Anda di halaman 1dari 10

AMMAR HIBATULLAH

18.01.011.045
TUGAS 2 QC

STATISTICAL PROCESS CONTROL


Studi Kasus
Penelitian dilakuakan pada PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS) yang
terintegrasi oleh PT. Ultra jaya Milk Industry. Permasalan yang dihadapi pada PT.
UPBS adalah tidak mampunya memenuhi kebutuhan dari PT. ULtra Jaya Milk
Industry. Hal ini berkaitan dengan kualitas susu yang dihasilkan belum cukup
memenuhi standar baku yang sudah ditetapkan kedua belah pihak. Pengendalian
kualitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Statistical Process Control (SPC).
Langkah yang dilakukan terkait Pengawasan dan Pengendalian kualitas pada PT.
Ultra Peternakan Bandung Selatan adalah sebagai berikut:
1. Check Sheet. Data yang diperoleh dari perusahaan terutama data produksi dan
data kerusakan produk kemudian disajikan dalam bentuk tabel secara rapih dan
terstruktur dengan menggunakan check sheet
2. Membuat Histogram. Data perlu disajikan dalam bentuk histogram yang
berupa grafik balok yang memperlihatkan distribusi nilai yang diperoleh dalam
bentuk angka

Dalam histogram yang disajikan pada Gambar di atas, dapat dilihat jenis
kerusakan yang biasa terjadi adalah kurangnya kadar lemak yang terdapat pada
susu sapi yang dihasilkan

3. Menentukan pioritas perbaikan menggunakan Diagram Pareto. Dari data


informasi mengenai jenis kerusakan yang didapat, kemudian dibuat histogram
pareto untuk mengidentifikasi, mengurutkan, serta bekerja untuk menyisihkan
kerusakan secra permanen. Hasil Diagram Pareto dari penelitian PT. UPBS
adalah sebagai berikut.
Produksi susu di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan pada Bulan November
2015 didominasi oleh kurangnya kadar lemak dengan persentase 82,62%, dan
kurangnya kadar kering tanpa lemak dengan persentase 17,38%. Perbaikan dapat
dilakukan dengan memfokuskan pada satu jenis rusak, yaitu karena kurangnya
kadar lemak susu yang dihasilkan.

4. Mencari faktor penyebab yang dominan dengan diagram sebab-akibat;


Setelah diketahui masalah utama yang paling dominan, maka dilakukan analisa
faktor penyebab kerusakan produk dengan menggunakan fishbone diagram,
sehingga dapat menganalisis faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab
kerusakan produk. Dalam menganalisis produk kerusakan pada produk susu PT.
UPBS terdapat berbagai kemungkinan penyebab dari masing-masing rusak yang
terjadi

R1 (Kadar Lemak Kurang dari 3,9%)


Hal ini dapat disebebakna beberapa faktor

a. Faktor Pakan. Kamposisi pemberian pajkan antara hijauan dan


konsentrat harus tepat dengan perbandingan 70% hijauan dan 30% konsentrat
b. Faktor Jenis Sapi. Kadar lemak susu sapi berbeda antara satu jenis sapi
dengan sapi lainnya. Sapi pada PT. UPBS adalah sapi jenis Jersey yang
mempunyai kadar lemak yang tinggi dengan jumlah produksi yang rendah.
c. Faktor Usia Sapi. Produksi susu sapi perah mencapai puncak
tertingginya pada umur 6-8 tahun
d. Faktor Lingkungan. Produksi susu sapi sangat berpengaruh atas
kenyamanan lingkungan hewan ternak itu sendiri.

R2 (kadar bahan kering tanpa lemak kurang dari 8,5%)

Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor


a. Faktor pakan. Kualitas bahan baku konsentrat sangat rentan terkena bakteri
saat penyimpanan di gudang
b. Faktor mesin dan alat. Overhead yang terjadi pada alat pemanas dapat
berakibat pada rusaknya kadar karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral yang
diproduksi
c. Faktor tenaga kerja. Kesalahan penjadwalan dan perhitungan sapi bunting
dapat berpengaruh pada tinggi rendahnya kadar SNF pada susu.
d. Faktor Lingkungan. Kebersihan kandang berpengaruh pada kandungan air
yang dikonsumsi oleh sapi
5. Membua peta kembali P. Penggunaan peta kendali p ini adalah dikarenakan
pengendalian kualitas yang dilakukan bersifat atribut, serta data yang diperoleh
yang dijadikan sampel pengamatan tidak tetap dan produk yang mengalami
kerusakan tersebut tidak dapat diperbaiki lagi sehingga harus di reject dengan
cara di lebur atau di daur ulang. Berikut adalah tabel hasil perhitungan p pada PT.
UPBS

Kemudian dari tabel diatas, dibuat peta kendali p


6. Kesimpulan
Jenis kerusakan yang terjadi di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan dibagi
menjadi tiga jenis. Jenis kerusakan diantaranya adalah R1 yang berarti kadar
lemak pada susu kurang dari 3,9%, R2 yang berarti kadar bahan kering tanpa
lemak kurang dari 8,5%, dan R3 yang berarti nilai TPC (bakteri) kurang dari
250.000.000/liter.

