Anda di halaman 1dari 5

1.

Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) serupa dengan konstitusi yang


merupakan sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang
saling berhubungan, yang meliputi landasan bagi penetapan standar yang konsisten
dan penetuan sifat, fungsi, serta bahtas-batas dari akuntansi keuangan dan laporan
keuangan.
2. Kualitas Primer
- Relevansi, informasi yang bisa disebut relevan ketika informasi tersebut
mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan. Agar relevan,
informasi harus memiliki nilai prediktif, nilai umpan balik dan harus disajikan
secara tepat waktu.
- Reabilitas, informasi akuntansi dianggap handal jika dapat diverifisikan,
disajikan secara tepat, serta bebas dari kesalahan dan bias.

Reabilitas suatu informasi bisa dilihat memalui:


 Daya uji, ditunjukkan ketika pengukur-pengukur independen, dengan
menggunakan metode pengukuran yang samam mendapatkan hasil yang
serupa.
 Ketepatan penyajian, angka-angka dan penjelasan dalam laporan keuangan
mewakili apa yang betul-betul ada dan terjadi.
 Netralitas, informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan sekelompok
pemakai tertentu.
3. Kualitas Sekunder
- Komparabilitas, informasi dipandang memiliki komparabilitas jika telah
diukur dan dilaporkan dengan cara yang sama.
- Konsistensi, apabila suatu entitas mengaplikasikan perlakuan akuntansi yang
sama untuk kejadian-kejadian yang serupa, dari periode ke periode, maka
entitas tersebut dianggap konsisten dalam menggunakan standar akuntansi. Itu
tidak berarti perusahaan tidak dapat mengganti metode dengan metode
lainnya. Perusahaan dapat mengganti metode tetapi perusahaan harus dapat
menunjukkan bahwa metode yang baru itu lebih baik daripada metode
sebelumnya. Kemudian sifat dan pengaruh perubahan serta alasannya harus
diunggkapkan dalam laporan keuangan pada periode terjadinya perubahan.
4. Assets, Liabilities, Equity, Income, Expenses
5. Asumsi kelangsungan hidup (going concern assumption) yaitu perusahaan bisnis akan
memiliki umur yang panjang. Pengalaman mengindikasikan bahwa meskipun banyak
mengalami kegagalan bisnis, perusahaan dapat memiliki kelangsungan hidup yang
panjang. Dan walaupun akuntan tidak percaya bahwa perusahaan akan hidup
selamanya, akuntan mengasumsikan bahwa perusahaan akan hidup cukup lama untuk
memenuhi tujuan dan komitmennya.
6. Prinsip biaya historis (historical cost principle) adalah aktiva dan kewajiban
diperlukan dan dilaporkan berdasarkan harga akuisisi. Biaya (cost) memiliki
keunggulan yang penting dibandingkan penilaian yang lainnya, yaitu dapat
diandalkan. Sebagai contohnya, misal jika kita ingin menentukan harga jual saat ini,
maka kita akan kesulitan menentukan nilai suatu item yang tidak terjual. Setiap staf
departemen akuntansi mungkin memiliki pandapat berbeda tentang nilai aktiva.
Semua perusahaan menutup akunnya paling tidak setahun sekali, dan sebagian dari
mereka menghitung laba bersih sebulan sekali. Perusahaan perlu menentukan nilai
jual dari setiap aktiva ketika mereka ingin menentukan laba. Kesulitan serupa juga
dimiliki oleh metode-metode biaya berjalan lainnya (biaya pengganti, nilai sekarang
dari arus kas masa depan) dan setiap dasar penilaian lainnya kecuali biaya historis.
7. Teori Sintaksis berhubungan dengan struktur proses pengumpulan data dan pelaporan
keuangan. Teori sintaksis mencoba menerapkan praktek akuntansi yang sedang
berjalan dan meramalkan bagaimana para akuntan harus bereaksi terhadap situasi
tertentu atau bagaimana mereka akan melaporkan kejadian-kejadian tertentu. Teori-
teori yang berhubungan dengan struktur akuntansi antara lain teori praktek akuntansi
tradisional (oleh Ijiri dan Sterling) yang disebut model Ijiri, model ini menerangkan
praktek akuntansi tradisional yang ditekankan pada sistem biaya historis/ harga
perolehan (historical cost system). Diperlukan untuk memperoleh pandangan yang
lebih luas tentang praktek yang sedang berlangsung.
8. Teori Interpretasional berkonsentrasi pada hubungan antara gejala (obyek atau
kejadian) dan istilah atau simbol yang menunjukkannya. Teori-teori yang
berhubungan dengan interpretasi (semantik) diperlukan untuk memberikan pengertian
dalil-dalil akuntansi yang bertujuan meyakinkan bahwa penafsiran konsep oleh para
akuntan sama dengan penafsiran para pemakai laporan akuntansi.
9. Teori Pragmatik menekankan pada pengaruh laporan serta ikhtisar akuntansi terhadap
perilaku atau keputusan. Penekanan dalam perkembangan teori akuntansi adalah
penerimaan orientasi komunikasi dan pengambilan keputusan. Sasarannya pada
relevansi informasi yang dikomunikasikan kepada para pengambil keputusan dan
perilaku berbagai individu atau kelompok sebagai akibat penyajian informasi
akuntansi serta pengaruh laporan dari pihak eksternal terhadap manajemen dan
pengaruh umpan balik terhadap tindakan para akuntan dan auditor. Jadi, teori perilaku
mengukur dan menilai pengaruh-pengaruh ekonomik, psikologis, dan sosiologis dari
prosedur akuntansi alternatif dan media pelaporannya.

