Definisi Preeklampsia
Definisi Preeklampsia
Definisi Preeklampsia
Pada kondisi normal, terjadi remodeling anteriol spiralis uterin pada saat diinvasi oleh
trofoblast endovaskuler. Sel-sel tersebut menggantikan endotel pembeluh darah dan
garis otot sehingga diameter pembuluh darah membesar. Vena diinvasi secara
superfisial. Pada kasus preeclampsia, terjadi invasi trofoblast yang tidak lengkap. Invasi
terjadi secara dangkal terbatas pada pembuluh darah desidua tetapi tidak mencapai
pembuluh darah myometrium. Pada kehamilan normal tanpa preeklampsia, invasi
trofoblast terjadi secara lengkap mencapai myometrium. 8
Pada Preeklampsia, arteroil pada myometrium hanya memiliki diameter berukuran
setengah lebih kecil dari plasenta yang normal. Selain itu pada awal preeklampsia
terjadi kerusakan endotel, insudasi dari plasma ke dinding pembuluh darah, proliferasi
sel miointimal dan nekrosi medial. Lipid dapat terkumpul pada sel miointimal dan di
dalam kantong makrofag. Akibat dari gangguan pembuluh darah tersebut, terjadi
peningkatan tekanan darah serta kurangnya pasokan oksigen dan nutrisi ke plasenta.
Kondisi tertentu membuat plasenta mengeluarkan faktor-faktor tertentu yang dapat
memicu inflamasi secara sistemik.
Adapun kondisi yang terjadi pada preeclampsia antara lain vasospasme, aktivasi sel
endoteliel, peningkatan respon presor dan juga aktivasi endoteliel dan protein
angiogenik serta antiangiogenik. Proses inflamasi yang terjadi secara sistemik memicu
terjadinya vasospasme. Kontriksi pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi
sehingga tekanan darah meningkat. Kerusakan pada sel endotel pembuluh darah juga
menyebabkan kebocoran interstitial sehingga platelet fibrinogen terdeposit pada
subendotel. Pada kondisi tersebut, ibu dengan preeklampsia akan mengalami
gangguan distribusi darah, iskemia pada jaringan di sekelilingnya sehingga
mengakibatkan kematian sel, perdarahan dan gangguan organ lainnya. 7
Sel endotel pada ibu dengan preeklampsia tidak memiliki kemampuan yang baik dalam
melepaskan suatu senyawa pemicu vaso dilatasi, yaitu nitrit oksida. Selain itu endotel
tersebut juga menghasilkan senyawa pencetus koagulasi serta mengalami peningkatan
sensitifitas terhadap vasopressor. Pada preeklampsia, produksi prosasiklin endothelial
(PGI2) berkurang disertai peningkatan produksi tromboksan oleh platelet. Dengan
begitu, rasio perbandingan dari prostasiklin : tromboksan berkurang. Hasil akhir dari
semua kejadian tersebut adalah pembuluh darah menyempit, tekanan darah meningkat,
cairan keluar dari ruang pembuluh darah. Jadi meskipun pasien mengalami edema atau
bengkak oleh cairan, sebenarnya dia mengalami kondisi kekurangan cairan di
pembuluh darahnya.
Senyawa lain yang meningkat pada preeklampsia adalah endotelin. Endotelin
merupakan suatu asam amino yang bersifat vasokonstriktor poten yang memang
dihasilkan oleh endotel manusia. Peningkatan poten ini terjadi karena proses aktivasi
endotel secara sistemik, bukan dihasilkan dari plasenta yang bermasalah. Pemberian
magnesium sulfat pada ibu dengan preeklampsia diteliti mampu menurunkan kadar
endotelin – 1 tersebut.9
Pada penyempurnaan plasenta, terdapat pengaturan tertentu pada protein angiogenik
dan antiangiogenik. Proses pembentukan darah plasenta itu sendiri mulai ada sejak
hari ke-21 sejak konsepsi. Adanya ketidakseimbangan angiogenik pada preeklampsia
terjadi karena produksi faktor antiangiogenik yang berlebihan. Hal ini memperburuk
kondisi hipoksia pada permukaan uteroplasenta.
Perubahan yang Terjadi Akibat Preeklampsia
Sistem Kardiovaskuler
Ventrikel kiri jantung dapat membesar karena adanya peningkatan afterload karena
adanya hipertensi, aktivasi endothelial dengan ekstravasasi cairan intravaskuler
terutama paru. Pada kehamilan normal volume darah mencapai 5000 ml, sedangkan
pada wanita yang tidak hamil volume darah 3500 ml. Jadi terdapat peningkatan 1500
ml. Jika terjadi eklampsia, tambahan volume darah 1500 ml tersebut tidak terjadi atau
terjadi hemokonsentrasi.
Hemokonsentrasi tersebut terkait dengan vasokonstriksi menyeluruh akibat aktivasi
endothelial ditambah kebocoran plasma ke ruang insterstisial karena adanya
peningkatan permeabilitas. Pada preeklampsia bisa saja terjadi penurunan volume
darah tersebut sesuai dengan derajat keparahannya. Jika hanya terjadi hipertensi
gestasional, volume darah biasanya normal.
Ibu dengan eklampsia memiliki sensitivitas yang rendah terhadap terapi cairan yang
agresif sebagai upaya meningkatkan volume darah sesuai dengan volume darah
kehamilan normal. Ibu dengan preeklampsia akan sensitif terhadap kehilangan darah
dibanding ibu hamil normal.
Trombositopenia
Perubahan hati.
Perdarahan yang tidak teratur, terjadi nekrosis dan thrombosis pada lobus hati. Gejala-
gejala seperti sakit kepala, skotomata, kejang, kebutaan hingga edema serebri menjadi
efek berbahaya yang mungkin terjadi.
Retina
Spasme arteriol, edema sekitar diskus optikus, ablasio retina (lepasnya retina),
menyebabkan penglihatan kabur. Selain itu dapat terjadi ablasio retina yang
disebabkan oleh edema intra-okuler dan merupakan salah satu indikasi untuk
melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang menunjukan tanda preeklampsia
berat yang mengarah pada eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia, dan ambliopia.
Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di
korteks serebri atau di dalam retina.
Otak
Spasme pembuluh darah arteriol otak menyebabkan anemia jaringan otak, perdarahan
dan nekrosis, menimbulkan nyeri kepala yang berat.
Paru-paru
Jantung
Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan asfiksia berat sampai kematian janin.
Spasme yang berlangsung lama, mengganggu pertumbuhan janin.
Perubahan ginjal.
Terjadi pembesaran glomerulus hingga 20% yang bersifat kurang perdarahan, serta
lengkung kapiler yang berdilatasi dan berkontraksi. Endotel membengkak (glomerular
capillary endotheliossi). Endotel yang membengkak ini seringkali menyebabkan
sumbatan pada lumen kapiler. Terdapat deposit protein dan material seperti fibrin pada
subendotel. Biasanya penurunan tidak lebih rendah dari wanita yang tidak hamil.
Spasme arteriol menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun sehingga filtrasi
glomerolus berkurang, penyerapan air dan garam tubulus tetap, terjadi retensi air dan
garam, edema pada tungkai dan tangan, paru dan organ lain.
Tipe Pre-
Tanda dan Gejala
eklampsia
Preeklampsia 1. Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30
Ringan mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.
2. Tekanan darah diastolic 90 atau kenaikan 15
mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam
3. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam
seminggu
4. Proteinuria 0,3 g atau lebih dengan tingkat
kualitatif plus 1 sampai 2 pada urine kateter
atau urine aliran pertengahan
Deteksi Dini Preeklampsia
Deteksi dini terhadap kasus preeklampsia dapat dilakukan melalui beberapa cara mulai
dengan cara yang sederhana seperti pengkajian yang komprehensif agar semua
riwayat dan faktor risiko dapat diketahui, sehingga diagnosis dini dapat ditegakkan dan
intervensi yang tepat dapat diberikan. Deteksi dini terhadap preeklampsia dapat juga
dilakukan melalui intervensi medis baik invasive maupun non invasive. Berikut ini
dijelaskan beberapa cara deteksi dini preeklampsia dari berbagai sumber di berbagai
negara antara lain:6, 12-15
Gambar 2. Gambaran notch pada arteri uterin Preeklampsia dengan Pemeriksaan Doppler dengan
USG
Sumber : Nakasutka et al (2002)16
Penanganan Preeklampsia
Penanganan preeklampsia dibedakan menurut masa kehamilan, persalinan dan nifas
dapat dilihat berikut ini: 6
Ibu yang diidentifikasi sebagai resiko tinggi yakni termasuk dalam kelompok
faktor resiko preeklampsia harus dirujuk untuk penatalaksanaan tenaga ahli (USG,
pemeriksaan elektrolit, PET Skrining, dan sebagainya).
Pengkajian untuk profilaksis aspirin atau kalsium
Skrining doppler pada arteri uterina pada usia 20-24 tahun untuk mengetahui
adanya “notch” pada ibu yang berisiko tinggi diperlukan untuk penatalaksanaan
sedini mungkin.
Apabila didiagnosis preeklampsia, keseimbangan antara keparahan penyakit dan
maturitas keseimbangan janin menentukan waktu kelahiran janin.
Menurut NICE, jika terdapat resiko rendah pada preeklampsia dianjurkan
mengkaji tekanan darah dan dipstik urine pada usia kehamilan 16,28,34,36,38 dan
41 minggu pada sekundipara dan seterusnya, sedangkan kunjungan tambahan
diperlukan pada nulipara di usia kehamilan 25 dan 31.
Pengukuran tekanan darah : ketika mengukur tekanan darah selama kehamilan,
suara Korotkof 1 harus digunakan – suara pertama kali muncul (untuk tekanan
darah sistolik) dan suara Korotkof 5 – suara menghilang (untuk tekanan darah
diastolik). Pengukuran tekanan darah yang akurat penting untuk penegakan
diagnosis secara tepat. Terdapat banyak alat otomatis untuk mengukur tekanan
darah, namun sebagian besar alat tersebut tidak akurat dalam kehamilan.
Pemeriksaan proteinuria: dipstick urine tetap menjadi metode pilihan untuk
pengkajian proteinuria. Uji ini juga rentan terhadap kesalahan pengobservasi dan
penggunaan alat baca uji dipstick otomatis telah terbukti meningkatan ketepatan.
1. Pre-eklampsia Ringan
Pantau tekanan darah, urine (untuk proteinuria), refleks dan kondisi janin
Konseling pasien dan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya preeklampsia
dan eklampsia
Lebih banyak istirahat
Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam)
Tidak perlu diberi obat-obatan
Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit:
1. Diet biasa
2. Pantau tekanan darah 2 kali sehari dan urin (untuk proteinuria) sekali
sehari
3. Tidak perlu diberi obat-obatan
4. Tidak perlu diuretik. Kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi
kordis atau gagal ginjal akut.
5. Jika tekanan darah diastolik turun sampai normal pasien dapat
dipulangkan:
Nasihatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda
preeklampsia berat.
Kontrol 2 kali seminggu untuk memantau tekanan darah, urin,
keadaan janin, serta gejala dan tanda-tanda pre-eklampsia berat.
Jika tekanan diastolik naik lagi, rawat kembali.
Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan, tetap dirawat
Lanjutkan penanganan dan observasi kesehatan janin
Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat,
pertimbangkan terminasi kehamilan. Jika tidak, dirawat sampai aterm
Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklampsia berat
Jika serviks matang, pecahkan ketuban dan induksi persalinan dengan oksitosin
atau prostaglandin.
Jika serviks belum matang, lakukan pematangan dengan prostaglandin atau
kateter foley atau lakukan seksio sesarea
Preeklampsia Berat dan Eklampsia
Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus
berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia.
Semua kasus preeklampsia berat harus ditangani secara aktif. Penanganan konservatif
tidak dianjurkan karena gejala dan tanda eklampsia seperti hiperrefleksia dan gangguan
penglihatan sering tidak sahih.
Penanganan kejang
Penanganan umum
Jika tekanan diastolik tetap lebih dari 110 mmHg, berikan obat antihipertensi,
sampai tekanan diastolic diantara 90-100 mmHg
Pasang infus dengan jarum besar (16 gauge atau lebih besar)
Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload cairan
Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinuria jika jumlah
urin kurang dari 30 ml perjam
Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi muntah dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin
Observasi tanda-tanda vital, reflex dan denyut jantung janin setiap jam
Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru
Hentikan pemberian cairan IV dan berikan diuretic misalnya furosemid 40 mg IV
sekali saja jika ada edema paru
Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana (bedside clotting test).
Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati.
Persalinan
Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedang pada
eklampsia dalam 12 jam sejak gejala eklampsia timbul.
Jika terdapat gawat janin, atau persalinan tidak dapat terjadi alam 12 jam (pada
eklampsia), lakukan seksio sesarea.
Jika seksio sesarea akan dilakukan, perhatikan bahwa :
1. Tidak terdapat koagulopati
2. Anastesi yang aman/ terpilih adalah anastesi umum. Jangan lakukan
anastesi lokal, sedang anastesi spinal berhubungan dengan risiko hipotensi.
Jika anastesia yang umum tidak tersedia, atau janin mati, atau terlalu kecil,
lakukan persalinan pervaginam. Jika serviks matang, lakukan induksi dengan
oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml dekstrose/ RL 10 tetes/menit atau dengan
prostaglandin.
Perawatan postpartum
Pemberian Magnesium Sulfat untuk Pre-eklampsia dan Eklampsia
Dosis awal
Dosis pemeliharaan
Siapkan antidotum :
Jika terhenti nafas :
Pemberian Diazepam untuk Pre-eklampsia dan Eklampsia Intravena
Dosis awal
1. Diazepam 10 mg IV pelan-pelan selama 2 menit
2. Jika kejang berulang ulangi dosis awal
Dosis pemeliharaan
Pemberian Diazepan Melalui Rectum
Jika pemberian IV tidak mungkin, diazepam dapat diberikan per – rektal, dengan
dosis awal 20 mg dalam samprit 10 ml
Jika masih kejang, beri tambahan 10 mg/jam
Determinan Preeklampsia
2. Imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama karena pada kehamilan pertama
terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna.
Pada preeklampsia terjadi kompleks imun humoral dan aktivasi komplemen. Hal ini
dapat diikuti dengan terjadinya pembentukan proteinuria. 14
Beberapa studi melaporkan bahwa kemungkinan mal-adaptasi imunologis sebagai
patofisiologi dari preeclampsia. Pada ibu dengan preeklampsia terjadi penurunan T-
helper dibandingkan dengan ibu hamil normotensi yang dimulai sejak awal trimester
dua. Antibodi yang melawan sel endotel ditemukan pada 50% wanita dengan
preeklampsia, sedangkan pada kelompok kontrol hanya terdapat 15%. 17
Radikal bebas yang dilepas oleh sel desidua akan menyebabkan kerusakan sel
endotel. Radikal bebas-oksigen dapat menyebabkan pembentukan lipid peroksida yang
akan membuat radikal bebas lebih toksis dalam merusak sel endotel. Hal ini akan
menyebabkan ganggguan produksi nitrit oksida oleh endotel vaskuler yang akan
mempengaruhi keseimbangan prostasikin dan tromboksan dimana terjadi peningkatan
produksi tromboksan A2 plasenta dan inhibisi produksi prostasiklin dari endotel
vaskuler.7
3. Genetik
Bukti yang mendukung berperannya faktor genetik pada penderita preeklampsia adalah
peningkatan Human leukocyte antigen (HLA). Menurut beberapa peneliti, wanita hamil
yang mempunyai HLA dengan haplotipe A 23/29, B 44 dan DR 7 memiliki resiko lebih
tinggi menderita preeklampsia dan pertumbuhan janin terhambat.
Penelitian lain melaporkan bahwa prevalensi preeklampsia meningkat pada anak
perempuan yang lahir dari ibu yang menderita preeklampsia, mengindikasikan adanya
pengaruh genotip fetus terhadap kejadian preeklampsia. Walaupun faktor genetik
nampaknya berperan tetapi manifestasi pada penyakit ini secara jelas belum dapat
dijelaskan.7
4. Iskemik Plasenta
Pada kehamilan normal, proliferasi trofoblas akan menginvasi desidua dan myometrium
dalam 2 tahap. Pertama sel-sel trofoblas endovaskuler menginvasi arteri spiralis yaitu
dengan mengganti endotel, merusak jaringan elastis pada tunika media dan jaringan
otot polos dinding arteri serta mengganti arteri dengan material fibrinoid. Proses ini
selesai pada akhir semester pertama dan pada masa ini proses tersebut telah sampai
pada deciduomyometrial junction.17
Pada usia kehamilan 14-16 minggu terjadi invasi tahap kedua dair sel trofoblas yang
mana sel-sel trofoblas tersebut akan menginvasi arteri spiralis lebih dalam hingga ke
dalam myometrium. Selanjutnya terjadi proses seperti tahap pertama yaitu penggantian
endotel, perusakan jaringan muskulo-elastis serta perubahan material fibrinoid dinding
arteri. Akhir dari proses ini adalah pembuluh darah yang berdinding tipis, lemas dan
berbentuk seperti kantong yang memungkinkan terjadinya dilatasi secara pasif untuk
menyesuaikan dengan kebutuhan aliran darah yang meningkat pada kehamilan, dapat
dilihat pada gambar 3 berikut ini.17
5. Disfungsi Endotel
6. Usia Ibu
Semakin tua usia ibu, semakin berisiko terjadinya preeklampsia. Usia ibu memiliki risiko
1,40 (IK 95%; 1,31-1,51) terjadi preeklampsia, sementara usia ibu ≥ 35 tahun berisiko
1,95 (IK 95%; 1,80-2,12) terjadi preeklampsia. Studi lain menginformasikan bahwa usia
ibu yang lebih tua yaitu 40 tahun lebih besar resikonya mengalami preeclampsia atau
meningkat 2 kali lipat. Sementara itu studi di Amerika melaporkan bahwa pada
kelompok ibu hamil yang lebih tua lebih banyak mengalami preeklampsia dibandingkan
dengan kelompok ibu yang berusia lebih muda. Namun hal tersebut dipengaruhi oleh
perilaku ibu hamil pada kelompok yang lebih muda sebagai perokok. Pada kelompok
tersebut kejadian preeklampsia justru lebih rendah. Penelitian lain menyebutkan bahwa
tidak terbukti merokok dapat mengurangi risiko kejadian preeklampsi dilaporkan Payne
dkk dari penelitian yang dilakukan di beberapa Negara. Studi lanjut mengenai hal
tersebut perlu dilakuan untuk membuktikan hasil penelitian yang konsisten. 2, 6, 14, 19, 20
7. Tingkat Pendidikan
9. Paritas
Nulipara lebih berisiko terjadinya preeklampsia dengan OR 2,04 (IK 1,92-2,16). Sumber
lain melaporkan bahwa nulipara beresiko mengalami preeklampsia sebanyak 3 kali
lipat.6, 19
Ibu dengan riwayat hipertensi kronik sangat tinggi risikonya yakni 7 kali lebih besar
terjadi preeklampsia dengan OR 7,75 (IK 95%; 6,77-8,87). Pada hipertensi kronis terjadi
jejas pada endotel vaskuler yang dapat menyebabkan hipertropi dan proliferasi sel
endotel vaskuler hingga kerusakan endotel. Studi lain menyatakan bahwa jika terjadi
peningkatan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmHg, maka resiko preeklampsia
meningkat 1,5 kali lipat.6, 14, 19, 21, 22
Ibu dengan riwayat preeklampsia sebelumnya memiliki risiko 7 kali lipat mengalami
preeklampsia pada kehamilan berikutnya. Penelitian lain melaporkan bahwa ibu dengan
riwayat preeklampsia berisiko terjadi superimposed preeclampsia pada kehamilan
berikutnya dengan OR 3,76 (IK 95%; 1,82 – 7,75). 6, 23
Ibu dengan riwayat diabetes gestasional berisiko 2 kali lebih besar terjadi preeklampsia
dengan OR 2,00 (IK 95%; 1,63-2,45). Hal yang sama juga dilaporkan dari studi yang
lain di Amerika Serikat, bahwa terjadi peningkatan prevalensi preeklampsia salah
satunya disebabkan oleh meningkatnya proporsi ibu hamil dengan diabetes
gestasional. 2, 14, 19
Penyakit jantung memberikan resiko 2 kali lebih besar terhadap kejadian preeklampsia
OR 2,38 (IK 95%; 1,86-3,05).14, 19
Anemia berat memberikan resiko 2 kali lebih besar terjadinya preeklampsia, OR 2,98
(IK 2,47-3,61).19
15. Kunjungan Antenatal
Kunjungan ANC yang rendah lebih berisiko terjadinya preeklampsia dengan OR 1,41
(IK 95%; 1,26-1,57).19
Faktor resiko preeklampsi menurut tingkat resiko dapat dilihat dibawah ini: 13
Risiko Sedang
Resiko Tinggi
1. Hipertensi kronis
2. Penyakit ginjal kronis
3. Hipertensi selama kehamilan sebelumnya
4. Diabetes
5. Penyakit Autoimun