Anda di halaman 1dari 114

POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP DISIPLIN


KERJA PETUGAS DI RUMAH TAHANAN NEGARA
KELAS IIB KUDUS

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana terapan pemasyarakatan

NAMA : ALVIN DIANUDDIN PRATAMA


STB : 3160

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PEMASYARAKATAN


POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA
DEPOK
OKTOBER 2020

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan i


POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP DISIPLIN


KERJA PETUGAS DI RUMAH TAHANAN NEGARA
KELAS IIB KUDUS

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana terapan pemasyarakatan

NAMA : ALVIN DIANUDDIN PRATAMA


STB : 3160

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PEMASYARAKATAN


POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA
DEPOK
OKTOBER 2020

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan i


LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SIDANG SKRIPSI

Nama : Alvin Dianuddin Pratama

STB : 3160

Judul Skripsi : “Pengaruh Kepemimpinan terhadap Disiplin Kerja Petugas di


Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus.”

Depok, 22 Oktober 2020

Meyetujui,

Pembimbing

Dr. Padmono Wibowo, S.H., S.Sos., M.Si.

NIP. 19680701 199203 1 001

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan ii


LEMBAR BERITA ACARA UJIAN SIDANG SKRIPSI

Nama : Alvin Dianuddin Pratama


STB : 3160
Judul Skripsi : “Pengaruh Kepemimpinan terhadap Disiplin Kerja Petugas di
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus”

Telah dipertahankan dihadapan siding dewan penguji pada


KEGIATAN HARI/TANGGAL WAKTU
Ujian Sidang 27 Oktober 2020 08.30 – 09.00

Depok, 27 Oktober 2020

Dewan Penguji :

Ketua Sidang merangkap anggota :


Denny Nazaria Rifani, M.Si. ( )

Penguji merangkap anggota :


Kusmiyanti, A.Md.IP., S.Sos., M.Si. ( )

Pembimbing merangkap anggota :


Dr. Padmono Wibowo, S.H., S.Sos., M.Si. ( )

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan iii


LEMBAR PENGESAHAN HASIL SIDANG SKRIPSI

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Alvin Dianuddin Pratama
STB : 3160
Program Studi : Manajemen Pemasyarakatan
Judul Skripsi : “Pengaruh Kepemimpinan terhadap Disiplin Kerja Petugas
di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus”

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan
Pemasyarakatan pada Program Studi Manajemen Pemasyarakatan Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan

Dewan Penguji :
Pembimbing : Dr. Padmono Wibowo, S.H., S.Sos., M.Si. ( )

Penguji : Denny Nazaria Rifani, M.Si. ( )

Penguji : Kusmiyanti, A.Md.IP., S.Sos., M.Si . ( )

Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 27 Oktober 2020
Mengetahui,
Direktur Politeknik Ilmu Pemasyarakatan

Dr. Rachmayanthy, Bc.IP., S.H., M.Si.


NIP. 19690426 199203 2 001

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan iv


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Nama : Alvin Dianuddin Pratama


STB : 3160
Tempat, Tanggal Lahir : Banyumas, 23 Juli 1998

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul : “PENGARUH


KEPEMIMPINAN TERHADAP DISIPLIN KERJA PETUGAS DI RUMAH
TAHANAN NEGARA KELAS IIB KUDUS“ adalah hasil karya saya sebenar-
benarnya yang orisinil dan otentik.
Skripsi ini bukan plagiarism, pencurian hasil karya orang lain. Seluruh ide,
pendapat, atau materi dari sumber lain telah dikutip dengan cara penulisan referensi
yang sesuai.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan ini
tidak sesuai dengan kenyataan, maka saya bersedia menanggung sanksi yang akan
dikenakan kepada saya termasuk pencabutan gelar yang nanti saya dapatkan

Depok, 22 Oktober 2020

Alvin Dianuddin Pratama

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan v


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK KEPENTINAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Politeknik Ilmu Pemasyarakatan (Poltekip), saya yang


bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Alvin Dianuddin Pratama


STB : 3160
Program Studi : Manajemen Pemasyarakatan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Poltekip Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive-Free Right) atas karya
ilmiah saya yang berjudul :
Pengaruh Kepemimpinan terhadap Disiplin Kerja Petugas di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Poltekip berhak menyimpan, mengalih media/format-kan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 22 Oktober 2020

Yang menyatakan,

Alvin Dianuddin Pratama

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan vi


ABSTRAK

Nama : Alvin Dianuddin Pratama


Program Studi : Manajemen Pemasyarakatan
Judul : “Pengaruh Kepemimpinan terhadap Disiplin Kerja Petugas di
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus”

Disiplin menjadi kunci sukses suatu organisasi sehingga seluruh elemen


yang ada dapat berfungsi optimal, dalam periode tahun 2019 dan 2020 terdapat
beberapa pelanggaran, diantaranya kode etik dan ketidakdisiplinan dalam hal
kehadiran bekerja petugas. Hal ini menunjukkan bahwa tantangan seorang
pemimpin pada masa sekarang tidak hanya berkaitan dengan bagaimana pemimpin
tersebut mengatur seluruh tugas dan kewajibannya, tetapi juga bagaimana
pemimpin tersebut mampu mengelola seluruh petugas yang berada dibawahnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan pengaruh
kepemimpinan terhadap disiplin kerja petugas di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus. Analisa data yang digunakan untuk menguji hubungan atau pengaruh
variabel kepemimpinan terhadap variabel disiplin kerja, menggunakan instrument
analisis koefisiensi korelasi product moment (pearson), perhitungan analisa
menggunakan program SPSS.
Populasi penelitian ini adalah seluruh petugas Rumah Tahanan Negara
Kelas IIB Kudus, penulis mengambil sampel penelitian sebanyak 36 orang petugas.
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling, dengan
pertimbangan populasi tidak homogen dan berstrata secara proporsional dengan
latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, umur, dan lainnya. Perhitungan
jumlah sampel yang dipergunakan berdasarkan tabel penentuan jumlah sampel dari
populasi tertentu.
Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji product moment
dapat diketahui dari tabel hasil uji korelasi terlihat bahwa nilai pearson correlation
antara tingkat kepemimpinan dengan disiplin kerja yaitu 0,476 atau sebesar 47,6%.
Selanjutnya nilai tersebut dicocokakan pada tabel model summary tersebut, dapat
diketahui bahwa besarnya koefisien regresi antara variabel x (variabel
kepemimpinan) dan variabel y (variabel disiplin kerja) adalah sebesar 0,476 yang
berarti cukup kuat. Nilai R Square sebesar 0,227 menunjukkan bahwa variabel
kepemimpinan hanya memberikan kontribusi dalam mempengaruhi variabel
displin kerja sebesar 22.7%, sedangkan sisanya 77.3% dipengaruhi oleh variabel
atau faktor lain. Tabel uji koefisien regresi tersebut menyatakan bahwa variabel
kepemimpinan memiliki pengaruh terhadap variabel disiplin kerja. Hal ini
ditunjukkan dari nilai sebesar 0,003 < 0,05. Dari tabel tersebut dapat dilihat nilai α
sebesar 0,003, sehingga 0,003 < 0,05, jadi dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan
Ha diterima. Sehingga dapat dikatakan terdapat pengaruh antara kepemimpinan
terhadap disiplin kerja.
Kata Kunci : Kepemimpinan, Disiplin Kerja, Rumah Tahanan Negara

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan vii


ABSTRACT

Name : Alvin Dianuddin Pratama


Study program: Correctional Management
Title : “The Influence of Leadership on The Work Discipline of Officers
in Class IIB Kudus State Prison”

Discipline is the key to the success of an organization so that all existing


elements can function optimally, in the 2019 and 2020 periods there are several
violations, including etik code and indiscipline in the attendance of officers. This
shows that the challenge of a leader today is not only related to how the leader
manages all his duties and obligations, but also how the leader is able to manage
all the officers under him. This study aims to determine and describe the influence
of leadership on the work discipline of officers in the Class IIB Kudus State Prison.
Analysis of the data used to test the relationship or influence of leadership variables
on work discipline variables, using the product moment correlation coefficient
(Pearson) analysis instrument, the analysis calculations using the SPSS.
The population of this study were all officers of the Class IIB Kudus State
Prison, the authors took a sample of 36 officers. The sampling technique uses a
total sampling technique, with the consideration that the population is not
homogeneous and stratified in proportion to educational background, work
experience, age, and others. The calculation of the number of samples used is based
on the table to determine the number of samples from a certain population.
Based on the results of data analysis using the product moment test, it can
be seen from the table that the correlation test results show that the value of the
Pearson correlation between the level of leadership and work discipline is 0.476 or
47.6%. Furthermore, the value is matched in the model summary table, it can be
seen that the regression coefficient between the variable x (leadership variable) and
the variable y (work discipline variable) is 0.476 which means it is strong enough.
The R Square value of 0.227 shows that the leadership variable only contributes in
influencing the work discipline variable by 22.7%, while the remaining 77.3% is
influenced by other variables or factors. The regression coefficient test table states
that the leadership variable has an influence on the work discipline variable. This
is indicated by the value of 0.003 <0.05. From this table, it can be seen that the α
value is 0.003, so that 0.003 <0.05, so it can be concluded that Ho is rejected and
Ha is accepted. So it can be said that there is an influence between leadership on
work discipline.

Keywords : Leadership, Work Discipline, State Prison

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan viii


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dalam
rangka syarat untuk memperoleh gelar sarjana terapan pemasyarakatan

Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan Skripsi ini banyak pihak


yang telah memberikan dorongan baik moral maupun spiritual. Oleh karena
itu, izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Allah SWT atas segala rahmat dan kelancaran yang diberikan


kepada penulis dalam penulisan Skripsi ini.
2. Ibu Dr. Rachmayanthy, Bc.IP., S.H., M.Si. selaku Direktur
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan.
3. Bapak Odi Jarodi, A.Md.IP., S.Sos., M.Si. selaku Wakil Direktur I
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan.
4. Bapak Drs. Budi Priyatmono, M.H. selaku Wakil Direktur II
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan.
5. Bapak Dr. Syahrial Yuska, Bc.IP., S.H., M.H. selaku Ketua Program
Studi Manajemen Pemasyarakatan Politeknik Ilmu Pemasyarakatan.
6. Bapak Dr. Padmono Wibowo, S.H., S.Sos., M.Si. selaku
pembimbing dalam penyusunan Skripsi.
7. Papa dan Mamaku tercinta serta adik-adik dan seseorang tersayang
yang telah memberikan banyak bantuan baik moral dan spiritual
yang tidak dapat dibayangkan banyaknya.
8. Rekan-rekan seperjuangan Taruna Wreda Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan Angkatan 51 terimakasih atas semua kebersamaan
dan kerja sama selama di POLTEKIP.
9. Serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-
persatu.
Penulis menyadari di dalam penyusunan Skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan ix


membangun demi perbaikan selanjutnya. Akhirnya penulis berharap penulisan
Skripsi ini dapat berguna bagi pemasyarakatan dikemudian hari.

Depok, 22 Oktober 2020

Penulis

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan x


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN BERITA ACARA SIDANG ................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI vi
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 8
E. Hipotesis .............................................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 9
A. Literatur Review (Penelitian Terdahulu) ............................................ 9
B. Tinjauan Teori ..................................................................................... 11
C. Definisi Operasional............................................................................. 18
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 20
A. Pengertian dan Pemahaman Metode Kuantitatif .................................. 20
B. Desain Penelitian .................................................................................. 20
C. Sumber Data ......................................................................................... 21
D. Populasi dan Sampel ........................................................................... 21
E. Uji Validitas ......................................................................................... 22
F. Reliabilitas .......................................................................................... 23
G. Alat Ukur ............................................................................................. 25
H. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 25
I. Teknik Analisis Data ........................................................................... 26
J. Jadual Penelitian .................................................................................. 29

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xi


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 31
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................. 31
B. Karakteristik Responden ..................................................................... 35
C. Hasil Penelitian ................................................................................... 39
D. Analisis Univariat ................................................................................ 41
E. Analisis Data ....................................................................................... 59
F. Pembahasan ......................................................................................... 65
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 75
A. Kesimpulan ......................................................................................... 75
B. Saran .................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 77
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 80
GLOSARIUM ................................................................................................ 95
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... 97

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xii


DAFTAR TABEL

1.1. Jumlah Pegawai Kementerian Hukum dan HAM .................................... 2


1.2. Jumlah Pegawai Pemasyarakatan Maret 2020 ......................................... 2
1.3. Jumlah Kepala Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan .......................... 3
1.4. Jumlah Pegawai Struktural Pemasyarakatan Maret 2020 ........................ 3
1.5. Pelanggaran Kode Etik (Disiplin Kerja Petugas) ..................................... 5
1.6. Pelanggaran Petugas Rutan Kelas IIB Kudus Januari 2020 .................... 6
2.1. Operasional Konsep ................................................................................. 18
3.1. Uji Validitas Variabel Bebas .................................................................... 22
3.2. Uji Validitas Variabel Terikat .................................................................. 23
3.3. Uji Reliabilitas Variabel Bebas ................................................................ 24
3.4. Uji Reliabilitas Variabel Terikat .............................................................. 24
3.5. Kategori Jawaban Responden .................................................................. 25
3.6. Batas-Batas Nilai Koefisien Korelasi ....................................................... 27
3.7. Kategori Total Skor Skala Likert ............................................................. 29
3.8. Waktu Penelitian ...................................................................................... 30
4.1. Data Pegawai Menurut Golongan ............................................................ 33
4.2. Data Pegawai Menurut Jenjang Pendidikan ............................................. 33
4.3. Jumlah Narapidana 30 Juni 2020 ............................................................. 34
4.4. Jumlah Tahanan 30 Juni 2020 .................................................................. 34
4.5. Jenis Kelamin Responden ........................................................................ 35
4.6. Usia Responden ........................................................................................ 36
4.7. Pendidikan Terakhir Responden .............................................................. 37
4.8. Pangkat atau Golongan Responden .......................................................... 38
4.9. Pendapat Responden terhadap Variabel Kepemimpinan ......................... 39
4.10. Pendapat Responden terhadap Variabel Disiplin Kerja ......................... 40
4.11. Pendapat Responden Pemimpin Mengetahui Informasi dan Peraturan
di Rutan .................................................................................................. 41
4.12. Pendapat Responden Pemimpin Membuat Kebijakan di Rutan ............ 42
4.13. Pendapat Responden Pemimpin Mampu Menyelesaikan Permasalahan 43
4.14. Pendapat Responden Pemimpin Memiliki Komunikasi yang Baik
dengan Bawahan ..................................................................................... 44
4.15. Pendapat Responden Pemimpin Mampu Mendelegasikan Wewenang
kepada Bawahan ..................................................................................... 45
4.16. Pendapat Responden Pemimpin Memberikan Semangat kepada
Bawahan ................................................................................................. 46
4.17. Pendapat Responden Pemimpin Memberikan Penghargaan atas
Prestasi Bawahan .................................................................................... 47
4.18. Pendapat Responden Pemimpin Memberikan Sanksi atas Kesalahan
Bawahan ................................................................................................. 48
4.19. Pendapat Responden Pemimpin Menghargai Kerja Bawahan ............... 49
4.20. Pendapat Responden Pemimpin Menghormati Masukan dari Bawahan 50
4.21. Pendapat Responden Pemimpin Memberikan Contoh yang Baik
kepada Bawahan ..................................................................................... 51
4.22. Pendapat Responden Saya Hadir Tepat Waktu dalam Bekerja ............. 52

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xiii


4.23. Pendapat Responden Saya Menyelesaikan Tugas Tepat pada
Waktunya ................................................................................................ 53
4.24. Pendapat Responden Saya Mengerjakan Jurnal Harian Setiap Hari ...... 53
4.25. Pendapat Responden Saya Mematuhi Tata Tertib yang Sudah
Ditetapkan .............................................................................................. 54
4.26. Pendapat Responden Saya Mampu Bertugas sesuai Instruksi ............... 55
4.27. Pendapat Responden Saya Bekerja sesuai dengan SOP yang Berlaku .. 56
4.28. Pendapat Responden Saya Menjaga Peralatan yang Menjadi Tanggung
Jawab ...................................................................................................... 57
4.29. Pendapat Responden Saya Menjaga Kepercayaan Atasan ..................... 57
4.30. Pendapat Responden Saya Bertanggung Jawab dengan Pekerjaan
dan Memperbaiki apabila Salah ............................................................. 58
4.31. Pendapat Responden Saya selalu Konsisten dalam Bertugas ................ 59
4.32. Hasil Uji Normalitas .............................................................................. 60
4.33. Uji Regresi ANOVA ............................................................................... 61
4.34. Hasil Uji Regresi Linier Sederhana ........................................................ 62
4.35. Hasil Uji Signifikansi .............................................................................. 64
4.36. Uji Regresi Model Summary .................................................................. 65

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xiv


DAFTAR GAMBAR

2.1. Alur Pemikiran ......................................................................................... 18


4.1. Struktur Organisasi Rutan Kelas IIB Kudus ............................................ 32

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xv


DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Formulir Pengajuan Judul ....................................................... 80


2. Lampiran 2 Berita Acara Bimbingan Skripsi ............................................. 81
3. Lampiran 3 Kuesioner ................................................................................ 82
4. Lampiran 4 Pedoman Wawancara .............................................................. 87
5. Lampiran 5 Data Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Bebas ................ 88
6. Lampiran 6 Data Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Terikat .............. 90
7. Lampiran 7 Tabulasi Data .......................................................................... 92

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xvi


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia merupakan salah satu
kementerian di Indonesia yang memiliki tugas dan fungsi pada bagian hukum
dan hak asasi manusia. Dipimpin oleh seorang Menteri Yasonna H. Laoly sejak
27 Oktober 2014. Kementerian ini mempunyai Kantor Wilayah (Kanwil)
disetiap provinsinya dan membawahi beberapa Unit Pelaksana Teknis (UPT),
termasuk Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), Rumah Tahanan Negara (Rutan),
Rumah Penyimpanan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara (Rupbasan),
Balai Pemsayarakatan (Bapas), Balai Harta Peninggalan (BHP), dan Rumah
Detensi Imigrasi (Rudenim).
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun
2008 tentang Kementerian Negara, dan Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun
2015, Kementerian Hukum dan HAM menjalankan tugas dan fungsi di bidang
HAM, bidang peraturan perundang-undangan, bidang administrasi hukum
umum, bidang kekayaan intelektual, bidang pemasyarakatan, dan bidang
keimigrasian. Kementerian Hukum dan HAM mempunyai tugas dan fungsi
yang sangat heterogen dan memiliki peran strategis dalam bidang hukum
dengan didukung sumber daya manusia sebanyak 59.650 orang dan tersebar di
837 satuan kerja dari Sabang sampai Merauke serta beberapa perwakilan
Republik Indonesia di Luar Negeri. Satuan kerja Kementerian Hukum dan
HAM tersebar hingga tingkat Kabupaten/Kota yang mencerminkan
heterogenitas dan strategisnya fungsi Kementerian Hukum dan HAM.
Heterogenitas tugas dan fungsi serta sebaran sumber daya manusia
Kementerian Hukum dan HAM dijelaskan dalam tabel sebagai berikut :

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 1


Tabel 1.1.
Jumlah Pegawai Kementerian Hukum dan HAM
No. Wilayah Jumlah
1. Pusat 4.307
2. Daerah 55.343
Sumber Data Sekunder: LKIP Kemenkumham Tahun 2019

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan merupakan salah satu dari 11 unit


utama dalam Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan memiliki jumlah petugas yang sangat banyak dan tersebar
diseluruh wilayah Indonesia. Para petugas pemasyarakatan ini bertugas di
setiap Unit Peleksanaan Teknis Pemasyarakatan dengan jumlah yang sangat
banyak, dimana jumlah petugas tersebut harus diolah sehingga memliki
kualitas yang baik, dan mampu melaksanakan tugas dengan efektif dan efisien.
Untuk itu dibutuhkan peran seorang pemimpin di setiap lingkup organisasi
pemasyarakatan.
Tantangan seorang pemimpin pada masa sekarang tidak hanya
berkaitan dengan bagaimana pemimpin tersebut mengatur seluruh tugas dan
kewajibannya, tetapi juga bagaimana pemimpin tersebut mampu mengelola
seluruh petugas yang berada dibawahnya, dengan jumlah petugas yang sangat
banyak di lingkungan pemasyarakatan dibutuhkan sosok pemimpin yang
mempunyai karakter kuat untuk mengelolanya. Jumlah petugas pada
lingkungan pemasyarakatan sangat banyak, pada periode bula Maret tahun
2020 sudah mencapai 36.949 petugas, seperti dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 1.2.
Jumlah Pegawai Pemasyarakatan Maret 2020
No. Pegawai Jumlah
1. Pria 28.358
2. Wanita 8.591
3. Total 36.949
Sumber Data Sekunder: https://smslap.ditjenpas.go.id

Melihat jumlah petugas pada lingkungan pemasyarakatan yang


berjumlah 36.949 orang dari 59.650 orang keseluruhan jumlah pegawai pada
Kementerian Hukum dan HAM, menjelaskan bahwa 62% pegawai
Kementerian Hukum dan HAM berada pada lingkungan pemasyarakatan. Hal
ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemimpin dan pejabat-pejabat struktural

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 2


pada lingkungan pemasyarakatan untuk menjadi sosok pemimpin yang mampu
berkompeten memberikan contoh dalam hal ini kedisiplinan dalam bekerja
yang baik bagi petugas dibawahnya. Sudah menjadi sesuatu hal yang tidak bisa
dipungkiri bahwa tidak semua orang bisa menjadi seorang pemimpin, seperti
halnya Unit Pelaksana Teknis di lingkungan pemasyarakatan yang hanya
terdapat satu sosok kepala sebagai seorang kepala Unit Pelaksana Teknis,
seperti dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 1.3.
Jumlah Kepala Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan
Jumlah Kepala
No. Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan
UPT
1. Lembaga Pemasyarakatan 327
2. Rumah Tahanan Negara 165
3. Balai Pemasyarakatan 90
4. Rumah Penyimpanan Benda Sitaan dan 64
Barang Rampasan Negara
5. Total 646
Sumber Data Sekunder: LKIP Kemenkumham Tahun 2019

Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa ada 646 orang kepala Unit
Pelaksana Teknis pemasyarakatan, jumlah yang sedikit dengan presentase
sebesar 2% dari jumlah keseluruhan petugas pada lingkungan pemasyarakatan.
Maka dari itu dibutuhkan sosok pemimpin-pemimpin lain dibawah kepala Unit
Pelaksana Teknis untuk memberikan tauladan baik dalam berdisiplin kerja,
adapun pemimpin dibawah kepala Unit Pelaksana Teknis dijelaskan dalam
tabel berikut :

Tabel 1.4.
Jumlah Pegawai Struktural Pemasyarakatan Maret 2020
No. Pegawai Jumlah
1. Eselon 2 456
2. Eselon 3 681
3. Eselon 4 909
4. Eselon 5 1.590
5. Total 3.636
Sumber Data Sekunder: https://smslap.ditjenpas.go.id

Kepemimpinan yang baik akan membuat petugas merasa nyaman


dalam bekerja, memiliki komitmen dan kesetiaan keras serta membuat petugas
berusaha lebih keras meningkatkan kinerja serta mempertahankan keunggulan

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 3


kompetitif (Fragueiro & Thomas, 2011). Sumber daya manusia sangat berperan
dalam pengelolaan dan peningkatan mutu kedisiplinan kerja petugas. Maka
dari itu untuk meningkatkan disiplin kerja, dibutuhkan sosok pemimpin yang
mampu memberikan tauladan terhadap anggota yang dipimpinnya. Disipilin
kerja menjadi hal mendasar dalam mencapai kualitas dari organisasi. Petugas
dengan disiplin kerja yang baik akan mampu meningkatkan kualitas dari
organisasi yang diembannya.
Pemasyarakatan didalam melaksanakan tugas memiliki suatu tujuan
yang tercantum pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan yang menyatakan bahwa,
“Sistem Pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka untuk
membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan agar dapat menjadi
manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan
tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima di
lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan,
dapat hidup secara wajar sebagai Warga Negara yang baik dan
bertanggung jawab”.
Dalam rangka pelaksanaan Permenkumham RI Nomor M.HH-
16.KP.05.02 Tahun 2011 tentang Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan dan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan maka perlu
juga adanya peningkatan kedisiplinan kerja petugas di lingkungan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia terkhusus di Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Pemasyarakatan sehingga dapat melaksanakan tugas sebagai
petugas pemasyarakatan dengan baik sesuai fungsi utama dari petugas
pemasyarakatan sesuai dengan pasal 8 ayat 1 Undang-Undang Nomor 12 tahun
1995 tentang Pemasyarakatan,
“Petugas pemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat
(1) merupakan pejabat fungsional penegak hukum yang
melaksanakan tugas di bidang pembinaan, pengamanan, dan
pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan”.
Berdasarkan amanat peraturan untuk menciptakan disiplin kerja yang
baik maka dibutuhkan sosok pemimpin yang baik. Kepemimpinan yang baik

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 4


dapat membantu kinerja petugas karena menciptakan disiplin kerja bagi
petugas untuk memberikan kemampuan terbaiknya dalam memanfaatkan
kesempatan yang diberikan organisasi. Dalam periode tahun 2019 terdapat
pelanggaran kode etik petugas dalam lingkungan pemasyarakatan yang
berkaitan dengan kedisiplin kerja, hal itu dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1.5.
Pelanggaran Kode Etik (Disiplin Kerja Petugas)
No. Pelanggaran 2019
1. Selesai 55
2. Ditindaklanjuti 32
3. Total 87
Sumber Data Sekunder: LKIP Kemenkumham Tahun 2019

Apabila melihat situasi dalam tabel tersebut yang memperlihatkan


masih ada pelanggaran kode etik berkaitan dengan disiplin kerja petugas
pemasyarakatan, hal ini menjelaskan bahwa regulasi yang mengatur tentang
kode etik sebagai petugas dalam Permenkumham RI Nomor M.HH-
16.KP.05.02 Tahun 2011 tentang Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan belum
sepenuhnya dipahami dengan baik oleh seluruh petugas pemasyarakatan.
Permasalahan ini menunjukkan bahwa regulasi belum cukup untuk mengatur
petugas menjadi seorang petugas yang disiplin dalam bekerja, tetapi perlu
peran seorang pemimpin sebagai tauladan untuk meningkatkan disiplin kerja
petugas pemasyarakatan.
Disiplin terhubung tidak hanya dengan hukuman tetapi juga dengan
pelatihan petugas, pengembangan, dan pengendalian diri. Ini mencakup sistem
regulasi yang merekomendasikan perilaku organisasi yang diperlukan, karena
mendisiplinkan petugas disediakan oleh hukum (terutama oleh kode etik
petugas). Diasumsikan bahwa petugas yang disiplin terdiri dari hukuman yang
terhubung dengan upaya untuk menegakkan perilaku yang sesuai. Gagasan
"perilaku yang sesuai" dapat menimbulkan keraguan serius. Perilaku seperti ini
tergantung pada bagaimana organisasi berfungsi, tujuan dan motif operasional
yang dimilikinya. Misalnya, jika suatu organisasi hanya memiliki tujuan
keuangan, seluruh sistem disiplin kerja berorientasi pada pencapaian tujuan
tersebut. Sarana untuk mencapai tujuan-tujuan ini biasanya tidak terlalu

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 5


penting. Petugas dihukum karena gagal mencapai tujuan keuangan, tetapi
mereka tidak dihukum karena melakukan tindakan kompetitif dan tidak etis
yang bertujuan memperoleh hasil yang lebih baik daripada pesaing internal,
yaitu petugas lain (Bugdol, 2018). Disiplin menjadi kunci sukses suatu
organisasi sehingga seluruh elemen yang ada dapat berfungsi optimal, akan
tetapi dalam periode bulan Januari tahun 2020 masih terdapat beberapa petugas
di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus yang belum disiplin dalam
bekerja, dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 1.6.
Pelanggaran Petugas Rutan Kelas IIB Kudus Januari 2020

No. Jenis Pelanggaran Jumlah


1. Absen 7
2. Melanggar SOP 1
3. Tidak Mengikuti Rapat 2
Sumber Data Sekunder: Kepegawaian Rutan Kelas IIB Kudus

Melihat permasalahan dalam tabel tersebut menunjukkan adanya


petugas yang tidak disiplin dalam bekerja. Dari total 36 petugas Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Kudus, pada periode bulan Januari 2020 terdapat 7
petugas yang tidak hadir dalam bekerja, 1 petugas yang melanggar SOP yaitu
memasukkan barang terlarang berupa gunting kedalam kamar tahanan, dan 2
petugas yang tidak mengikuti rapat pengutan petugas Rumah Tahanan Negara
Kelas IIB Kudus, sehingga petugas yang bersangkutan membuat surat
pernyataan yang diserahkan kepada Kepala Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus. Permasalahan-permasalahan ini muncul karena kurang adanya sosok
pemimpin yang mampu memberikan tauladan dan kontrol bagi petugas
dibawahnya, sehingga timbul permasalahan-permasalahan tersebut.
Perihal disiplin kerja tidak hanya pada bidang kehadiran petugas, tetapi
pada bidang integritas petugas. Seperti contoh kasus yang pernah terjadi pada
Lembaga Pemayarakatan Kelas I Sukamiskin, ketika petugas pengawalan yang
sedang melaksanakan tugas mengawal narapidana keluar Lapas, narapidana
tersebut menggunakan hak izin berobatnya keluar Lapas untuk kepentingan
lainnya, hal ini berdampak kepada petugas Lapas yang mengawal dan
komandan jaga yang sedang bertugas pada hari itu. Kedua petugas tersebut

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 6


terbukti bersalah dan diberikan hukuman disiplin sesuai dengan pasal 3 ayat 5
dan 9 Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil (BBC, 2019).
Kasus ini menunjukkan bahwa didalam lingkungan Lembaga
Pemasyarakatan belum ada sosok pemimpin dijadikan sebagai tauladan bagi
petugas dibawahnya, bagaimana seorang pemimpin tidak mampu memberikan
kontrol diri kepada petugas dibawahnya dalam kedisiplinan kerja.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut, terutama dalam hal disiplin kerja
terkait dengan kepemimpinan, maka Penulis akan mengembangkan ide-ide
penulis dan menuangkannya dalam Skripsi yang berjudul “Pengaruh
Kepemimpinan terhadap Disiplin Kerja Petugas di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus.”

B. Rumusan Masalah
Berawal dari latar belakang permasalahan di atas, maka pokok
permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kepemimpinan di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus?
2. Bagaimana disiplin kerja petugas di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus?
3. Bagaimana pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin kerja petugas di
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan Skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui kepemimpinan di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus.
2. Untuk mengetahui disiplin kerja petugas di Rumah Tahanan Negara Kelas
IIB Kudus.
3. Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin kerja petugas
di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 7


D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dalam penelitian
untuk penulisan Skripsi ini sebagai berikut :
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan
Sebagai bahan masukan khususnya pengaruh kepemimpinan
terhadap disiplin kerja petugas dalam rangka peningkatan kualitas
kepemimpinan demi tercapainya disiplin kerja petugas di Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Kudus.
b. Bagi Peneliti
Untuk memberikan gambaran tentang sejauh mana pengaruh
kepemimpinan terhadap disiplin kerja petugas di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus.
c. Bagi Pihak Lain
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan
maupun informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian
di bidang pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin kerja.

2. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan
bagi peneliti maupun pembaca yang tertarik di bidang pengaruh
kepemimpinan terhadap disiplin kerja.

E. Hipotesis
Penelitian ini dalam melakukan analisis menggunakan uji korelasi dan
uji regresi. Dari hal itu peneliti membuat hipotesis penelitian sebagai berikut :
Ho: Tidak adanya pengaruh antara kepemimpinan terhadap disiplin kerja.
Ha : Adanya pengaruh antara kepemimpinan terhadap disiplin kerja.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 8


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Literatur Review (Penelitian Terdahulu)


Penelitan sebidang yang dijadikan referensi dalam penelitian ini antara
lain dengan judul Pengaruh Kepemimpinan terhadap Disiplin Kerja Karyawan
pada Bagian Produksi PT Foximas Mandiri Bandung oleh Meilita Sartika
Sinaga (2019), jurnal ini menggunakan metode penelitian, yang merupakan
metode survei deskriptif, menggunakan penelitian kepustakaan dan penelitian
lapangan sebagai metode pengumpulan data, yang meliputi pengamatan non-
pembelajar, wawancara terstruktur dan kuesioner dalam metode pengambilan
sampel, yang didistribusikan di antara 28 responden. Dari hasil penelitian,
dapat disimpulkan bahwa regresi linier memiliki pengaruh positif
kepemimpinan terhadap disiplin kerja karyawan sebesar 59,29% atau kita juga
dapat mengatakan bahwa penyimpangan yang terjadi pada variabel disiplin
kerja (Y) ditentukan oleh 59,29. % dari variabel, yang ditemukan dalam
variabel. manual (X). Sisanya 40,71% ditentukan oleh faktor-faktor lain yang
tidak terkait dengan penelitian, seperti motivasi, kondisi kerja dan asuransi
kesehatan. Hambatan dalam pelaksanaan kepemimpinan, yaitu, perusahaan
tidak memberikan motivasi bagi karyawan, seperti kurangnya remunerasi atau
bonus, kurangnya interaksi yang baik antara manajer atau pengrajin dan
bawahan, dan perusahaan kurang memperhatikan karyawan, seperti
kekurangan asuransi kesehatan.
Penelitian I Gusti Ngurah Truly Mahendra dan Ida Aju Brahmasari
(2014) dengan judul Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja,
Motivasi Kerja Dan Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSJ
Menur Surabaya. Penelitian ini dilakukan di bangsal Surabaya dari bangsal
Menurish dengan perawat responden hingga 76 orang. Alat penelitian
menggunakan kuesioner dan menggunakan skala Likert untuk mengumpulkan
data, sedangkan analisisnya secara cerdas memprogram Smart PLS 2.0.
Penelitian ini menemukan hubungan yang signifikan antara kepemimpinan dan

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 9


disiplin (statistik t: 5,192), kepemimpinan dan motivasi (statistik t: 2294), dan
juga antara motivasi dan efisiensi (statistik t: 4,251). Meskipun hubungan
antara disiplin dan kinerja tidak signifikan (statistik t: 1,322) dan antara
kepemimpinan dan efektivitas (statistik T: 0,209). Penelitian ini menunjukkan
bahwa kepemimpinan memiliki dampak positif dan signifikan terhadap disiplin
kerja, kepemimpinan memiliki dampak positif dan signifikan terhadap
motivasi kerja, disiplin kerja memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap produktivitas, motivasi kerja memiliki dampak positif dan signifikan.
dampak yang signifikan pada produktivitas dan kepemimpinan memiliki efek
yang dapat diabaikan pada pekerjaan perawat merawat pasien di bangsal
Surabaya Menur. Di antara variabel disiplin kerja, motivasi kerja,
kepemimpinan dan produktivitas, ditemukan bahwa kepemimpinan memiliki
dampak terbesar pada disiplin kerja, dan motivasi untuk pekerjaan perawat
yang merawat pasien di bangsal Menur RSJ Surabaya adalah pengaruh yang
kuat.
Penelitian Jaswadi (2020) dengan judul Pengaruh Kepemimpinan
Kepala Sekolah, Iklim Kerja dan Motivasi Berprestasi terhadap Disiplin Kerja
Guru di SMAN Kalitidu Bojonegoro. Jenis penelitian ini adalah tinjauan
penjelasan, dan pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah semua guru di SMA Bojonegoro
Kalitidu, yang berjumlah 50 orang. Berdasarkan pemahaman ini, sampel dalam
penelitian ini adalah 50 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel kepemimpinan dalam kondisi baik, variabel iklim organisasi dalam
kondisi baik, variabel motivasi dalam kondisi baik, dan variabel disiplin dalam
kondisi baik. SMA Bojonegoro Kalitidu. Kepemimpinan dasar dan motivasi
berprestasi sebagian memiliki dampak yang signifikan terhadap kompetensi di
SMA Kalitidu Bojonegoro, sementara iklim organisasi tidak secara signifikan
mempengaruhi kompetensi di SMA Kalitidu Bojonegoro.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 10


B. Tinjauan Teori
Pada bagian kajian teori ini, judul yang akan di ambil peneliti yaitu
“Pengaruh Kepemimpinan terhadap Disiplin Kerja Petugas di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus.” Judul tersebut dijabarkan dalam teori yang berkaitan
dengan kepemimpinan dan disiplin kerja.
Menurut (Soekarso, 2015) kepemimpinan adalah proses pengaruh
sosial di mana satu kehidupan dapat mempengaruhi kehidupan orang lain,
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, yaitu aturan hukum dan
memastikan pencapaian tujuannya. Kepemimpinan merupakan faktor yang
menentukan dalam suatu perusahaan. Berhasil atau gagal perusahaan dalam
mencapai suatu tujuan dipengaruhi oleh cara seorang pimpinan. Sosok
pemimpin dalam perusahaan dapat menjadi efektif apabila pemimpin tersebut
mampu mengelola perusahaannya dan mempengaruhi perilaku bawahan agar
mau bekerja sama dalam mencapai tujuan perusahaan.
Kepemimpinan menurut (Rizal, 2019) adalah cara seorang pemimpin
dalam mempengaruhi perilaku para bawahan, agar mau bekerja sama dan
bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan perusahaan. Menurut
(Mahendra, 2014) kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain, dalam hal ini para bawahannya sedemikian rupa
sehingga para bawahannya mau melakukan kehendak pimpinan meskipun
secara pribadi hal itu tidak disenanginya. Menurut (Hidayat, 2019)
kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan
tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan
terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakan dan mempengaruhi
orang. Kepemimpinan sebagai sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk
orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela. Terdapat tiga implikasi
penting yang ter- kandung dalam kepemimpinan adalah: a) Kepemimpinan
melibatkan orang lain baik itu dari bawahan maupun pengikut. b)
Kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan
anggota kelompok secara seimbang, karena anggota kelompoknya bukanlah
tanpa daya. c) Adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 11


yang berbeda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya melakukan
berbagai cara.
Dalam esensinya, kepemimpinan merupakan upaya pencapaian tujuan
dengan melalui orang-orang. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi bawahan atau
kelompok untuk bekerja sama mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
Pengertian kepemimpinan yang dikemukakan oleh beberapa ahli diatas, dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah cara seorang pimpinan dalam
mempengaruhi perilaku dan mendayagunakan para bawahannya agar mau
bekerja sama dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk mencapai
suatu tujuan organisasi.
Menurut (Davis, 2010) kepemimpinan adalah kemampuan untuk
membujuk orang lain untuk mencari tujuan yang telah ditetapkan secara
antusias. Ini adalah faktor manusia yang mengikat kelompok bersama-sama
dan memotivasi ke arah tujuan. Terdapat teori-teori yang menjelaskan tentang
kepemimpinan, salah satunya adalah teori sifat (traith theory), menurut (Davis,
2010) ada empat sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan
kepemimpinan organisasi, Keith Davis membaginya kedalam empat dimensi
sebagai berikut :
1. Kecerdasan
Pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan lebih tinggi
dibandingkan yang dipimpinnya.
2. Kedewasaan dan keleluasaan hubungan sosial
Pemimpin cenderung mempunyai emosi yang stabil dan matang,
serta mempunyai perhatian yang luasterhadap aktivitas-aktivitas
sosial. Dia mempunyai keinginan dihargai dan menghargai.
3. Motivasi dan dorongan prestasi
Pemimpin mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk
berprestasi. Mereka berusaha mendapatkan penghargaan yang
intrinsik daripada yang ektrinsik.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 12


4. Sikap-sikap hubungan sosial
Pemimpin mempunyai perhatian dan pemimpin berorientasi pada
karyawan bukan produksi.
Menurut (Siswanto, 2010) disiplin kerja adalah sikap menghormati,
menghormati kepatuhan dan kepatuhan terhadap peraturan yang ada dalam
bentuk tertulis dan tidak tertulis serta kemampuan untuk memenuhinya tanpa
menghindari sanksi yang ditetapkan jika pelanggaran tugas dan kekuasaan
diterima. Menurut (Robbins, 2014) disiplin kerja dapat diartikan sebagai suatu
sikap dan perilaku yang dilakukan secara sukarela dengan penuh kesadaran dan
kesediaan mengikuti peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan atau atasan, baik tertulis maupun tidak tertulis. Disiplin kerja
menurut (Robbins, 2014) terdapat tiga dimensi sebagai berikut :
1. Disiplin waktu
Disiplin waktu diartikan sebagai sikap atau tingkah laku yang
menunjukkan ketaatan terhadap jam kerja yang meliputi, kehadiran
dan kepatuhan karyawan terhadap jam kerja, karyawan
melaksanakan tugas dengan tepat waktu dan benar.
2. Disiplin peraturan
Peraturan maupun tata tertib yang tertulis dan tidak tertulis dibuat
agar tujuan suatu organisasi dapat dicapai dengan baik. Untuk itu
dibutuhkan sikap setia dari karyawan terhadap komitmen yang
telah ditetapkan tersebut. Kesetiaan di sini berarti taat dan patuh
dalam melaksanakan perintah dari atasan dan peraturan, tata tertib
yang telah ditetapkan. Serta ketaatan karyawan dalam
menggunakan kelengkapan pakaian seragam yang telah ditentukan
organisasi atau perusahaan.
3. Disiplin tanggung jawab
Salah satu wujud tanggung jawab karyawan adalah penggunaan
dan pemeliharaan peralatan yang sebaik-baiknya sehingga dapat
menunjang kegiatan kantor berjalan dengan lancar. Serta adanya
kesanggupan dalam menghadapi pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya sebagai seorang karyawan.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 13


1. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah faktor terpenting dalam suatu organisasi.
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa kepemimpinan
diambil dari kata "pimpin," yang berarti jalan menuju kepemimpinan.
Kepemimpinan yang dimaksud adalah kemampuan seseorang untuk
memerintah orang-orang di bawahnya. Dalam tulisan ini, kepemimpinan
adalah kemampuan pemegang jabatan untuk menunjuk staf yang
dipimpinnya untuk meningkatkan kualitas disiplin di tempat kerja.
Menurut (Pratama, Manajemen, Ekonomi, Bisnis, & Surakarta,
2019), ada banyak definisi kepemimpinan yang hampir sama banyaknya
dengan orang yang mencoba mendefinisikannya. Dikatakan bahwa
kepemimpinan sebagai konsep manajemen dapat dirumuskan dalam
berbagai definisi tergantung di mana pemikiran dimulai.
Dalam sebuah artikel (Bisnis, 2019) dijelaskan bahwa faktor
kepemimpinan juga merupakan elemen yang mempengaruhi disiplin kerja.
Seorang pemimpin diperlukan untuk memandu karyawan disiplin dalam
mencapai tujuan organisasi, karena kualitas kepemimpinan yang
terkandung dalam organisasi memainkan peran yang sangat dominan
dalam keberhasilan organisasi dalam melakukan berbagai tindakan,
terutama yang dicatat dalam disiplin pejabat. Menurut (Saidiman, 2020)
kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi kelompok untuk
mencapai visi atau serangkaian tujuan. Keberhasilan suatu organisasi
sangat tergantung pada kualitas kepemimpinan yang terkandung dalam
organisasi. Bahkan, dapat dikatakan bahwa kualitas kepemimpinan yang
dapat ditemukan dalam organisasi memainkan peran yang sangat dominan
dalam keberhasilan organisasi dalam melakukan berbagai tindakan nyata,
terutama dalam pekerjaan karyawan. Diindikasikan bahwa fungsi
kepemimpinan terdiri dari: pengarahan, konsultasi, partisipasi, delegasi
dan pemantauan.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 14


2. Disiplin Kerja
Disiplin adalah fungsi terpenting dari manajemen personalia, karena
semakin baik disiplin seorang karyawan, semakin tinggi produktivitas
yang dapat ia raih. Tanpa disiplin yang baik, organisasi akan kesulitan
mencapai hasil yang optimal. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan
bahwa disiplin berarti ketaatan (kepatuhan) terhadap aturan (rule of
conduct, dll.). Disiplin yang dipertimbangkan adalah semua yang
dilakukan oleh karyawan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
peraturan dan ketentuan yang berlaku. Disiplin kerja yang dimaksud dalam
tulisan ini adalah disiplin kerja petugas yang dilaksanakan ketika bertugas
sesuai dengan tata tertib dilingkungan Rutan Kelas IIB Kudus.
Disiplin menurut (Pereira, 2019) adalah disiplin yang baik
mencerminkan tingkat tanggung jawab untuk tugas yang diberikan
kepadanya. Ini mendorong antusiasme untuk bekerja, antusiasme untuk
bekerja dan realisasi tujuan organisasi, petugas dan masyarakat.
Karenanya, setiap pemimpin selalu berusaha memastikan bahwa
bawahannya memiliki disiplin yang baik. Dikatakan bahwa seorang
pemimpin efektif dalam kepemimpinannya jika bawahannya disiplin.
Disiplin menurut (Sutanjar, 2019) adalah kesadaran dan kesediaan
untuk mematuhi semua aturan organisasi dan norma sosial yang berlaku.
Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela mematuhi semua
aturan dan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya. Karena itu, dia akan
mematuhi atau melakukan semua tugasnya dengan baik, dan tidak dengan
paksa. Kemauan adalah sikap, perilaku dan tindakan seseorang sesuai
dengan standar organisasi, baik tertulis maupun tidak.
Menurut (Siagian, 1997) pandangan tentang disiplin kerja berangkat
dari pendapat bahwa tidak ada orang ideal yang bebas dari kesalahan. Oleh
karena itu, setiap organisasi harus memiliki ketentuan berbeda yang harus
diikuti oleh anggotanya, standar yang harus diikuti. Disiplin adalah
tindakan manajerial yang dirancang untuk mendorong anggota memenuhi
persyaratan berbagai ketentuan. Dengan kata lain, disiplin kerja adalah
bentuk pelatihan yang ditujukan untuk meningkatkan dan

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 15


mengembangkan pengetahuan, sikap, dan perilaku karyawan sehingga
karyawan ini secara sukarela mencoba bekerja sama dengan karyawan lain
dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Sebuah artikel (Manajemen, 2018) menjelaskan bahwa disiplin
adalah sikap dan perilaku karyawan, yang memanifestasikan dirinya dalam
bentuk kesediaan karyawan untuk diberi informasi dan tulus atau tanpa
paksaan untuk mematuhi dan menerapkan semua aturan dan kebijakan
organisasi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka,
berjuang keras untuk memaksimalkan pencapaian tujuan organisasi.
Disiplin menurut (Wartana, 2019) adalah suatu sikap, perilaku dan
tindakan sesuai dengan aturan organisasi, baik tertulis maupun tidak
tertulis. Disiplin adalah perilaku seseorang yang mematuhi aturan dan
prosedur yang berlaku. Disiplin kerja diperlukan untuk setiap karyawan.
Disiplin adalah persyaratan untuk pembentukan sikap disiplin, perilaku
dan kondisi kehidupan yang akan memfasilitasi pekerjaan karyawan,
sehingga menciptakan suasana kerja yang menguntungkan dan upaya
pendukung untuk mencapai tujuan. Disiplin adalah sarana untuk mendidik
kepribadian karyawan sehingga mereka selalu menunjukkan kinerja yang
baik dari waktu ke waktu, perilaku dan pola hidup yang baik dan disiplin
tanpa bentuk. Latihan diadakan bersama antara petugas, pemimpin, dan
semua personel dalam organisasi.

3. Kerangka Berpikir
Kemampuan pemimpin untuk mengubah lingkungan kerja dapat
diukur dari disiplin kerja para petugas di organisasi. Kepemimpinan yang
diberikan oleh pemimpin dapat mempromosikan disiplin kerja, baik secara
individu maupun dalam kelompok, untuk menciptakan lingkungan kerja
yang baik.
Menurut (Davis, 2010) ada empat sifat umum yang berpengaruh
terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, Keith Davis
membaginya kedalam empat dimensi sebagai berikut :

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 16


1. Kecerdasan
2. Kedewasaan dan keleluasan hubungan sosial
3. Motivasi dan dorongan prestasi
4. Sikap-sikap hubungan sosial
Disiplin adalah perilaku seseorang yang mematuhi aturan dan
prosedur yang berlaku. Disiplin kerja diperlukan untuk setiap petugas.
Disiplin adalah syarat untuk pembentukan sikap, perilaku dan kondisi
kehidupan yang akan memudahkan pekerjaan petugas.
Menurut (Robbins, 2014) disiplin kerja dapat diartikan sebagai suatu
sikap dan perilaku yang dilakukan secara sukarela dengan penuh
kesadaran dan kesediaan mengikuti peraturan-peraturan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan atau atasan, baik tertulis maupun tidak tertulis.
Disiplin kerja menurut (Robbins, 2014) terdapat tiga dimensi sebagai
berikut :
1. Disiplin waktu
2. Disiplin peraturan
3. Disiplin tanggung jawab
Hubungan antara kepemimpinan dan disiplin kerja dalam suatu
organisasi adalah salah satu kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan.
Dalam konteks ini, kepemimpinan adalah salah satu faktor kunci dalam
mencapai disiplin kerja yang baik bagi para petugas. Dengan disiplin kerja
yang baik muncul dari seorang pemimpin yang kompeten, ini akan
membuat organisasi yang berhasil mendapatkan hasil yang baik.
Berdasarkan uraian di atas, ada hubungan antara kepemimpinan dan
disiplin kerja, semakin baik kepemimpinan atasan, semakin baik disiplin
kerja petugas dibawahnya dan begitu juga sebaliknya. Berdasarkan uraian
yang dibahas di atas, penulis selanjutnya menggambarkannya dalam alur
pemikiran.
Pendapat penulis di atas, serta penggunaannya sebagai alat ukur
untuk variabel dependen (Y), yaitu disiplin kerja, uraian di atas dapat
diuraikan dalam bentuk berikut:

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 17


Gambar 2.1.
Alur Pemikiran

KEPEMIMPINAN (X) DISIPLIN KERJA (Y)


(Davis, 2010) (Robbins, 2014)
1. Kecerdasan 1. Disiplin Waktu
2. Kedewasaan dan 2. Disiplin Peraturan
Keleluasan 3. Disiplin Tanggung
Hubungan Sosial Jawab
3. Motivasi dan
Dorongan
Prestasi
4. Sikap-Sikap
Hubungan Sosial

C. Definisi Operasional
Menurut (Soehartono, 2012:29) operasionalisasi konsep adalah
deskripsi struktur penelitian yang menggambarkan variabel, dimensi dan
indikator konsep, serta langkah-langkah yang bertujuan untuk mendapatkan
nilai variabel. Operasional konsep dapat lebih dipahami sebagai berikut:
Tabel 2.1.
Operasional Konsep
Variabel Dimensi Pernyataan Item Skala
Kepemimpinan Kecerdasan Pemimpin mengetahui
Keith Davis informasi dan peraturan 1 Ordinal
(2010) di Rutan
Pemimpin membuat
2 Ordinal
kebijakan di Rutan
Kedewasaan Pemimpin mampu
dan meyelesaikan 3 Ordinal
Keleluasan permasalahan
Hubungan Pemimpin memiliki
Sosial komunikasi yang baik 4 Ordinal
dengan bawahan
Pemimpin mampu
mendelegasikan
5 Ordinal
wewenag kepada
bawahan
Motivasi dan Pemimpin memberikan
Dorongan semangat kepada 6 Ordinal
Prestasi bawahan

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 18


Pemimpin memberikan
penghargaan atas 7 Ordinal
prestasi bawahan
Pemimpin memberikan
sanksi atas kesalahan 8 Ordinal
bawahan
Sikap-Sikap Pemimpin menghargai
9 Ordinal
Hubungan kerja bawahan
Sosial Pemimpin menghormati
10 Ordinal
masukan dari bawahan
Pemimpin memberikan
contoh yang baik kepada 11 Ordinal
bawahan
Disiplin Kerja Disiplin Saya hadir tepat waktu
12 Ordinal
Robbins & Waktu dalam bekerja
Judge (2014) Saya menyelesaikan
tugas tepat pada 13 Ordinal
waktunya
Saya mengerjakan jurnal
14 Ordinal
harian setiap hari
Disiplin Saya mematuhi tata
Peraturan tertib yang sudah 15 Ordinal
ditetapkan
Saya mampu bertugas
16 Ordinal
sesuai instruksi
Saya bekerja sesuai
dengan SOP yang 17 Ordinal
berlaku
Disiplin Saya menjaga peralatan
Tanggung yang menjadi tanggung 18 Ordinal
Jawab jawab
Saya menjaga
19 Ordinal
kepercayaan atasan
Saya bertanggung jawab
dengan pekerjaan dan
20 Ordinal
memperbaiki apabila
salah
Saya selalu konsisten
21 Ordinal
dalam bertugas

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 19


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pengertian dan Pemahaman Metode Kuantitatif


Menurut (Creswell, 2019:5) metode penelitian kuantitatif adalah
metode pengujian teori tertentu dengan memeriksa hubungan antar variabel.
Variabel-variabel ini biasanya diukur menggunakan instrumen penelitian,
sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis berdasarkan
prosedur statistik. Laporan akhir untuk penelitian ini pada umumnya memiliki
struktur yang ketat dan konsisten, dimulai dengan pendahuluan, tinjauan
pustaka, landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian
campuran. Penelitian ini merupakan langkah penelitian yang menggabungkan
dua bentuk penelitian yang ada, yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian
kualitatif. Menurut (Creswell, 2019:5) penelitian campuran adalah pendekatan
penelitian yang mencakup pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif,
kombinasi dua bentuk data dan penggunaan berbagai skema, yang dapat
mencakup asumsi filosofis dan landasan teoritis. Asumsi utama dari bentuk
penelitian ini adalah kombinasi dari pendekatan kuantitatif dan kualitatif, yang
memberikan pemahaman yang lebih lengkap daripada hanya satu pendekatan
untuk menetapkan tujuan penelitian. Pendekatan campuran menggunakan
salah satu pendekatan yang dominan dan tidak dominan di samping data.
Dalam penelitian ini, pendekatan yang dominan adalah kuantitatif dengan data
primer dalam bentuk hasil survei kuesioner dan data tambahan dari pendekatan
kualitatif dalam bentuk wawancara dan observasi.

B. Desain Penelitian
Desain rancangan penelitian merupakan rencana dan prosedur
penelitian yang meliputi asumsi-asumsi luas hingga metode-metode rinci dalam
pengumpulan dan analisis data. Desain penelitian ini berawal dari masalah
sosial dengan pendekatan bersifat kuantitatif dan membatasi permasalahan yang

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 20


ada pada rumusan masalah. Rumusan masalah kemudian dinyatakan dalam
kalimat pertanyaan yang selanjutnya peneliti menggunakan teori untuk
menjawabnya.
Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian kausal (causal
design) yang menghubungkan sebab dan akibat antara variabel X dan variabel
Y. Variabel-variabel ini diukur biasanya dengan instrumen-instrumen
penelitian sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis
berdasarkan prosedur-prosedur statistik (Creswell, 2019). Analisis dalam
penelitian menggunakan uji korelasi dan uji regresi antara pengaruh
kepemimpinan terhadap disiplin kerja. Pengaruh antara 2 (dua) variabel yang
dimaksud dalam penelitian ini yaitu :
Variabel bebas (X) : Kepemimpinan
Variabel terikat (Y) : Disiplin Kerja

C. Sumber Data
Data penelitian ini bersumber dari studi pustaka sebagai sumber data
sekunder dari beberapa tempat berupa buku, artikel, berita faktual, laporan, dan
peraturan perundangan-undangan yang akan dibahas, serta menjadi rujukan
teori yang akan menjadi dasar analisis peneliti. Sumber data primer merupakan
sumber data objektif yang diperoleh secara langsung dari hasil observasi,
wawancara dan pembagian kuesioner kepada petugas di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus.

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah seluruh objek atau subjek yang terletak di suatu
daerah dan memenuhi kondisi tertentu yang terkait dengan masalah
penelitian, atau seluruh unit atau individu di daerah yang diteliti (Martono,
2011:74). Populasi dalam penelitian ini adalah petugas. Petugas yang
dimaksud adalah petugas yang bekerja di Rumah Tahanan Negara Kelas
IIB Kudus sebanyak 36 petugas.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 21


2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki karakteristik atau
keadaan tertentu yang perlu diselidiki. Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki populasi (Martono, 2011:74).
Menurut (Martono, 2011:75) metode pengambilan sampel adalah
metode atau teknik untuk menentukan sampel dan ukuran sampel. Proses
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode total
sampling. Metode pengambilan sampel ini digunakan karena populasinya
relatif kecil dengan 36 populasi. Berdasarkan metode sampel yang
dilakukan dengan menggunakan total sampling, jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 36 responden.

E. Uji Validitas
Uji validitas sebuah instrumen dilakukan untuk menguji serta
mengetahui apakah suatu instrumen atau alat ukur dalam kueisoner
menjalankan fungsinya dengan baik. Validitas akan menunjukkan ketepatan
dan kecermatan dalam melakukan perhitungan dalam penelitian. Menurut
(Neuman, 2013) suatu instrumen dikatakan bersifat valid jika nilai r pearson
correlation seluruh butir pertanyaan yang menjelaskan variabel yang diujikan
lebih besar dari r tabel (Heryanto, I dan Triwibowo, 2018:103) hasil r hitung
kita bandingkan dengan r tabel dimana (df = n-2) dengan sig 5%. Jumlah
responden dalam validitas ini sebanyak 30 responden. Dalam pengujian
validitas peneliti menggunakan SPSS (Statistic Package for Social Scine) 20.0
dengan hasil uji validitas sebagai berikut :

Tabel 3.1.
Uji Validitas Variabel Bebas

No. r hitung r tabel Keterangan


1. 0.854 0.3494 Valid
2. 0.875 0.3494 Valid
3. 0.903 0.3494 Valid
4. 0.898 0.3494 Valid
5. 0.963 0.3494 Valid
6. 0.912 0.3494 Valid

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 22


7. 0.851 0.3494 Valid
8. 0.794 0.3494 Valid
9. 0.970 0.3494 Valid
10. 0.939 0.3494 Valid
11. 0.837 0.3494 Valid
Sumber Data Primer: SPSS

Berdasarkan tabel uji validitas diatas, terlihat nilai r pearson correlation


pada setiap pernyataan kuesioner menunjukkan nilai yang lebih besar daripada
nilai r tabel maka keseluruhan pernyataan pada variabel tersebut terbukti valid.
Dengan demikian, variabel yang digunakan dalam penelitian ini bersifat valid.

Tabel 3.2.
Uji Validitas Variabel Terikat
No. r hitung r tabel Keterangan
1. 0.852 0.3494 Valid
2. 0.871 0.3494 Valid
3. 0.908 0.3494 Valid
4. 0.892 0.3494 Valid
5. 0.963 0.3494 Valid
6. 0.915 0.3494 Valid
7. 0.866 0.3494 Valid
8. 0.793 0.3494 Valid
9. 0.978 0.3494 Valid
10. 0.939 0.3494 Valid
Sumber Data Primer: SPSS
Berdasarkan tabel uji validitas diatas, terlihat nilai r pearson correlation
pada setiap pernyataan kuesioner menunjukkan nilai yang lebih besar daripada
nilai r tabel maka keseluruhan pernyataan pada variabel tersebut terbukti valid.
Dengan demikian, variabel yang digunakan dalam penelitian ini bersifat valid.

F. Reliabilitas
Menurut (Sujarweni, 2015:192) reliabilitas adalah ukuran stabilitas dan
konsistensi responden dalam menjawab pertanyaan mengenai struktur
pertanyaan, yang merupakan dimensi dari variabel dan disusun dalam
kuesioner. Suatu instrumen dianggap memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi
atau konstan jika hasil pengujian instrumen tersebut menunjukkan hasil yang
konsisten. Dengan kata lain, tes ini terkait erat dengan keakuratan hasil.
Pada penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
pendekatan internal consistency reliability yang menggunakan chornbach

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 23


alpha untuk mengidentifikasi seberapa baik item yang ada pada kuesioner
berhubungan antara satu dengan lainnya. Suatu variabel dikatakan reliabel atau
handal jika koefisien alpha lebih besar dari 0,7. Sebagaimana uji validitas, uji
reliabilitas menggunakan alat bantu SPSS. Dengan sampel uji coba sebanyak
10 orang, maka diperoleh hasil uji reliabilitas sebagaimana tabel berikut :

Tabel 3.3.
Uji Reliabilitas Variabel Bebas
Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.974 11
Sumber Data Primer: SPSS

Berdasarkan pengujian uji reliabilitas menggunakan chronbach alpha


menunjukan bahwa seluruh komponen variabel bebas didalam instrumen
kuesioner memiliki chronbach alpha sebesar 0,974 dengan demikian maka
instrumen yang akan peneliti gunakan bersifat reliabel dikarenakan koefesien
alpha lebih besar dari 0,7 (Heryanto, I dan Triwibowo, 2018:103).

Tabel 3.4.
Uji Reliabilitas Variabel Terikat
Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


.973 10
Sumber Data Primer: SPSS

Berdasarkan pengujian uji reliabilitas menggunakan chronbach alpha


menunjukan bahwa seluruh komponen variabel terikat didalam instrumen
kuesioner memiliki chronbach alpha sebesar 0,973 dengan demikian maka
instrumen yang akan peneliti gunakan bersifat reliabel dikarenakan koefesien
alpha lebih besar dari 0,7 (Heryanto, I dan Triwibowo, 2018:103).

G. Alat Ukur
Pengembangan instrumen, instrumen penelitian ini adalah alat yang
digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian.
Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian dalam bentuk kuesioner atau

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 24


daftar pertanyaan dalam bentuk pernyataan yang disampaikan kepada
responden. Menurut (Silalahi, 2015:335) skala tersebut terdiri dari empat jenis
utama, yaitu: nominal, ordinal, interval, dan rasio. Skala pengukuran yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skala ordinal dengan menyortir kategori
jawaban dari level terendah ke level tertinggi dalam urutan tersebut.
Metode penskalaan memiliki dua macam metode yaitu skala rating dan
skala ranking. Metode penskalaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
skala rating. Skala rating merupakan skala yang digunakan untuk memberikan
rating ke suatu variabel, skala rating yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala likert. Skala likert dapat digunakan untuk dapat mengukur sikap,
pendapat atau persepsi dari individu mengenai suatu hal. Menurut (Silalahi,
2015:348) skala likert digunakan untuk menginterpretasikan pengukuran yang
dilakukan terhadap individu melalui skor perhitungan dan kemudian nantinya
perhitungan skor dilakukan dengan cara menjumlahkan tanggapan yang
diberikan. Format jawaban dari kuisoner di susun dengan menggunakan skala
likert, dengan 5 (lima) alternatif jawaban sebagai berikut :

Tabel 3.5.
Kategori Jawaban
No. Kategorisasi Jawaban Skor
1. Sangat Setuju 5
2. Setuju 4
3. Cukup Setuju 3
4. Tidak Setuju 2
5. Sangat Tidak Setuju 1
Sumber Data Sekunder: Olahan Penulis

H. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, data akan dikumpulkan dengan metode studi
kepustakaan, wawancara dan membagikan kuisioner (angket) kepada petugas
di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus.
1. Kuesioner
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk penelitian non
eksperimental berupa rancangan korelasional yang menggunakan
korelasi statistik untuk mendeskripsikan dan mengukur derajat atau

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 25


hubungan (relasi) antara dua atau lebih variabel atau rangkaian skor
(Creswell, 2012). Menurut Creswell (2019), kuesioner merupakan
bentuk rancangan
2. Wawancara
Penelitian ini menggunakan wawancara sebagai tambahan data
untuk menyempurnakan hasil pengolahan data dari kuesioner.
3. Studi Kepustakaan
Penelitian ini menggunakan buku, jurnal, dan peraturan
perundangundangan yang relevan dan linier dengan penelitian ini
sebagai referensi sumber data yang digunakan untuk prosoes
penyusunan tugas akhir.

I. Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif. Analisis
statistik deskriptif adalah bentuk tabulasi dengan konversi data, sehingga
mudah dipahami. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mempelajari
prosedur pengumpulan, pencatatan, penyajian, pengumpulan data penelitian
dalam berbagai bentuk, terutama dalam bentuk grafik dan frekuensi. Proses ini
akan dibantu dengan aplikasi SPSS (Statistic Package Social Science) yang
akan dianalisis menggunakan uji korelasi serta uji regresi. Tujuan dari analisis
data kuantitatif menggunakan SPSS adalah untuk mencapai akurasi data yang
diinginkan, dan data yang disajikan dapat lebih mudah dipahami. Saat
menganalisis hasil keluaran SPSS, beberapa istilah harus dipahami, termasuk
yang berikut:
a. Tabulasi Silang (Crosstabulation), digunakan untuk menentukan
hubungan antar variabel dalam suatu penelitian dengan menganalisis
struktur hubungan antar variabel dalam kolom dan baris.
b. Frekuensi, frekuensi yang dijelaskan dalam bentuk tabel dan
diagram/grafik yang digunakan sebagai analisis data paling awal dan
termudah. Fungsi frekuensi memungkinkan Anda untuk melihat
jumlah persen (berdasarkan kolom persen) dan frekuensi (terlihat di
kolom frekuensi) dari jawaban responden terhadap pernyataan

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 26


tersebut, sehingga lebih mudah untuk membaca dan
mempresentasikan hasil pemrosesan data. Besarnya koefisien korelasi
dapat diinterpretasikan dengan menggunakan Tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6
Batas-Batas Nilai Koefisien Korelasi
Besarnya Nilai Hubungan
0,00 – 0,2 Sangat Lemah
0,21 – 0,4 Lemah
0,41 – 0,6 Cukup
0,61 – 0,8 Kuat
0,81 – 1 Sangat Kuat
Sumber Data Sekunder: Buku Research Design (Creswell)
c. Korelasi (Correlation), ini adalah fungsi untuk menguji hipotesis
asosiatif (uji hubungan), dan juga untuk mengetahui seberapa dekat
hubungan antara variabel yang diuji. Hubungan antar variabel dapat
dilihat dari nilai signifikansi (dalam SPSS, disingkat Sig., Yang
kemudian disebut α). Jika nilai α kurang dari 0,10, maka Ho (hipotesis
awal) ditolak, dan Ha (hipotesis alternatif) diterima. Kedekatan
hubungan antara variabel yang diuji ditunjukkan oleh nilai pearson
correlations (r). Untuk kategori dalam pengujian, kekuatan skala
hubungan kemudian diklasifikasikan menjadi lima bagian, termasuk:
nilai r dapat positif atau negatif. Nilai r positif menunjukkan bahwa
kedekatan hubungan antara variabel berbanding lurus, sedangkan nilai
r negative menunjukkan bahwa hubungan antara variabel berbanding
terbalik.
d. Regresi digunakan untuk menentukan tingkat pengaruh satu variabel
terhadap variabel lainnya. Penelitian ini menggunakan model regresi
linier sederhana dengan menggunakan beberapa uji, termasuk:
1) Uji Regresi Model Summaryb, tabel ini memberikan informasi
tentang seberapa baik model analisis umum yaitu, bagaimana
variabel independen dapat memprediksi 1 (satu) variabel
dependen, dijelaskan sebagai berikut:
a) Kolom R (koefisien regresi), berguna untuk mengetahui
seberapa kuat hubungan antara variabel independen dan
dependen. Kisaran nilai R adalah dari 0 hingga 1. Semakin

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 27


besar nilai R mendekati 1, semakin kuat variabel
independen memprediksi variabel dependen. Kisaran nilai
untuk skala kekuatan rasio sama dengan skala nilai Pearson
Correlations.
b) Kolom Model, berguna untuk menunjukkan berapa banyak
model analisis yang terbentuk.
c) Kolom Adjusted R Square, fungsinya menjelaskan
bagaimana variabel independen mempengaruhi variabel
dependen.
2) Uji Regresi ANOVAa, digunakan untuk menentukan
probabilitas atau signifikansi dalam perhitungan ANOVA.
Nilai-nilai yang terdaftar digunakan untuk menguji kelayakan
model analisis, asalkan nilai signifikansi harus kurang dari 0,10.
Nilai ini bisa dilihat di kolom Sig. Jika Sig kurang dari 0,10,
model analisis dianggap layak/signifikan. Jika Sig lebih dari
0,10 model analisis dianggap dapat diabaikan.
3) Uji regresi Coefficienta, berguna untuk menyusun persamaan
untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Persamaan standar adalah sebagai
berikut:

y = a + bx

Keterangan:
y = variabel terikat (Dependent Variable)
x = variabel bebas (Independent Variable)
a = konstanta
b = koefisien regresi variabel bebas
Tabel ini terbagi atas :
a) Kolom Model, menjelaskan berapa banyak model analisis
yang dibuat oleh peneliti. Kolom ini juga menunjukkan
nama-nama variabel independen yang digunakan dalam
penelitian ini. Variabel-variabel ini diberi label "Constant,"

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 28


yang merupakan nilai konstan yang digunakan dalam
persamaan uji regresi (a).
b) Unstandardized Coefficient, terdiri dari B dan Std. Error
Kolom B menunjukkan koefisien b, yang merupakan nilai
yang menjelaskan bahwa variabel dependen (y) akan
berubah jika variabel independen (x) berubah nilainya.
c) Standardized Coefficients, terdapat beta di kolom ini. Nilai
beta berkisar dari 0 hingga 1, di mana semakin dekat ke 1,
semakin besar nilainya.
d) Analisis Total Skor Skala Likert, berguna dalam
menginterpretasikan hasil perhitungan. Analisis skala
Likert dibagi menjadi 5 (lima) kategori sesuai dengan
kriteria berikut:
Tabel 3.7.
Kategori Total Skor Skala Likert
Persentase Kategori
Angka 0% - 20% Sangat Buruk
Angka 21% - 40% Buruk
Angka 41% - 60% Cukup
Angka 61% - 80% Baik
Angka 81% - 100% Sangat Baik
Sumber Data Sekunder: Buku Research Design (Creswell)

J. Jadual Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini adalah Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus yang berada di Kabupaten Kudus Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan HAM Jawa Tengah.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 2020 sampai
dengan 24 Juli 2020.

Penelitian dengan waktu seperti itu disebut dengan penelitian cross-


sectional. Menurut (Emzir, 2011:20) penelitian cross-sectional adalah
penelitian dilakukan pada satu waktu tertentu dengan satu fokus. Studi ini lebih

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 29


mudah dilakukan dan membutuhkan sedikit biaya, tetapi tidak dapat dilakukan
untuk mempelajari perubahan atau dampak sosial.

Tabel 3.7.
Waktu Penelitian

Bulan
Kegiatan April Mei Juni Juli Agust Sept
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Perencanaan
Persiapan
Pengumpulan data
Pengolahan data
Analisis hasil
Penyusunan skripsi
Sumber Data Sekunder: Kalender Akademik POLTEKIP

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 30


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokus Penelitian


1. Kondisi Umum dan Sejarah Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus
Pembentukan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rumah Tahanan Negara
Kelas IIB Kudus adalah berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman
Republik Indonesia No. M.04-PR.07.03 Tahun 1985 tanggal 20 September
1985 tentang Organisasni dan Tata Kerja Rumah Tahanan Negara dan
Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara.
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus beroperasional sejak
zaman penjajahan Belanda di atas lahan seluas ± 4.000 m2 dengan
kapasitas sementara adalah 104 orang diantaranya per 30 Juni 2020
sebanyak 64 Narapidana dan 44 Tahanan. Letak Rumah Tahanan Negara
Kudus berada di jantung kota kudus di Jalan Sunan Kudus No. 70 Kudus -
Jawa Tengah.

2. Visi dan Misi Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus


Visi :
Mewujudkan Pelayanan Prima kepada Warga Binaan
Pemasyarakatan dan Masyarakat, Meningkatkan Petugas yang Berkualitas,
Profesional, Berpengetahuan, Sehat, Disiplin yang Bertakwa Kepada
Tuhan Yang Maha Esa Serta Melakukan Pemulihan Kesatuan Hubungan
Hidup, Kehidupan Warga Binaan Pemasyarakatan Sebagai Individu dan
Anggota Masyarakat.

Misi :
1. Melaksanakan pelayanan dan perwatan warga binaan pemasyarakatan
2. Melaksanakan refrasi birokrsasi pemasayaraktan
3. Menciptaka stabilitas ketertiban melalui penegakan keamanan yang
berwawasan pembnaan dan menegakkan anti haliner (handphone,
peguatan liar, dan narkoba)

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 31


4. Menyelanggarakan dan meningkatkan fungsi petugas rutan kudus yang
sehat jasmani dan rohani dan berwawasan ilmu pengetahuan teknologi
5. Mengkoordinasi dan membina pelaksanaan pelayanan administrasi
dengan melalui system database pemasyarakatan atau SDP

3. Deskripsi Data Subtantif dan Administratif


a. Struktur Organisasi
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Rutan Kelas IIB Kudus

Kepala Rutan
SUPRIHADI, A.Md.,
S.Sos

Tata Usaha

Ka KPR Kasubsi Pelayanan Kasubsi


TTahananTahaTah Pengelolaan
D ARDHYNA EKO
B,S.E bbudihaBBUDIART ANI TUTWURI H,
AKS., SH
STAF STAF
STAF

Sumber Data Sekunder : Kepegawaian Rutan Kelas IIB Kudus

b. Kepegawaian

Pegawai atau petugas merupakan salah satu unsur penggerak


yang penting dalam perawatan, pembinaan dan pemberian
pelayanan kepada tahanan dan narapidana. Adapun keadaan
pegawai atau petugas yang bertugas di Rutan Kelas IIB Kudus per
Bulan Juni 2020 adalah sebagai berikut :

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 32


Tabel 4.1.
Data Pegawai Menurut Golongan
Golongan
Jenis
II III Jumlah
Kelamin
A B C D A B C D
Pria 8 3 3 2 4 8 1 3 32
Wanita 2 0 0 0 0 4 0 2 8
Jumlah 10 3 3 2 4 12 1 5 40
Sumber Data Sekunder : Kepegawaian Rutan Kelas IIB Kudus

Tabel 4.2.
Data Pegawai Menurut Jenjang Pendidikan
No. Pendidikan Pria Wanita Jumlah
1 S2 1 0 1
2 S1 6 2 8
3 Diploma 0 1 1
4 SLTA 25 5 30
5 SMP 0 0 0
6 SD 0 0 0
Jumlah 40
Sumber Data Sekunder : Kepegawaian Rutan Kelas IIB Kudus

Melihat data di atas dapat diketahui bahwa petugas yang


memiliki tingkat pendidikan SLTA lebih banyak jika dibandingkan
dengan petugas yang memiliki jenjang pendidikan S2, S1, dan
Diploma. Diharapkan bahwa pegawai Rutan Kelas IIB Kudus
memiliki pegawai yang bergelar sarjana untuk membangun kinerja
yang lebih baik lagi.

c. Warga Binaan Pemasyarakatan


Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus memiliki kamar
penghuni dengan kapasitas isi 104 orang. Jumlah penghuni per 30
Juni 2020 berjumlah 108 orang, dengan rincian sebagai berikut :

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 33


Tabel 4.3.
Jumlah Narapidana 30 Juni 2020

No. Lamanya Masa Pidana Jumlah


1 BI 62
2 B IIa 1
3 B IIb 0
4 B III 0
5 B IIIs 1
6 Pidana Mati 0
7 Seumur Hidup 0
Jumlah 64
Sumber Data Sekunder : Pelayanan Tahanan Rutan Kelas IIB Kudus

Tabel 4.4.
Jumlah Tahanan 30 Juni 2020
No. Tahanan Jumlah
1 AI 1
2 A II 2
3 A III 32
4 A IV 2
5 AV 7
Jumlah 44
Sumber Data Sekunder : Pelayanan Tahanan Rutan Kelas IIB Kudus

Melihat data diatas dapat diketahui jumlah WBP di Rutan


Kelas IIB Kudus berjumlah 108 orang. Dengan komposisi 64
narapidana dan 44 tahanan. Sebuah Rutan harusnya hanya
menjalankan fungsi perawatan dan pelayanan tahanan, namun
kenyataan di lapangan di Rutan Kelas IIB Kudus terdapat
narapidana. Berarti dalam hal ini, Rutan Kelas IIB Kudus juga
mempunyai fungsi pembinaan terhadap narapidana. Melihat data di
atas dapat diketahui jumlah penghuni di Rutan Kelas IIB Kudus

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 34


melebihi batas kapasitas, yaitu 108 orang. Hal ini memberikan
dampak yang berbahaya bagi keamanan dan ketertiban warga
binaan pemasyarakatan dikarenakan rutan dalam kondisi over
kapasitas.

B. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah petugas yang bertugas di Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Kudus yang dapat dikategorikan dalam beberapa
karakteristik responden antara lain jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir,
pangkat atau golongan. Uraian dibawah ini merupakan penjelasan demografis
mengenai karakteristik petugas yang merupakan responden pada penelitian
ini.
1. Jenis Kelamin
Tabel 4.5.
Jenis Kelamin Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Laki Laki 28 77.8 77.8 77.8

Valid Perempuan 8 22.2 22.2 100.0

Total 36 100.0 100.0

Sumber Data Primer : SPSS

Berdasarkan hasil output SPSS jenis kelamin responden diatas dapat


dilihat bahwa petugas Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus yang
menjadi responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 28 orang atau
sebesar 77,8% sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan
sebanyak 8 orang atau sebesar 22,2%. Dari data terseut dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat ditentukan bahwa petugas yang berjenis kelamin laki-laki
lebih dominan dibandingkan petugas yang berjenis kelamin perempuan. Hal
tersebut terjadi karena tugas dan tanggung jawab di Rumah Tahanan Negara
Kelas IIB Kudus yang bersifat kompleks dan risiko yang tinggi. Perbedaan
secara umum karakteristik laki-laki dan perempuan dalam menjalani suatu

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 35


pekerjaan di dunia kerja dapat dilihat ketika mereka sedang dihadapkan
pada sebuah risiko dari berbagai aspek organisasi, lembaga, atau institusi.
Sehingga dibutuhkan pemikiran yang cepat dan tenang dalam
menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yang berada di diri petugas laki-
laki demi tercapainya situasi pekerjaan yang kondusif. Hal ini juga
didukung dengan seluruh warga binaan pemasyarakatan di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus yang dominan berjenis kelamin laki-laki. Sehingga
dibutuhkan petugas yang lebih untuk yang berjenis kelamin laki-laki.

2. Usia
Tabel 4.6.
Usia Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

18 - 25 6 16.7 16.7 16.7

26 - 35 11 30.6 30.6 47.2

36 - 45 3 8.3 8.3 55.6


Valid
46 - 55 10 27.8 27.8 83.3

Di Atas 56 6 16.7 16.7 100.0

Total 36 100.0 100.0


Sumber Data Primer : SPSS
Berdasarkan hasil output SPSS di atas dapat diketahui bahwa
responden yang berusia 18-25 tahun berjumlah 6 orang atau 16,7%,
responden yang berusia 26-35 tahun berjumlah 11 orang atau 30,6%,
responden yang berusia 36-45 tahun berjumlah 3 orang atau 8,3%,
responden yang berusia 46-55tahun berjumlah 10 orang atau 27,8%, dan
responden yang berusia >56 tahun berjumlah 6 orang atau 16,7%.
Berdasarkan umur responden yang digunakan dalam penelitian ini, paling
banyak berusia antara 26-35 tahun yaitu sebanyak 30,6% dari total
responden. Jumlah petugas yang didominasi oleh kaum muda seharusnya
bisa dimanfaatkan secara maksimal. Sebab, tenaga kerja yang berumur
muda memiliki keunggulan dibandingkan tenaga kerja yang lebih tua.
Kondisi demikian secara umum dikaitkan dengan disiplin kerja yang lebih

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 36


baik dari petugas usia muda dibanding golongan usia tua. Tugas dan
tanggung jawab sebagai petugas di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus yang lumayan berat untuk meningkatkan disiplin kerja. Petugas yang
berusia muda lebih bisa berdisiplin dalam menjalankan tugasnya di Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Kudus. Hal tersebut terjadi karena petugas di
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus memiliki pekerjaan yang bersifat
teknis dalam pengawasan warga binaan pemasyarakatan yang melebihi
kapasitasnya, sehingga membutuhkan tenaga muda dalam pelaksanaan
tugas pengawasan tersebut.

3. Pendidikan Terakhir
Tabel 4.7.
Pendidikan Terakhir Responden

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Sekolah Menengah Atas 26 72.2 72.2 72.2
Diploma (D1/D2/D3) 1 2.8 2.8 75.0
Valid
Sarjana (S1/S2/S3) 9 25.0 25.0 100.0

Total 36 100.0 100.0

Sumber Data Primer : SPSS


Dari hasil output SPSS di atas diketahui bahwa responden yang
memiliki tingkat pendidikan SMA berjumlah 26 orang atau 72,2%,
responden yang memiliki tingkat pendidikan Diploma berjumlah 1 orang
atau 2,8%, dan responden yang memiliki tingkat pendidikan Sarjana
berjumlah 9 orang atau 25,0%. Berdasarkan tingkat pendidikan petugas di
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus khususnya yang menjadi
responden pada penelitian ini, kategori yang paling banyak adalah petugas
yang memiliki tingkat pendidikan SMA. Pendidikan memberikan kontribusi
yang layak untuk hidup seseorang khususnya bagi petugas di Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Kudus, dengan menjadikan petugas tersebut
menjadi insan yang bertanggung jawab. Pendidikan membuka pikiran,
membuka cakrawala seseorang, dan menyadarkan seorang individu untuk
memahami tugas dan fungsi pekerjaannya yang nantinya akan diaplikasikan

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 37


pada pekerjaan di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus yang dapat
mendorong perilaku disiplin kerja. Berdasarkan hasil penelitian bahwa
diketahui minimal pendidikan bagi petugas di Rumah Tahanan Negara
Kelas IIB Kudus adalah tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas). Jika dilihat
dari fungsi dan kegunaan pendidikan itu sendiri, tiap jenjang pendidikan
memiliki fungsi dan manfaatnya masing-masing. Untuk petugas yang
lulusan SMA lebih mementingkan fisik (hard skill) dari pada inteligensi
(soft skill) daripada yang berpendidikan Sarjana. Akan tetapi hal ini tidak
menutup pentingnya pendidikan bagi setiap petugas di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus sebagaimana fungsi pendidikan yang telah
dijelaskan sebelumnya. Kategori tingkat pendidikan petugas di Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Kudus didominasi oleh petugas yang memiliki
tingkat pendidikan SMA karena pekerjaan pada UPT tersebut lebih bersifat
teknis dan bukan teoritis.

4. Pangkat atau Golongan


Tabel 4.8.
Pangkat atau Golongan Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Golongan 2 15 41.7 41.7 41.7

Valid Golongan 3 21 58.3 58.3 100.0

Total 36 100.0 100.0

Sumber Data Primer : SPSS

Dari hasil output SPSS di atas diketahui bahwa responden yang


memiliki tingkat golongan 2 berjumlah 15 orang atau 41,7%, dan responden
yang memiliki tingkat golongan 3 berjumlah 21 orang atau 58,3%.
Berdasarkan tingkat golongan petugas di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus khususnya yang menjadi responden pada penelitian ini, kategori
yang paling banyak adalah petugas yang memiliki tingkat golongan 3.
Pangkat atau golongan memberikan kontribusi yang layak untuk hidup
seseorang khususnya bagi petugas di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 38


Kudus, dengan menjadikan petugas tersebut menjadi insan yang
bertanggung jawab. Pangkat atau golongan menyadarkan seorang individu
untuk memahami tugas dan fungsi pekerjaannya yang nantinya akan
diaplikasikan pada pekerjaan di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus
yang dapat mendorong perilaku disiplin kerja. Berdasarkan hasil penelitian
bahwa diketahui tingkat golongan terbawah bagi petugas di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus adalah tingkat golongan 2. Jika dilihat dari fungsi
dan kegunaan pangkat atau golongan itu sendiri, tiap jenjang kepangkatan
atau golongan memiliki fungsi dan manfaatnya masing-masing. Untuk
petugas yang memiliki tingkat golongan 2 lebih mementingkan fisik (hard
skill) dari pada inteligensi (soft skill) daripada yang memiliki tingkat
golongan 3. Kategori tingkat golongan petugas di Rumah Tahanan Negara
Kelas IIB Kudus didominasi oleh petugas yang memiliki tingkat golongan
3 karena didalam pelaksanaan tugas harus dimulai dari suatu pemikiran
yang baik.

C. Hasil Penelitian

1. Pendapat Responden terhadap Variabel Kepemimpinan

Tabel 4.9.
Pendapat Responden terhadap Variabel Kepemimpinan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

44 1 2.8 2.8 2.8

47 5 13.9 13.9 16.7

48 3 8.3 8.3 25.0

49 6 16.7 16.7 41.7

50 5 13.9 13.9 55.6

Valid 51 2 5.6 5.6 61.1

52 2 5.6 5.6 66.7

53 1 2.8 2.8 69.4

54 1 2.8 2.8 72.2

55 10 27.8 27.8 100.0

Total 36 100.0 100.0


Sumber Data Primer : SPSS

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 39


Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai pendapat responden
terhadap variabel kepemimpinan yang disajikan pada tabel diatas,
sebanyak 10 responden atau 27,8 % berpendapat bahwa kepemimpinan
yang dilakukan di Rutan Kelas IIB Kudus sudah baik, sebanyak 6
responden atau 16,7 % berpendapat bahwa kepemimpinan yang dilakukan
di Rutan Kelas IIB Kudus sudah baik dan sebanyak 5 responden atau 13,9
% berpendapat bahwa kepemimpinan yang dilakukan di Rutan Kelas IIB
Kudus cukup baik serta sebanyak 5 responden atau 13,9 % berpendapat
bahwa kepemimpinan yang dilakukan di Rutan Kelas IIB Kudus cukup
baik. Keempat item tersebut memberikan kontribusi sebesar 72,2 %
terhadap kepemimpinan. Oleh karena itu responden berpendapat bahwa
kepemimpinan dapat ditingkatkan melalui peningkatan kualitas
kecerdasan pemimpin, peningkatan kualitas kedewasaan dan keleluasaan,
peningkatan kualitas motivasi dan dorongan untuk berpresetasi serta
peningkatan kualitas sikap dan hubungan sosial.

2. Pendapat Responden terhadap Variabel Disiplin Kerja

Tabel 4.10.
Pendapat Responden terhadap Variabel Disiplin Kerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

40 3 8.3 8.3 8.3

43 6 16.7 16.7 25.0

44 4 11.1 11.1 36.1

45 3 8.3 8.3 44.4

46 5 13.9 13.9 58.3


Valid
47 5 13.9 13.9 72.2

48 4 11.1 11.1 83.3

49 2 5.6 5.6 88.9

50 4 11.1 11.1 100.0

Total 36 100.0 100.0


Sumber Data Primer : SPSS

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 40


Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai pendapat responden
terhadap variabel disiplin kerja yang disajikan pada tabel diatas, sebanyak
6 responden atau 16.7 % berpendapat bahwa disiplin kerja yang dilakukan
di Rutan Kelas IIB Kudus sudah baik, sebanyak 5 responden atau 13.9 %
berpendapat bahwa disiplin kerja yang dilakukan di Rutan Kelas IIB Kudus
sudah baik dan sebanyak 5 responden atau 13,9 % berpendapat bahwa
disiplin kerja yang dilakukan di Rutan Kelas IIB Kudus cukup baik serta
sebanyak 4 responden atau 11.1 % berpendapat bahwa disiplin kerja yang
dilakukan di Rutan Kelas IIB Kudus cukup baik. Keempat item tersebut
memberikan kontribusi sebesar 55,6 % terhadap disiplin kerja. Oleh karena
itu responden berpendapat bahwa disiplin kerja dapat ditingkatkan melalui
peningkatan kualitas disiplin waktu, peningkatan kualitas disiplin peraturan,
dan peningkatan kualitas disiplin tanggung jawab.

D. Analisis Univariat
1. Pendapat Responden terhadap Variabel Kepemimpinan pada Dimensi
Kecerdasan
Tabel 4.11.
Pendapat Responden Pemimpin Mengetahui Informasi dan Peraturan di
Rutan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

S 9 25.0 25.0 25.0

Valid SS 27 75.0 75.0 100.0

Total 36 100.0 100.0


Sumber Data Primer : SPSS
Berdasarkan tabel 4.11 mengenai pendapat responden terhadap
variabel kepemimpinan pada dimensi kecerdasan, sebanyak 27 responden
atau sebesar 75% berpendapat bahwa seharusnya seorang pemimpin di
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus harus mengetahui informasi dan
peraturan-peraturan dalam mengelola Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus. Sedangkan sebanyak 9 responden atau sebesar 25% berpendapat
bahwa seharusnya seorang pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 41


Kudus harus mengetahui informasi dan peraturan-peraturan dalam
mengelola Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus.

Mengetahui berbagai informasi yang terjadi dalam wilayah kerjanya


dan memahami berbagai peraturan yang berlaku menjadikan pemimpin
dapat diandalkan dan menjadi rujukan dalam menyelesaikan berbagai
persoalan dan permasalahan. Hasil menunjukkan bahwa seluruh indikator
telah dinilai tinggi oleh bawahan dalam menilai kecerdasan pemimpin
mereka. Artinya bawahan sudah menilai bahwa pemimpin mereka sudah
mampu secara cerdas dalam memimpin Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus.

Tabel 4.12.
Pendapat Responden Pemimpin Membuat Kebijakan di Rutan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

S 10 27.8 27.8 27.8

Valid SS 26 72.2 72.2 100.0

Total 36 100.0 100.0


Sumber Data Primer : SPSS
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 36 responden
mayoritas sebanyak 26 responden atau sebesar 72.2% berpendapat bahwa
pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dinilai mampu
membuat kebijakan di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus.
Sedangkan sebanyak 10 responden atau sebesar 27.8% berpendapat bahwa
pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dinilai mampu
dalam membuat kebijakan di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus.

Artinya pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dinilai


mampu membuat kebijakan yang baik sesuai dengan peraturan yang sudah
ada dan tidak berseberangan dengan peraturan untuk kemajuan Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Kudus. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
pimpinan mampu menjalankan tugasnya dalam pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan merupakan wewenang pimpinan, dimana dalam
pengambilan kebijakan yang baik maka diharapkan petugas dapat

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 42


melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik, karena keputusan pimpinan
dapat dikatakan juga sebagai keputusan bersama.

2. Pendapat Responden terhadap Variabel Kepemimpinan pada Dimensi


Kedewasaan dan Keleluasan Hubungan Sosial
Tabel 4.13.
Pendapat Responden Pemimpin Mampu Menyelesaikan Permasalahan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

S 18 50.0 50.0 50.0

Valid SS 18 50.0 50.0 100.0

Total 36 100.0 100.0


Sumber Data Primer : SPSS

Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 36 responden


sama-sama berbagi presentase yaitu sebanyak 18 responden atau sebesar
50.0% berpendapat bahwa pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus dinilai mampu menyelesaikan masalah yang ada di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus. Sedangkan sebesar 18 responden atau 50.0%
sisanya berpendapat bahwa pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus dinilai mampu dalam menyelesaikan masalah yang ada di Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Kudus. Artinya pemimpin di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus dinilai mampu untuk menyelesaikan segala
permasalahan baik itu masalah kecil atau besar yang ada di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus dengan berpedoman pada peraturan yang sudah
ditetapkan.

Pimpinan dalam menjalankan tugas-tugas kepemimpinannya selalu


menjadi sorotan. Seorang pemimpin harus siap menghadapi segala
permasalahan yang ada di lingkungan organisasinya. Dalam kaitan ini,
(Hesselbein, 1997) mengemukakan lima tantangan fundamental yang harus
dihadapi seorang pemimpin di masa depan, yaitu: (1) Mereka harus mau
menjadi lebih peka dan lebih memahami semua perbedaan etnis, budaya,
dan gender di tempat kerja serta menunjukkan kepekaan dan pemahaman

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 43


itu; (2) Mereka harus memiliki suatu visi untuk tempat kerja mereka yang
akhirnya bermuara pada perluasan budaya perusahaan (pen.: organisasi) dan
lingkungan tempat kerja; (3) Mereka harus bersedia merancang dan
mengimplementasikan prosesproses ketenagakerjaan dan komunikasi yang
baru dan bentuk untuk memajukan dan mempromosikan persepsi keadilan
dan kesamaan; (4) Mereka harus bersedia membawa komitmen penuh dan
tanpa banyak tanya dalam upaya pendayagunaan suatu angkatan kerja yang
beragam secara efektif; dan (5) Mereka harus menjadi pasak antara
organisasi mereka dan masyarakat luas, membentuk organisasi menjadi
suatu wacana, dimana orang ingin bekerja dan mengembangkan pasar baru
dan memelihara yang ada.

Tabel 4.14.
Pendapat Responden Pemimpin Memiliki Komunikasi yang Baik dengan
Bawahan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

S 19 52.8 52.8 52.8

Valid SS 17 47.2 47.2 100.0

Total 36 100.0 100.0


Sumber Data Primer : SPSS

Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 36 responden


sebanyak 19 responden atau sebesar 52.8% berpendapat bahwa pemimpin
di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus memiliki kemampuan yang
baik dengan bawahan. Sedangkan sebanyak 17 responden atau sebesar
47.2% berpendapat bahwa pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus dinilai memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan
bawahan. Artinya pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus
dinilai memiliki kemampuan dan mampu untuk menjalin komunikasi
kepada bawahan dengan bahasa dan cara bicara yang baik sehingga
bawahan mampu menangkap apa yang menjadi tujuan dari pemimpin.

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah


organisasi. Tanpa adanya jalinan komunikasi yang terjadi dalam sebuah

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 44


organisasi maka besar kemungkinan semua kegiatan yang akan
dilaksanakan organisasi tersebut tidak akan terlaksana sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Kemampuan dalam berkomunikasi yang
baik akan sangat membantu segala kegiatan yang ada didalam organisasi
tersebut. Agar dapat menjalankan kepemimpinannya, seorang pemimpin
harus mampu mendiagnosis situasi saat sekarang dan apa yang diharapkan
pada masa yang akan datang, mampu menyesuaikan perilakunya dengan
lingkungan, serta dapat menyampaikan pesan-pesan agar dapat dipahami
orang lain dengan bak dan jelas. Terkait dengan kepemimpnan, maka
komunikasi yang baik sangat penting dimiliki oleh seorang pimpinan karena
berkaitan dengan tugasnya untuk membimbing, mempengaruhi,
mengarahkan, serta mendorong anggota untuk melakukan tugas dan
aktifitas mereka guna mencapai tujuan bersama.

Tabel 4.15.
Pendapat Responden Pemimpin Mampu Mendelegasikan Wewenang
kepada Bawahan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

S 12 33.3 33.3 33.3

Valid SS 24 66.7 66.7 100.0

Total 36 100.0 100.0

Sumber Data Primer : SPSS

Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 36 responden


sebanyak 24 responden atau sebesar 66.7% berpendapat bahwa pemimpin
di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dinilai mampu dalam
mendelegasikan wewenang kepada bawahan di Rumah Tahanan Negara
Kelas IIB Kudus. Sedangkan sebanyak 12 responden atau sebensar 33.3%
berpendapat bahwa pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus
dinilai mampu dalam mendelegasikan wewenangnya kepada bawahan di
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus. Artinya pemimpin di Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Kudus mampu memberikan intruksi kepada
bawahan untuk dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab sehingga
apa yang menjadi instruksi dapat terselesaikan.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 45


Pimpinan perlu melakukan pendelegasian wewenang agar petugas
bisa menjalankan operasional organisasi dengan baik. Selain itu,
pendelegasian wewenang adalah konsekuensi logis dari semakin
meningkatnya aktivitas dalam organisasi. Bila seseorang pimpinan tidak
mau mendelegasikan wewenangnya, maka sesungguhnya organisasi itu
tidak butuh siapa-siapa. Bila atasan menghadapi banyak pekerjaan yang
tidak dapat dilaksanakan olehnya, maka ia perlu melakukan pendelegasian
wewenang. Pendelegasian wewenang dilakukan agar pimpinan dapat
mengembangkan bawahan sehingga lebih memperkuat organisasi, terutama
di saat terjadi perubahan susunan pimpinan.

3. Pendapat Responden terhadap Variabel Kepemimpinan pada Dimensi


Motivasi dan Dorongan Prestasi
Tabel 4.16.
Pendapat Responden Pemimpin Memberikan Semangat kepada Bawahan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

S 5 13.9 13.9 13.9

Valid SS 31 86.1 86.1 100.0

Total 36 100.0 100.0


Sumber Data Primer : SPSS

Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 36 responden


sebanyak 31 responden atau sebesar 86.1% berpendapat bahwa pemimpin
di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dinilai mampu dalam
memberikan semangat kepada bawahan. Sedangkan sebanyak 5 responden
atau sebesar 13.9% berpendapat bahwa pemimpin di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus dinilai cukup mampu dalam memberikan semangat
kepada bawahan. Artinya pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus dinilai mampu menjadi sosok baik dari segi apa yang disampaikan
dan apa yang dilaksanakan mampu menjadi semangat kepada bawahan
dalam melaksanakan tugas.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 46


Kepemimpinan yang efektif dalam mengelola sumber daya
organisasinya dengan sendirinya akan berpengaruh pada perilaku para
bawahannya dengan indikasi terciptanya semangat kerja yang kemudian
pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan.
Untuk itu, seorang pemimpin agar terus memotivasi atau memberi semangat
bawahannya agar tetap bekerja optimal melalui pendekatan dan perhatian
terhadap keinginan dan kebutuhan bawahannya. Karena dengan adanya
Dorongan semangat maka petugas akan memiliki semangat kerja yang
tinggi, tentunya kedisiplinan juga akan semakin meningkat.

Tabel 4.17.
Pendapat Responden Pemimpin Memberikan Penghargaan atas Prestasi
Bawahan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

S 17 47.2 47.2 47.2

Valid SS 19 52.8 52.8 100.0

Total 36 100.0 100.0

Sumber Data Primer : SPSS

Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 36 responden


sebanyak 19 responden atau sebesar 52.8% berpendapat bahwa pemimpin
di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dalam memberikan
penghargaan atas prestasi kepada bawahan sudah baik. Sedangkan sebanyak
17 responden atau sebesar 47.2% berpendapat bahwa pemimpin di Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dalam memberikan penghargaan atas
pretasi kepada bawahan di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus sudah
cukup baik. Artinya pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus
dinilai mampu mendorong bawahan untuk lebih berprestasi dalam hal
melaksanakan dan meyelesaikan tugas dengan cara pemimpin memberikan
penghargaan atas apa yang sudah bawahan kerjakan.

Pemimpin perlu memberikan penghargaan kerja sebagai balas jasa


untuk petugas yang berprestasi dan tercapainya manfaat sumber daya
manusia secara efisien dan efetif. Untuk membantu bawahan mencapai

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 47


kinerja yang efektif, organisasi perlu memperhatikan beberapa hal salah
satunya adalah memberi reward atau penghargaan. Menurut (Moorhead,
2013) reward atau penghargaan meliputi banyak dari perangsang yang
disediakan oleh organisasi untuk bawahan sebagai bagian dari kontrak
psikologis. Selain sebagai bentuk balas jasa pemberian reward juga di
perlukan sebagai motivasi atau perangsang agar bawahan terpacu untuk
berkinerja lebih baik.

Tabel 4.18.
Pendapat Responden Pemimpin Memberikan Sanksi atas Kesalahan
Bawahan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

S 26 72.2 72.2 72.2

Valid SS 10 27.8 27.8 100.0

Total 36 100.0 100.0


Sumber Data Primer : SPSS
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 36 responden
sebanyak 26 responden atau sebesar 72.2% berpendapat bahwa pemimpin
di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dalam memberikan sanksi atas
kesalahan bawahan sudah cukup baik. Sedangkan sebanyak 10 responden
atau sebesar 27.8% berpendapat bahwa pemimpin di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus dalam memberikan sanksi atas kesalahan bawahan
sudah baik. Artinya pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus
mampu mendorong bawahan untuk lebih bijak dalam melaksanakan dan
menjalankan tugas yang dikerjakan karena pemimpin akan memberikan
sanksi apabila bawahan tidak melaksanakan dan mengerjakan tugas dengan
baik seperti tidak tepat waktu atau tidak disiplin terhadap peraturan.

Bila ada seorang bawahan yang melanggar disiplin, maka perlu ada
keberanian dari pemimpin untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan
tingkat pelanggaran yang dibuatnya. Melalui tindakan terhadap perilaku
indisipliner, sesuai dengan sanksi yang ada, maka semua bawahan akan
merasa terlindungi, dan dalam hatinya berjanji tidak akan berbuat hal yang
serupa. Pada situasi demikian, maka semua petugas akan menghindari sikap

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 48


yang melanggar aturan yang akhirnya akan menimbulkan kerugian pada
organisasi atau perusahaan. Demikian pula sebaliknya, apabila pemimpin
tidak berani mengambil tindakan, walaupun sudah jelas pelanggaran yang
dibuat bawahan, akan berdampak kepada suasana kerja dalam organisasi
atau perusahaan. Dimana petugas akan meragukan pentingnya berdisiplin
di tempat kerja.

4. Pendapat Responden terhadap Variabel Kepemimpinan pada Dimensi


Sikap-Sikap Hubungan Sosial
Tabel 4.19.
Pendapat Responden Pemimpin Menghargai Kerja Bawahan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

S 5 13.9 13.9 13.9

Valid SS 31 86.1 86.1 100.0

Total 36 100.0 100.0

Sumber Data Primer : SPSS


Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 36 responden
sebanyak 31 responden atau sebesar 86.1% berpendapat bahwa pemimpin
di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dinilai sudah baik dalam
menghargai kinerja bawahan. Sedangkan sebanyak 5 responden atau
sebesar 13.9% berpendapat bahwa pemimpin di Rumah Tahanan Negara
Kelas IIB Kudus dinilai cukup baik dalam menghargai kinerja bawahan di
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus. Artinya pemimpin di Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dinilai memiliki sikap untuk menghargai
apa yang sudah dilaksanakan dan dikerjakan oleh bawahan, sekecil apapun
hasil dari bawahan tetap dihargai oleh pemimpin.

Setiap orang pada dasarnya menghendaki adanya pengakuan dan


penghargaan diri pada orang lain. Demikian pula setiap bawahan dalam
organisasi memerlukan adanya pengakuan dan penghargaan dari atasan.
Oleh karena itu, menjadi suatu kewajiban bagi pemimpin untuk mau

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 49


memberikan penghargaan atau pengakuan dalam bentuk apapun kepada
bawahannya.

Tabel 4.20.
Pendapat Responden Pemimpin Menghormati Masukan dari Bawahan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

S 11 30.6 30.6 30.6

Valid SS 25 69.4 69.4 100.0

Total 36 100.0 100.0


Sumber Data Primer : SPSS
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 36 responden
sebanyak 25 responden atau sebesar 69.4% berpendapat bahwa pemimpin
di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dinilai mampu dalam
menghormati masukan dari bawahan. Sedangkan sebanyak 11 responden
atau sebesar 30.6% berpendapat bahwa pemimpin di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus dinilai mampu dalam menghormati masukan dari
bawahan.

Artinya pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dinilai


mampu mendengarkan dan menghormati masukan dan pikiran yang
disampaikan oleh bawahan sebagai salah satu masukan untuk kemajuan
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus. Seorang pemimpin yang
partisipasif menjalankan kepemimpinannya melalui konsultasi. Bawahan
dilibatkan dalam pengambilan keputusan dengan cara menerima berbagai
pendapat dan pemikiran dari bawahan mengenai keputusan yang akan
diambil oleh pemimpin. Pemimpin akan mendengarkan dan menerima ide
atau pemikiran dari bawahannya sejauh pemikiran tersebut dapat
diaplikasikan.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 50


Tabel 4.21.
Pendapat Responden Pemimpin Memberikan Contoh yang Baik kepada
Bawahan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

S 18 50.0 50.0 50.0

Valid SS 18 50.0 50.0 100.0

Total 36 100.0 100.0


Sumber Data Primer : SPSS
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 36 responden
sama-sama berbagi presentase yaitu sebanyak 18 responden atau sebesar
50.0% berpendapat bahwa pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus dalam memberikan contoh yang baik kepada bawahan dinilai sudah
baik. Sedangkan sebanyak 18 responden atau sebesar 50.0% berpendapat
bahwa pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dinilai sudah
baik dalam memberikan contoh. Artinya pemimpin di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus mempunyai kemampuan lebih baik dari bawahan
sehingga dinilai mampu menjadi panutan bagi bawahan dalam
melaksanakan dan menyelesaikan tugas.

Pemimpin yang memberikan contoh secara konsisten dan dengan


pengakuan akan inisiatif, maka para pemimpin akan mampu memotivasi
banyak individu untuk berperilaku seperti mereka (Kotter, 1997). Secara
garis besar dapat disimpulkan bahwa peran seorang pemimpin dalam
mengkomunikasikan strateginya secara sederhana, langsung dan sering
disertai dengan contoh maupun perbuatan secara konsisten memberikan
motivasi kerja bagi individu untuk berperilaku seperti mereka sehingga
akhirnya anggota organisasi mempunyai pandangan yang selalu mengarah
pada usaha memberikan pelayanan terbaiknya.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 51


5. Pendapat Responden terhadap Variabel Disiplin Kerja pada Dimensi
Disiplin Waktu
Tabel 4.22.
Pendapat Responden Saya Hadir Tepat Waktu dalam Bekerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

S 21 58.3 58.3 58.3

Valid SS 15 41.7 41.7 100.0

Total 36 100.0 100.0


Sumber Data Primer : SPSS
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 36 responden
sebanyak 21 responden atau sebesar 58.3% berpendapat bahwa petugas
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dalam ketepatan waktu kehadiran
ketika bekerja sudah baik. Sedangkan sebanyak 15 responden atau sebesar
41.7% berpendapat bahwa petugas Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus dalam ketepatan waktu kehadiran ketika bekerja sudah cukup baik.
Artinya petugas di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus mempunyai
tingkatan waktu yang baik ketika hadir di Rumah Tahanan Negara Kelas
IIB Kudus sehingga tidak terlambat untuk mengikuti kegiatan yang
dilaksanakan di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus.

Kehadiran rutin dan tepat waktu dapat menunjukkan bahwa bawahan


memiliki etika kerja yang baik. Ketepatan waktu bukan hanya tentang tiba
di kantor pada waktu yang tepat setiap pagi, namun juga tidak terlambat
kembali ke kantor saat jam istirahat. Kehadiran bawahan tentu akan
mempengaruhi tugas bawahan lainnya. Kehadiran yang kurang baik akan
membawa dampak buruk pada bawahan lain yang taat akan peraturan dan
memiliki etika kerja yang baik. Ketidakhadiran bawahan dapat
menimbulkan lebih banyak pekerjaan untuk bawahan lain atau
menyebabkan pekerjaan penting yang seharusnya diselesaikan dalam tim
menjadi terbengkalai.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 52


Tabel 4.23.
Pendapat Responden Saya Menyelesaikan Tugas Tepat pada Waktunya

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

S 17 47.2 47.2 47.2

Valid SS 19 52.8 52.8 100.0

Total 36 100.0 100.0


Sumber Data Primer : SPSS
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 36 responden
sebanyak 19 responden atau sebesar 52.8% berpendapat bahwa petugas
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dalam ketepatan waktu ketika
menyelesaikaan tugas merasa sudah baik. Sedangkan sebanyak 17
responden atau sebesar 47.2% berpendapat bahwa petugas Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus dalam ketepatan waktu ketika menyelesaikaan
tugas merasa cukup baik.

Artinya petugas di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dalam


penyelesaian tugas dan dalam pengerjaan tugas tepat pada waktu yang
sudah ditetapkan dan tidak melebihi dari batas waktu penyelesain tugas.
Seorang petugas harus menanamkan suatu sikap dimana harus memiliki
kedisiplinan dalam hal ketepatan waktu dalam bekerja, maupun dalam
menyelesaikan tugas yang dijalani. Pentingnya bekerja secara tepat waktu,
bertujuan agar perusahaan dapat mencapai target yang telah ditentukan

Tabel 4.24.
Pendapat Responden Saya Mengerjakan Jurnal Harian Setiap Hari

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

S 25 69.4 69.4 69.4

Valid SS 11 30.6 30.6 100.0

Total 36 100.0 100.0


Sumber Data Primer : SPSS
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 36
responden sebanyak 25 responden atau sebesar 69.4% berpendapat bahwa
petugas Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus mampu mengerjakan

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 53


jurnal harian setiap hari. Sedangkan sebanyak 11 responden atau sebesar
30.6% berpendapat bahwa petugas Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus cukup mampu mengerjakan jurnal harian setiap hari. Artinya petugas
di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus untuk pengisian jurnal harian
pada sistem kepegawaian dilaksanakan dan dikerjakan setiap hari setelah
selesai melaksanakan tugas.

6. Pendapat Responden terhadap Variabel Disiplin Kerja pada Dimensi


Disiplin Peraturan
Tabel 4.25.
Pendapat Responden Saya Mematuhi Tata Tertib yang Sudah Ditetapkan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

S 14 38.9 38.9 38.9

Valid SS 22 61.1 61.1 100.0

Total 36 100.0 100.0


Sumber Data Primer : SPSS
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 36
responden sebanyak 22 responden atau sebesar 61.1% berpendapat bahwa
petugas Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dalam mematuhi tata
tertib yang sudah ditetapkan di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus
sudah baik. Sedangkan sebanyak 14 responden atau sebesar 38.9%
berpendapat bahwa petugas Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus
dalam mematuhi tata tertib yang sudah ditetapkan di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus cukup baik.

Artinya petugas di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dalam


pelaksanaan tugas di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus berpedoman
kepada peraturan yang sudah ditetapkan dan sudah menjadi dasar
pelaksanaan tugas di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus. Menurut
(Sutrisno, 2009) mengatakan bahwa disiplin adalah sikap kesediaan dan
kerelaan seseorang untuk mematuhi dan mentaati norma-norma peraturan
yang berlaku di sekitarnya. Disiplin kerja petugas yang baik akan

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 54


mempercepat tujuan organisasi, sedangkan disiplin kerja yang merosot akan
menjadi penghalang dan memperlambat pencapaian tujuan organisasi.

Tabel 4.26.
Pendapat Responden Saya Mampu Bertugas sesuai Instruksi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

S 12 33.3 33.3 33.3

Valid SS 24 66.7 66.7 100.0

Total 36 100.0 100.0


Sumber Data Primer : SPSS

Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 36


responden sebanyak 24 responden atau sebesar 66.7% berpendapat bahwa
petugas Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus merasa mampu dalam
bertugas sesuai dengan instruksi. Sedangkan sebanyak 12 responden atau
sebesar 33.3% berpendapat bahwa petugas Rumah Tahanan Negara Kelas
IIB Kudus merasa cukup mampu dalam bertugas sesuai dengan instruksi.
Artinya petugas di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dalam
melaksanakan tugas di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus selain
berpedoman kepada peraturan yang sudah ditetapkan juga melaksanakan
tugas berdasarkan intruksi pemimpin.

Petugas diharapkan mampu menerima instruksi, kemudian


melaksanakan instruksi tesebut secara sempurna, dengan metode yang
diterapkan sendiri pula. Karena melaksanakan tugasnya, petugas tidak lepas
dari kemungkinan untuk bekerja sama dengan orang lain, maka hendaknya
petugas berusaha mencari beberapa cara yang terbaik guna menumbuhkan
hubungan kerja sama yang baik pula dengan teman-teman sekerjanya, yang
lebih rendah, setingkat, maupun yang lebih tinggi kedudukannya.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 55


Tabel 4.27.
Pendapat Responden Saya Bekerja sesuai dengan SOP yang Berlaku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

S 16 44.4 44.4 44.4

Valid SS 20 55.6 55.6 100.0

Total 36 100.0 100.0


Sumber Data Primer : SPSS

Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 36 responden


sebanyak 20 responden atau sebesar 55.6% berpendapat bahwa petugs
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dalam bekerja sesuai dengan SOP
sudah baik. Sedangkan sebanyak 16 responden atau sebesar 44.4%
berpendapat bahwa dalam pelaksanaan tugas berdasarkan SOP sudah baik.

Artinya petugas di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dalam


melaksanakan tugas berpedoman dengan SOP Rumah Tahanan Negara
Kelas IIB Kudus, baik SOP pengamanan, SOP pelayan tahanan, maupun
SOP pengelolaan yang sudah ditetapkan dalam peraturan sehingga dalam
pelaksanaan tugas dapat mencapai sasaran dan tujuan yang diharapkan.
Petugas diharapkan dapat menjalankan pekerjaan sesuai SOP dengan baik
agar pekerjaan lebih mudah dikerjakan, kesalahan dapat diminimalisir, dan
memberikan efisiensi waktu sehingga pekerjaan dapat dikerjakan tepat
waktu dan target perusahaan dapat tercapai.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 56


7. Pendapat Responden terhadap Variabel Disiplin Kerja pada Dimensi
Disiplin Tanggung Jawab
Tabel 4.28.
Pendapat RespondenSaya Menjaga Peralatan yang Menjadi Tanggung
Jawab

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

S 14 38.9 38.9 38.9

Valid SS 22 61.1 61.1 100.0

Total 36 100.0 100.0


Sumber Data Primer : SPSS

Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 36


responden sebanyak 22 responden atau sebesar 61.1% berpendapat bahwa
petugas Rutan Kelas IIB Kudus merasa mampu dalam menjaga peralatan
yang menjadi tanggung jawab mereka di Rutan Kelas IIB Kudus.
Sedangkan sebanyak 14 responden atau sebesar 38.9% berpendapat bahwa
petugas Rutan Kelas IIB Kudus merasa cukup mampu dalam menjaga
peralatan yang menjadi tanggung jawab mereka di Rutan Kelas IIB Kudus.
Artinya petugas di Rutan Kelas IIB Kudus dalam bertugas mempunyai
peralatan seperti petugas pengamanan yang mempunyai tanggung jawab
terhadap berbagai macam peralatan pengamanan dan petugas tersebut
mampu bertanggung jawab terhadap peralatan yang menjadi tanggung
jawabnya.

Tabel 4.29.
Pendapat Responden Saya Menjaga Kepercayaan Atasan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

S 8 22.2 22.2 22.2

Valid SS 28 77.8 77.8 100.0

Total 36 100.0 100.0


Sumber Data Primer : SPSS

Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 36


responden sebanyak 28 responden atau sebesar 77.8% berpendapat bahwa

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 57


petugas Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus merasa mampu dalam
menjaga kepercayan dari atasan. Sedangkan sebanyak 8 responden atau
sebesar 22.2% berpendapat bahwa petugas Rumah Tahanan Negara Kelas
IIB Kudus merasa cukup mampu dalam menjaga kepercayan dari atasan.

Artinya petugas di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus mampu


menjaga kepercayaan yang sudah diberikan oleh pemimpin dengan cara
melaksanakan dan menyelesaikan tugas sesuai dengan peraturan dan
instruksi pemimpin. Dalam bekerja bawahan harus dapat menjaga
kepercayaan dari atasannya. Kepercayaan diartikan sebagai derajat dimana
seseorang yang percaya menaruh sikap positif terhadap keinginan baik dan
keandalan orang lain yang dipercayanya di dalam situasi yang berubah ubah
dan beresiko. Sebagai inti dari setiap hubungan antar manusia, dalam
bekerja bawahan harus dapat menjaga kepercayaan dari atasannya.

Tabel 4.30.
Pendapat Responden Saya Bertanggung Jawab dengan Pekerjaan dan
Memperbaiki apabila Salah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

S 17 47.2 47.2 47.2

Valid SS 19 52.8 52.8 100.0

Total 36 100.0 100.0


Sumber Data Primer : SPSS

Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 36 responden


sebanyak 19 responden atau sebesar 52.8% berpendapat bahwa petugas
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dalam tanggung jawabnya kepada
pekerjaan dan memperbaiki kesalahan sudah baik. Sedangkan sebanyak 17
responden atau sebesar 47.2% berpendapat bahwa petugas Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus dalam tanggung jawabnya kepada pekerjaan dan
memperbaiki kesalahan cukup baik.

Artinya petugas di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dalam


melaksanakan tugas senantiasa dengan penuh tanggung jawab terhadap
tugas-tugas yang dilaksanakan dan apabila terjadi suatu kesalahan petugas

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 58


dengan penuh tanggung jawab untuk memperbaiki kesalahan dalam
pelaksanaan tugas tersebut. Tanggung jawab merupakan suatu bentuk
kewajiban dari seorang bawahan untuk melaksanakan tugas dan wewenang
yang dilimpahkan kepadanya dengan jalan menyelesaiakn tugas sesuai
dengan apa yang telah ditentukan oleh pimpinan atau organisasi

Tabel 4.31.

Pendapat Responden Saya selalu Konsisten dalam Bertugas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

S 12 33.3 33.3 33.3

Valid SS 24 66.7 66.7 100.0

Total 36 100.0 100.0


Sumber Data Primer : SPSS

Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 36 responden


sebanyak 24 responden atau sebesar 66.7% berpendapat bahwa petugas
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus merasa mampu dalam menjaga
konsistensi ketika bertugas. Sedangkan sebanyak 12 responden atau sebesar
33.3% berpendapat bahwa petugas Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus merasa cukup mampu dalam menjaga konsistensi ketika bertugas.

Artinya petugas di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dalam


melaksanakan tugas yang sudah menjadi kewajiban senantiasa konsisten
untuk melaksanakan tugas tersebut dengan baik sesuai peraturan dan apa
yang menjadi tujuan organisasi. Konsisten dalam bekerja berarti menjaga
stabilitas kinerja tetap seimbang, dalam hal ini bekerja dengan baik sesuai
dengan kemampuan dan terus menerus di lakukan tanpa rasa lelah atau
penurunan baik kuantitas dan kualitas semangat maupun hasilnya

E. Analisis Data
1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu
sampel yang berasal dari suatu populasi berdistribusi normal atau tidak.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 59


Analisis dalam penelitian ini mengukur data berskala rasio yang
menggunakan metode statistik parametrik, maka persyaratan normalitas
harus terpenuhi, yaitu data berasal dari distribusi yang normal. Dalam
penelitian ini, pengujian normalitas dilakukan dengan Uji One Sample
Kolmogorov-Smirnov Test.
Pengujian menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
dengan tingkat signifikansi (α) 5% atau 0,05 memiliki kriteria yaitu jika
nilai signifikansi atau Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka data
berdistribusi normal dan jika nilai signifikansi atau Asymp. Sig (2-tailed)
lebih kecil dari 0,05 maka data berdistribusi tidak normal. Hasil uji
normalitas data dari residual dengan pengujian One Sample Kolmogorov-
Smirnov Test menggunakan SPSS v.20.0 dapat dilihat pada tabel di berikut
ini:

Tabel 4.32.
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 36
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 2.48703762
Most Extreme Differences Absolute .127
Positive .127
Negative -.117
Test Statistic .127
Asymp. Sig. (2-tailed) .156
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber Data Primer : SPSS

Berdasarkan output yang diperoleh dari uji normalitas dengan


metode One Sample Kolmogorov-Smirnov Test, diketahui bahwa hasil nilai
signifikansi data yang dihasilkan sebesar 0,156. Hal ini dapat dilihat pada
kolom Asymp. Sig. (2-tailed) pada tabel di atas yang menunjukkan angka
0,156. Sesuai dengan syarat uji normalitas, nilai signifikansi 0,156 > 0,05
dan hal ini menunjukkan bahwa data yang dimiliki terdistribusi secara

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 60


normal karena mempunyai signifikansi lebih besar dari 0,05. Dengan
demikian penelitian ini dapat digunakan dalam analisis selanjutnya dengan
menggunakan statistik.

2. Uji Regresi Linier Sederhana


Dalam penelitian kuantitatif, uji regresi linear sederhana dilakukan
untuk memprediksi dan mencari tahu tingkat pengaruh variabel bebas
(variabel independen) terhadap variabel terikat (variabel dependen).

Tabel 4.33.
Uji Regresi ANOVA

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 63.513 1 63.513 9.975 .003b

1 Residual 216.487 34 6.367

Total 280.000 35

a. Dependent Variable: VARIABEL TOTAL TINGKAT Disiplin Kerja


b. Predictors: (Constant), VARIABEL TOTAL TINGKAT Kepemimpinan
Sumber Data Primer : SPSS

Pada tabel ANOVA di atas, kita dapat mengetahui tingkat pengaruh


atau tingkat signifikansi antara variabel kepemimpinan (X) terhadap
variabel disiplin kerja (Y). Berdasarkan tabel uji regresi tersebut kita dapat
lihat nilai F = 9,975 dengan tingkat signifikansi atau probabilitas 0,003.
Hasil nilai signifikansi 0,003 < 0,05 menunjukkan bahwa uji regresi tersebut
memenuhi syarat untuk dapat mengukur tingkat pengaruh variabel
kepemimpinan terhadap variabel disiplin kerja. Dari uji regresi linier
sederhana tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara
variabel kepemimpinan (X) terhadap variabel disiplin kerja (Y).

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 61


Tabel 4.34.
Hasil Uji Regresi Linier Sederhana

Sumber Data Primer : SPSS

Dari tabel Coefficientsa diatas, dapat dilihat koefisien arah regresi


dari kolom Unstandardized Coefficients dan sub kolom b. Dari kolom
tersebut diperoleh nilai constant sebesar 24,286 dan nilai koefisien arah
regresi sebesar 0,421. Dari nilai tersebut maka diperoleh rumus nilai
persamaan regresi sebagai berikut :

y = a + bx
y = 24,286 + 0,421x

Dari persamaan tersebut nilai koefisien b menunjukkan nilai


koefisien regresi dan nilai koefisien b tersebut menunjukkan perubahan rata-
rata variabel disiplin kerja (y) untuk setiap perubahan variabel
kepemimpinan (x) sebesar satu satuan. Jika nilai koefisien b bernilai positif
maka akan terjadi perubahan yang sifatnya berbanding lurus, artinya setiap
terjadi pertambahan nilai pada variabel x maka akan terjadi pertambahan
nilai pula pada variabel y dan apabila terjadi pengurangan nilai pada variabel
x maka variabel y akan mengalami pengurangan nilai pula. Apabila nilai
koefisien b bernilai negatif maka akan terjadi perubahan yang sifatnya
berbanding terbalik. Artinya setiap terjadi pertambahan nilai pada variabel
x maka akan terjadi pengurangan nilai pada variabel y dan apabila terjadi
penguranagan nilai pada variabel x maka variabel y akan mengalami
pertambahan nilai. Sehingga dari persamaan regresi tersebut dapat
ditafsirkan yakni nilai konstanta variabel kepemimpinan sebesar 24,286 dan
menunjukkan bahwa nilai variabel 24,286 adalah konstan serta nilai variabel

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 62


disiplin kerja menunjukkan nilai 0,421. Nilai koefisien b pada persamaan
regresi diatas bernilai positif. Hal ini menunjukkan perubahan nilai yang
sifatnya berbanding lurus antara variabel kepemimpinan dan variabel
disiplin kerja. Kenaikan nilai pada variabel kepemimpinan mempengaruhi
kenaikan variabel disiplin kerja begitupun sebaliknya. Dari persamaann
rumus regresi tersebut dapat dinyatakan bahwa koefisien regresi variabel
kepemimpinan (x) sebesar 24,286 menyatakan bahwa setiap kenaikan 1%
nilai variabel kepemimpinan, maka variabel disiplin kerja akan mengalami
kenaikan sebesar 0,421. Karena sifat regeresi yang berbanding lurus maka
dapat diketahui bahwa semakin besar pengaruh kepemimpinan yang
diberikan maka disiplin kerja akan semakin meningkat.

3. Uji Signifikansi
Uji signifikan atau uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
kepemimpinan sebagai variabel bebas memiliki pengaruh terhadap variabel
disiplin kerja sebagai variabel terikat. Jika nilai t hitung > t tabel maka
terdapat pengaruh signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Dalam menentukan t tabel kita dapat menggunakan rumus df = n – k =180
– 2 = 178.
Berdasarkan rumus tersebut maka diketahui nilai t tabel dalam uji t
yakni 1,97338. Untuk menentukan nilai t hitung dapat dilakukan melalui
perhitungan berikut:

𝑟 √𝑛 − 2
𝑡=
√1 − 𝑟 2
0,476√180 − 2
𝑡=
√1 − 0,226
𝒕 = 𝟑, 𝟏𝟓
Hasil dari rumus ini juga bisa dicocokkan dengan hasil uji
signifikansi menggunakan software spss yang disajikan dalam tabel berikut:

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 63


Tabel 4.35.
Hasil Uji Signifikansi

Sumber Data Primer : SPSS

Hasil pengujian uji signifikansi mampu menjawab pengujian


hipotesis dengan menggunakan perbandingan nilai thitung dan ttabel.
Berdasarkan tabel dan perhitungan di atas, nilai t hitung tecatat sebesar 3,15
dan t tabel sebesar 1,97 dengan nilai signifikansi 3%, sehingga dapat ditarik
kesimpulan jika thitung > ttabel (3,15 > 1,97). Hal ini menunjukkan terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel kepemimpinan dan variabel
disiplin kerja. Dari hasil uji t tersebut kita dapat melakukan uji hipotesis
terhadap pengaruh variabel kepemimpinan terhadap variabel disiplin kerja
petugas di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus. Adapun hipotesis dari
penelitian ini adalah:
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara kepemimpinan terhadap disiplin kerja.
Ha : Terdapat pengaruh antara kepemimpinan terhadap disiplin kerja.
Dalam uji hipotesis menggunakan uji t, Ho diterima apabila nilai t
hitung < t tabel yang menandakan tidak terdapat pengaruh antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Apabila nilai t hitung > t tabel maka Ho
ditolak dan Ha diterima yang menandakan adanya pengaruh variabel bebas
dengan variabel terikat. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai t
hitung > t tabel (3,15 > 1,97). Hal ini menandakan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima yang berarti adanya pengaruh variabel kepemimpinan terhadap
variabel disiplin kerja. Sehingga dapat disimpulkan jika Ho ditolak yang
berarti terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan
dan disiplin kerja petugas di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 64


4. Uji Determinasi
Uji determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini uji
determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengaruh
kepemimpinan sebagai variabel bebas terhadap variabel disiplin kerja
sebagai variabel terikat. Adapun tingkat pengaruh tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.36.
Uji Regresi Model Summary

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Estimate


Square
1 .476a .227 .204 2.523

a. Predictors: (Constant), VARIABEL TOTAL TINGKAT Kepemimpinan


b. Dependent Variable: VARIABEL TOTAL TINGKAT Disiplin Kerja
Sumber Data Primer : SPSS
Dari tabel uji determinasi di atas, nilai R sebagai koefisien korelasi
adalah sebesar 0,476. Hal ini menandakan terdapat hubungan korelasi yang
bersifat positif lemah antara variabel kepemimpinan dan disiplin kerja
karena 0,476 < 0,5. Dari tabel uji determinasi diatas juga diketahui nilai R2
atau koefisien determinasi sebesar 0,227. Hasil tersebut dapat menunjukkan
seberapa besar pengaruh variabel independen secara menyeluruh dapat
memengaruhi naik turunnya variabel dependen. Berdasarkan nilai tersebut
dapat dijelaskan bahwa sebesar 22,7% kepemimpinan yang ada di Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dipengaruhi oleh disiplin kerja yang ada
dan sisanya sebesar 77,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dijelaskan dalam penelitian ini.

F. Pembahasan
Peneliti melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Kepemimpinan
terhadap Disiplin Kerja Petugas di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus
telah diperoleh hasil berupa jawaban responden dari kuisioner atau angket
tentang variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu kepemimpinan dan
disiplin kerja melalui beberapa pertanyaan dengan skala likert dalam beberapa

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 65


dimensi. Dalam penelitian ini, peneliti akan menjelaskan bagaimana persepsi
petugas di lingkup Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus terhadap
kepemimpinan seorang pemimpin atau kepala yang berpengaruh terhadap
disiplin kerja petugas. Pembahasan dari hasil penelitian ini akan disajikan
dalam bentuk analisis deskriptif berdasarkan data yang telah disajikan dalam
bentuk hasil penelitian.

a. Kepemimpinan di Lingkungan Rumah Tahanan Negara Kelas IIB


Kudus
Menurut (Soekarso, 2015) kepemimpinan adalah proses pengaruh
sosial di mana satu kehidupan dapat mempengaruhi kehidupan orang lain,
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, yaitu aturan hukum
dan memastikan pencapaian tujuannya. Kepemimpinan merupakan faktor
yang menentukan dalam suatu perusahaan. Berhasil atau gagal perusahaan
dalam mencapai suatu tujuan dipengaruhi oleh cara seorang pimpinan.
Sosok pemimpin dalam perusahaan dapat menjadi efektif apabila
pemimpin tersebut mampu mengelola perusahaannya dan mempengaruhi
perilaku bawahan agar mau bekerja sama dalam mencapai tujuan
perusahaan.
Berdasarkan hasil olah data penelitian yang didapatkan oleh peneliti,
mengenai keempat dimensi kepemimpinan di Rumah Tahanan Negara
Kelas IIB Kudus didapatkan persepsi responden yang baik terhadap
kepemimpinan. Dalam melakukan pengukuran persepsi responden tiap
dimensi, peneliti menggolongkan persepsi responden menjadi tiga yakni
tinggi, sedang, dan rendah. Responden yang memiliki persepsi tinggi
menandakan tingkat kepuasan dan kesetujuan yang tinggi terhadap
dimensi variabel kepemimpinan. Responden yang memiliki tingkat
persepsi sedang menandakan tingkat kepuasan dan kesetujuan yang tidak
terlalu baik terhadap dimensi variabel kepemimpinan yang diukur, dan
persepsi rendah yang menandakan tingkat kepemimpinan yang rendah
terhadap dimensi variabel disiplin kerja yang diukur.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 66


Dimensi pertama yang dibahas pada penelitian ini adalah
kecerdasan. Berdasarkan hasil analisa data mengenai pendapat responden
terhadap variabel kepemimpinan pada dimensi kecerdasan, sebanyak 27
responden atau sebesar 75% berpendapat bahwa seharusnya seorang
pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus harus mengetahui
informasi dan peraturan-peraturan dalam mengelola Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus. Sedangkan sebanyak 9 responden atau sebesar
25% berpendapat bahwa seharusnya seorang pemimpin di Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Kudus harus mengetahui informasi dan
peraturan-peraturan dalam mengelola Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus. Mengetahui berbagai informasi yang terjadi dalam wilayah
kerjanya dan memahami berbagai peraturan yang berlaku menjadikan
pemimpin dapat diandalkan dan menjadi rujukan dalam menyelesaikan
berbagai persoalan dan permasalahan.
Dimensi kedua yang dibahas adalah kedewasaan dan keleluasan
hubungan sosial. Berdasarkan pendapat responden pemimpin mampu
menyelesaikan permasalahan dapat dijelaskan bahwa dari 36 responden
sama-sama berbagi presentase yaitu sebanyak 18 responden atau sebesar
50.0% berpendapat bahwa pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus dinilai mampu menyelesaikan masalah yang ada di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus. Artinya pemimpin di Rumah Tahanan Negara
Kelas IIB Kudus dinilai mampu untuk menyelesaikan segala permasalahan
baik itu masalah kecil atau besar yang ada di Rumah Tahanan Negara
Kelas IIB Kudus dengan berpedoman pada peraturan yang sudah
ditetapkan. Pendapat responden yang kedua mengenai pemimpin memiliki
komunikasi yang baik dengan bawahan berdasarkan hasil analisa data
yaitu dari 36 responden sebanyak 19 responden atau sebesar 52.8%
berpendapat bahwa pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus
memiliki kemampuan yang baik dengan bawahan. Artinya pemimpin di
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dinilai memiliki kemampuan
dan mampu untuk menjalin komunikasi kepada bawahan dengan bahasa

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 67


dan cara bicara yang baik sehingga bawahan mampu menangkap apa yang
menjadi tujuan dari pemimpin.
Dimensi yang ketiga yang dibahas adalah mengenai motivasi dan
dorongan prestasi. Pendapat responden pertama mengenai pemimpin
mampu mendelegasikan wewenang kepada bawahan dari hasil analisa
data, dapat dijelaskan bahwa dari 36 responden sebanyak 24 responden
atau sebesar 66.7% berpendapat bahwa pemimpin di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus dinilai mampu dalam mendelegasikan wewenang
kepada bawahan di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus. Hal ini
berarti pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus mampu
memberikan intruksi kepada bawahan untuk dilaksanakan dengan penuh
rasa tanggung jawab sehingga apa yang menjadi instruksi dapat
terselesaikan. Pendapat responden kedua mengenai pemimpin
memberikan semangat terhadap bawahan, yaitu sebanyak 31 responden
atau sebesar 86.1% berpendapat bahwa pemimpin di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus dinilai mampu dalam memberikan semangat
kepada bawahan. Artinya pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus dinilai mampu menjadi sosok baik dari segi apa yang disampaikan
dan apa yang dilaksanakan mampu menjadi semangat kepada bawahan
dalam melaksanakan tugas. Pendapat responden yang terakhir adalah
mengenai pemimpin dalam memberikan penghargaan atas prestasi kepada
bawahan yaitu dari 36 responden sebanyak 19 responden atau sebesar
52.8% berpendapat bahwa pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus dalam memberikan penghargaan atas prestasi kepada bawahan
sudah baik. Hal ini berarti pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus dinilai mampu mendorong bawahan untuk lebih berprestasi dalam
hal melaksanakan dan meyelesaikan tugas dengan cara pemimpin
memberikan penghargaan atas apa yang sudah bawahan kerjakan.
Dimensi keempat yang dibahas adalah sikap dan hubungan sosial
seorang pemimpin. Pendapat responden yang pertama adalah mengenai
pemimpin menghargai kinerja bawahan, yaitu dari 36 responden sebanyak
31 responden atau sebesar 86.1% berpendapat bahwa pemimpin di Rumah

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 68


Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dinilai sudah baik dalam menghargai
kinerja bawahan. Artinya pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus dinilai memiliki sikap untuk menghargai apa yang sudah
dilaksanakan dan dikerjakan oleh bawahan, sekecil apapun hasil dari
bawahan tetap dihargai oleh pemimpin. Pendapat responden yang kedua
adalah mengenai pemimpin menghormati masukan dari bawahan yaitu
dari 36 responden sebanyak 25 responden atau sebesar 69.4% berpendapat
bahwa pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dinilai
mampu dalam menghormati masukan dari bawahan. Artinya pemimpin di
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dinilai mampu mendengarkan
dan menghormati masukan dan pikiran yang disampaikan oleh bawahan
sebagai salah satu masukan untuk kemajuan Rumah Tahanan Negara
Kelas IIB Kudus. Pendapat responden yang terakhir dalam dimensi sikap
dan hubungan sosial yaitu mengenai pemimpin memberikan contoh yang
baik kepada bawahan yaitu dari 36 responden sama-sama berbagi
presentase yaitu sebanyak 18 responden atau sebesar 50.0% berpendapat
bahwa pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dalam
memberikan contoh yang baik kepada bawahan dinilai sudah baik. Artinya
pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus mempunyai
kemampuan lebih baik dari bawahan sehingga dinilai mampu menjadi
panutan bagi bawahan dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas.

b. Disiplin Kerja Petugas di Lingkungan Rumah Tahanan Kelas IIB


Kudus
Disiplin adalah fungsi terpenting dari manajemen personalia, karena
semakin baik disiplin seorang karyawan, semakin tinggi produktivitas
yang dapat ia raih. Tanpa disiplin yang baik, organisasi akan kesulitan
mencapai hasil yang optimal. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan
bahwa disiplin berarti ketaatan (kepatuhan) terhadap aturan (rule of
conduct, dll.). Disiplin yang dipertimbangkan adalah semua yang
dilakukan oleh karyawan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
peraturan dan ketentuan yang berlaku. Disiplin kerja yang dimaksud dalam

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 69


tulisan ini adalah disiplin kerja petugas yang dilaksanakan ketika bertugas
sesuai dengan tata tertib dilingkungan Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus.
Disiplin menurut (Pereira, 2019) adalah disiplin yang baik
mencerminkan tingkat tanggung jawab untuk tugas yang diberikan
kepadanya. Ini mendorong antusiasme untuk bekerja, antusiasme untuk
bekerja dan realisasi tujuan organisasi, petugas dan masyarakat.
Karenanya, setiap pemimpin selalu berusaha memastikan bahwa
bawahannya memiliki disiplin yang baik. Dikatakan bahwa seorang
pemimpin efektif dalam kepemimpinannya jika bawahannya disiplin.
Dimensi yang ada di variabel disiplin kerja ada 3, yaitu disiplin waktu,
disiplin peraturan dan disiplin tanggung jawab.
Dimensi pertama yang dibahas adalah dimensi disiplin waktu.
Pendapat responden yang pertama mengenai waktu kehadiran dalam
bekerja berdasarkan analisa data yaitu, dari 36 responden sebanyak 21
responden atau sebesar 58.3% berpendapat bahwa petugas Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dalam ketepatan waktu kehadiran ketika
bekerja sudah baik. Artinya petugas di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus mempunyai tingkatan waktu yang baik ketika hadir di Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Kudus sehingga tidak terlambat untuk
mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di Rumah Tahanan Negara Kelas
IIB Kudus. pendapat responden yang kedua yaitu mengenai tugas yang
diselesaikan tepat waktu berdasarkan hasil analisa data bahwa dari 36
responden sebanyak 19 responden atau sebesar 52.8% berpendapat bahwa
petugas Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dalam ketepatan waktu
ketika menyelesaikaan tugas merasa sudah baik. Artinya petugas di
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dalam penyelesaian tugas dan
dalam pengerjaan tugas tepat pada waktu yang sudah ditetapkan dan tidak
melebihi dari batas waktu penyelesain tugas. Sedangkan pendapat
responden yang terakhir mengenai jurnal yang telah dikerjakan setiap hari
berdasarkan analisa data yaitu dari 36 responden sebanyak 25 responden
atau sebesar 69.4% berpendapat bahwa petugas Rumah Tahanan Negara

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 70


Kelas IIB Kudus mampu mengerjakan jurnal harian setiap hari. Artinya
petugas di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus untuk pengisian
jurnal harian pada sistem kepegawaian dilaksanakan dan dikerjakan setiap
hari setelah selesai melaksanakan tugas.
Dimensi kedua yang dibahas adalah dimensi disiplin peraturan.
Pendapat responden yang pertama adalah mengenai kepatuhan tata tertib
yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil analisa data tersebut didapatkan
bahwa dari 36 responden sebanyak 22 responden atau sebesar 61.1%
berpendapat bahwa petugas Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus
dalam mematuhi tata tertib yang sudah ditetapkan di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus sudah baik. Artinya petugas di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus dalam pelaksanaan tugas di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus berpedoman kepada peraturan yang sudah
ditetapkan dan sudah menjadi dasar pelaksanaan tugas di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus. Pendapat responden yang kedua adalah
mengenai bertugas sesuai instruksi. Hasil analisa data tersebut yaitu dari
36 responden sebanyak 24 responden atau sebesar 66.7% berpendapat
bahwa petugas Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus merasa mampu
dalam bertugas sesuai dengan instruksi. Artinya petugas di Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dalam melaksanakan tugas di Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Kudus selain berpedoman kepada peraturan
yang sudah ditetapkan juga melaksanakan tugas berdasarkan intruksi
pemimpin. Pendapat responden yang terakhir mengenai bekerja sesuai
SOP yang berlaku yaitu dari 36 responden sebanyak 20 responden atau
sebesar 55.6% berpendapat bahwa petugas Rumah Tahanan Negara Kelas
IIB Kudus dalam bekerja sesuai dengan SOP sudah baik. Artinya petugas
di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dalam melaksanakan tugas
berpedoman dengan SOP Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus, baik
SOP pengamanan, SOP pelayan tahanan, maupun SOP pengelolaan yang
sudah ditetapkan dalam peraturan sehingga dalam pelaksanaan tugas dapat
mencapai sasaran dan tujuan yang diharapkan.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 71


Dimensi yang ketiga adalah disiplin tanggung jawab. Pendapat
responden yang pertama mengenai tanggung jawab dalam menjaga
peralatan yang ada yaitu dari 36 responden sebanyak 22 responden atau
sebesar 61.1% berpendapat bahwa petugas Rumah Tahanan Negara Kelas
IIB Kudus merasa mampu dalam menjaga peralatan yang menjadi
tanggung jawab mereka di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus.
Artinya petugas di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dalam
bertugas mempunyai peralatan seperti petugas pengamanan yang
mempunyai tanggung jawab terhadap berbagai macam peralatan
pengamanan dan petugas tersebut mampu bertanggung jawab terhadap
peralatan yang menjadi tanggung jawabnya. Pendapat responden yang
kedua mengenai sikap menjaga kepercayaan atasan yaitu, dari 36
responden sebanyak 28 responden atau sebesar 77.8% berpendapat bahwa
petugas Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus merasa mampu dalam
menjaga kepercayan dari atasan. Artinya petugas di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus mampu menjaga kepercayaan yang sudah
diberikan oleh pemimpin dengan cara melaksanakan dan menyelesaikan
tugas sesuai dengan peraturan dan instruksi pemimpin. Pendapat
responden yang ketiga adalah mengenai tanggung jawab pekerjaan dan
memperbaiki apabila ada kesalahan yaitu dari 36 responden sebanyak 19
responden atau sebesar 52.8% berpendapat bahwa petugas Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dalam tanggung jawabnya kepada
pekerjaan dan memperbaiki kesalahan sudah baik. Artinya petugas di
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dalam melaksanakan tugas
senantiasa dengan penuh tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang
dilaksanakan dan apabila terjadi suatu kesalahan petugas dengan penuh
tanggung jawab untuk memperbaiki kesalahan dalam pelaksanaan tugas
tersebut. Pendapat responden yang terakhir adalah mengenai konsistensi
dalam bekerja yaitu dari 36 responden sebanyak 24 responden atau sebesar
66.7% berpendapat bahwa petugas Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus merasa mampu dalam menjaga konsistensi ketika bertugas. Artinya
petugas di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus dalam melaksanakan

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 72


tugas yang sudah menjadi kewajiban senantiasa konsisten untuk
melaksanakan tugas tersebut dengan baik sesuai peraturan dan apa yang
menjadi tujuan organisasi.

c. Pengaruh Kepemimpinan terhadap Disiplin Kerja Petugas di Rumah


Tahanan Kelas IIB Kudus
Semakin tinggi kualitas kepemimpinan, maka semakin tinggi tingkat
disiplin kerja petugas, begitu juga sebaliknya semakin rendah kualitas
kepemimpinan, maka semakin rendah pula tingkat disiplin kerja petugas.
Setiap pimpinan selalu berusaha agar para bawahannya mempunyai
disiplin yang baik. Seorang pimpinan dikatakan efektif dalam
kepemimpinannya, jika para bawahannya berdisiplin baik. Teladan
pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan
karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.
Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisplin baik, jujur, adil,
serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik,
kedisiplinan bawahanpun akan ikut baik (Hasibuan, 2012).
Secara empiris, adanya pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin
sejalan dengan yang dilakukan oleh (Baskoro, 2012) yang mendapatkan
bahwa kepemimpinan memiliki dampak positif yang signifikan terhadap
disiplin kerja dan kinerja karyawan. Salah satu indikator Rutan dikatakan
baik atau ideal adalah tingginya kualitas kinerja para petugas dan tingginya
kualitas pelayanan publik yang ada pada Rutan tersebut. Oleh karena itu,
kepemimpinan di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus sangat penting
untuk ditingkatkan kualitasnya. Kualitas kepemimpinan dapat diukur
melalui beberapa faktor yaitu: kecerdasan seorang pemimpin, kedewasaan
dan keleluasan hubungan sosial seorang pemimpin, motivasi dan dorongan
prestasi, serta sikap dan hubungan sosial. Hal-hal tersebut perlu
ditingkatkan agar pengelolaan Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus
sebagai tempat melakukan penahanan sementara kepada para tersangka
atau terdakwa dapat lebih baik dan semakin berkualitas.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 73


Berdasarkan hasil uji koefisien regresi tersebut menyatakan bahwa
variabel kepemimpinan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel disiplin kerja. Hal ini ditunjukkan dari nilai sebesar 0,003 < 0,05.
Dari tabel tersebut dapat dilihat nilai α sebesar 0,003, sehingga 0,003 <
0,05, jadi dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga
dapat dikatakan terdapat pengaruh antara kepemimpinan terhadap disiplin
kerja.
Dalam uji hipotesis menggunakan uji t, Ho diterima apabila nilai t
hitung < t tabel yang menandakan tidak terdapat pengaruh antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Apabila nilai t hitung > t tabel maka Ho
ditolak dan Ha diterima yang menandakan adanya pengaruh variabel bebas
dengan variabel terikat. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai t
hitung > t tabel (3,15 > 1,97). Hal ini menandakan bahwa Ho ditolak dan
Ha diterima yang berarti adanya pengaruh variabel kepemimpinan
terhadap variabel disiplin kerja. Sehingga dapat disimpulkan jika Ho
ditolak yang berarti terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
kepemimpinan dan disiplin kerja di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kudus.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 74


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini,
disimpulkan bahwa kepemimpinan memiliki pengaruh terhadap disiplin
kerja petugas di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus. Tujuan utama
penelitian ini dilakukan yakni untuk mengetahui tingkat kepemimpinan,
tingkat disiplin kerja petugas dan pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin
kerja petugas Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus. Berdasarkan hasil
pengolahan data yang telah dilakukan peneliti menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Tingkat kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin atau kepala
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus termasuk dalam kategori
tinggi. Hal tersebut berarti kecerdasan, kedewasaan dan keleluasan
hubungan sosial, motivasi dan dorongan prestasi serta sikap hubungan
sosial pemimpin di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus memiliki
persepsi yang baik.
2. Tingkat disiplin kerja yang dimiliki oleh sebagian besar petugas di
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus termasuk dalam kategori
tinggi. Hal tersebut berarti sikap disiplin waktu, disiplin peraturan serta
disiplin tanggung jawab yang dimiliki oleh petugas dalam
mengedepankan organisasi dalam lingkup pekerjaan memiliki persepsi
yang baik.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan yang bersifat positif antara
kepemimpinan terhadap disiplin kerja petugas di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus. Hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan
yang baik yang diterima oleh petugas memiliki pengaruh terhadap sikap
disiplin kerja petugas. Tingkat pengaruh kepemimpinan terhadap
disiplin kerja petugas Rutan IIB Kudus adalah sebesar 15,0% sedangkan
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 75


penelitian ini. Artinya disiplin kerja juga dipengaruhi variabel lainnya
selain variabel kepemimpinan, sehingga diperlukan penelitian lebih
lanjut mengenai variabel apa saja yang mempengaruhi disiplin kerja.

B. Saran

Dari hasil analisis yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap


pengaruh pepemimpinan terhadap disiplin kerja petugas di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus, peneliti mengajukan beberapa saran yaitu:

1. Dari analisis yang telah dilakukan terbukti bahwa kepemimpinan


mempunyai pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap displin
kerja petugas Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus. Oleh karena
itu, Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus agar tetap melaksanakan
pembinaan kepada petugas terkait kecerdasan pengetahuan petugas,
kedewasaan dan kelaluasan hubungan sosial, melakukan motivasi dan
dorongan prestasi, serta sikap dan hubungan sosial yang baik kepada
petugas guna mengubah perilaku petugas ke arah yang lebih baik.
Sehingga akan berdampak pada peningkatan kedisplinan kerja petugas
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus.

2. Menyadari adanya faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi disiplin


kerja petugas Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus selain variabel-
variabel yang diteliti dalam model penelitian ini, maka sudah
selayaknya Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Kudus juga
memperhatikan faktor-faktor tersebut. Apabila semua faktor tersebut
diperhatikan, dicarikan jalan keluar atau pemecahannya dan bisa terjadi
secara baik dan seimbang, disiplin kerja petugas Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Kudus diharapkan akan semakin meningkat.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 76


DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Budiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Bugdol, M. (2018). A Different Approach to Work Discipline. In A Different
Approach to Work Discipline. https://doi.org/10.1007/978-3-319-74008-9
Creswell, J. W. (2019). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed (4th ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Davis, Keith. (2010). Organizational Behavior –Human Behavior at Work 13th
Edition. New Delhi: Mcgraw Hill Company.
Emzir. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: Rajawali Pers.
Fragueiro, F., & Thomas, H. (2011). Strategic leadership in the business school:
Keeping one step ahead. In Strategic Leadership in the Business School:
Keeping One Step Ahead. https://doi.org/10.1017/CBO9780511921087
Heryanto, I dan Triwibowo, T. (2018). Path Analysis Menggunakan SPSS dan
Excel. Bandung: Informatika.
Martono, N. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT. Raya Grafindo
Persada.
Neuman, W. L. (2013). Metodologi Penelitian Sosial Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif (7th ed.). Jakarta: Indeks.
Robbins, Stephen P. & A. Judge, T. (2014). Perilaku Organisasi, Edisi 12 (12th
ed.). Jakarta: Salemba Empat.
Siagian, S. P. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Silalahi, U. (2015). Metode Penelitian Sosial Kuantitatif. Malang: PT Refika
Aditama.
Siswanto, B. (2010). Manajemen Tenaga Kerja Rancangan dalam Pendayagunaan
dan Pengembangan Unsur Tenaga Kerja. Bandung: Sinar Baru.
Soehartono, I. (2012). Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Soekarso. (2015). Kepemimpinan. Jakarta: Gramedia.
Sujarweni, V. W. (2015). Metodologi Penelitian. Surabaya: Pustaka Baru.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 77


Perundang-undangan :
Republik Indonesia. (1995). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
1995 Tentang Pemasyarakatan. Jakarta.
Republik Indonesia. (2008). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun
2008 Tentang Kementerian Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. (2015). Peraturan Presiden RI Nomor 44 Tahun 2015 Tentang
Kementerian Hukum dan HAM. Jakarta.
Republik Indonesia. (2010). Peraturan Pemerintah RI Nomor 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Jakarta.
Republik Indonesia. (2011). Permenkumham RI Nomor M.HH-16.KP.05.02 Tahun
2011 Tentang Kode Etik Petugas Pemasyarakatan. Jakarta.

Jurnal :
Bisnis, J. M. (2019). Kepemimpinan, Kompensasi, Disiplin Kerja Motivasi dan
Kinerja Pegawai Indah Pertiwi (1) A.A.N Oka Suryadinata Gorda (2). 16(3),
135–150.
Mahendra, I. G. N. T., & Brahmasari, I. A. (2014). Pengaruh Kepemimpinan
Terhadap Disiplin Kerja, Motivasi Kerja dan Kinerja Perawat Pelaksana di
Ruang Rawat Inap RSJ Menur Surabaya. JMM17 Jurnal Ilmu Ekonomi &
Manajemen, 1(1), 22–42.
Manajemen, J. E. (2018). Pengaruh kepemimpinan dan disiplin kerja terhadap
motivasi kerja karyawan pada rumah sakit smc kabupaten tasikmalaya.
4(Mei), 47–54.
Patras, Y. E., Hidayat, R., Lian, B., Fitria, H., & Apriana, D. (2019). (Jurnal
Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan) P-ISSN: 2548-7094
E-ISSN 2614-8021. 4(1).
Pratama, Y. A. D. E., Manajemen, P. S., Ekonomi, F., Bisnis, D. A. N., & Surakarta,
U. M. (2019). TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT ANGKASA PURA.
Rizal, S. M., & Radiman, R. (2019). Pengaruh Motivasi, Pengawasan, dan
Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai. Jurnal Ilmiah Magister
Manajemen, 2(1), 117–128.
Saidiman, Sandi Lubis, Muhammad Rais Rahmat Razak, & Ahmad Mustanir.
(2020). Pengaruh Kepemimpinan dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja
Birokrasi Pelayanan Publik pada Kantor Kecamatan Buntu Batu Kabupaten
Enrekang. Prosiding Konferensi Nasional Ke-9 Asosiasi Program
Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (APPPTMA), 2(3),
525–540.
Santiago Pereira, S. S. (2019). Pengaruh Disiplin Kerja, Lingkungan Kerja, dan
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai. Jurnal Ilmu Ekonomi, 2(2), 47–59.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 78


Sutanjar, T., & Saryono, O. (2019). Pengaruh Motivasi, Kepemimpinan dan
Disiplin Pegawai terhadap Kinerja Pegawai. Journal of Management Review,
3(2), 321–325. https://doi.org/10.25157/mr.v3i2.2514
Wartana, I. M. H. et al. (2019). Upaya Meningkatkan Kinerja Karyawan Sebagai
Dampak Kepemimpinan Dan Disiplin Kerja Karyawan Ukm Di Kabupaten
Gianyar, Bali. Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi, 23(2), 131–141.

Internet :
BBC. (2019). Kasus Setya Novanto Pelesiran, Dua Petugas Lapas Sukamiskin
Dijatuhi Hukuman, Kepala Lapas tak Bersalah.

Lainnya :
https://www.kemenkumham.go.id/attachments/Produk_Perencanaan/LAKIP/LKI
P_Kementerian_Hukum_dan_HAM_2019.pdf
https://smslap.ditjenpas.gp.id

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 79


LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir Pengajuan Judul

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA HUKUM DAN HAM
POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN
Jalan Raya Gandul No.4 Cinere, Depok
Telepon : 021-7545096
Website: www.poltekip.ac.id

FORMULIR PENGAJUAN JUDUL

NAMA TARUNA : ALVIN DIANUDDIN PRATAMA


STB. : 3160
PEMBIMBING : Dr. PADMONO WIBOWO, S.H., S.Sos., M.Si.
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN PEMASYARAKATAN
JUDUL SKRIPSI : PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP DISIPLIN
KERJA PETUGAS DI RUMAH TAHANAN NEGARA
KELAS IIB KUDUS
TINJAUAN
No. JUDUL METODE LOKASI
TEORI
1. Pengaruh Kepemimpinan Kuantitatif Rumah Teori
terhadap Disiplin Kerja Petugas (Mixed Tahanan Kepemimpinan
Method) Negara Kelas menurut Keith
IIB Kudus Davis dan Teori
Disiplin Kerja
menurut Robbins

Mengetahui: Menyetujui:
Ketua Program Studi Pembimbing

Dr. Syahrial Yuska, Bc.IP., S.H., M.H. Dr. Padmono Wibowo, S. H., S.Sos., M.Si.
NIP. 19641218 198503 1 001 NIP. 19680701 199203 1 00

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 80


Lampiran 2 Berita Acara Bimbingan Skripsi

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA HUKUM DAN HAM
POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN
Jalan Raya Gandul No.4 Cinere, Depok
Telepon : 021-7545096
Website: www.poltekip.ac.id

BERITA ACARA BIMBINGAN PROPOSAL SKRIPSI

NAMA TARUNA : ALVIN DIANUDDIN PRATAMA


STB. : 3160
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN PEMASYARAKATAN
JUDUL SKRIPSI : PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP DISIPLIN
KERJA PETUGAS DI RUMAH TAHANAN KELAS IIB
KUDUS
PEMBIMBING : Dr. PADMONO WIBOWO, S.H., S.Sos., M.Si.
No. TANGGAL KETERANGAN PARAF
KONSULTASI PEMBIMBING
1. 20 Mei 2020 Penyerahan Hasil Revisi Proposal Skripsi
2. 8 September Penyerahan Bab 4 Skripsi
2020
3. 24 September Penyerahan Hasil Revisi Bab 4 dari Dosen
2020 Pembimbing kepada Taruna
4. 28 September Penyerahan Hasil Revisi Bab 4 dari Taruna kepada
2020 Dosen Pembimbing
5. 6 Oktober 2020 Pemberian Revisi Bab 4 dari Dosen Pembimbing
kepada Taruna
6. 13 Oktober 2020 Penyerahan Hasil Revisi Bab 4 dari Taruna kepada
Dosen Pembimbing
7. 14 Oktober 2020 Pemberian Revisi dari Dosen Pembimbing kepada
Taruna
8. 15 Oktober 2020 Melakukan Revisi Skripsi
9. 19 Oktober 2020 Bimbingan Online
10. 22 Oktober 2020 Persetujuan Dosen Pembimbing

Depok, 22 Oktober 2020


Pembimbing,

Dr. Padmono Wibowo, S.H., S.Sos., M.Si.


NIP. 19680701 199203 1 001

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 81


Lampiran 3 Kuesioner

KUESIONER PENELITIAN

Responden yang terhormat,

Saya adalah Taruna Wreda Politeknik Ilmu Pemasyarakatan Prodi


Manajemen Pemasyarakatan yang sedang melakukan penelitian tentang
“Pengaruh Kepemimpinan terhadap Disiplin Kerja Petugas di Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Kudus”.

Penelitian ini dilakukan untuk kepentingan ilmah, saya mohon


kesediaan Saudara/Saudari untuk mengisi kuesioner ini. Informasi yang
Saudara/Saudari berikan merupakan bantuan yang sangat berarti bagi saya
dalam menyelesaikan penelitian ini. Atas bantuan dan perhatian
Saudara/Saudari, saya ucapkan terimakasih.

Hormat Saya,

Alvin Dianuddin Pratama.

I. Petunjuk Pengisian
1. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan Saudara/Saudari untuk
menjawab seluruh pertanyaan yang ada.
2. Demi objektifnya hasil penelitian ini, mohon kiranya Saudara/Saudari dapat
mengisi kuesioner ini dengan sejujurnya.
3. Berilah tanda centang (√) pada kolom jawaban yang Anda anggap sesuai
dengan kondisi yang ada di Rutan Kelas IIB Kudus.
4. Ada lima alternatif jawaban pada tabel kuesioner :
 Sangat Tidak Setuju
 Tidak Setuju
 Cukup Setuju
 Setuju
 Sangat Setuju
5. Atas kesediaan waktunya saya ucapkan terimakasih

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 82


Apakah saudara bersedia menjadi responden/orang yang
diteliti dalam penelitian ini ?
a. Ya b. Tidak (berhenti sampai disini)

I. Identitas Responden

Isilah identitas Anda pada tempat yang tersedia berikan tanda centang
(√) pada angka yang tersedia untuk jawaban yang dipilih.

No. Responden : ……

Jenis Kelamin : (pilih salah satu)

1. Laki-laki 2. Perempuan

Usia : (pilih salah satu)

1. 18 – 25

2. 26 – 35

3. 36 – 45

4. 46 – 55

5. Diatas 56

Pendidikan Terakhir : (pilih salah satu)

1. Sekolah Menengah Pertama (SMP)

2. Sekolah Menengah Atas (SMA)

3. Diploma (D1/D2/D3)

4. Sarjana (S1/S2/S3)

Pangkat atau Golongan :

1. Golongan 2

2. Golongan 3

3. Golongan 4

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 83


III. Daftar Pernyataan

Variabel Kepemimpinan
Skala Pengukuran
Butir Sangat
Sangat Cukup Tidak
Pertanyaan Setuju Tidak
Setuju Setuju Setuju
Setuju
Kecerdasan
Pemimpin
mengetahui
informasi dan
peraturan di
Rutan
Pemimpin
membuat
kebijakan di
Rutan
Kedewasaan dan Keleluasan Hubungan Sosial
Pemimpin
mampu
meyelesaikan
permasalahan
Pemimpin
memiliki
komunikasi
yang baik
dengan
bawahan
Pemimpin
mampu
mendelegasikan
wewenag
kepada
bawahan
Motivasi dan Dorongan Prestasi
Pemimpin
memberikan
semangat
kepada
bawahan
Pemimpin
memberikan
penghargaan
atas prestasi
bawahan
Pemimpin
memberikan
sanksi atas

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 84


kesalahan
bawahan
Sikap-Sikap Hubungan Sosial
Pemimpin
menghargai
kerja bawahan
Pemimpin
menghormati
masukan dari
bawahan
Pemimpin
memberikan
contoh yang
baik kepada
bawahan
Variabel Disiplin Kerja
Skala Pengukuran
Butir Sangat
Sangat Cukup Tidak
Pertanyaan Setuju Tidak
Setuju Setuju Setuju
Setuju
Disiplin Waktu
Saya hadir tepat
waktu dalam
bekerja
Saya
menyelesaikan
tugas tepat pada
waktunya
Saya
mengerjakan
jurnal harian
setiap hari
Disiplin Peraturan
Saya mematuhi
tata tertib yang
sudah
ditetapkan
Saya mampu
bertugas sesuai
instruksi
Saya bekerja
sesuai dengan
SOP yang
berlaku
Disiplin Tanggung Jawab
Saya menjaga
peralatan yang

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 85


menjadi
tanggung jawab
Saya menjaga
kepercayaan
atasan
Saya
bertanggung
jawab dengan
pekerjaan dan
memperbaiki
apabila salah
Saya selalu
konsisten dalam
bertugas

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 86


Lampiran 4 Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP


DISIPLIN KERJA PETUGAS DI RUMAH TAHANAN NEGARA

KELAS IIB KUDUS

Narasumber : Petugas

1. Apakah selama menjabat pimpinan mempunyai kompetensi terkait pekerjaan dan


jabatannya?
2. Apakah pimpinan mampu berkomunikasi dengan baik dengan petugas?
3. Apakah pimpinan memberikan semangat dalam bekerja bagi petugas?
4. Apakah pimpinan memberikan tauladan bagi petugas dalam bekerja?
5. Apakah pimpinan memberikan dampak terhadap saudara dalam berdisiplin waktu?
6. Apakah pimpinan mampu menegakkan peraturan dilingkungan kerja?
7. Apakah pimpinan bertanggung jawab dengan segala beban kerja?

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 87


Lampiran 5 Data Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Bebas

Uji Validitas Variabel Bebas


Scale
Scale Mean Corrected Cronbach’s
Variance if
if Item Item Total Alpha if
Item
Deleted Correlation Item Deleted
Deleted
Kecerdasan
Pemimpin
mengetahui
informasi dan 41.17 111.109 .821 .973
peraturan di
Rutan
Pemimpin
membuat
41.13 110.809 .847 .972
kebijakan di
Rutan
Kedewasaan dan Keleluasan Hubungan Sosial
Pemimpin
mampu
41.03 110.516 .882 .971
meyelesaikan
permasalahan
Pemimpin
memiliki
komunikasi
40.90 114.102 .879 .971
yang baik
dengan
bawahan
Pemimpin
mampu
mendelegasikan
41.07 107.926 .954 .969
wewenag
kepada
bawahan
Motivasi dan Dorongan Prestasi
Pemimpin
memberikan
semangat 41.17 107.937 .890 .971
kepada
bawahan

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 88


Pemimpin
memberikan
penghargaan 41.03 114.102 .822 .972
atas prestasi
bawahan
Pemimpin
memberikan
sanksi atas 41.33 114.506 .753 .974
kesalahan
bawahan
Sikap-Sikap Hubungan Sosial
Pemimpin
menghargai 41.30 107.803 .963 .968
kerja bawahan
Pemimpin
menghormati
41.00 108.828 .924 .969
masukan dari
bawahan
Pemimpin
memberikan
contoh yang 41.20 112.786 .803 .973
baik kepada
bawaha

Uji Reliabilitas Variabel Bebas


Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.974 11

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 89


Lampiran 6 Data Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Terikat

Uji Validitas Variabel Terikat


Scale Mean Scale Corrected Cronbach’s
if Item Variance if Item Total Alpha if
Deleted Item Deleted Correlation Item Deleted
Disiplin Waktu
Saya hadir
tepat waktu 37.13 92.051 .815 .972
dalam bekerja
Saya
menyelesaikan
tugas tepat 37.10 91.817 .838 .971
pada
waktunya
Saya
mengerjakan
37.00 91.310 .885 .970
jurnal harian
setiap hari
Disiplin Peraturan
Saya
mematuhi tata
tertib yang 36.87 94.947 .870 .971
sudah
ditetapkan
Saya mampu
bertugas
37.03 89.068 .953 .967
sesuai
instruksi
Saya bekerja
sesuai dengan
37.13 89.016 .891 .969
SOP yang
berlaku
Disiplin Tanggung Jawab
Saya menjaga
peralatan yang
menjadi 37.00 94.345 .838 .971
tanggung
jawab

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 90


Saya menjaga
kepercayaan 37.30 95.114 .748 .974
atasan
Saya
bertanggung
jawab dengan
37.27 88.754 .972 .966
pekerjaan dan
memperbaiki
apabila salah
Saya selalu
konsisten
36.97 89.895 .923 .968
dalam
bertugas

Uji Reliabilitas Variabel Terikat


Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.973 10

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 91


Lampiran 7 Tabulasi Data
RESP VA VA VA VA VA VA VA VA VA VA VA VA VA VA VA VA VA VA VA VA VA
OND R01 R02 R03 R04 R05 R06 R07 R08 R09 R01 R01 R01 R02 R03 R04 R05 R06 R07 R08 R09 R01
EN K K K K K K K K K 0K 1K D D D D D D D D D 0D
1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5

3 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5

4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5

5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5

6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4

7 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5

8 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

9 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

11 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

12 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4

13 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5

14 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 92


15 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5

16 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4

17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5

19 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

20 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4

21 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 5

22 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 5 5

23 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4

24 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5

25 5 4 4 4 5 5 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5

26 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5

27 5 5 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4

28 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4

29 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 5 5 4 5

30 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5

31 4 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 93


32 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5

33 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5

34 4 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5

35 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 5

36 4 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 94


GLOSARIUM

Deskriptif adalah penelitian yang disusun atas gambaran-gambaran sistemis


tentang informasi yang berasal dari subjek atau objek penelitian
Dimensi adalah ukuran yang mengungkapkan fenomena, dimensi, panjang, lebar
dan lainnya yang mempunyai entitas.
Disiplin Kerja adalah suatu sikap dan perilaku seseorang yang menunjukkan
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban pada peraturan
perusahaan atau organisasi dan norma-normal sosial yang berlaku.
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga
karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Kantor Wilayah adalah merupakan pelaksana tugas pokok departemen atau
kementerian Indonesia yang berkedudukan di setiap provinsi.
Kausal adalah penelitian yang disusun untuk meneliti kemungkinan adanya
hubungan sebab akibat antar variabel
Kepemimpinan adalah sebuah kemampuan yang terdapat di dalam diri seseorang
untuk bisa memengaruhi orang lain atau memandu pihak tertentu untuk mencapai
tujuan.
Kuantitatif adalah analisis data-data berupa angka yang diolah secara statistik.
Literatur Review adalah kajian terdahulu.
Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga Binaan
Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang
merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana.
Petugas Pemasyarakatan adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan
Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan
Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek yang berada dalam satu wilayah
dimana mereka memenuhi syarat-syarat tertentu yang diajukan dalam masalah
penelitian, atau keseluruhan individu atau unit dalam ruang lingkup yang akan
diteliti
Reliabilitas adalah akurasi dan ketepatan dari suatu pengukuran.
Rumah Tahanan Negara adalah tempat tersangka/terdakwa ditahan sementara
sebelum keluarnya putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap guna
menghindari tersangka/ terdakwa tersebut melarikan diri atau mengulangi
perbuatannya.
Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki kriteria yang sesuai untuk
dilakukan penelitian di dalamnya
Skala Likert adalah skala penelitian yang digunakan untuk mengukur sikap dan
pendapat.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 95


Validitas adalah ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen.
Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah satuan organisasi yang bersifat mandiri yang
melaksanakan tugas teknis operasional dan/atau tugas teknis dari organisasi
induknya
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi fokus di dalam suatu
penelitian.
Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) adalah Narapidana, Anak Didik
Pemasyarakatan, dan Klien Pemasyarakatan.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 96


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Pribadi
Nama : Alvin Dianuddin Pratama
STB : 3160
Tempat,Tanggal Lahir : Banyumas, 23 Juli 1998
Kewarganegaraan : Indonesia
Email : vindpr@gmail.com
Agama : Islam
Alamat : BPSDM Hukum dan HAM

Riwayat Pendidikan
1. Tamatan TK Pertiwi Kabupaten Kudus Tahun 2004
2. Tamatan SD 2 Barongan Tahun 2010
3. Tamatan SMP 1 Kudus Tahun 2013
4. Tamatan SMA 1 Kudus Tahun 2016

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 97

Anda mungkin juga menyukai