10. Pendapatan adalah arus masuk atau perangkat tambahan lain aset dari suatu entitas
atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari pengiriman atau
produksi barang, jasa render, atau kegiatan lainnya yang merupakan operasi yang
sedang berlangsung oleh entitas besar atau pusat.
11. Keuntungan adalah kenaikan ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi perifer atau
insidental dari suatu entitas dan dari semua transaksi lain dan peristiwa lain dan
keadaan yang mempengaruhi entitas kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau
investasi oleh pemilik.
12. Pendapatan baru dapat diakui kalau dipenuhi syarat-syarat berikut :
a. Keterukuran nilai asset (measurability of asset value)
b. Adanya suatu transaksi (existence of a transaction)
c. Proses perhimpunan secara substansial telah selesai
13. Dalam kerangka konseptualnya, FASB mendefinisikan aset sebagai manfaat
ekonomis masa depan memungkinkan diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu
entitas akibat transaksi atau kejadian masa lalu. Sementara itu AASB mendefinisikan
aset sebagai Potensial jasa atau manfaat ekonomis masa depan yang dikendalikan
dengan pelaporan entitas sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu.
14. Pada dasarnya tujuan orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah
uang. Ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain:
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa depan. Seseorang
yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari
waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat
pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan
datang.
b. Mengurangi resiko inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan
perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari resiko
penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.
c. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak
melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di
masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang
melakukan investasi pada bidang – bidang usaha tertentu.
15. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Dalam konteks
pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber
pembiayaan yang berasal dari pinjaman. Pinjaman tersebut dapat berasal dari
masyarakat, lembaga keuangan, pemerintah lain, atau lembaga internasional.
Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja
pada pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas yaitu kewajiban tunjangan,
kompensasi, ganti rugi, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau
kewajiban dengan pemberi jasa lain. Kewajiban pemerintah dapat juga timbul dari
pengadaan barang dan jasa dari pihak ketiga yang belum dibayar pemerintah pada
akhir tahun anggaran.
16. Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan dibayar dalam
waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Beberapa kewajiban jangka
pendek, seperti utang transfer pemerintah atau utang kepada pegawai merupakan
suatu bagian yang akan menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya.
Kewajiban jangka pendek lainnya. Misalnya bunga pinjaman, utang jangka pendek
dari pihak ketiga, utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), dan bagian lancar utang
jangka panjang.
17. Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban yang jatuh tempo lebih dari 12
bulan. Jika pada akhir periode akuntansi, pemerintah mempunyai utang jangka
panjang, maka pemerintah harus melakukan reklasifikasi kewajiban tersebut ke
kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.
18. Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang menggunakan
kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta penggunaan kebijakan
akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi tertentu dimasa mendatang. Teori
akuntansi positif pada prinsipnya beranggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah
untuk menjelaskan dan memprediksi praktik-praktik akuntansi. Perkembangan teori positif
tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan terhadap teori normatif (Watt &
Zimmerman,1986). Selanjutnya dinyatakan bahwa dasar pemikiran untuk menganalisa teori
akuntansi dalam pendekatan normatifterlalu sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis
yang kuat.
19. Teori akuntansi normative disebut juga teori preskriptif, yang mencoba menjawab
pertanyaan “apa yang semestinya”. Disini akuntansi dianggap sebagai norma peraturan yang
harus diikuti tidak peduli apakah berlaku atau dipraktekkan sekarang atau tidak. Teori
normative berusaha untuk membenarkan tentang apa yang seharusnya dipraktekkan,
misalnya pernyataan yang menyebutkan bahwa laporan keuangan seharusnya didasarkan
pada metode pengukuran aktiva tertentu. Menurut Nelson (1973) dalam literature akuntansi
teori normative sering dinamakan teori apriori (artinya dari sebab ke akibat atau bersifat
deduktif). Alasannya teori normative bukan dihasilkandari penelitian empiris, tetapi
dihasilkan dari kegiatan “semi-research”. Teori normative hanya menyebutkan hipotesis
tentang bagaimana akuntansi seharusnya dipraktekkan tanpa menguji hipotesis tersebut.
Pada awal perkembangannya, teori akuntansi normative belum menggunakan pendekatan
investigasi, dan cenderung disusun untuk menghasilkan postulat akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai