matkovic (0,002% dan
0,001%). Hal ini disebabkan oleh katalis nikel yang digunakan pada penelitian ini
merupakan katalis yang khusus untuk minyak nabati yang dapat digunakan sebagai
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
produk pangan. Sedangkan nikel sulfat pada penelitian Matkovic. 2006 diperoleh dari
proses pelindian katalis nikel pasca proses pertambangan minyak bumi sehingga
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
BAB V
5.1. Kesimpulan
nikel terpakai pasca hidrogenasi minyak sawit dengan proses leaching asam sulfat
terhadap proses pelindian nikel dari katalis nikel terpakai adalah faktor waktu
pelarutan diikuti oleh faktor konsentrasi asam sulfat dan rasio katalis nikel
terpakai:volume palrut.
2. Daerah atau zona optimum untuk tiap variabel pada 80oC adalah:
3. Energi aktivasi proses pelindian nikel dari penelitian ini adalah 48,43 KJ/mol.
4. Komposisi larutan nikel sulfat yang diperoleh dari proses pelindian adalah:
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
5.2. Saran
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk memurnikan larutan nikel sulfat dari
bahan pengotor lain dan membuat kristal nikel sulfat sehingga dapat
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mansi and Abdel Monem. 2002. Recovery of Nickel Oxide from Spent Catalyst.
Waste Management. 22. 85-90
Amer, A., M & Ibrahim, I.A. 2001. Apects of Leaching and Kinetics of Some
Egyptian Iron Ore-Erzmetall. 54: 619-624.
Anonim. 2008. Bahaya Logam Berat dalam Makanan.
http://www.litbang.depkes.go.id-www.bmf.litbang.depkes.go.id
Basiron, Y and Chan, B.S. 2004. Advances Oil Palm Research. Volume II. Malaysian
Palm Oil Board. Malaysia. Pp. 798-802
Blitch, H.P and W. Grosch. 1987. Food Chemistry. Springer. New York. Pp. 483-486
Chanyue, Shanghai. 2006. Nickel Product (Ni Ore, Nickel Sulfate, Ferro Nickel).
Chanyue Trading Co. Ltd.
Cutchey, C. 2000. Catalyst Recycling – An Elegant Loop. Presented at the OFIC 2000
Conference, Spet. 4, 2000. Kuala Lumpur
Dierks, S. 1994. Material Safety Data Sheet of Nickel Oxide.
Dijkstra, A.J. 1997. Hydrogenation Revisited. INFORM. Vol. 8 (11). Pp. 1150-1158
Dzulkefly, K., Haron, M.J., Lim, W.H and Woon, C.C. 2002. Recovery Nickel from
Spent Hydrogenation Catalyst Using Chelating Resin. Jurnal of Oleo Science.
Vol. 51. NO. 12. 749-751
Ghanem, R., Faraq, H., Eltaweel, Y and Ossman, M.E. 2008. Recovery of Nickel from
Spent Catalyst by Single-and Multi-Stage Leaching Process. International
Journal of Environmental and Waste Management. Vol.2. No.6. pp. 540-548
Goh, S.H. 1984. Inorganic Phospate in Crude Palm Oil: Quantitative Analysis and
Correlations With Oil Quality Parameters. JAOCS. Vol. 61. No.1
Gouthro, R.P and Vaz, L. 1999. Recovery and Purification of Nickel Salts and
Chromic Acid using the Recoflo System. Presented at the Metal Finisher’s
Association of India, Mumbai, India. Technical Paper 145
Halikia, I. 1991. Parameters Influencing Kinetics of Nickel Extraction from a Greek
Laterite during Leaching with Sulphuric Acid at Atmospheric Pressure. Trans.
Instn. Min. Metall. (Sect. C: Mineral Process. Extr. Metall) 100: 154-164
Haryati. T. 1999. Development and Applications of Differential Scanning
Calorimetric Methods for Physical and Chemical Analysis of Palm Oil.
Disertation of PhD. University Putra Malaysia. Malaysia. Pp. 6-10
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Hui, Y.H. 1996. Bailey’s Industrial Oil & Fat Products. Fifth edition. Volume 4.
John Wiley & Sons Inc. New York. Pp. 626-627
Idris, J and K.H. Ku Hamid. 2008. Recovery of Nickel Oxide from Spent Catalyst of
Palm Oil Mill Industrial Waste by Leaching Treatment. International
Conference on Environmental Research and Technology (ICERT 2008)
International Agency for Research on Cancer. 1990. IARC Monographs on the
Evaluations Risks to Human. In: Chromate, Nickel and Welding. Vol. 49.