Design of Experiment
Studi kasus
Contoh kasus Design of Eksperimen kali ini terjadi pada perusahaan Furniture.
Masalah yang dialami perusahaaan furniture adalah ketika produk sudah berada di
konsumen, sering terjadi perubahan bentuk dan dimensi. Hal ini terjadi disebabkan
karena penyusutan kandungan air di bahan kayu tersebut. Kayu masih memiliki kadar
air yang tinggi ketika saat produksi. Hal ini disebabkan karena proses pengeringan
kayu masih menggunakan cara tradisional sehingga pengeringan menjadi tidak
optimal. Teori DOE dianggap paling tepat untuk kasus ini dikarenakan pendekatana
ini telah terbukti mampu untuk memilih parameter dari proses manufaktur yang dapat
menghasilkan kualitas produk yang lebih baik dengan biaya dan waktu yang
minimum.
Pendekatan Design of Eksperimen di dasarkan atas faktor-faktor dan level-level
yang siudah diuji sebelumnya. Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut.
1. Menentukan faktor Terkontrol dan Level
Faktor terkontrol yang dipilih adalah temperatur, luas penampang, kelembaban, dan
waktu. Jumlah level adalah 3. Noise faktor atau faktor yang tidak terkontrol yang
dipilih adalah pengukuran moisture content dari bidang kerja.Tabel 2 adalah Variabel
faktor level.
2. Menentukan Orthogonal Array
Orthogonal array sesuai = DOFexp ≥ DOFtot; Jumlah faktor = 4, Level = 3, DOFtot
= 4 x (3-1) = 8, DOFexp = N, exp - 1, DOFexp ≥ 8, Nexp - 1 ≥ 8, Nexp ≥ 8 + 1, dan
Nexp ≥ 9. Dengan demikian orthogonal array yang mungkin L9 (34 ); Untuk L9 (34 );
dan DOFtot= DOFexp sehingga seimbang. Efisiensi eksperimen = DOFtot/DOFexp x
100% = 8/8x100% = 100 %
3. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa
Kesimpulan yang diberikan pada penelitian ini adalah Nilai moisture content yang
optimal adalah sebesar 17.3334 %. level yang optimum didapat pada Temperatur (A2)
= 50 oC, Luas Penampang Obyek (B1) =415 cm2 , Kelembaban Udara Relatif (C2) =
80 %, Waktu (D3) = 15 hari. Selanjutnya, kontribusi setiap faktor terhadap hasil
surface roughness, yaitu: faktor waktu = 59.25 %, faktor temperatur = 14.52 %, faktor
luas penampang obyek = 7.20 %,dan faktor kelembaban udara relatif = 5.66 %.
Sehingga dicapai peningkatan performa atau penurunan loss sebesar 0.57 %
dibanding dengan pengaturan sebelumnya

ACCEPTANCE SAMPLING
Studi Kasus
Kasus pada contoh ini adalah masalah yang terjadi pada PT Bringeston Sumatra
Rubber Estate, dimana PT tersebut merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang
Crumb Rubber. Di pasar Internasional perusahaan tersebut memiliki saingan yang
berat. Hal ini membuat perusahaan harus mengambil langkah dan strategi yang tepat
guna merebut pangsa pasar. Langkah yang diambil da;am rangka meningkatkan pasar
tersebut adalah dengan memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen melalui
kualitas produk yang baik. Pendekatan yang dilakukan oleh pihak perusahaan
adalah Acceptance Sampling.
Untuk memulai penelitian, langkah awal yang dilakukan adalah mengunpulkan
data kadar kotoran, kadar abu, kadar zat menguap, kadar nitrogen, NIlai PRI, Mooney
Viscocity. Setelah semua data cukup, normal dan seragam, selanjutnya dilakuakn
perencanaan sampling. Pada penelitian ini digunakan perancangan dengan metode m
karena metode ini dapat dilakukan pada batas spesifikasi tunggal dan spesifikasi
ganda.
Analisa perencanaan sampling untuk masing-masing karakteristik mutu
digunakan perencanaan sampling penerimaan variabel dengan menggunakan
variabel military standar 414 (MIL-STD 414), maka ditentukan
Ukuran LOt/Batch : 1908 bal
AQL : 4%
Jenis Pemeriksaan : normal
Level pemeriksaan : II]
Dari ketentuan yang diberikan, maka untuk pemelihan rencana sampling
diketahui:
Kode Huruf :H
Ukuran Sampel : 20
Nilai m : 8,92
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa pada pengujian nilai PRI dan
nilai Mooney viscosity yang diterima, maka peralihan pemeriksaan dapat
dilakukan dengan cara memperlonggar tingkat pemeriksaan dengan mengubah
tingkat pemeriksaan satu tingkat kekiri, yaitu I atau mempertahankannya.
Sedangkan untuk pengujian kadar kotoran, kadar abu, kadar zat menguap, kadar
nitrogen lot ditolak, maka peralihan pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara
memperketat tingkat pemeriksaannya dengan mengubah tingkat pemeriksaan 1
tingkat ke kanan, yaitu III.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan sampling penerimaan dengan menggunakan MIL-STD
414 didapat hasil bahwa untuk karakteristik mutu kadar kotoran, kadar abu, kadar zat
yang menguap, dan kadar nitrogen adalah lot ditolak. Untuk itu pengalihan
pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara memperketat tingkat pemeriksaannya dari
normal menjadi ketat. Sedangkan untuk karakteristik mutu nilai PRI dan mooney
viscosity diketahui bahwa lot diterima, untuk itu maka pengalihan tingkat
pemeriksaan dipertahankan

Anda mungkin juga menyukai