Iyom: IARC
Iriawan, N., Astuti, S.P. 2006. Mengolah Data Dengan Mudah Menggunakan Minitab
14. Penerbit Andi Yogyakarta. Hal 296-308
Ketaren, S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press. Hal: 30-31
Mackenzie, M, Virnig, M and Angus Feather. 1996. The Recovery of Nickel from
HPAL Laterite Solutions Using The Mixed Hydroxide-Ammonia Releach-LIXr
84-INS SX Route
Mat, H.B and N. Othman. 1999. Selective Nickel Recovery From Spent Catalyst.
Paper Presented at World Engineering Congress and Exhibition, 1999
(WEC’99). Kuala Lumpur. July 19-22
Matkovic, V., Markovic, B., Sokic, M and Vuckovic, N. 2006. Recycling of Spent
Nickel Based Catalyst. Acta Metallurgi Slovaca,. 12. 284-288
Miazga, B and Mulak, M. 2008. Leaching of Nickel from Spent Catalyst in
Hydrochloric Acid Solutions. Physicochemical Problems of Mineral
Processing, 42. pp. 177-184
Morgan, L.G., Usher, V. 1994. Health Problems Association with Nickel Refining
and Use. An Occup Hgy 38. 189-192
Nasir, M.I. 2001. Processing of Spent Nickel Catalyst for Fat Recovery. Cienc.
Tecnol. Aliment., Campinas, 21(1): 10-13, Jan 2001
O’brien, R.D. 1998. Fats and Oils: Formulating and Processing for Applications.
Technomic Publishing Company Inc. United States of America. 88-89
Petrauskaite, V.W., DeGreyt., B, Kellens and Huyghabaert, A. 1998. Physical and
Chemical of Trans-Free Fats Produced by Chemical Interesterification of
Vegetables Oil Blends. J. Amer. Oil. Soc. Vol. 75(4). Pp. 489-493
Sirajuddin, Kakakhel, L, Lutfullah, G and Marwat, R.U. 2004. Electrolytic Recovery
of Nickel from Industrial Hydrogenated Vegetable Oil (Ghee) Waste. Acta
Chim. Slov. 51. 793-798
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Stopic, S., B. Friederich, B. And Fucs, R. 2002. Kinetics of Sulfuric Acid Leaching of
The Serbian Nickel Lateritic Ore Under Atmospheric Pressure. Yugoslav
Association of Metallurgical Engineers. UDC:553.481:669.243=20
Surface Engineering Association. 2001. Nickel – Chromium. www.sea.org.uk
Treadwell, F.P. 1961. Analytical Chemistry. Volume II. Ninth English Edition. John
Willey & Sons, Inc. New York. Pp. 193-220
Tsanev, R., A. Russeva., T. Rizov and I. Dontcheva. 1998. Contents of Trans –Fatty
Acid in Edible Margarin. J. Amer. Oil Chem. Soc. Vol. 75(2). Pp. 143-145
Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Bagian
I. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta. Hal: 281
Wong Soon. 2002. The Basic of Oils & Fats for Company Executives. Malaysia. Pp.
35,168
www.oilword.biz. Oil world 2008. ISTA Mielke GmbH. http://www.oilworld.biz/
www.wikipedia.com. 2008
Zhang, Q., Kusaka, Y., Zhu, X., Sato, K and Mo, Y. 2003. Comparative Toxicity of
Standard Nickkel and Ultrafine Nickel in Lung after Intratracheal Installation.
Journal of Occupational Health. 45. 23-30
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
LAMPIRAN
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Tabel 1. Nilai Absorbansi Untuk Kurva Kalibrasi Logam Ni
Model Summary
Coefficientsa
Lower
Model B Std. Error Beta t Sig. Bound Upper Bound
Dari Persamaan di atas diperoleh persamaan garis regresi untuk logam Ni adalah:
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Tabel 4. Nilai Absorbansi Untuk Kurva Kalibrasi Logam Fe
Model Summary
Coefficientsa
Upper
Model B Std. Error Beta t Sig. Lower Bound Bound
Dari Persamaan di atas diperoleh persamaan garis regresi untuk logam Fe adalah:
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Tabel 7. Nilai Absorbansi Untuk Kurva Kalibrasi Logam Cu
Model Summary
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
Dari Persamaan di atas diperoleh persamaan garis regresi untuk logam Cu adalah:
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Tabel 10. Nilai Absorbansi Untuk Kurva Kalibrasi Logam Zn
Model Summary
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
Dari Persamaan di atas diperoleh persamaan garis regresi untuk logam Zn adalah:
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Tabel 13. Nilai Absorbansi Untuk Kurva Kalibrasi Logam Pb
Model Summary
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
Dari Persamaan di atas diperoleh persamaan garis regresi untuk logam Pb adalah:
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Tabel 16. Nilai Absorbansi Untuk Kurva Kalibrasi Logam Cd
Model Summary
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
Dari Persamaan di atas diperoleh persamaan garis regresi untuk logam Cd adalah:
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Tabel 19. Data Hasil Penentuan Temperatur Maksimum terhadap % Rekoveri Nikel
dalam Satuan Waktu (menit)
Suhu 0 30 60 120
60 oC 4,56 41,71 61,77 72,69
70 oC 5,32 43,99 64,35 80,20
o
80 C 6,62 50,84 69,71 84,94
90 oC 7,91 46,68 67,94 74,90
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses
Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Tabel 20. Data Hasil Penentuan Konsentrasi Nikel dalam Katalis Nikel Terpakai
Konsentrasi Ni
Konsentrasi Waktu Rasio Berat Konsentrasi Ni dalam katalis
asam sulfat digestion Solid:Volume sampel dalam filtrat Konsentrasi nikel terpakai,
Run (M) (jam) Pelarut (g) (ppm) Ni,% %* Rekoveri, %
1 -1 -1 -1 1,0067 314940 31,28 35,35 88,50
2 1 -1 -1 1,0006 327688 32,75 35,35 92,64
3 -1 1 -1 1,0000 337755 33,78 35,35 95,55
4 1 1 -1 1,0112 350031 34,62 35,35 97,92
5 -1 -1 1 1,0050 337903 33,62 35,35 95,11
6 1 -1 1 1,0322 351002 34,01 35,35 96,20
7 -1 1 1 1,0164 349583 34,39 35,35 97,30
8 1 1 1 1,0009 334022 33,37 35,35 94,40
9 -1,68179 0 0 1,0160 326571 32,14 35,35 90,93
10 1,68179 0 0 1,0043 337511 33,61 35,35 95,07
11 0 -1,68179 0 1,0001 319142 31,91 35,35 90,27
12 0 1,68179 0 1,0220 339941 33,26 35,35 94,09
13 0 0 -1,68179 1,0077 340684 33,81 35,35 95,64
14 0 0 1,68179 1,0091 342125 33,90 35,35 95,91
15 0 0 0 1,0138 353472 34,87 35,35 98,63
16 0 0 0 1,0147 351617 34,65 35,35 98,03
17 0 0 0 1,0055 350591 34,87 35,35 98,63
18 0 0 0 1,0209 356065 34,88 35,35 98,66
19 0 0 0 1,0562 368082 34,85 35,35 98,58
20 0 0 0 1,0543 367510 34,86 35,35 98,61
Keterangan: *Penentuan kadar nikel dalam katalis nikel terpakai menggunakan asam sulfat (p)
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam
Sulfat, 2009
Tabel 21. Hasil Analisis Response Surface Methodology (RSM) Menggunakan
Software Minitab versi 15
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses Hidrogenasi
Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat, 2009
Tabel 22. Perhitungan % Deviasi Penyimpangan
% %
Konsentrasi Waktu digestion Rasio Solid:Volume Rekoveri Rekoveri Standar
Run asam sulfat (M) (jam) Asam (g/mL) Penelitian Model Selisih deviasi
1 -1 -1 -1 88,50 87,77 0,725 0,51
2 1 -1 -1 92,64 93,28 -0,640 0,45
3 -1 1 -1 95,55 95,67 -0,120 0,08
4 1 1 -1 97,92 97,35 0,566 0,40
5 -1 -1 1 95,11 94,42 0,695 0,49
6 1 -1 1 96,20 96,71 -0,508 0,36
7 -1 1 1 97,30 95,39 1,907 1,35
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam
Sulfat, 2009
Hasrul Abdi Hasibuan : Perolehan Kembali Nikel Dari Katalis Nikel Terpakai (Spent Catalyst) Pasca Proses Hidrogenasi Minyak Sawit Dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam
Sulfat, 2009
GAMBAR-GAMBAR PROSES PENELITIAN
Gambar 4. Katalis Nikel Terpakai (spent nickel catalyst) Ukuran 100 mesh dan
Dibungkus Kertas Saring Whatman No.1
Gambar 5. Alat Soklet Kapasitas Labu 500 mL